Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PART 34 | ENDING - Cause Love is More Than Word


KEMESRAN INI JANGANLAH CEPAT BERLALU~

KEMESRAAN INI.. AKAN KU KENANG SELALU~

Haha :") itu biasanya menjadi lagu tiap kali mau perpisahan *siapin tissue

Tanggal 14 MEI 2015 aku memulai cerita ini ders, dan hari ini tanggal 9 NOVEMBER 2015 aku menyelesaikannya.

Ini cerita yang lumayan singkat ders pengerjaannya, aku ada satu cerita yang sampe satu tahun lebih loh baru tamat hahaha

Harus membiasakan diri nih, berpisah dengan Shareno.. di mulmed penggambaran mereka aja ya. .

Dan untuk Musicha, aku butuh waktu beberapa hari dulu untuk menghilangkan Shareno Family dari otakku. Biar gak kecampur-cammpur. Salah salah nanti aku malah nyamain Mushkin sama Reno dan Icha sama Sharen lagi. jadi sepertinya aku harus semedi dulu ders~ wkwkwk

Sayang-sayangku semua yang always menemani dan memberi semangat.. terimakasih ya ^^ lope lope jutaan di udara aku persembahkan untuk kalian :*

Ini mungkin gaje ya sebagai penutupan, tapi gak apa-apa lah.

YANG RUMAH NYA DI BANDUNG ANGKAT TANGANNYA!!

KAPAN-KAPAN KITA KETEMU YUK! KITA JANJIAN DIMANAA.. GITU HAHA

Okelah, aku bingung mau ngomong apa lagi. inti dari semua ini sih adalah Thank you very much and I love you more than the air I breathe *elah alay hahaha

Cuss derss..


-

-

-

-


If I had to live my life without you near me
The days would all be empty
The nights would seem so long
With you I see forever oh so clearly
I might have been in love before
But it never felt this strong
Our dreams are young and we both know
They'll take us where we want to go
Hold me now
Touch me now
I don't want to live without you


Nothing's gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
One thing you can be sure of
I'll never ask for more than your love
Nothing's gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
The world may change my whole life through
But nothing's gonna change my love for you


If the road ahead is not so easy
Our love will lead the way for us
Like a guiding star
I'll be there for you if you should need me
You don't have to change a thing
I love you just the way you are
So come with me and share the view
I'll help you see forever too
Hold me now
Touch me now
I don't want to live without you


-


"Eh gimana-gimana?" Sharen menghentikan gerakannya yang sedang membuat minuman untuk Icha.

"Gimana apanya cha?"

"Itu, sureprise anniv kalian.."

"Oh, itu.. berjalan baik kok Cha!"

"Jadi Reno udah gak marah lagi sama lo?" Tanya Icha. Sharen mengangguk.

"Kalau begitu lo harus berterimakasih sama gue Sharen! kalau gue gak yakinin dia bahwa Rafferty itu nama keluarga, dia pasti masih marah dan gak percaya sama lo." Icha berucap dengan bangga, sementara Sharen hanya bisa mengerutkan keningnya.

"Tunggu Cha, gue gak ngerti."

"Ya elah lemot amat nih ibu-ibu. Jadi Sharen sayang, kan gue boongin suami lo mengenai Rafferty itu kan? nah, setelah lo kasih kejutan lo suruh dia telpon gue kan buat meyakinkan?"

Telpon? Sharen tidak merasa bahwa dirinya menyuruh Reno untuk menelpon Icha. Lagipula di hari anniversary nya Sharen tertidur karena menunggu Reno pulang larut.

"Lu mah suka pura-pura ah! Suami lo kan nanya, apa gue boongin dia. Dan gue bilang aja iya. Ya ampun, kasian dia ketipu. Hahaha"

Tunggu dulu. Kenapa terasa ganjil sekali untuk Sharen?

"Maaf, hari ini aku sengaja cuekkin kamu, biar Sureprise nya berhasil!"

Setahu Sharen, itu yang Reno katakan malam itu. tunggu dulu..

Kalau Reno menelpon Icha dan menanyakan kebenaran hal itu, lalu dia pulang larut malam dan tiba-tiba saja memberikan sureprise. Itu berarti..

Jangan bilang kalau..

Reno memang salah paham! Dia memang marah, dan mengacuhkan Sharen!

Tetapi karena klarifikasi Icha, Reno mencoba memperbaikinya, memberinya kejutan dan...

Dan Reno mengatakan bahwa mengacuhkannya adalah bagian rencananya untuk membuat sureprise nya berhasil?

Astaga, kenapa Reno begitu menggemaskan?

Sharen benar-benar ingin tertawa. Reno pintar sekali menyelamatkan harga dirinya! oh Tuhan, suaminya.

"Btw, Sharen.. suami lo kenapa lama banget sih? Katanya suruh gue kesini buat omongin kerjaan."

"Sorry Cha.. mendadak Haru pengen sosis panggang, dan dia keukeuh banget pengen beli di CFD. Jadi Reno pergi berdua sama dia."

"Kenapa lo gak ikut?"

"Si kembar lagi rewel Cha. Ini aja mereka baru tidur, semaleman gue gak tidur. Reno juga, dia gendong-gendong mereka berdua sampai kayaknya encok." Ucap Sharen seraya tertawa. Icha diam memperhatikan wajah bahagia sahabatnya.

"Lo bahagia banget ya sharen?" Tanya Icha. Sharen mengangguk dengan antusias, matanya berbinar dan wajahnya terpancar sebuah kebahagiaan yang luar biasa.

"Meskipun Reno nyebelin, meskipun gue repot urus anak tiga plus bapaknya yang kadang lebih-lebih dari bayi, dan meskipun melelahkan, tapi gue bahagia Cha..Hebat ya Tuhan.. ambil ayah gue, dan menggantinya dengan Reno, Haru, dan si kembar.."

"Yah, benar..lo beruntung."

"Hm.. semoga lo juga! Cepet cari jodoh Cha, nikah dan punya anak. Lo bakal bener-bener merasa lengkap."

"Astaga, gue di ceramahin emak-emak." Gerutu Icha. Sharen tertawa tapi selang beberapa lama tawanya berhenti saat mendapati Reno yang sudah berada di depan pintu yang menghadap padanya.

"By! Udah pulang?" Sharen langsung berjalan, tidak.. sebenarnya Icha melihatnya seperti Sharen yang berlari pada Reno. Astaga, seperti anak kecil saja sahabatnya itu.

"Udah sayang, nih aku bawain bubur ketan pesanan kamu Sha.." Ucap Reno. Sharen menganggukkan kepalanya kemudian mencium bibir Reno.

"Haru beli apa saja?" Tanyanya pada Haru yang berjalan di samping Reno.

"Haru beli sosis mama! Eh, tante icha? Tante! Mau sosis? Haru beli banyaaaak.." Ucap Haru. ia sangat antusias, berlari menuju Icha dan duduk di sebelahnya.

"Hai Haru.. makin lucu aja." Sapa Icha. Haru terkekeh, ia menunjukkan bungkusan sosisnya.

"Tante mau rasa apa?"

"Rasa yang ingin segera di salurkan ada gak Haru?"

PLETAAK!

Satu pukulan di jidatnya berhasil Icha rasakan karena tangan sharen.

"Enak aja lu bilang begitu sama anak gue Cha, gak boleh. nanti dia jadi wanita galau kayak lo." Sharen memperingati. Sementara Icha hanya bisa mengerutkan keningnya.

"Icha, maaf ya lama. Tadi Haru mau kesana kemari dulu. Begitu tuh kalau punya anak perempuan. Liat ini mau liat itu pengen." Keluh Reno. Ia duduk di sofa sebrang Icha, bersandar karena kelelahan. Sharen yang melihatnya segera bangkit, mengambilkan air dan menyerahkannya pada Reno.

"Makasih sayang.." Ucap Reno. Ia meminum airnya dan menepuk tempat di sampingnya. Sharen duduk disana, bersandar pada dada Reno. Dan Icha yang melihatnya hanya bisa menahan seluruh rasa iri dalam hatinya.

'Aku lelah jomblo Tuhaaan.. kapan ya begitu, si Sharen bikin baper aja!'

"Kamu bawa CV kamu?" Ucapan Reno memecahkan lamunan Icha.

"Oh.. i..iya, bawa. Ini." Ucapnya.

Reno mengambil amplop coklat itu, membaca keseluruhan isi yang terdapat di sana, menganggukkan kepalanya lalu menoleh pada Sharen.

"Di meja aku ada map coklat Sha.. tolong ambilin ya?" Pinta Reno. Sharen menganggukkan kepalanya.

"Ini by," Ucapnya seraya menyerahkan map nya.

"Di baca Cha.. itu kontrak kerja kamu."

"Lah, saya langsung di terima?" Icha bertanya dengan antusias. Reno mengangguk dengan yakin.

"Ya, kontrak kerja kamu. Di baca aja dulu, nanti kalau sudah setuju kamu kasih ke Sharen aja." Ucap Reno. Ada sebuah senyuman yang ia sembunyikan di bibirnya.

"Oh, oke. Kalau begitu saya pamit deh, hmm Sha! Gue pulang ya?"

"Oke Cha.. hati-hati ya? besok gue main ke rumah lo ajak anak-anak."

"Hadeuh, gue gadis mainnya sama ibu-ibu." Gerutu Icha. Reno dan Sharen tertawa bersamaan. Dasar.


*******


"Sha! Liat deh! Bagus gak?" Reno merentangkan sebuah kaos berwarna hitam bertuliskan. 'Real Men Make Twins' yang berhasil membuat Sharen tertawa.

"Ya ampun by, kamu sampe segitunya?" Tanya Sharen. reno tersenyum dengan bangga.

"Aku punya satu lagi, untuk kita berdua!" Reno mengambil sepasang kaos berwarna merah, lengan pendek dengan tulisan 'Dad of TWINS, That's right, I'm the man!' dan yang satunya berlengan panjang dengan tulisan yang sama juga hanya saja merubah kata twins dan man. itu untuk Sharen. astaga, Reno sangat kekanak-kanakkan sekali.

"Gimana, kamu suka gak?" Tanyanya antusias. Sharen masih tertawa, ia menganggukkan kepalanya. "Bagus by, aku suka.. yah, kamu darimana sih bikin yang begitu?" Tanya Sharen. memang sejak lama ia ingin menanyakan hal itu, Reno lebih sering memakai kaos-kaos yang sengaja ia pesan ketika mereka berjalan-jalan ke luar, dan dalam lemarinya juga banyak sekali kaosnya yang mempunyai tulisan seperti itu, sepasang dengan Haru. dan sekarang, Reno membelikan Sharen kaos serupa. Jadi mereka akan berjalan-jalan dengan kaos couple seperti ini? ya ampun manisnya.. walaupun sedikit menggelikan sebenarnya.

"Ini aku pesan dari temen aku Sha, bahannya nomor satu. Bagus. Sablonnya juga.. dan aku suka warna-warnanya. Oh ya, ini baru yang kita yang jadi. Aku juga pesan buat Haru dan si kembar."

"APA?"

"Punya Haru sama kayak kita, bedanya punya Haru depannya Sister. Kalau punya Putra, Twins boy, dan punya Hasya girl."

Oh tidak. Sharen menelan ludahnya. Kalau wanita mungkin Reno itu centil, tetapi kalau pria?.. hmmm.. tidak mungkin kalau centul kan? ya tuhan, dia mulai ngaco.

"Satu minggu lagi bajunya jadi sayang, nanti kita foto ya?" Ucap Reno. Sharen hanya bisa menganggukkan kepalanya. oke, satu minggu lagi mereka berfoto.


******


Hari di adakannya seminar tiba, Sharen tersenyum seraya mendorong stroller bayi kembarnya ketika masuk ke dalam hotel dan semua karyawan Reno langsung menyambutnya. Beberapa memberinya hadiah dan beberapa ingin bergantian menggendong Putra dan Hasya, membuat Haru yang biasanya di gendong oleh mereka mengerucutkan bibirnya, merasa semua tante dan om nya tidak lagi ingin mengajaknya bermain seperti biasa.

Ami yang menyadarinya, ia langsung menghampiri Haru dan bertanya, "Mau main sama tante?" Tawarnya. Haru melengos pergi. Tidak mau. ia bosan dengan Ami.

"Sayaaaang!" dan saat Haru berjalan menjauhi Ami, Maryam berteriak di belakangnya.

"Omaaa!" Pekik Haru. ia langsung berlari dan memeluk neneknya.

"Ya ampun sayang, oma kangen banget.."

"Haru juga oma! Haru kangen oma.."

"Maaf yah, oma liburannya kelamaan." Maryam terkekeh. Ia memang sedang berlibur beberapa minggu yang lalu bersama teman arisannya.

"Mamaa.. udah pulang?" Sharen menghampirinya, dan Maryam seperti biasa langsung menyambutnya dengan meriah.

"Hyaaa.. menantu mama! Kamu sehat?"

"Sehat ma.. alhamdulillah."

"Syukurlah. Gimana si Reno? Dia gak macem-macem selama mama gak ada kan?" Tanya Maryam berapi-api. Sharen menggelengkan kepalanya.

"Bagus, kalau sampe dia berbuat sesuatu dan menyakiti kamu atau bikin si kembar rewel. Mama kasih uler kuning tuh nanti! Eh, iya! Mama lupaa.."

"Kenapa ma?"

"Gak apa-apa sayang, mama lupa oleh-oleh mama yang ketinggalan di bu Tina.." Ralat Maryam. Sharen mengerutkan keningnya, hendak bertanya tetapi sebuah suara yang mengatakan kalau seminar akan segera di mulai menginterupsi mereka. Dengan cepat Sharen meraih Putra dan Hasya dan mendorong kembali stroller mereka.

Sharen dan Maryam juga Haru duduk di kursi tamu, kursi paling depan dalam studio milik Reno. Semua orang sudah berada di sana, semuanya adalah mahasiswa dan Sharen merasa bahwa ia sedang bernostalgia ke masa nya menjadi mahasiswa setahun yang lalu, sebelum Reno menikahinya.

Ponsel Sharen berbunyi, sebuah pesan dari Reno yang menyuruhnya untuk masuk ke belakang panggung. Sharen terlihat ragu tetapi pada akhirnya ia menitipkan bayinya pada Maryam dan mencari Reno di belakang panggung.

"Love! Disini.." Reno memanggilnya dengan kencang, dan ada beberapa orang yang menoleh ke arahnya. Astaga, Sharen jadi malu.

Dengan langkah cepat, Sharen berjalan menuju Reno dan berdiri di hadapannya.

"Kenapa by?" Tanyanya. Memperhatikan penampilan Reno tetapi tidak ada masalah apa-apa, masih sangat rapi dan tampan.

"Aku gugup Sha.."

"Loh? kok?"

"Sebelumnya aku hanya menyampaikan sambutan-sambutan aja. Tapi sekarang, aku benar-benar jadi pembicara mereka. Dan sekarang, kamu nonton." Ucap Reno, penuh dengan kegugupan.

Sharen menangkupkan tangannya pada wajah Reno, mencium bibirnya sekilas dan menatap matanya dalam-dalam.

"Kamu bisa by.. kamu bisa. Aku percaya kalau kamu bisa!" Ucapnya meyakinkan. Reno meraih tangan Sharen yang melingkupi wajahnya dan mengelusnya, ia juga membalas tatapan mata Sharen.

"Kamu inget, waktu pertama kali kamu tolongin Haru di THT?" tiba-tiba saja Reno mengatakan hal itu, membuat sharen menatapnya penuh tanya.

"Kenapa memangnya?"

"Kamu bilang sama Haru, kalau kamu akan ajari Haru terapi keberanian.. yang kamu ketuk-ketuk wajah Haru lalu kamu letakkan kedua tangan kamu di pipi Haru dengan keras dan bilang Haru bisa!"

"Ah, ya.. aku ingat."

"Bisa kamu terapkan padaku sekarang Sha?"

"Apa?"

"Please, sepertinya aku butuh itu sekarang sayang.." pintanya. Sharen diam sejenak, ia tidak menyangka kalau Reno akan mengingat hal itu sampai saat ini, dan.. ia harus melakukannya sekarang? yah.. baiklah, mungkin dengan cara yang berbeda.

Sharen menarik tangan Reno, menyuruhnya untuk duduk dan ia mengikuti Reno dengan duduk di sebelahnya. Mereka berdua saling bertatapan, hingga Reno menatapnya penuh tanya dan Sharen mendekatkan wajahnya.

Mencium kening Reno, mata, hidung, kedua pipinya, dagunya, dan..

PPPAAAK!!

Sharen menepuk kencang pipi Reno seraya berteriak "Kamu bisa by!!!" Pekiknya. Setelah itu dia tersenyum dan langsung mencium bibir Reno dan melumatnya dengan sangat cepat.

Reno tertawa, dan melihat Sharen tertawa,tawanya semakin lebar lagi.

Sharen benar-benar sumber kekuatannya. Sampai kapanpun Reno tidak akan ragu untuk hal itu.

"Terimakasih sayang.." Bisik Reno, ia mencium bibir sharen sebentar

"sudah, show must go on by! Sekarang.. ayo, tunjukkan padaku kalau kamu benar-benar bisa!" Ucap Sharen. reno menganggukkan kepalanya, ia berjalan lebih dahulu menuju panggung dan Sharen kembali ke kursi nya lalu menonton suami tampannya yang kini sedang memperkenalkan dirinya.

"Oke.. seperti yang kalian ketahui, nama saya.. Mareno Adzanul Saputra.." Ucap Reno di atas podium. Maryam mencibir mendengarnya, "Tuh lihat. anak menyebalkan ya seperti itu Sharen. mama kasih nama bagus Ilham, dia gak pernah pake kalau di acara begini." Gerutunya. Sharen hanya bisa tertawa mendengar mertuanya yang kembali membully anaknya.

"Mamaa.. itu papaaaaa!" Ucap Haru, ia sebenarnya berteriak tetapi untung saja seluruh studio sedang bertepuk tangan sehingga membuat teriakkan Haru tidak terdengar oleh yang lainnya.

"Ssst.. jangan teriak ya sayang." Bisik Sharen. haru menganggukkan kepalanya dan menutup mulutnya, ia melihat pada kedua adiknya yang mulutnya tertutup empeng kecil dan tiba-tiba saja Haru takut di berikan itu karena berteriak. Jadi, Haru benar-benar diam selama Reno berbicara di depan.

Seperti tema seminar menurut spanduk besar yang menggantung di atas panggung, Enterpreneurship, sudah pasti mengenai wirausaha dan Sharen merasa memang Reno sangatlah cocok untuk berdiri di sana, well, suaminya itu pemilik empat hotel terkenal dan sedang mengembangkan sebuah proyek besar! Secara tidak langsung, Reno sudah sangat berhasil dalam hidupnya.

"Ini istri saya, cantik ya?" Sharen mengangkat kepalanya, melihat Reno yang tengah menunjuk foto dirinya yang sedang tersenyum di layar. Selanjutnya ada banyak foto mereka dalam berbagai momen yang sebagian Sharen posting ke sosial media miliknya, dan yang terakhir adalah foto ketika di Rumah Sakit, sebelum Sharen melahirkan.

Empat foto menggemaskan.

Pose pertama mereka tersenyum, kedua Sharen memeluk tubuh Reno dan menyandarkan kepalanya di dada bidang Reno, ketiga dia mencium pipi Reno dengan wajah suaminya yang terkejut, dan terakhir mereka yang saling berpandangan sambil menahan senyum masing-masing.

Benar-benar membuat semua orang yang berada di sana iri dan bersorak dengan kencang. Sharen merona, ia menundukkan wajahnya karena malu.

"Yah, inilah.. sebagian dari foto-foto saya bersama keluarga saya. Tadi ada anak saya, dia lucu kan namanya Haru. usianya lima Tahun sekarang. ada anak kembar saya juga, yang cowok nempel sekali sama saya. Dan di foto yang terakhir ini, istri saya sedang menghitung jam menuju persalinan, dan selama dua bulan menuju persalinan saya selalu berusaha untuk selalu ada di sampingnya, dan pada saat persalinan pun saya menemaninya." Ucap Reno.semua diam mendengarkan.

"Betapa banyak sekali bukan waktu saya? Kenapa? Itu karena saya seorang wirausaha! Saya seorang pengusaha, bukan seorang karyawan!"

"Sekarang coba pikir oleh kalian. Memangnya, Karyawan bisa menghabiskan waktunya dengan keluarga lebih banyak daripada bekerja? Memangnya karyawan bisa menemani istrinya sepanjang hari untuk sekedar berjalan-jalan? Memangnya karyawan bisa bolos dengan seenaknya?" Tanya Reno. Seluruh studio hening.

Reno tersenyum, dan berkata "Jawabannya adalah tidak!" Tegasnya. Semua orang menganggukkan kepalanya, sementara Sharen menatap Reno penuh dengan kekaguman. Astaga, suaminya..

"Jadi sudah jelas bukan? Pengusaha seharusnya menjadi tujuan utama kalian, bukan sebuah perusahaan swasta ataupun lembaga pemerintahan! Jangan takut untuk mencoba, karena ketika kalian takut.. kalian tidak akan maju, kalian hanya akan terus menerus mundur dan pada akhirnya, tertinggal!"

"Modal.. biasanya itu yang menjadi kendala seseorang. Benar, memang sebuah usaha itu di perlukan sebuah modal yang sangat banyak. Tapi, kita bukan hanya punya uang! Kita punya sesuatu yang lebih berharga dari uang! Kita punya otak! Yang bisa kita gunakan untuk berpikir, merencanakan sebuah strategi dan merealisasikan apa yang kita inginkan. Betul?"

"Betul.."

Sharen kembali tersenyum, suaminya.. seperti sosok yang berbeda. sikap kekanak-kanakkan Reno yang selalu di tunjukkan padanya menguap entah kemana, dan Sharen benar-benar jatuh cinta padanya. Banyak hal yang membuatnya kesal pada Reno, tetapi jauh lebih banyak lagi hal yang membuatnya terus menerus jatuh cinta pada suaminya.

"Sekarang permasalahannya adalah perbandingan."

Sharen kembali mendengarkan suara lembut Reno. Perbandingan? Apa yang akan di sampaikan Reno? Sepertinya menarik.

"Ketika kita memulai sesuatu, atau bahkan memiliki sesuatu biasanya kita cenderung membandingkannya dengan lain. Ingat, rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau bukan?"

Semua orang mengangguk.

"Itu manusiawi. Jangankan untuk sebuah usaha, hal kecil saja kita selalu membandingkannya dengan orang lain. Saya contohkan saja, pasangan. Seberapa besar pun cinta saya pada istri saya, ada saat dimana saya akan membandingkannya dengan orang lain. Kalian pun sama bukan?"

"Sebuah usaha pun seperti itu. terkadang kita terlalu terpaku pada hal di atas kita, melihat usaha orang lain lebih besar omsetnya dari kita dan kita menjadi putus asa karena berorientasi pada kesuksesan orang lain. Itu merupakan kesalahan besar!"

"Apa yang kita mulai, yang kita miliki, yang kita jalankan. Itu adalah hal yang harus kita pertanggung jawabkan. Harus kita perjuangkan hingga akhir. Saya pun sama, memangnya saya tidak iri atau minder melihat Hilton hotel, Harris, dan beberapa hotel lain yang berdiri megah di kota Bandung ini? tetapi, hey.. kita semua punya tujuan yang berbeda, dan punya ciri Khas yang berbeda. masing-masing mempunyai poin penting di mata konsumen, dan yang seharusnya kita lakukan adalah.. mempertahankan semuanya dan terus berusaha untuk membuat usaha kita bertahan bahkan terus menerus menanjak sampai puncak."

Luar biasa.. reno benar-benar luar biasa.

Sharen benar-benar terperangah di buatnya.

"Intinya, mari kita berusaha. Selama kalian masih muda, ayo! Mulai semuanya, agar kalian bisa menikmati hasil kalian dengan bertumpang kaki atau bermalas-malasan suatu saat nanti. Jangan pernah takut untuk mencoba, dan jangan putus asa ketika kalian gagal. Bangkitlah, bangkit lagi, dan bangkit terus sampai kalian bisa berdiri di atas kaki kalian sendiri dengan penuh kebanggaan sambil berkata ' I'm Success people!' .

Reno tersenyum, suara tepukan tangan yang meriah langsung terdengar menggema di seluruh sudut studio.

Sharen berdiri dan menatap Reno penuh binar, melihat itu.. reno langsung merentangkan tangannya pada Sharen.

Menatapnya penuh tanya, Sharen mencoba berkomunikasi dengan Reno melalui matanya. Reno menyuruh sharen menyambut dirinya tetapi Sharen malu karena acara belum berakhir.

Reno terus menerus membujuknya, hingga akhirnya Sharen berjalan lebih cepat dan langsung melemparkan dirinya ke pelukan Reno.

"Aaa.. kamu hebat by!!!" Teriak Sharen. ia menciumi pipi Reno bertubi-tubi.

"Ya ampun geli Sha.."

"aku cinta kamu!!!" Ucap Sharen lagi. Reno menganggukkan kepalanya, "Aku lebih cinta kamuu.."

Dan riuh suara tepukan tangan kembali terdengar. Padahal Reno sudah berdiri di sisi paling pojok bagian panggung, tapi ternyata tetap saja ia mencuri perhatian.

"Wah.. kita bisa masuk koran nih sha.." Bisik Reno. Sharen menatapnya dengan manja.

"Gak apa-apa. asal kita berdua yang masuk koran! Kalau kamu sendiri, nanti kamu banyak fans."

Oh tuhan.. Sharen.. dasar.

Reno mendekat, memeluk tubuh Sharen dengan erat dan berbisik, "Terimakasih sayang.."


*******


Tiga hari lagi Putra dan Hasya berusia empat puluh hari. Reno dan Sharen sibuk mempersiapkan keperluan untuk aqiqah bayi kembarnya. Dan disinilah mereka, di pusat perbelanjaan terkenal, pasar baru. Reno sedang menemani Sharen membeli mukena untuk souvenir ibu-ibu yang akan mengikuti pengajian, dan sudah satu jam berkeliling, mereka belum juga menemukan barang yang di inginkan oleh Sharen. sejak tadi istrinya itu terus menerus berjalan kesana kemari menawar ini dan menawar itu. reno hanya bisa mengikutinya dan menjadi ekor Sharen.

Sebenarnya Mushkin yang seharusnya pergi menemani Sharen, tetapi Reno mendadak ingin menemani Sharen dan pada akhirnya ia yang menemani istrinya untuk berbelanja. Tetapi jika seperti ini, Reno lebih memilih untuk diam di kantor saja. hanya berkeliling-keliling mengikuti dan mendengarkan Sharen tawar menawar benar-benar melelahkan untuknya.

"Ini berapa a?"

"dua ratus ribu neng.." Sharen mendesah mendengar harga yang di tawarkan oleh pedagang, dan Reno menghela nafasnya. Sepertinya pertarungan di mulai lagi.

"Saya mau beli 50 pak.. seratus aja ya?"

APA?

Sharen menawar dengan setengah harga? Oh tidak, harus di taruh dimana muka Reno yang tampan ini Tuhaaan?

"Gak bisa neng, mentok-mentok paling seratus delapan puluh."

"Kemahalan itu a, kan saya belinya lima puluh. Seratus ya?"

"Seratus delapan puluh."

"Seratus a.."

"Udah pas teh."

"Yah, oke! Seratus sepuluh ribu! Noh a, saya tambahin sepuluh ribu."

Sepertinya pedagang itu belum setuju, dengan segera Reno menarik Sharen untuk menjauhi toko tersebut.

"Kenapa sih by?" Tanya Sharen. reno berbisik.

"Ambil aja lah Sha, gak usah di tawar-tawar."

"Loh, kok gitu sih? Harganya pasti segitu by, kan hemat."

"Hemat sih hemat sayang, tapi kita sudah berkeliling selama satu jam. Mama nunggu di rumah sama si kembar, gak enak juga."

"Sebentar lagi yah by? Aku tawar dikit lagi deh." Sharen bersikukuh. Baiklah, Reno harus menahan nafasnya. Oke! Atur nafas, dan atur emosi.

"Langsung ambil saja Sha.. seratus delapan puluh sudah murah Sha. Kainnya juga bagus kan?"

"Ih by! Pokonya kamu tunggu disini. Aku mau nawar. Titik."

Sharen menghentakkan kakinya, sementara Reno hanya bisa terduduk di atas tangga dengan lemas. Sabar, sabar.. menemani ibu-ibu berbelanja memang seperti ini bukan? Astaga..

Lima belas menit kemudian Sharen kembali dengan senyuman yang begitu lebar di wajahnya. di belakangnya ada seorang pegawai yang akan mengantar barangnya.

"Ayo hubby sayang, kita pulang.." Sharen menarik tangan Reno dan berjalan menuju pakiran.

Begitu semua barang sudah selesai di masukkan dan mereka keluar dari basement, Reno bertanya,"Berapa harga kamu beli itu Sha?"

"Seratus dua puluh lima ribu by!"

APA?

Reno hampir saja mengerem mobilnya secara mendadak. Seratus dua puluh lima ribu? Sharen hanya melebihi lima belas ribu dari tawaran pedagang itu? ya Tuhan..

"Tadi sempet debat panjang dulu by, hadeuh.. aku cape. Tapi akhirnya kan berhasil!" Ucap Sharen dengan bangga. Reno menggelengkan kepalanya. seorang istri pengusaha muda terkenal menghabiskan waktu hampir dua jam hanya untuk membeli mukena saja? astaga, bunuh saja Reno. Bunuh! Apa gunanya uang yang menumpuk kalau istrinya menghabiskan banyak waktu untuk menawar harga? Ya Tuhan.. ampuni dosanya.

"Padahal Sha.. kalau kamu minta, aku bisa beliin kamu sama pabrik mukenanya! Yang gede kayak Garmen di Kircon sekalian aku kasih buat kamu. Gak usah tawar-tawar begitu."

"Selama masih bisa di tawar kenapa nggak sih by?"

"Ya, tapi kan.. ya ampun Sharen.. kamu apakan penghasilan aku yang banyak kalau kamu hematnya sampe se begini susah?"

"Apaan sih by kamu lebay deh, disana langganan aku sama mama. Aku udah tau harga sama bahannya by. Tadi pegawainya baru semua, makanya aku tawar terus sampe dapet." Bela Sharen. reno mendesah. Baik. Baik. Wanita itu makhluk yang selalu benar bukan? Dan dia, pengusaha.. Pengusaha itu manusia dengan berbagai resiko dalam setiap langkahnya. Bagus, ia sudah mendapatkan resikonya saat ini.

Oh, Sharen.. untung saja Reno cinta mati padanya, kalau tidak.. entahlah, Reno tidak tahu lagi.


**********


Kepala Putra dan Hasya sekarang sudah benar-benar botak tanpa rambut se helai pun. Setelah aqiqah yang memotong rambut mereka sebagian, Sharen bersikukuh ingin membuat kedua bayinya botak dengan alasan supaya rambut mereka cepat tumbuhnya, dan Mushkin.. saat melihat kedua bayi Sharen dan Reno yang botk langsung menertawakannya.

"Buset nooo.. anak lo kayak tuyul! Bhahahaha !"

"Tuyul itu apa om?"

BUGH! Satu pukulan mendarat di kepala Mushkin.

"Berapa kali gue bilang Mus, jangan ucapin kata-kata aneh di depan Haru! anak gue bisa ngomong yang nggak-nggak nanti." Gerutu Reno. Mushkin mengerucutkan bibirnya.

"Mereka mah botak juga lucu Mus, memangnya kamu! Kamu kalau botak udah gak jelas pasti nanti bentuknya! Lampu taman ia, kayak bos mavia iya, dan.. kayak gagang pintu toilet Mushkiiin!!!" Ledek Maryam. Mushkin menatapnya dengan tak menyangka.

"Tante kalau hina gak pernah tanggung-tanggung! Pasti bikin aku nista banget.."

"Ya elah dia bilang nista.." Lanjut Renita.

"Astagah.. kalian. Terus aja bully.. terus.."

"Lah, dia minta di bully.." Ucap Reno.

Mushkin menyandarkan punggungnya pada kursi.

"Fix nih, pundung! Lo ilham! Kayak gak butuh gue aja.."

"Nggak Mushkin, gue butuhnya Sharen.. hanya Sharen." Reno langsung mencium kepala Sharen dan memeluknya dengan erat.

"Argg,,, jiji lama-lama gue liat kalian!"

"Huuu.. bilang aja iri Mus! Eh, mau tante kasih jodoh gak?" Tawar Maryam. Mushkin langsung berbinar, "Mau tante! Mau aja, pake banget! Mau bingits.."

"Sabar ya, nanti tante minta air do'a dulu buat kamu."

"APAA?"

"Aiihhss.. udah gak beres. Udah ah, sana kalian pulang!" Semua orang berhenti tertawa. Tunggu, Reno mengusir mereka?

"Acaranya kan udah beres. Pulang aja gih.. pulaaang.." Usir Reno lagi.

"Dasar! Bilang aja mau belah du―"

"MUSHKIN NANTI HARU IKUTIN KATA-KATA BEGITUAAAN!!" Teriak Reno. Semua orang tertawa, beberapa sata kemudian mereka akhirnya pergi dari rumah Sharen dan Reno atas usiran kasar Reno pada mereka.

Setelah mereka pergi, Putra dan Hasya terbangun, dan menangis, dan minta di susui, dan reno.. harus menerima kenyataan bahwa belum saatnya ia kembali merasakan sebuah kegiatan yang sudah ia idamkan sejak lama.


*********


"By.. bisa pindahin matras kecil ke meja gak?" Pagi-pagi ketika Reno baru selesai mandi, Sharen berteriak seraya menggendong Hasya, Putra berada di box nya karena sekarang mereka sudah bertambah berat dan kalau harus menggendong keduanya, Sharen tidak akan sanggup.

"Buat apa Sha?" Tanya Reno, meskipun bertanya tetapi ia menghampiri Sharen dengan membawa matras kecil dan meletakannya di atas meja.

"Buat latih si kembar angkat kepala by, kemarin-kemarin mereka mulai angkat-angkat tapi masih goyang. Semoga aja sekarang bisa tegak." Ucapnya. reno menganggukkan kepalanya.

"Nah.. anak mama, tengkurep ya sayang." Sharen meletakkan Hasya dalam posisi tengkurap, dan Reno mengambil Putra lalu memposisikannya di samping Hasya.

Setelah itu, mereka berdua duduk di lantai menghadap bayi kembar mereka yang sedang tengkurap.

"Putraa.. sayang.." Panggil Sharen. kepala Putra bergerak-gerak untuk naik tetapi masih terlihat oleng, Hasya juga sama.

Keduanya masih berusaha untuk mengangkat kepala mereka, sementara Reno dan Sharen terus menerus menunggu seraya memanggil kedua anaknya secara bergantian.

"Anak papaaa yang cantik, Hasyaa.. mana coba papa lihat sini sayaaang.." Ucap Reno. Hasya menaik turunkan kepalanya, masih mencoba untuk menyeimbangkan posisinya yang akan terangkat.

"Papa, Mamaa.. lagi apa?" Haru datang, berlari dan duduk di pangkuan Reno.

"Lagi nonton baby sayang, lihat nanti kepala Hasya sama Putra di angkat ke atas." Ucap sharen, membelai kepala Haru dan menatap kedua bayinya.

"Halooo dedeeee.. kakak Haru mau nonton dede!" Sapa Haru. ia tersenyum, dan begitu Haru selesai bicara, baik Putra maupun Hasya, keduanya mulai menegakkan kepala mereka yang sejak tadi masih oleng. Reno dan Sharen menunggu dengan debaran jantungnya yang tinggi, sedetik kemudian.. kepala keduanya benar-benar terangkat dengan tegak. Sharen langsung bersorak, ia langsung menatap Reno dengan tatapan haru nya.

"By! Mereka berhasil!" Ucap sharen. reno menganggukkan kepalanya, ia menatap Sharen yang saat ini sedang berkaca-kaca, hampir menangis.

Sama seperti Sharen, Reno juga seperti itu.

"Anak kita by.. mereka akhirnya bisa angkat kepalanya tegak!" Sharen langsung memeluk Reno, dan tiba-tiba saja menangis saking bahagianya.

Keduanya tidak mengerti, hanya karena bayinya bisa mengangkat kepalanya dengan tegak. Mereka sampai bahagia hingga menangis seperti ini.

Benar-benar terasa indah. Kebahagiaan yang sama sekali tak pernah di sangka oleh keduanya.

Reno menatap Haru yang kebingungan karena kedua orang tua nya. Ketika Haru bayi, ia tidak tahu kapan Haru mengangkat kepala, kapan dia tengkurap. Reno hanya tahu ketika Haru mulai berdiri dan berjalan, itu pun sudah membahagiakan untuknya, dan ketika ada seorang wanita cantik di sampingnya yang berbagi kebahagiaan semacam ini dengannya, Reno benar-benar merasa berkali lipat lebih bahagia dari sebelumnya. Ia tak henti-hentinya bersyukur pada Tuhan.

Tuhan telah mengambil Nova darinya, dan membalasnya dengan mengirimkan Sharen dan kedua bayi kembarnya yang benar-benar mewarnai hidupnya yang sempat kelam.

Astaga, betapa Reno tidak mau kehilangan mereka..

"Sudah ya, nanti Putra sama Hasya pegel." Sharen beranjak dari sisi nya, mengambil Putra lalu meletakannya di pangkuan Reno kemudian mengambil Hasya dan menggendongnya.

"Anak papa.. pintar sekali sih." Ucap Reno pada Putra.

"Haru juga pintar papa!" Timpal Haru, langsung membuat Reno tertawa.

"Kalau Haru bukan pintar lagi, tapi sangat pintar. Nah, sini.. cium papa?" Reno menyodorkan mulutnya yang sudah memonyong dan Haru langsung mengecupnya dengan cepat.

"Mama gak akan dicium?" Protes Sharen. haru segera beranjak, mendekati Sharen dan berkata, "Haru mau cium mama! Lebih lama dari papaaa. Cium nempel!" Ucap Haru, kemudian ia meraih wajah Sharen. mencium pipi Sharen dan menekan bibirnya dengan sangat lama, membuat Sharen kegelian dan tertawa karena tingkah lucu Haru.

"Ya ampun, anak mama kenapa semangat banget ciumnya?" Kekeh Sharen.

"Anak siapa sih Haru?" Tanya Reno.

"Anak papa Reno dan mama Sharen!!" Pekik Haru. membuat Reno dan Sharen saling berpandangan dan tersenyum, berkomunikasi melalui hati mereka masing-masing.


*****


Malam harinya, Putra dan Hasya tertidur lebih awal, tetapi Haru mendadak mengatakan kalau ia ingin menonton film dan tidak mau tidur.

Reno sudah membujuknya dengan sejuta cara, tetapi Haru tidak mau tidur juga.

Sama seperti Haru yang tidak mau tidur, sesuatu dalam dirinya juga tidak mau tidur.

Reno mempunyai dua pilihan, menidurkan Haru atau memaksa menidurkan dirinya dan pada akhirnya ia akan tersiksa semalaman. Kalau begini, sudah jelas. Reno memilih pilihan pertama.

Menidurkan Haru.

"Haruna.. ayo kita tidur, sudah malam." Bujuknya lagi.

"Gak mau papa! Haru mau nonton."

"Nontonnya besok aja, kita ke bioskop ya?"

"Gak mau! Haru mau nonton sekarang."

Ya Tuhan.. Haru itu Reno sekali, kalau sudah punya keinginan ya sudah. Tidak bisa di bujuk dengan apapun lagi. reno memikirkan sesuatu dalam kepalanya. ia harus bergerak cepat, kalau tidak mau sengsara.

Baiklah, Reno punya cara ampuh!

Berjalan dengan mengendap-ngendap, Reno mendekati stop kontak yang berada di belakang sofa, memastikan tidak ada yang melihatnya, ia langsung menyentuhnya dan.. bbang! Reno mencabut semua colokan yang tersambung pada TV nya, membuat layar besar yang menampilkan gambar itu mati tiba-tiba.

"Papaaa! TV nya mati!" Pekik Haru. reno kembali mengendap-endap, muncul di depan Haru memasang wajah polosnya.

"Mati? Kok bisa?" Tanyanya. Haru mengerucutkan bibirnya dan menggelengkan kepalanya.

"TV nya mungkin capek sayang, pengen tidur.."

"Masa sih papa?"

"Iya, kalau tidak cape, kenapa dia tiba-tiba mati?" Tanya Reno. Haru diam sejenak, memikirkan apa yang ayahnya ucapkan dengan kepala kecilnya.

"TV nya nakal, gak mau main sama Haru. kalau gitu Haru juga mau tidur!!" Pekiknya. Reno menahan senyumnya. Bagus, ia berhasil!

"Nah, sekarang Haru tidur ya?" Bujuk Reno lagi. haru menganggukkan kepalanya.

Dengan semangat, Reno menggendong Haru ke kamarnya dan menidurkannya dengan menepuk-nepuk pundak Haru dengan lembut.

Setelah hampir setengah jam, Haru benar-benar tertidur. Dan untuk pertama kalinya Reno merasakan bahwa dirinya benar-benar Merdeka!

Kembali menuju kamarnya, Sharen baru keluar dari kamar mandi dan mengeringkan rambutnya. Masih dengan sebuah handuk yang melilit tubuhnya. Reno tersenyum, "Hai sha.." Ucapnya. membuat Sharen kebingungan.

"Kenapa sih b―hmmpff"

Tanpa menunggu Sharen berbicara, Reno langsung membungkam bibir Sharen, menciumnya dan langsung melumatnya.

Sharen memekik karena kaget, tubuhnya bahkan sampai limbung akibat tekanan dari Reno. Untung saja Reno memeluknya dan menahannya agar tidak jatuh.

Reno bergerak dengan sangat liar di atas bibirnya, melumatnya sampai Sharen benar-benar kewalahan membalasnya.

Tangan Reno yang memeluknya meraih handuk putih yang menutupi tubuhnya dan dalam sekejap melepasnya, membuangnya ke sembarang arah dan membuat Sharen benar-benar polos tanpa sehelai benang pun.

Reno mendorong tubuh Sharen menuju ranjang dan memposisikannya untuk berbaring dengan lembut. ia melepas sebentar ciumannya untuk saling berpandangan dan mengatur nafas masing-masing.

Sharen hendak berbicara, tetapi Reno kembali mencium bibirnya dengan lebih dan lebih liar lagi. tangannya bahkan sudah menyentuh setiap bagian tubuh Sharen dan membuat Sharen menegang, sampai melenguh karena sentuhan-sentuhan Reno pada tubuhnya.

Sharen sudah bergeliat dengan gelisah, tangannya terus menerus bergerak di leher Reno dan kakinya secara reflek langsung melingkar pada pinggang Reno.

"Kamu sudah bisa kan Sha?" Reno melepaskan ciumannya dan bertanya sebentar. Keduanya terengah-engah,Sharen tidak bisa menjawabnya, hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan lemah, dan ia kembali melenguh saat tiba-tiba saja kepala Reno sudah berada di lekukan lehernya dan sebua ciuman bertubi-tubi Sharen dapatkan dari lehernya.

Sepertinya malam ini akan sangat panjang sekali, mengingat Reno sudah menahannya sejak lama dan Sharen pun sudah tidak merasakannya sejak lama.

Mereka benar-benar merindukan hal ini.


***


Usia Putra dan Hasya hari ini sudah genap dua bulan, berat badan keduanya naik dengan pesat membuat banyak lipatan di seluruh tubuhnya dan cembungan besar di kedua pipinya. Tubuh mereka yang besar dan gendut sama sekali tidak terlihat kalau mereka bayi berusia dua bulan.

"Mereka segede gini, di kasih asi aja kan Sha?" Tanya Reno, begitu keluar dari ruangan Ineu.

"Iya by, asi aja. Tapi kan mereka minumnya kuat banget. Untung badan aku gak habis kan!" Kekeh Sharen. Reno menjawil hidungnya dengan gemas.

"Harus tetep banyak makan ya Sha?"

"Iya by.. kamu juga banyak makan! Menghadapi Icha dan Mushkin bukanlah hal yang mudah." Ucap Sharen. reno tertawa. Ya, benar. Besok Icha sudah mulai bekerja menjadi asisten Mushkin, dan keduanya belum tahu masing-masing. Sepertinya hal ini akan menjadi kejutan untuk mereka.

"Sekarang kita ke tempat baby spa ya by? Kan kamu udah janji!" Ujar Sharen. reno tertawa, ya.. memang hari ini Reno sudah berjanji akan menemani Sharen untuk baby spa bayi kembar nya. Hari ini jadwal mereka sangat padat, setelah pemeriksaan pada Ineu, Reno dan Sharen akan mengantar si kembar untuk baby spa, setelah itu mereka berjanjian dengan keluarganya di Kebun Binatang karena Haru yang terus menerus merengek ingin melihat Rusa dan Zebra, juga Unta di Kebun Binatang.

Sampai di tempat Baby Spa, Sharen dan Reno langsung menyerahkan bayi mereka pada kedua terapis nya dan duduk menyaksikan kedua bayinya yang siap untuk di pijat.

"Berapa bulan bun?" Tanya sang terapis. Sharen tersenyum, "dua mbak.. besar ya?"

"Iya, besar bun. Gendut sekali, berapa kilo?"

"Putra tujuh kilo, Hasya enam kilo."

"Whoa.. hebat bun, kuat sekali ya asinya?"

"Iya mbak, kuat sekali. Saya kadang sampe kelelahan."

"Wah, hebat deh bun.. anaknya kembar. Sekali punya anak langsung dua." Ucap terapis itu. sharen tersenyum seraya menyandarkan kepalanya di bahu Reno.

"Ini anak kedua saya mbak, saya udah punya anak tiga." Sahut Sharen. ada sebuah keterkejutan di mata terapis yang sedang memijat bayinya.

"Oh, tapi bunda kelihatan masih muda sekali, ayahnya juga." Pujinya. Reno hanya terkekeh mendengarnya.

"Anak kita yang pertama minggu depan sudah masuk TK mbak.. dia lima tahun." Jelas Reno. Terapis itu kembali terkejut, tetapi kemudian ia melanjutkan kegiatannya untuk memijat.

Selama tiga puluh menit Putra dan Hasya di pijat, sekarang mereka sedang melakukan sebuah peregangan kecil sebelum berenang. Keduanya tertawa dan memekik saat terapis yang menuntunnya menggerak-gerakkan badannya, Putra malah yang lebih antusias. Reno dan Sharen terus menerus tertawa di buatnya. Mereka menggemaskan sekali.

"Nah, bunda.. ayah, bisa di gendong bayinya sebentar? Kita akan memakaikan neck ring." Ujar terapis itu. reno dan Sharen menurut, mereka menggendong Putra dan Hasya masing-masing. Setelah pelampung leher itu di pasangkan, Putra dan Hasya benar-benar sudah siap untuk berenang!

Begitu menyentuh air di kolam, keduanya langsung menggerak-gerakkan kaki mereka, dan saat terapis melepaskan mereka, Putra langsung tersenyum, sementara Hasya mulai bergerak kesana kemari.

"Kalau Haru ada disini, pasti dia pengen ikutan berenang Sha! Lihaaat.. Hasya kenapa heboh sekali berenangnya."

"Putra yang kalem by, dia menikmati begitu."

"Sha, lihat tangannya! Whoaaa.. anak papa udah bisa berenang sekarang?"

"By! Putra ngantuk. Lihat.. dia tidurrr!!"


******


"Sharen sama Reno kemana sih? Kok lama banget." Maryam menunggu dengan gelisah di depan Kebun Binatang.

"Iya nih ma, katanya barusan udah beres baby spa nya. Tapi kok lama, tau gitu kita ikut aja." Gerutu Renita.

"Yaelah sabar kali tante mar, mbak ren.." Mushkin berbicara seraya memakan pisang goreng yang di ambilnya dari tukang gorengan di sebelahnya.

"Om! Haru mau itu!" Haru menunjuk pisang goreng miliknya, gawat! Haru mau gorengan? Bisa di goreng Reno kalau Mushkin memberikannya pada Haru.

Dengan cepat, Mushkin menghabiskannya dan menggendong Haru.

"Gak boleh ya, nanti pisang om di jadiin gorengan sama papa kamu!"

"Om punya pisang?" Tanya Haru dengan polos. Mushkin tertawa, tentu saja! pisangnya bagian terpenting dari dirinya.

"Punya dong!"

"Haru suka pisang om! Haru mau pisang. Omaaa.. om Mus bilang om Mus punya pisang!" Haru berteriak pada Maryam, membuat Maryam membulatkan matanya dan menatap Mushkin dengan horror.

"Mushkin! Jangan bllang begitu-begitu sama Haru! mau kamu di omelin Reno?"

"Ih maaf tante kan gak sengaja!"

"Ya pantes aja kamu jomblo, mulutnya ember banget. Sama anak kecil aja obrolin pisang. Cewek bisa ilfeel mus sama kamu!"

"astaga tante maaar.. kenapa bawa status sih? Awas loh! besok aku dapet asisten tau tante maaar.. siapa yang tahu kalau dia jodoh aku."

"Yayaya terserah kamu aja lah Mus!"

"Ini Reno mana lagi, ngaretnya kok―"

"Hai mamaa.. maaf Reno telat." Yang di bicarakan oleh mereka sudah datang rupanya, Reno merangkul ibunya dan mencium pipinya.

"Kamu! Kenapa lama sih? Untung Haru gak nangis." Gerutu Maryam.

"Maaf ya ma, tadi abisnya si kembar lucu sih. Mereka seneng berenangnya, nih mau lihat?" Reno menyodorkan ponselnya dan memutarkan video anaknya yang sedang berenang.

"Whoaa.. gila keponakan aku lincah banget!" Ucap Renita.

"Wah pakboss, mereka kayak ikan begitu yak. Aduh, lucunya si Hasya.. eh putra tidur!"

Semua orang menontonnya dengan tertawa.

"Udah yuk, kita masuk. Keburu siang." Suara Reno menyadarkan mereka, ya. waktu semakin berlanjut bukan? Mereka harus segera masuk ke dalam.

Sharen mendorong stroller bayi kembarnya dan Reno menggendong Haru, mereka semua berjalan ke area kebun binatang. Burung, singa, harimau, gajah, Haru benar-benar sangat antusias sekali. Ia sangat senang, bahkan Haru ingin naik gajah tetapi Reno melarangnya dan membujuknya dengan menaiki unta, hingga pada akhirnya Haru menuruti ayahnya, menaiki unta tetapi wajahnya sama sekali tidak senang.

Unta terlalu lambat, dan Haru sangat kebosanan sekali menaikinya.

"Haru bete tuh by.." Bisik Sharen, Reno mengangkat bahunya. "Biar saja. setidaknya unta kan aman sayang.."

Ya, unta aman. Tetapi tetap saja, Haru bukannya senang malah mengerucutkan bibirnya. Benar-benar kesal. astaga, lucunya.

Mereka kembali berjalan bersama, Maryam sibuk mengoceh ini itu dengan Mushkin sementara Renita sibuk dengan ke dua anaknya, Reno dan Sharen yang berjalan di belakang mereka hanya bisa tersenyum seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Diantara rombongan mereka sepertinya yang menikmati perjalanan hanya Sharen dan Reno saja.

"Renoooo!" Maryam bersuara, memanggil anaknya dengan sangat keras begitu mereka memasuki area ular.

Reno menelan ludahnya. Ular.. astaga, sejak dulu ia benar-benar tidak bisa berdekatan dengan ular.

"Reno, sini!" dan Maryam malah menarik tangannya, membawa Reno ke suatu tempat yang ternyata adalah tempat berfoto bersama ular kuning.

APA? ULAR KUNING?

Reno ingin pingsan sekarang jugaa!!!

"Ma.. mama nga.. mama ngapain?" Reno mulai gelagapan, sedikit ketakutan tetapi itu tidak menggetarkan tekad Maryam untuk membawanya kesana.

"Kamu inget gak? Waktu mama bilang suatu saat kamu bakal pake Haru buat modusin Sharen!"

Reno diam sejenak, kapan ibunya berkata seperti itu? rasanya Reno tidak pernah mendengarnya.

"Halah, suka pura-pura lupa. Sebelum kalian menikah, mama bilang begitu. yang kamu bilang tuh sampe kapanpun kamu ga akan manfaatin anak kamu sendiri." Ucap Maryam lagi. reno berpikir sejenak. Rasanya kalau yang itu..

Ah! Ya, benar. Ia pernah mengucapkannya.

"Inget kan?"

"I..iya ma.."

"Nah, kamu inget kan? mama pernah bilang kalau kamu sampe modusin Sharen atau manfaatin anak kamu, kamu harus mau di foto sama ular kuning." Putus Maryam. Seperti sebuah palu hukuman mati untuk Reno.

Berfoto bersama ular kuning?

TIDAAAK! RENO TIDAK MAU!

"Tapi Reno memang tidak memanfaatkan Haru ma, jadi Reno ga akan foto." Bela Reno. Maryam memukul punggungnya, "Enak aja kamu bilang! lupa ya? waktu subuh-subuh kamu pergi sama Sharen naik motor. Kamu kan suruh mama jagain Haru, bilang sama Sharen malah mama yang mau ajak main Haru. hayoh! Itu apa namanya kalau bukan memanfaatkan anak sendiri."

Oh, tidak..

Sharen mendekat ke arah mereka. Tidak mendengarkan dengan jelas ucapan Reno dan mertuanya tapi ia ingin tahu apa yang terjadi.

"Itu kan udah setahun yang lalu mama! Udah lama." Reno masih mempertahankan diri untuk membela dirinya dan menyelamatkan lehernya dari lilitan ular kuning itu. astaga, bulu kuduknya berdiri semua!

"Halah, alesan. Janji ya tetap janji. Udah pak, langsung lingkarin aja ulernya ke leher dia." Ucap Maryam pada penjaga ularnya. Reno membelalakkan matanya, saat ular itu sudah dekat dengannya, ia berlari dan langsung memeluk Sharen.

"Sha.. ayo pergi!" Ucap Reno. Sharen mengerutkan keningnya tidak mengerti. Ia menatap Maryam penuh tanya, "Jadi kenapa nih ma?"

"Itu sayang, Reno pernah janji kalau dia mau foto sama ular kuning!"

"Bohong Sha! Mama bohong!"

"Eh, masa orangtua bohong sih! Reno udah janji loh Sharen.."

"By, kalau janji ya harus di tepatin dong!"

"Sharen! aku gak mau! masalahnya itu ular Sha.. ular. Aku gak mau, tolongin aku." Ekspresi wajah Reno benar-benar seperti anak kecil yang ketakutan ketika sedang di jahili temannya, Sharen ingin tertawa melihatnya.

Ini kali pertamanya melihat Reno ketakutan konyol seperti ini, dan ternyata menyenangkan sekali melihatnya.

Maryam mengajak Sharen untuk berkomunikasi lewat tatapan mereka, Sharen mengerti dan ia mencoba untuk melakukan apa yang mertuanya perintahkan.

Menggeser tubuhnya, Sharen berdiri di samping Reno. Dan ketika pawang ular sudah mendekat, Sharen berlari sementara ular itu langsung berada di leher Reno dan membuat Reno memejamkan matanya, menghentakkan kakinya dan berteriak-teriak.

"MAMAAAAA! GELI! GAK MAU!!!! SHAREN!!!! TOLONGIN AKU!! " Pekik Reno. Sharen tertawa. Astaga, suaminya..

Suaminya yang menyebalkan, suaminya yang penuh cinta, suaminya yang selalu bersikap lembut, suaminya yang memanjakannya, dan suaminya yang begitu di cintainya melebihi apapun di dunia ini.

Reno..

Sharen benar-benar merasa beruntung, ia tidak pernah menyesali hari ketika ia di pertemukan dengan Reno. Ketika ia menyumpahi dirinya sendiri untuk menikahi pemilik hotel Paleo, ketika dia di sakiti oleh Reno, ketika ia mengorbankan seluruh hidupnya untuk mengabdi pada Reno.

Sekarang, masih banyak hal yang belum Sharen ketahui sepenuhnya dari Reno, begitu pun sebaliknya. Tetapi semua selalu menjadi sebuah proses yang indah untuknya.

Tidak menutup kemungkinan kalau Reno kembali menyakitinya, tetapi tidak menutup kemungkinan juga Sharen membuat Reno kecewa, karena pada dasarnya mereka berdua hanyalah kedua orang asing yang di pertemukan dalam sebuah takdir bernama cinta, sebuah ikatan bernama pernikahan, dan sebuah penyatuan jiwa bernama Putra dan Hasya.

Semuanya memberikan seluruh kebahagiaan yang belum pernah Sharen duga sebelumnya. Reno, Haru, Putra, Hasya, dan keluarga mereka. Tak henti-hentinya Sharen mensyukuri semuanya dalam hatinya.

Selamanya Reno akan menjadi orang paling berarti untuk Sharen, dan selamanya Sharen akan mencoba menjadi wanita terbaik untuk berada di samping Reno.

Karena Reno suaminya.

Karena Reno imamnya.

Dan..

Karena Reno..

Dia benar-benar bahagia.

Sharen benar-benar mencintainya.

"MAMAAA! LEPASIN ULARNYA SEKARANG JUGAAA!!!!" Teriak Reno lagi. tanpa di sangka, dia sudah menangis. Dan begitu ularnya lepas, Reno langsung berlari dan memeluk Sharen. astaga, suaminya yang pemalas dan manja!



E.N.D



Haaah.. sudah.. TAMAT SUDAH CERITA INI..

Ya allah, gak nyangka banget udah selesai ini cerita huhuhu

Sedih ya.. sampai jumpa Reno si manusia lemah lembut yang sering menyakiti Sharen.. semoga kalian bahagia :v

BONUS PART ATAU EPILOG.. ITU AGAK LAMA YA. CATAT DARI SEKARANG. TIDAK AKAN CEPAT CEPAT.. tapi bisa aja sih cepet, kalau akunya mau *semacam galau

JADI JANGAN HAPUS DULU DARI LIBRARY KALIAN YA, KARENA AKU JUGA GAK AKAN HAPUS CERITA INI DI WATTPAD. KALIAN BISA MENGENANG MEREKA SUATU SAAT NANTI DERS!!

TERIMAKASIH UNTUK SEMUA APRESIASI KALIAN, CINTA KALIAN, VOTE KALIAN, KOMEN KALIAN, SEMANGAT KALIAN UNTUKKU..

TERIMAKASIH READERS.. TERIMAKASIH..

AKU BENAR-BENAR TIDAK MENYANGKA WARTEG SHARENO AKAN MELEJIT BEGINI. DI LUAR DUGAAN BANGET PEMBACA AWAL SAMPAI HAMPIR TIGA BELAS RIBU.. BENER-BENER TERHARU.

SEKALI LAGI TERIMAKASIH YA..

SAMPAI JUMPA DI MUSICHA STORY.. NANTI JUGA KETEMU MEREKA KOK DISANA. OKE DERS?

AKU SAYANG KALIAN..

BYE~

WASSALAM..

RISKA SETIAWATI

BANDUNG, 09-11-2015




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro