Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PART 32 | RAFFERTY!!!!

HOYYY GENG!!!! *keluar dari teko

Karena kemarin pendek, aku kasih part ini seperti part sbelumnya yg selalu panjang sepanjang jalanku untuk menemukan jodohku '-'

Mengenai bayi kembar yang harus pisah, itu aku juga tau dari mama aku ders. Wkwk nanti tanya aja lah sama si Sharen ya, biar dia yang menjawab.

SELAMAT DATANG UNTUK READERS BARU! SELAMAT BERTAHAN UNTUK READERS LAMA! AND HAPPY 9K read buat part pertamaaaa.. yipppiiii!!! Aku seneng banget, alhamdulillah otak aku yang sudah pabeulit ini bisa menciptakan sesuatu yang bisa disukain sama kalian :')

Liat mulmed! Itu foto baby hasya sama putra yah, yang kiri atas ada Haru nya juga haha. ITU CUMAN CONTOH! INGAT! Cuman contoh! Itu bukan mereka yang sesungguhnya, contoh gayanya aja biar kalian punya gambaran gitcuh deh gengsss..

Dan aku sedikit baper tau gak pas pilih2 foto baby.. ya allah, kapan aku punya yang begituaan >.< jodoh mana jodohh. . kenapa belum terlihat juga :v

Ya sudahlah sanah baca derss..

Cuss~


-

-

-

-


BUGH! BUGH! BUGH!

"Aww! Tante! Awww sakiit!!!"

Maryam memukuli Mushkin dengan tas tangan yang di bawanya, Cucunya sudah beralih ke tangan Renita ketika ia hendak memukul Mushkin. "Sakit tanteeee! Awww!"

"Makannya! Jangan suka sembarangan kalau ngomong! Bilang anak kembar hidupnya harus di pisah. Kuno banget hidup kamu Mushkin!!"

"Tapi kan tante, memang begitu. memang―AWWWW!"

"Itu mitos! Tante aja yang udah tua gak percaya, masa kamu percaya sih!!! Udah, sekarang kita pulang. Renita, Adnan, bu Sarah, ayo kita pulang aja."

Setelah itu, dengan sedikit keributan akhirnya mereka memutuskan untuk pulang, Hasya dan putra langsung di kembalikan pada tangan Reno dan Sharen sebelum mereka pergi. Akhirnya, membuat suasana rumah baru Reno dan Sharen menjadi hening seketika.

"Yah, padahal lagi rame. Maunya kan pesta pesta dulu by.. iya gak?" Sharen melirik ke arah Reno, suaminya tidak menjawabnya. Malah terdiam seraya menggendong Putra.

"By?" Tanya Sharen lagi, Reno masih diam.

"Papaaaa! Di panggil mama!" Haru yang menyadarkannya, menepuk pundaknya dan berteriak tepat di telinganya.

"Eh... iya.. kenapa sha?"

"Kamu kenapa? Kok jadi diem begitu?"

Kenapa? Reno kenapa? Dia juga tidak tahu.

"By..."

"Hng?"

"Kenapa sih?"

"Hmm.. nggak, aku―"

Tangisan kencang dari Putra yang berada di gendongan Reno membuat ucapannya menggantung dan tak sempat ia lenjutkan. Sharen langsung meletakkan Hasya di sampingnya kemudian menggendong Putra untuk menyusuinya.

Tangisannya langsung berhenti ketika mulutnya mendapatkan apa yang ia mau, Sharen tersenyum senang melihat anaknya yang sangat menggemaskan itu, tetapi baru beberapa saat putra berhenti menangis, Hasya menyusulnya dengan tangisan yang tak kalah kencang.

Astaga.. sepertinya mulai hari ini mereka tidak bisa bernafas dengan lega.

"Susuin aja dulu Putra, Hasya biar aku gendong." Reno meraih Hasya dan mencoba menimangnya kesana kemari, tetapi tangisannya semakin kencang saja. sepertinya tidak berhasil.

"Papa, dede nya kenapa nangis?" Haru yang sejak tadi hanya diam memperhatikan kedua orangtua nya mulai membuka suara.

"Dedenya haus sayang."

"Mau Haru ambilkan minum? Di Tupperware Haru masih ada airnya." Ucapnya polos. Reno tertawa, "Putra sama Hasya minumnya asi, dari mama sayang. Bukan dari Tupperware." Jelasnya, dan mulut Haru hanya membentuk huruf O yang besar.

Reno kelabakan lagi, Hasya tetap menangis dengan sangat dahsyat karena tak juga di berikan apa yang dia mau.

"Astaga.. sayang.. sebentar ya.." Ucapnya. tapi bayinya tidak mau menunggu lebih lama lagi. baiklah, Sharen berpikir bahwa mereka tidak punya pilihan lain.

"Sini by.. biar sekalian aja barengan." Ucapnya. Reno sempat terkejut, bagaimana bisa Sharen menyusui dua bayi sekaligus? Tetapi karena Hasya tak juga berhenti menangis, pada akhirnya Reno menyerahkannya pada Sharen, meskipun sangat kesusahan, tetapi Sharen bisa menyusui kedua anaknya dalam waktu bersamaan. Benar-benar menakjubkan! Reno hampir saja menangis melihatnya.

Haru sudah menyalakan TV dan duduk di depannya, untuk sementara Haru aman dan Reno bisa fokus pada Sharen dan bayinya.

Entahlah, ketika melihat Sharen yang tersenyum sekalipun kesusahan saat menyusui kedua bayinya, Reno sangat bahagia melihatnya, hatinya menghangat luar biasa. Pertama kalinya, pertama kali dalam hidupnya ia menyaksikan keindahan seperti ini, dan semuanya terasa benar-benar menakjubkan untuknya. Istrinya yang hamil dan membawa perut besarnya kesana kemari, berjuang untuk melahirkan keduanya, dan sekarang menyusui keduanya dengan wajah penuh senyuman.

"Kamu kok senyum-senyum begitu sih by, kenapa?"

Sharen sepertinya menyadari tingkah aneh Reno, suaminya hanya bisa terkekeh, "tidak apa-apa.. Sha.. aku sangat bahagia." Tangannya mengusap wajah Sharen dengan lembut.

"Terimakasih.." Bisiknya, wajahnya maju untuk meraih bibir Sharen dan mengecupnya.

"I Love You.." Ucap Reno penuh dengan kesungguhan dan membuat Sharen malah tertawa.

"Love you too.."


******


"Papaaaa! Haru mau tidur sama papa sama mama!" Malam harinya Haru tiba-tiba saja langsung berbaring di atas tempat tidur sharen dan Reno. Reno sedang memindahkan box bayi mereka karena sepertinya akan sangat melelahkan kalau box bayi nya berada di kamar bayi mereka dan Sharen harus bolak-balik untuk itu, tidak bisa. Sebisa mungkin Reno harus mengurangi hal yang bisa membuat Sharen kelelahan.

"Haru kan biasanya tidur di kamar Haru, kenapa jadi pengen disini sayang?" Tanya Reno. Haru menggelengkan kepalanya, "Haru mau sama mama sama papa." Keukeuhnya. Baiklah, biarkan malam ini Haru tidur di sini. Lagipula kamar mereka juga besar.

Setelah dirasa benar, Reno langsung membantu Sharen untuk memindahkan Putra dan Hasya ke dalam box nya masing-masing. Usia satu minggu membuat keduanya masih senang tidur dan tidur sepanjang hari sehingga Sharen tidak terlalu kelelahan. Terlebih mereka baru saja pindah rumah dan ada beberapa yang belum Sharen bereskan.

"Untung saja Putra dan Hasya gak rewel yah Sha.." Reno memeluk bahu Sharen dan menatapi kedua anaknya yang terlelap dalam tidurnya.

"Bukan nggak by, belum.. kita tinggal menunggu waktu saja untuk mereka rewel. Dan siap-siap tenaga. Dua-duanya kuat banget.."

"Yah, kamu harus banyak makan ya? asi kamu pasti berkurang nanti."

"Iya by.."

"Besok kita beli pompa ya, biar kamu pumping aja. Aku gak tega kalau kamu harus nyusuin mereka barengan Sha. Kalau pumping kan yang satu bisa pake dot." Sharen tersenyum, melirik ke arah Reno dan menjawil hidung mancung suaminya.

"Bawelnya kumat!" Ledeknya. Reno tertawa, "Biarin! Bawel juga buat kebaikan kamu, daripada aku bawelnya sama orang lain kan?"

"Ish! Nyebelin tau gak!" Sharen mencubit perut Reno lalu melepaskan pelukan suaminya dan berbaring bersama Haru di atas ranjangnya.

"Nonton apa sih sayang? Serius banget.." mencium pipi Haru, Sharen mengikuti arah pandangan Haru pada TV. hah? Haru menonton Fashion TV? tidak salah?

"Kok Haru nonton itu sih?"Reno yang kini sudah berbaring di sebelahnya langsung bertanya kenapa anaknya tiba-tiba menonton itu. haru tertawa, melirik ke arah kanan dan kirinya yang sudah di tempati oleh kedua orangtuanya.

"Waktu nginep di rumah tante Renita, kata tante kalau perempuan harus banyak menonton ini papa!"

Oh. My. GOD!

Dasar Renita menyebalkan! Bisanya meracuni Haru dengan semua hal-hal aneh yang sungguh-sungguh membuat Reno kesal.

Sharen tertawa, menyadari ekspresi Reno yang menggelap karena ucapan Haru.

"Udah malem sayang, nontonnya besok lagi ya? sekarang Haru tidur.." Bujuk Sharen. haru menganggukkan kepalanya kemudian memejamkan matanya seraya memeluk Sharen. dasar, hari ini entah mengapa Haru lebih manja pada Sharen.

Menjelang tengah malam, semua sudah tertidur, kecuali Reno. Dan Sharen menyadari itu, suaminya terlihat gelisah. Sekalipun Sharen sudah tertidur tapi gerakkan Reno yang terus menerus memindahkan posisinya benar-benar membuatnya terganggu. Haru sudah terlelap dengan kakinya yang terbuka lebar dan tubuhnya yang terlentang disana.

"By.. kenapa?" Sharen menyentuh wajah Reno, sedikit kesusahan karena Haru berada diantara mereka.

"Kamu belum tidur?" Tanya Reno, ia meraih tangan Sharen yang menyentuh wajahnya dan menggenggamnya.

"Sudah, tapi kamu gak bisa diem. Aku jadi gak bisa tidur.."

"Maaf.."

"Kamu kenapa?"

"Hmm? Aku?"

"Iya.. kamu kenapa by?"

"Gak apa-apa kok sayang. Tidur lagi aja yah?"

"Ish! Kalau gak apa-apa itu kamu tidurnya kayak mayat! Bukan kayak belatung yang gak bisa diem begitu!" Gerutu Sharen. reno tertawa, dasar Sharen.. ada saja hal yang membuat Reno selalu tertawa karena nya.

"Kenapa sih? Jangan coba-coba bohong karena aku tahu kalau kamu lagi bohong." Ancamnya. Reno diam sejenak, Ia lalu bangkit dari posisinya, tangannya meraih tubuh Haru dan menggantikan posisinya berada dekat Sharen., "Maaf ya sayang, papa pindahin." Bisiknya ketika Haru sudah berada di sebelah kanan.

"Kamu kok malah pindahin Haru?"

"Ssstt.. aku mau tidur."

Sharen merasakan tangan besar Reno langsung melingkupi tubuhnya dan memberikan kehangatan yang selalu menjadi favoritnya.

Kepala Sharen menyembul, keluar dari kungkungan tubuh Reno dan berusaha untuk menatap wajah tampan Reno, "Jangan tidur sebelum kamu cerita apa yang bikin kamu gak bisa tidur." Ucap Sharen. ia belum menyerah, ia sedang ingin memastikan apa hal yang membuat Reno sangat gelisah sampai tidak bisa tidur.

Tangan Reno terulur untuk menyentuh rambut Sharen dan memainkannya, "Kamu selalu tahu Sha, kalau ada sesuatu yang mengganggu aku."

"Sedikit banyak aku sudah mengenal kamu by.."

"Oh ya?"

"Iya.."

"Contohnya?"

"Kalau lagi kesel, kamu ngomongnya gak pake bismillah. Langsung ceplos dan nyentak di hati."

"Yah, kamu sering menjadi korban."

"Hmm kalau kita ada masalah, kamu cenderung menyibukkan diri kamu."

"Iya Sha.."

"Dan kalau lagi ada sesuatu yang kamu pikirkan, kamu gak bisa tidur."

"Hmm.."

"Jadi apa?"

"Apanya?"

"Masalahnya."

"Masalah apa?"

"Ishh! Renoooo..!" Sharen merajuk, menjauhkan tubuhnya dari tubuh Reno dan menatapnya dengan kesal.

"Jangan jauhan gitu dong Sha, sini.." Reno meraih kembali tubuh Sharen dan memeluknya.

"Aku sebenernya masih kepikiran apa kata si Mushkin tadi Sha.."

"Ah, yang kalau kembar sepasang harus di pisahkan?" Tanya Sharen. Reno mengangguk, "Apa kita juga harus memisahkan mereka? Kalau iya, aku gak bisa Sha.."

"Ya ampun by.. itu cuman mitos."

"Ya, tapi―"

"Sudahlah by, masa iya pemilik hotel kayak kamu percaya mitos macam itu sih."

"Memangnya mitosnya apa?"

"Tuh kan, kamu juga gak tahu!"

"Jadi gini, aku sih pernah denger kalau kembar sepasang, itu kembar pengantin. Katanya mereka sudah di jodohkan dari dalam perut ibunya, sudah jodoh dari sananya jadi pasti menikah ketika sudah besar. Makanya biar gak menikah, kita harus memisahkannya. Begitu..kamu tahu tante Neni?"

"Adik papa kamu yang kata kamu neneknya anak yang kamu gendong waktu kita pertama kali bertemu?"

"Iya.. dia itu kembaran papa, kalau dulu kan masih percaya mitos by, jadinya tante Neni sama papa itu gak tinggal bareng. Tante Reni di urus sama adiknya nenek."

"Ah, begitu.."

"Itu dulu tapi by, sekarang kan gak banyak yang masih percaya mitos begitu. lagipula kamu kan lulusan universitas ternama, masa sih gak pake logika mikirnya. Gak usah percaya kata-kata Mushkin lah by, dia kan orangnya begitu. gaulnya sih sama ibu-ibu terus, makannya dia tenggelam dalam mitos."

Reno langsung tertawa mendengar Sharen membully Mushkin secaa tidak langsung. Malangnya dirimu Mus, batinnya.


*******


"Papaaa! Haru udah beres pupnya!"

"By.. Hasya pup juga, ambilin dulu pampersnya sebentar."

"Iya Sha.. ini."

"Papaaa! Haru sudah selesai!"

"Iya sayang sebentar.."

"By, nanti dulu ini sekalian tissue basahnya mana?"

"By.. celananya Hasya.."

"By, Putra nangis. Gendong dulu sebentar.."

"Papaa Haru pegel!"

"By! Gendong dulu, aku tanggung lagi pakein Hasya popok."

"Papaaaa.."

"By.."

ARRRGGGGG!!!!

Kepala Reno ingin meledak saat ini juga!! Kemana! Kemana ketenangan hidupnya yang kemarin-kemarin membuatnya begitu nyaman berada di dunia? Kemana mimpi indahnya yang datang setiap malam sehingga ia bisa tidur nyenyak sampai pagi, kemana? Kemana semuanya?!!

Reno hampir stress, baru satu hari saja ia sudah merasa tubuhnya hancur. Suara Haru dan Sharen yang memanggilnya, belum lagi suara tangisan kedua bayinya. Demi Tuhan! Reno hanya mempunyai dua tangan dan dua kaki, dia tidak bisa mengerjakan semua pekerjaan secara langsung. Menggendong Putra seraya membersihkan Haru, tidak bisa! Tidak bisa di lakukan, dan tolonglah.. jarak kamar mandi dan lemari milik bayi nya sangatlah jauh. Reno merasa bahwa ia sedang berolahraga di pagi hari. ini bahkan lebih melelahkan dari sekedar olahraga!

"Papaaa!" Haru berteriak lagi dari kamar mandi, dengan cepat Reno langsung menuntaskan tugasnya dan meraih putra yang hampir kehabisan suara karena terus menerus menangis.

"Hhh.. selesai." Ucap Sharen. ia sudah selesai memakaikan popok Hasya dan meraih Putra lalu menyusuinya.

"Papaa.. celana Haru nya mana? Masa Haru gak pake celana?"

Astaga! Reno hampir lupa hal itu. ya tuhan..

"Dasar by, baru segitu aja kamu udah 5L begitu." Sharen menggelengkan kepalanya, terkekeh melihat Reno yang seperti buronan yang sudah dikejar polisi selama beberapa jam. Ia berdiri dari duduknya dan mengambil celana Haru seraya menggendong Putra.

"Pakai sendiri ya sayang, Haru kan sudah besar.."

"Iya mamaa!"

"Nah, lain kali mungkin kamu ajarin Haru cebok Sha. Masa udah lima tahun dia belum bisa cebok." Gerutu Reno. Sharen langsung tertawa dengan sangat keras. Astaga, Reno.. bisa-bisanya ia berbicara seperti itu!

"Udah ah, kamu mau ke hotel gak? Bentar lagi jam delapan." Ucap Sharen. reno menggelengkan kepalanya dengan kuat, "Nggak deh kayaknya Sha. Kalau aku ke hotel, gak kebayang kepala kamu gimana nanti urus anak tiga sendiri."

"Kalau gitu kamu jagain Hasya sama Putra yah by? Aku mau buat sarapan, kasian Haru pasti laper." Sharen melepaskan putingnya dari mulut Putra, membenahi bajunya kemudian meletakkan putra pelan-pelan, ketika ia hendak berjalan keluar kamar, Reno mencegahnya.

"Biar aku saja.." Ucapnya. sharen mengerutkan keningnya, sebelum menjawab, Reno sudah lebih dulu melangkahkan kakinya untuk keluar kamar, baiklah.. biarkan Reno yang memasak pagi ini. lagipula satu tahun ini Sharen belum pernah mencoba sarapan buatan Reno.


****


Di dapur, Reno memandangi kulkas dengan tatapan kosongnya. Biar dia saja yang memasak, ya.. dia sudah mengatakannya dengan sangat jelas pada Sharen. tetapi sekarang dia baru berpikir akan akibat dari ucapannya, memangnya apa yang akan dia masak?! Roti? Tidak, itu tidak akan mengenyangkan! Sudah hampir jam delapan dan masa iya Reno memberikan Sharen roti? Berapa? Satu lusin agar ASI Sharen banyak? Oh Tuhan.. tentu saja Reno harus membuat sesuatu yang lebih bergizi dan berisi.

Terakhir kali ia seperti ini, berkutat dengan dapur adalah ketika dirinya masih menjadi duda beranak satu yang hidupnya menyedihkan dan serba memaksakan diri. Memaksakan memasak, mengurus anaknya, dan hal lainnya yang tak dilakukan pria lain yang beristri di luar sana.

Dan sekarang, selama satu tahun ini Reno sudah hidup dalam kemalasan dan meninggalkan seluruh kebiasaannya yang selalu memaksakan.

Satu tahun.. yah, satu tahun sudah ia menikah dengan Sharen. astagaa, Reno tidak menyangka. Selama itu dan ia merasa bahwa ia menikah dengan Sharen seperti kemarin. Tsk! Dan ngomong-ngomong.. sekarang tanggal berapa? Kapan anniversary pernikahan mereka yang pertama?

"Papaa.. Haru laper." Reno merasakan celana pendeknya di tarik-tarik, Haru disana, sudah memelas meminta makan padanya. Astaga, inilah kenapa kita tidak boleh melamun di saat-saat penting seperti ini.

"Ya, sayang sebentar ya?"

Dan pada akhirnya Reno mengambil secara acak sayuran yang berada di kulkasnya, kemudian ia membuat sebuah nasi goreng yang berwarna coklat pudar, ia kekurangan kecap karena kecapnya habis. Hah, tamatlah dunia!

Tetapi karena sudah di buat dan sudah tidak bisa lagi di perbaiki, pada akhirnya Reno menyerahkan nasi goreng buatannya pada Sharen.

"Gimana Sha?" Reno menatap Sharen lekat-lekat, jantungnya berdetak dengan kencang menunggu reaksi dan tanggapan Sharen atas sarapan buatannya.

"Hmm.. yah, lumayan by.." Sharen tersenyum dengan sangat manis. Ia tidak berbohong, sungguh.. masakan Reno memang lumayan. Lumayan tidak enak!

"Hiii... papaaa!" Haru bergidik, merasakan rasa asin yang menyerang lidahnya tetapi tak bisa ia jelaskan. Reno merasa buruk, ia mencoba memasak masakannya sendiri dan kemudian.. reno pun ikut bergidik.

"Kok jadi asin begini ya? tadi pas kok perasaan." Belanya. Sharen hanya tertawa, "Ya sudahlah by, lanjut aja makannya. Aku gak peduli gimana rasanya, mau asin mau asem yang penting aku harus makan sebelum si kembar bangun dan nangis lagi."

"Ah, ya.. benar. Cepet makannya Sha, yang banyak ya? ah, soal pumping.. biar aku suruh Mushkin beli aja ya? kayaknya gak mungkin juga kita keluar rumah, takut mereka rewel di sana nanti."

"Yah, boleh aja.."


******


Mushkin menggeram kesal, di tengah obrolannya dengan seorang klien wanita yang cantik yang dia pikir mungkin bisa saja klien itu berjodoh dengannya, Reno malah menelponnya dan menyuruhnya untuk membeli sebuah pompa asi.

Disaat seperti ini? ketika Mushkin mengatakan lebih penting mana hotel dan pompa itu, Reno mengatakan lebih penting pompa itu.

Semuanya benar-benar membuat Mushkin ingin memukul kepala Reno dengan sepatu mahalnya yang ia rawat setulus hati. Astaga, ia harus benar-benar sabar menjadi sahabat dan asisten Reno.

Sampai di toko perlengkapan bayi, Mushkin langsung mencari barang yang di maksud oleh Reno. Pria itu sengaja mengirimkan rincian gambar dan merknya sehingga Mushkin tidak perlu untuk memilih lagi.

"Ah, jadi ini ya pompaan asi?" Mushkin memperhatikan setiap bagian dari pompaan yang berada di hadapannya. Ada satu sampel disana, dan Mushkin langsung mengambilnya.

"Kayak pistol ya?" Mushkin memperhatikan bagian pegangan pompa yang memang seperti pistol, kemudian dia tersenyum sejenak, memikirkan sesuatu dan langsung megarahkan pompa yang di pegangnya ke depan lalu bergumam, "Dorr!!"

Dan tawanya langsung pecah atas apa yang dia lakukan, "Lain kali mungkin kalau nembak cewek gue harus pake ini, tepat di dadanya. Bhahaha dan gue langsung di lempar ke pluto sama cewek-cewek pasti." Gumamnya.


*****


Suara bel rumahnya membuat Reno yang tengah menemani Haru membaca meninggalkan anaknya sejenak dan membuka pintu. ada satu paketan yang di kirim untuknya, Reno sempat mengerutkan keningnya tapi kemudian ketika paketnya berada di tangannya, ia ingat apa itu.

Itu adalah foto new born milik bayi kembarnya, dan baru selesai cetak hari ini.

"Shaa... sini sayang, foto Putra sama Hasya udah sampe." Reno berjalan menuju sofa seraya membuka kardus fotonya.

"Itu apa papa?" Haru yang melihat benda yang berada di tangan ayahnya menjadi penasaran.

"Ini foto sayang, waktu Putra sama Hasya lahir."

"Oh yang foto sama Haru juga?"

"Iya sayang.."

"Sha.. lagi apa? cepet sini!"

"Tanggung by, kenapa sih gak sabaran banget."

Sharen muncul seraya menggelung rambut panjangnya yang berantakan karena belum sempat disisir. Ia duduk di samping Reno yang sedang membuka dus pembungkus fotonya.

"Coba buka.." Ucap Sharen. reno melanjutkan kegiatannya membuka bungkusnya dan begitu terbuka, hasil fotonya membuat Reno dan Sharen tersenyum di saat yang bersamaan.

"Aaa.. anak kita lucu banget by.." sharen langsung memeluk Reno, menyandarkan kepalanya di bahu suaminya.

"Aku suka yang ini.." Reno menunjuk bagian Putra dan Hasya yang hanya di lilit kain coklat dan biru. Sementara Sharen menunjuk bagian anak kembarnya dan Haru yang berfoto bersama, "Harunya lucu.."

"Padahal kita juga ikut foto Sha.."

"Kemarin kan muka aku nya masih pucat by, lagian aku masih lemes buat foto. Kita foto lain kali aja deh.."

"Iya bo―"

"WHOAAAAA... lucu banget merekaaaa!!!" Suara seseorang yang menyela Reno membuatnya menggerakkan kepalanya ke arah belakang. Oh astaga, jelangkung dalam hidup Reno..

"Mushkin?" Tanya Sharen, ia segera mengambil selendang yang tersampir di sofa dan menutupi rambutnya.

"Kalau masuk rumah orang itu ketuk dulu pintu Mushkin!!!!" Reno menatapnya dengan horor, membuat Mushkin sedikit ketakutan tetapi ia malah tersenyum dengan sangat lebar.

"Hee.. maaf ya, tangan gue lagi sakit dan gak mau ngetuk pintu!"

"Halah, alesan doang.."

"Halo om Mus!" Haru langsung tersenyum pada Mushkin, membuat senyuman Mushkin langsung tersungging semakin lebar.

"Aaa.. halo sayaaaang.." Dengan cepat sebelum Reno menghentikannya, Mushkin langsung berlari dan meraih tubuh Haru lalu menggendongnya.

"Astaga.. om kangen sama kamu.. sinih cium!" dan Mushkin kembali mencium bibir Haru, membuat Reno yang sedang duduk kini berdiri di hadapannya dan siap untuk memuntahkan seluruh amarahnya pada Mushkin. Maka sebelum hal itu terjadi, Mushkin dengan segera menyodorkan apa yang di bawanya tepat ke wajah Reno.

"Silakan di nikmati barang pesanan anda pak!" Kekehnya. Baiklah, Reno tidak jadi marah karena bagaimana pun Mushkin sudah membantunya. Oke, tidak apa-apa mencium Haru hari ini. reno akan mengizinkannya.

"Sha.. ayo coba dulu, biar Haru sama Mushkin aja." Reno langsung menggenggam tangan Sharen dan meninggalkan Mushkin dan Haru berdua di ruang tamu. Tetapi, tunggu dulu.. kalau Haru bersama Mushkin, anaknya pasti terkontaminasi oleh Mushkin kan? oh tidak.. Reno tidak bisa membiarkannya. Dengan cepat, ia kembali ke ruang tamu dan mengambil Haru.

"Lanjutin kerjaaan lo! Jangan banyak berkeliaran karena gue gaji lo bukan buat main sana main sini." Ucap Reno. Mushkin menganga di buatnya. Astaga, manusia bernama ilham itu kenapa menyebalkan sekali? Apa Mushkin harus menendangnya? Atau memukul kepalanya? atau memukulnya dengan TV besar yang berada di rumah in? Ah,sepertinya yang memuaskan adalah menyetrumnya!!!!


*******


"Rafferty..."

Di pagi hari yang cerah ini, Reno berhenti mengeringkan rambutnya ketika mendengar Sharen memanggil putra dengan nama tengahnya. Sharen baru saja selesai memandikan Putra dan sekarang sedang memakaikannya topi untuk membuat kepalanya hangat, tidak ada yang salah sebenarnya. Tetapi wajah Sharen, wajah Sharen yang berbinar ketika menyebut nama Rafferty membuat Reno mengerutkan keningnya.

Sharen bilang kalau Rafferty ia ambil dari koran kan? tapi koran apa? memangnya Sharen suka membaca koran? Reno saja tidak, Reno membaca berita secara online, dan belum pernah menemukan nama aneh seperti Rafferty. Nama Asep, Agus, Anton, atau bahkan Budi.. nama itu yang banyak berada di koran. Bukan Rafferty.

Perasaannya menjadi tidak enak, dan instingnya mendadak tajam. Pasti ada sesuatu mengenai Rafferty.

"Ehm. Sha―"

"By, jagain Putra dulu ya? aku mau mandiin Hasya.."

Belum sempat Reno menanyakannya, Sharen seperti sudah membuat langkah seribu untuk menghindarinya, itu sih sepertinya perasaan Reno saja karena Sharen memang mau memandikan Hasya kan?

"Jadi, Rafferty itu apa? kok papa penasaran ya sayang?" Reno menatap Putra dengan pandangannya yang menerawang memikirkan apa arti dari Rafferty. Rafferty.. apa Reno harus mencarinya di google ya?

Baiklah, sepertinya bisa di coba.

Dengan cepat, Reno mengambil ponselnya dan mengetikkan nama Rafferty pada mesin pencarian.

Gerry Rafferty, Rafferty (TV Series), Sarah Rafferty, Rafferty's Restaurant and Bar,Rafferty's Garden..

Keningnya malah makin berkerut, semuanya berasal dari luar negeri. apa mungkin Reno harus mencari gambar Rafferty?

Baiklah, dengan cepat ia langsung memilih posisi gambar, dan banyak gambar yang menampilkan hasil dari Rafferty.

Seorang wanita berambut coklat, pria yang sepertinya remaja bertopi, lalu seorang kakek-kakek yang berkacamata.

Semuanya hanya gambar biasa dan sama sekali tidak menggelitik hati Reno. Ia masih memiliki keraguan yang sangat besar dalam dirinya. tidak, sepertinya tidak mungkin kalau Rafferty yang Sharen maksud adalah Rafferty yang ia cari di google. Memangnya apa? makanan bayi yang berada di Rafferty's garden itu? haaa.. memangnya Sharen ibu macam apa yang menamai anaknya dengan nama makanan. Kalau harus makanan, sekalian saja namai anaknya pecel atau lotek atau seblak sekalian. Itu lebih gila bukan? Dan putranya pasti akan terkenal melebihi pemilik nama Tuhan yang sedang heboh di semua media. Baik, cukup berlebihannya.

Ponsel Sharen bergetar, ada sebuah telpon masuk dari ibunya, "Ya, ma? Kenapa?"

"Oh, nak Reno? Sharen mana?"

"Lagi mandiin Hasya ma.."

"Oh begitu..ya sudah kalau begitu. nanti saja lagi."

"Oh, ya ma.. nanti Reno bilangin Sharen. oh ya, Haru lagi apa?"

"Main sama Adnan tuh Ren.. mau bicara?"

"Nggak usah ma, nanti malah Haru mau ikut lagi."

"Ya sudah kalau begitu. mama tutup ya? assalamualaikum."

"Waalaikumsalam.."

Kemudian sambungan mereka terputus. Haru sudah di jemput pagi-pagi sekali oleh Adnan karena Reno dan Sharen berencana mendaftarkan Haru ke TK hari ini, jadi mereka harus menitipkan Haru kalau mau semuanya berjalan lancar.

Menatap ponsel Sharen yang di genggamnya, tiba-tiba saja Reno memiliki sebuah ide..

Rafferty! Pasti ada sesuatu di dalam ponsel Sharen yang akan mengungkapkan apa itu Rafferty.

Kontak, pesan, media sosial, bahkan catatan. Semua tidak ada yang berkaitan dengan rafferty, membuat Reno harus menggigit jarinya dan memutar kepalanya untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Arti RAFFERTY yang sesungguhnya.

Tidak mungkin, tidak mungkin Rafferty hanya dari koran karena buktinya di semua berkas foto yang berada dalam ponsel Sharen tidak ada yang menunjukkan bahwa Sharen menyimpan foto koran tersebut, setidaknya Sharen harus memfoto atau menulisnya agar tidak lupa kan? kalau tidak ada di semua sisi, itu berarti Sharen..

Berarti Sharen sudah mengingatnya di luar kepala.

Dan itu berarti.

Rafferty adalah sesuatu yang melekat dengan erat di benak istrinya.

Apa Sharen selingkuh? Ha.. reno merasa sangat konyol ketika memikirkan praduganya! Kalau Sharen selingkuh, wajah Putra dan Hasya tidak mungkin semirip dirinya. bahkan sekilas pun orang bisa menilai kalau Hasya dan Putra memang anaknya.

Lalu, sebenarnya apa RAFFERTY itu? kenapa semakin di pikirkan malah semakin membuat Reno kesaaal?!!

"Icha! Mungkin Icha bisa bantu.."

Tiba-tiba saja wajah heboh sahabat Sharen muncul di benaknya. Ya, Icha mungkin bisa membantu.

Baiklah, kita mulai..

'Cha, Lo masih inget nama Rafferty itu apa?'

Reno mencoba mengetikkan pesan untuk Icha, mencoba beralih peran seolah-olah dia adalah Sharen.

Tidak usah menunggu lama, Icha langsung membalasnya. Dan balasan dari Icha, membuat Reno meremas ponsel Sharen dengan sangat kencang.

'Raffi Feryansyah dan Ismayanti.. lo pikir gue lupa? Itu kan penyatuan nama lo sama dia. Gue gak mungkin lupa sama hal konyol itu.'

Ah.. jadi, selain menggunakan nama gabungan Reno dan Sharen, anak laki-lakinya juga menggunakan nama gabungan Sharen dan pria lain?

HA! Sungguh tidak bisa di percaya.

Reno merasa harga dirinya di injak-injak oleh istrinya sendiri.

Oh, Sharen.. tiba juga saatnya Reno mulai kecewa padanya.


******


Sharen mengerutkan keningnya, sepanjang perjalanan menuju TK yang sudah ia diskusikan bersama Reno, suaminya itu hanya diam saja ketika ia berbicara, memang mendengarkan tetapi tidak menanggapinya. Sharen ingin menanyakannya, tetapi bisa saja mungkin Reno sedang dalam keadaan yang tidak baik, dan bahaya bukan kalau Reno berteriak di dalam mobil dan mengagetkan kedua bayi kembarnya yang sedang terlelap di atas Car Seat nya?

"Jadi, kamu setuju ya kita sekolahin Haru disana?" Sebenarnya Sharen tidak ingin berbicara lagi, tapi melihat Reno yang seperti itu membuatnya ingin terus menerus berbicara.

"By..?"

Tidak ada jawaban.

"Kamu sakit?" Sharen mengulurkan tangannya untuk meraih kening Reno tetapi Reno malah menghindar darinya. Kenapa? ada apa? ada yang salah kah?

"By?"

"Berisik, aku lagi nyetir." Ucap Reno. Suara yang di ucapkannya sangat dingin dan menusuk hati Sharen. maka tanpa banyak bicara, akhirnya Sharen memilih untuk diam.

Kali pertamanya, berada di dalam mobil bersama Reno dan menutup mulutnya rapat-rapat. Baiklah, cobalah berpikir positif! Mungkin Reno sedang memiliki masalah, hotelnya? Mungkin..

Setengah jam kemudian, mereka sampai di TK yang mereka tuju. Reno langsung keluar dari mobil tanpa berbicara atau pun membuka pintu untuk Sharen.

Tangannya langsung membuka bagasi dan mengatur stroller untuk kedua anaknya, bahkan Reno memindahkan Putra dan Hasya seorang diri, ia mendahului Sharen yang masih terdiam kebingungan atas tingkahnya.

Memangnya Sharen mengharapkan apa lagi? reno benar-benar kecewa padanya dan saat ini Reno sedang tidak ingin berbicara padanya, sebenarnya kalau bisa Reno lebih memilih untuk pergi dan menenggelamkan diri dalam pekerjaan. Tetapi kini ia tak bisa seperti itu lagi, sekalipun kecewa.. tetap saja, Reno tak bisa membiarkan Sharen kesusahan mengurusi tiga anak sekaligus.

"By.. kamu―"

"Ayo masuk." Hanya itu yang Reno ucapkan ketika Sharen berdiri di belakangnya dan hendak membenahi posisi Hasya yang belum terlihat nyaman.

Tanpa menunggu apa-apa lagi, Reno langsung berjalan mendorong strollernya dan meninggalkan Sharen di belakangnya. Astaga, Sharen merasa benar-benar aneh. Apa dia mempunyai salah pada Reno?

"Hmm.. mungkin emang lagi bete aja." Dan sekali lagi, Sharen hanya bisa berpikir dengan positif mengenai perilaku Reno hari ini.

Baiklah, lupakan Reno sejenak dan dahulukan Haru. ia harus mendaftarkan Haru sekolah bukan?

"By.. tungguin dong!" Langkahnya ia percepat, Sharen berlari dan melingkarkan tangannya pada tangan Reno lalu berjalan bersama menuju ruangan pendaftaran.


****


"Usia TK itu adalah usia dimana anak masih harus belajar kreatifitas. Ada beberapa TK yang sudah mengajarkan anak calistung agar cepat masuk SD, tetapi hal itu akan membuat sang anak menjadi jenuh ketika belajar. Biasanya kepintaran anak tersebut hanya bertahan sampai kelas empat SD, atau paling lama hanya kelas enam SD saja. tentunya ibu dan bapak tidak mau kan seperti itu? untuk itulah TK kami sama seperti TK pada umumnya, memfokuskan pembentukan karakter dan pengembangan kreatifitas untuk seluruh anak didik kami."

Sharen menganggukkan kepalanya, ia sangat antusias mendengarkan semua penjelasan mengenai sekolah yang akan menjadi sekolah Haru beberapa minggu lagi.

"Anak saya sih sebenarnya sudah bisa membaca bu, tetapi masih buku cerita yang memang hanya memiliki beberapa kata saja. apa itu tidak terlalu cepat?"

"Oh, begitu. apa anak ibu sering belajar atau membaca?"

"Tidak, dia banyak bernyanyi, menggambar, dan menonton TV atau bermain dengan temannya. Kalau untuk belajar, dia belum pernah. Membaca pun sesekali, kalau dia sedang bosan dengan semua kegiatannya."

"Kalau begitu, tidak apa-apa.."

Sharen tersenyum dengan puas, baiklah tidak ada masalah apapun dengan Haru. dan ia juga merasa tidak ada masalah apapun dengan sekolah ini.

Sharen menolehkan kepalanya, menatap Reno yang terlihat sangat bosan dan tidak antusias seperti biasanya. Pria itu malah terus menerus memutar mainan yang berada di stroller Hasya, kenapa lagi? Reno benar-benar sangat berbeda hari ini.

"Jadi bagaimana bu?" Suara dari wanita di hadapannya membuat Sharen kembali menoleh dan berbincang mengenai Haru dan seputar anak-anak. Dan hal itu membuat Reno semakin bosan saja. entahlah, ia kehilangan seluruh antusiasnya karena rasa kecewanya pada Sharen yang bisa-bisanya menamai anaknya dengan nama pria lain. Astaga.. sabar.. reno harus sabar, Reno tidak boleh emosi!

Tangannya berhenti memutar mainan Hasya, ia sudah bosan dan melihat sebuah brosur yang berada di meja lalu mengambilnya dan membacanya. Brosur sekolah ini, seperti brosur lainnya yang memuat tentang info dan beberapa keunggulan lalu sedikit profil dari pemiliknya.

Pemiliknya.

Reno meremas brosur itu dengan kuat ketika membaca profil singkat dari pemiliknya.

Raffi Feryansyah, seorang pengamat pendidikan yang juga berkecimpung dalam dunia tumbuh kembang anak. Di usia nya yang sangat muda, ia sudah mendirikan dua Sekolah Luar Biasa untuk Anak Berkebutuhan Khusus dan lima buah TK yang bertaraf internasional di beberapa kota besar di Indonesia. Happines Kindergarden adalah satu dari.....'

Reno tidak mau melanjutkannya. Ia merasa seluruh emosi sudah meledak-ledak dalam dadanya. Rafferty. . Raffi Feryansyah dan Ismayanti, kemudian sekolah TK untuk Haru yang ternyata di miliki oleh pria itu.

Pantas saja, pantas saja Sharen begitu menggebu-gebu mengenai sekolah ini. semalam mereka sudah berdiskusi, Reno memilih sekolah TK yang dekat dengan rumah mereka agar Sharen tidak kerepotan tetapi Sharen memaksanya untuk memilih sekolah ini dengan alasan bahwa sekolah ini sekolah yang tepat untuk Haru. tepat? Tepat katanya? Untuk siapa? untuk Haru?

Reno benar-benar tidak habis pikir! Bibir wanita memang seperti bisa ular, benar-benar meracuni.

Yang katanya baik untuk Haru, pada kenyataannya adalah baik untuk Sharen.

Baik karena Sharen bisa berhubungan dengan pria itu kan? dengan beralasan menyekolahkan Haru disini? Astaga... benar-benar tidak bisa di duga.

Mereka berdua, Reno dan pria bernama Raffi itu sama kuatnya!

Reno juga sukses di usia muda nya, sama seperti Raffi.

Tapi kesuksesan pria itu mulia Reno! Ia mendirikan sekolah!

Oh astaga, hatinya merasa tidak nyaman!

Memangnya kenapa kalau pria itu mendirikan sekolah? Reno juga bisa mendirikannya!

Tapi pria itu berada dalam dunia anak-anak! Sama seperti istrimu yang juga dalam dunia yang sama!

Hah.. sialan, kenapa pikiran itu datang?!

Memangnya siapa Reno, hanya duda beranak satu menyedihkan yang hidupnya di selamatkan oleh Sharen. sementara Raffi, pria itu adalah pria mulia dengan karir dan ketulusan hati yang gemilang, dan satu hal lagi. pria itu, menyelamatkan banyak orang!

Damn!

Reno benar-benar benci pikiran dan perasaannya yang seperti ini!

Bukan membuatnya lebih baik, hal itu justru membuatnya lebih buruk. Bahkan sangat buruk dari sebelumnya, lebih buruk dari mengetahui kalau nama Rafferty itu..

Tidak, Reno benci menyebutnya!!!

"By? Kamu kok dari tadi diem aja? Jadi gimana? Kita jadi masukin Haru kesini kan by? kamu―"

"Kita pikirkan lagi!" Reno langsung bangkit dari duduknya dan mendorong stroller bayinya. Ia kembali meninggalkan Sharen yang saat ini hanya bisa mematung dan menatap wanita di hadapannya penuh dengan penyesalan.

"Maaf ya bu, kalau jadi..saya akan mendaftarkan anak saya kesini." Sesalnya. Wanita di hadapannya membalas senyumnya dan mencoba mengatakan pada Sharen bahwa tidak apa-apa kalau Reno bersikap seperti itu. dan ucapan wanita itu membuat Sharen kesal setengah mati pada Reno.

Sudah mengacuhkannya sejak lama, tidak mendengarkan ucapan ibu di TK itu, dan Reno malah pergi begitu saja tanpa berpamitan dengan baik? Ya Tuhan.. dimana letak kesopanan Reno sebenarnya? Kenapa dia menjadi seperti itu sih?

Sharen kembali berlari, mensejajarkan langkahnya dengan Reno kemudian mengeluarkan kekesalannya, "Kamu kenapa sih by? Malah kayak gitu, kan aku malu sama si ibunya. Dia udah jelasin panjang lebar loh!"

Reno berhenti, ia menatap Sharen sebentar dengan tatapan malasnya, "Kalau kamu malu kenapa kamu gak kesini sendiri aja? Kenapa harus sama aku?"

"Loh, kok kamu malah begitu?"

"Memangnya aku harus bagaimana? Kamu yang bilang kamu malu kok!"

Sharen mengerutkan keningnya. Ada satu hal yang benar-benar tak beres mengenai suaminya.

"Kamu marah sama aku?"

'SANGAT!'

"Gak!"

"Kok snewen begitu?"

"Gak boleh? memangnya wanita aja yang boleh seperti ini? pria gak boleh? begitu? memangnya kalian apa? penguasa dunia?"

Sharen memejamkan matanya. Sikap kekanak-kanakkan Reno mulai muncul dan sebentar lagi serentetan kata-kata yang menyakitkan pasti akan meluncur begitu saja dari mulut Reno. Dan Sharen harus mencegahnya, sebelum membuatnya sakit hati dan ribut dengan Reno.

"Kalau gitu, apa aku buat salah sama kamu? Kenapa? Apa aku terlalu memperhatikan Hasya dan Putra kah?"

Kalau sedang tidak kesal seperti ini, mungkin Reno akan langsung tersenyum dengan senang ketika Sharen mengucapkan hal itu. tetapi sekarang, seluruh kepala dan bahkan hatinya di lingkupi sebuah emosi yang sudah bergejolak dan siap untuk menyembur keluar secara keseluruhan. Tetapi Reno mencoba menenangkan dirinya dan menekan seluruh emosinya. Bukan waktu yang tepat, dan bukan tempat yang tepat pula.

"By.. ap―"

"Loh? Sharen?" suara seorang pria menginterupsinya, Sharen dan Reno langsung menolehkan kepalanya dan seorang pria berdiri di sana.

"Kak Raffi?!!!" Sharen hampir memekik, dan suaranya itu membuat Reno menatapnya dengan tajam.

"Ya ampun, Sharen.. ini bener kamu?"

"Iya kak! Ya ampun, kakak apa kabar?"

KAKAK LAGI?

Reno benar-benar ingin membenturkan kepalanya ke lantai saat ini juga. Kenapa dari sekian banyak pria yang dekat dengan Sharen harus di panggil kakak olehnya? Sementara Reno? Sharen tidak pernah memanggilnya dengan sebutan itu, paling-paling juga bapak! dan itu bukanlah panggilan akrab seperti KAKAK!

Mata Reno menelusuri seluruh penampilan pria di hadapannya, kacamata tebal dengan rambut klimisnya, celana longgar dan kemeja garis-garis. Astaga! Sangat buruk sekali, berbeda dengan Reno saat ini! lihatlah, ia begitu tampan dengan celana pendek berwarna tosca dan kemeja panjang berwarna putih yang tak terkancing satu, Reno jauh lebih tampan dan bergaya daripada pria di hadapannya ini.

Lalu.. BAGAIMANA BISA SHAREN MENAMAI ANAK MEREKA DENGAN MEMBAWA NAMA PRIA INI?!!!!

Reno benar-benar ingin meledak sekarang juga!

"Oh ya kak, ini suami aku.. " Sharen menarik tangan Reno dan secara tidak langsung memaksa suaminya untuk menyapa pria kuno di hadapannya.

"Halo, saya Rafi.." Rafi tersenyum, sementara Reno memasang tampang mengejek padanya, "Reno." Jawabnya sekilas. Rafi terlihat mengerutkan keningnya tetapi Sharen langsung tertawa, mencoba memecahkan pikiran-pikiran macam-macam dari Rafi mengenai Reno dan sikapnya yang aneh hari ini.

Setelah berkenalan. Sharen dan Rafi kembali mengobrol dengan asiknya, sementara Reno memegang stroller bayi dengan ekspresinya yang sangat menggelap.

Adrian, Deri, dan sekarang.. Rafi?

Ada berapa banyak lagi pria di luar sana yang akan masuk dan mengganggu hubungan mereka seperti ini? ada berapa hah? Apa Reno harus segera membuat ultimatum? Atau apa ia harus mengumumkan pada seluruh dunia bahwa Sharen adalah wanita beranak tiga yang tidak bisa di dekati oleh siapapun?

"Anak aku kembar kak!"

"Oh ya? namanya siapa?"

"Yang cewek namanya Farensa putri Mahasya, sekarang coba tebak yang cowok!"

Reno mencibir. Tangannya sudah mengepal dengan sangat erat sampai buku-buku jarinya memutih, rahangnya juga sudah sangat mengeras saat ini.

Seharusnya ia marah. Seharusnya ia menarik Sharen dan membawanya pulang kan?

Tetapi kenapa Reno malah diam saja seperti ini?

Man, istrimu sedang berbicara dengan pria yang namanya ada dalam nama anakmu dan kau membiarkannya?

"Yang cowok sesuai janji aku kak! Namanya Sharn.. Sharn Rafferty Saputra!"

"Apa? Rafferty ? Sharen? kamu serius?"

Wajah Raffi terlihat berbinar-binar dan sangat bahagia, Reno kembali mencibir. Apa harus ia hancurkan muka itu karena dengan lancangnya berbahagia di atas ketidaksukaannya?

"Oh iya by.. kamu mau tahu nama Rafferty kan?"

Reno mendelik tajam pada Sharen.

Setelah membuatnya penasaran selama ini, Sharen dengan semudah itu akan mengatakannya? Dan itu disini? Di hadapan pria ini?

Sharen mau mempermalukannya?

Memangnya suami macam apa yang menerima dengan mudah nama pria lain dalam akte kelahiran anak mereka!

"Rafferty itu―"

"Aku duluan!!!"

Tanpa mendengarkan ucapan Sharen, Reno lagi-lagi mendorong strollernya dan dengan langkah seribu meninggalkan Sharen bersama pria itu.

Masa bodoh.

Ia sudah sangat kesal.

Ia emosi.

Ia marah.

Dan ia benar-benar ingin meledak sekarang juga!

Rafferty! Tidak peduli apa alasan Sharen membuat nama itu tetapi Reno benar-benar sangat membencinya. Dan nama Rafferty, tidak sekalipun ingin ia dengar lagi.

Reno tidak mau tahu, pokoknya ia harus mengganti nama anaknya!

Memangnya yang ayahnya siapa? Dia kan? maka dia yang berhak atas semua keputusan dalam keluarganya.

Dan ia bersumpah, akan menghilangkan nama Rafferty dari anaknya!!!!!!! Bahkan kalau bisa di dunia ini! termasuk dari mesin pencarian sekelas GOOGLE!!!!



TBC



Apalah gaje banget hahaha sebodo amat lah ya memang gaje aku mah.

GAK NYESEK YA DA RENO CUMAN KESEL AJA KARENA CEMBURU MENGURAS HARTA /?

Lagian kalau bikin yang berat-berat aku mah gabisa, soalnya akunya juga gak berat :v

dan hidup itu sudah berat geng, jangan kalian perberat dengan masalah yang berat /nangis di pojokan

Sudahlah.. silakan di kritik kalau ada yang perlu di kritik. Asal jangan di cium aja yah karena kalian kayak orang gila kalau cium hape.

Sip, sampe sini aja.

Ketemu beberapa hari lagi ya.

Bye..

Aku sayang kalian semuaaaahhhhhh :* *pake desahan biar rame/?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro