PART 31
HAIIIII~ *kedip manja
Maaf yaaak part kemarin aku mabok kegalauan hahaha
Sharen gimana? Kalau Sharen meninggal terus Reno jadi duda lagi, terus duda nya duda beranak tiga bhahaha kelar idup si Reno!
Udah gitu dia nikah lagi terus istrinya mati lagi teus Reno duda tujuh kali dan pada akhirnya Reno nyanyi dangdut 'KINI AKU SENDIRI LAGI, MENDUDA LAGI DUDA TUJUH KALI~'
*amit amit hahaha
Komentar part kemarin kembali memuncak, muahahaha sebagian tidak rela aku menyiksa Reno dengan membuatnya menduda 7 kali *nyanyi lagi
Lagi bagus nih ders mood aku. aku lagi bahagia luar biasa. Soalnya pembacanya sangat meningkat, udah 8rb lebih di part awal. Alhamdulillah atulah.. alhamdulillah.. aku seneng banget derrrrssss... lavyu lavyu lavyu :*
Sekarang, waktunya kita berlanjut..
MUSHICHA ada yang minta di munculin sekarang, waduh sejujurnya aku masih bingung ders XD BELOM BIKIN JUGA! BARU COVERNYA DOANG haha lagian kalau bikin sekarang ya ders.. pasti ke campur-campur. Dan aku gak mau cintaku di campur campur ahh~
Cusss~
-
-
-
-
Reno sudah merasa sangat lelah. Sejak tengah malam ia berdiam diri di Musholla, mendekati Tuhannya dan bersimpuh memohon pertolongan untuk istrinya yang di kabarkan pendarahan.
Pendarahan.
Kenapa harus sama?
Nova juga seperti itu. nova juga pendarahan. Nova pingsan tepat ketika Haru lahir. Dan Nova akhirnya meninggalkannya.
Lalu, apa Sharen juga akan melakukan hal yang sama? meninggalkannya?
Tidak! Reno tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Sharen tidak boleh meninggalkannya. Sharen harus menemaninya sampai tua, Sharen harus memberikan kedua anaknya nama, Sharen harus menyusui keduanya, dan Sharen juga harus mengatur rumah baru mereka yang sudah siap huni.
Masih banyak hal yang harus Sharen lakukan dan Reno tak ingin Sharen melewatkannya begitu saja. tidak, tidak bisa.
"Nova..sudah sejak lama aku tidak pernah memanggilmu, tapi bisakah? Tolong bantu aku. tolong bantu aku.. jangan buat aku kehilangan Sharen.. jangan."
Suaranya gemetar karena ketakutan. reno bergelung di atas karpet, tubuhnya sudah sangat lelah tapi ia memaksakan dirinya untuk terus berjaga.
Jarum jam yang berada pada jam tangannya menunjukkan bahwa sekarang sudah jam tujuh pagi, tetapi tidak sedikit pun Reno ingin beranjak dari tempatnya.
Ia takut, ketika ia lengah sedikit saja, Tuhan benar-benar mengambil Sharen untuknya.
"Reno.. Sharen udah di pindah ke ruang rawat. Lo bisa nunggu disana." Suara Mushkin menyapanya, tangannya menyentuh bahu Reno dan menepuknya pelan. Reno mengggeleng dengan kuat, "Disini aja Mus. Lebih dekat dengan Tuhan." Jawabnya.
Sudah beberapa orang yang membujuk Reno, dan semuanya tidak ada yang bisa membuat Reno beranjak sedikit pun dari sana. reno sangat keras kepala.
"Kalau begitu, lo bisa tidur sebentar no.. setidaknya lo harus kuat kan kalau mau menjaga Sharen? berdo'a pun butuh kekuatan sob."
"Makasih Mus, tapi gue kuat kok. Gue bisa istirahat nanti."
Baiklah, tidak ada pilihan lain. Reno tetap keras kepala. Pada akhirnya Mushkin hanya diam dan duduk di pojokan untuk memastikan keadaan Reno.
****
Tepat pukul dua belas siang ketika Reno selesai sholat Dzuhur, Adnan berlari menuju Musholla dan langsung menghampiri Reno, "Kakak udah sadar.." Ucapnya. nafasnya masih terengah-engah karena berlari dengan kencang, dan secepat kilat Reno langsung bangkit dari duduknya dan berlari keluar dari Musholla.
Ia sempat menubruk beberapa orang dan bahkan sampai terjatuh saking cepatnya berlari. Reno tidak peduli, Reno tidak peduli hal itu. yang ia pedulikan adalah Sharen. Sharennya yang sudah sadar saat ini.
Langkahnya terus menerus berpacu hingga sampai di depan ruang rawat istrinya, Reno langsung membuka pintu dengan keras. Orang-orang di ruangan langsung melirik ke arahnya, ada Ineu dan beberapa suster yang sedang memeriksa Sharen.
Karena mendengar suara pintu terbuka, Sharen menoleh dan mendapati Reno disana, "Hai by!" Sapanya, kemudian Reno dengan cepat menghampirinya dan langsung memeluk tubuhnya dengan erat.
"Astaga.. Sharen... kenapa selalu membuatku ketakutan?" Gumam Reno. Sharen tidak mengerti, tetapi ia membalas pelukan Reno dan mengusap punggungnya dengan lembut. ineu yang sepertinya mengerti dengan keadaan mereka berdua langsung keluar dari ruangan.
"By.." sharen mencoba melepaskan pelukan Reno, tetapi Reno malah semakin kencang memeluknya dan.. tunggu dulu.. Sharen mendengar sebuah isakan di samping telinganya. Reno menangis?
"Aku takut Sharen.. aku takut. Semalam kamu bilang udah gak kuat, tapi kamu baik-baik aja. Dan pada saat aku meninggalkan kamu, kondisi kamu.. kamu.. Sharen.. kamu malah.."
"Ssst.. tidak apa-apa by.."
"Tidak bisa, itu hal yang sangat apa-apa Sha. Aku sangat ketakutan, Nova.. Nova pun.. dia, dia juga sama. Nova.. pendarahan."
Beribu jarum langsung menyerang dan menusuk hati Sharen secara bersamaan. Isakan Reno yang sangat memilukan terasa menyobek hatinya seketika, Reno ketakutan, ia benar-benar ketakutan, dan Sharen merasa bersalah karena sudah membuat Reno ketakutan.
"Sudahlah by, kan aku sudah sadar." Bisiknya. Reno akhirnya melepaskan pelukannya dan menatap Sharen lekat-lekat. Benar, Sharen sudah sadar. Sharen sudah berbicara padanya, bahkan menyentuhnya.
Tangan Reno merangkum wajah Sharen, "Aku gak mimpi kan Sha?" tanyanyaaaaaaa. Sharen menggelengkan kepalanya, "Tidak sayang."
Kemudian Reno langsung memeluknya lagi dengan lebih erat dari sebelumnya, "Maaf Sharen.. maafin aku yang terlalu banyak menyakiti kamu. Lebih baik aku menderita terkena sambel lagi atau menderita melihat kamu mengacuhkan aku, daripada harus menderita karena kamu meninggalkanku."
Terlalu sakit jikalau memang Sharen harus meninggalkan Reno. Hidupnya akan seperti apa nanti? Baru saja Reno menata kembali hidupnya dan merasakan kebahagiaan, tetapi Tuhan sudah mengambil kebahagiaannya lagi? tidak, itu tidak bisa. Reno berpikir bahwa itu sangatlah tidak adil.
Apa yang harus ia lakukan kalau itu benar-benar terjadi?
Sharen menjauhkan tubuh mereka lagi, ia menatap Reno dengan seksama. Suaminya sangat kacau saat ini, wajahnya pucat dengan kantung mata yang tercetak jelas disana, rambutnya sudah tidak berbentuk lagi, kemejanya keluar dari celananya dan sudah sangat kusut, kemudian lengan kemejanya yang sobek dan tangannya yang terluka karena ulah Sharen semalam.
Sewaktu memeriksa Sharen barusan, Ineu mengatakan kalau semalam Sharen pendarahan, untung saja hanya pendarahan ringan tetapi kondisinya memang sangat lemah, dan sejak semalam Reno berdiam diri di Musholla, semua orang sudah membujuknya termasuk Ineu juga, tetapi Reno tetap bersikukuh dan tidak mau menuruti semua orang.
Jadi suaminya itu tidak tidur semalaman? Sudah berapa jam sejak ia melahirkan? Bahkan kemarin malam pun Reno bersiaga menjaganya dan tidak tidur sama sekali. Astaga, suaminya..
"Kamu gak tidur?" Sharen menyuarakan isi hatinya. reno hanya menggeleg, "Kalau aku tidur, siapa yang mendo'akan kamu sayang?" Ucapnya. sharen ingin menangis, dia ingin menangis dan memeluk Reno sekarang juga.
Apa sebegitu ketakutannya kah Reno kalau Sharen tiba-tiba tidak selamat? Sampai-sampai Reno melakukan hal seperti itu, bahkan mengabaikan dirinya sendiri.
"Sudah makan?" Tanya Sharen lagi. reno kembali menggeleng, "Kamu saja masih belum sadar, gimana aku bisa makan? Aku enak-enak makan sementara kamu sedang melawan semua rasa sakit kamu."
Oh Tuhan.. Reno..
"Kamu gak harus nyiksa diri kamu by, kamu harus tetep makan dong."
"Gak bisa Sha.. aku benar-benar gak berselera."
"Lalu kalau aku benar-benar tidak sadar? Kamu mau tetap seperti itu?"
Tubuh Reno menegang seketika. Kalau Sharen tidak sadar? Entahlah, sepertinya Reno juga tidak mempunyai alasan untuk hidup lagi.
"Aku gak tahu.." Jawabnya. Sharen merasakan dadanya sangat sesak. Sekalipun Reno selalu menyakitinya, tetapi ketika Reno sangat hancur, maka ia akan lebih hancur lagi.
Dengan lembut Sharen menyentuh wajah Reno dan menatapnya dengan lembut, "Terimakasih by, karena sudah melakukan semuanya demi aku." Ucapnya. air matanya tiba-tiba menetes karena luapan emosinya yang membludak di dalam hatinya. bersyukur karena dia selamat dan tidak apa-apa, berbahagia karena anaknya lahir dengan selamat, dan terharu karena cinta yang begitu besar dari suaminya.
"I love you.." Gumam Sharen. kemudian ia mendekatkan wajahnya pada wajah Reno dan mencium bibir Reno dengan lembut. tidak ada gerakan apapun, hanya menempel karena Sharen hanya ingin menunjukkan perasaannya pada Reno.
"Aku lebih mencintai kamu Sha, tolong jangan berbuat seperti itu lagi." Ucap Reno saat wajah mereka berjauhan, kemudian ia mendekatkan kembali wajahnya dan langsung melumat bibir Sharen dengan penuh kelembutan dan perasaan. Kerinduan, ketakutan, kecemasan, semua ia salurkan lewat ciumannya pada bibir Sharen.
"Tuh kan.. walaupun gak tidur semaleman juga kalau urusan mesum mah nomor satu. Dasar bapak-bapak!! kapaaaan gue bisa nyium anak gadis orang se hot itu Tuhaaaan" Gerutu Mushkin yang berada di balik pintu. ia menyesal datang kesini untuk mengecek Reno.
*****
Menuju sore, kedua bayi kembar Sharen baru diantarkan ke ruangan rawat dan langsung di susui oleh Sharen. dia menyusui anak laki-lakinya lebih dulu, sementara anak perempuannya berada dalam gendongan Reno.
Ketika Sharen mendekatkan putingnya pada mulut bayinya, anaknya itu langsung menghisap air susunya dengan sangat cepat. Bibirnya bergerak-gerak dan terkadang menimbulkan bunyi yang membuat Sharen tertawa.
Dan pada saat tangan Sharen menyentuh pipi merahnya, anak laki-lakinya akan menggeliat dengan sangat lembut dan membuat Sharen kembali tertawa bahagia.
Reno juga sama, ia terus menerus menyentuh dan menciumi kepala anak perempuannya dan tertawa bahagia melihat setiap gerakan-gerakan kecilnya yang sangat menggemaskan.
Mereka berdua bahagia dan tak bisa berkata apa-apa.
Wajah anak laki-laki mereka mirip sekali dengan Sharen, terlihat cantik meskipun dia laki-laki. Tetapi hidungnya mewarisi hidung Reno yang mancungnya dari atas sampai bawah.
Sementara wajah anak perempuan mereka adalah gabungan keduanya, matanya milik Sharen sementara hidung dan bibirnya mirip Reno.
"Sha, untung banget hidungnya seperti aku!" Reno berucap dengan bangga, hasil benihnya benar-benar berkualitas karena sangat memuaskan sekali. Ia merasa sangat bangga karena ketiga anaknya itu memiliki hidung mancung yang sama persis sepertinya.
"Jadi maksud kamu hidung aku jelek? Begitu? mentang-mentang hidungnya mancung." Desis Sharen. Reno tertawa.
"Hidung kamu juga mancung Sha, mancung yang tertunda."
"Aaah by.. apaan sih! Udah dong jangan bawa-bawa hidung! Hidung aku juga mancung kok, cuman gak semancung hidung kamu. Tapi lihat! Nih mata anak kita, bulu matanya lentik sama seperti aku. memang kamu, bulu matanya panjang gak beraturan begitu."
"Tapi alisnya tebel kayak aku Sha."
"Ya kamu kan bapaknya, kalau alisnya tipis nanti kamu pasti gak mau ngakuin."
Dan mereka berdua tertawa dengan sangat kencang. Tetapi suara tangis anak perempuan dalam gendongannya membuat Reno langsung menutup mulutnya rapat-rapat.
"Sepertinya sudah waktunya untuk bergantian.." Ucap Reno. Sharen menganggukkan kepalanya. bayi laki-lakinya juga sudah tertidur sekarang, mungkin sudah kekenyangan. Dengan hati-hati Sharen meletakkan bayi laki-lakinya di dalam box dan menggendong bayi perempuannya yang berada di pangkuan Reno.
Sekarang ia menyusui bayi perempuannya.
"Jadi, nama bayi kita siapa by?" Tanya Sharen.
Ah ya! satu hal itu hampir saja terlupakan.
"Yang cowok sudah ada Sha.. namanya kan Sharn.. mungkin Sharn saputra?"
"Kok gak enak banget yah by? Kalau pake nama tengahnya bagaimana?"
"Nama tengah? Apa ya? Sharn Adzanul Saputra? Sharn Ilham saputra? Aihhsss jangan! nanti menambah populasi orang bernama Ilham!"
"Aku gak apa-apa kok."
"Noooo.. aku benci nama Ilham!" Reno bergidik dengan ngeri. Dasar. Masih saja ia benci dengan namanya sendiri.
"Jadi apa dong by?"
"Hmm.. apa ya Sha? Kamu punya ide?"
Wajah Sharen langsung menyala-nyala ketika Reno bertanya padanya. Bagus. Bagus sekali. Sebenarnya Sharen sudah punya nama tengah untuk anaknya, tapi ia sengaja memancing Reno yang akan bertanya padanya.
"Aku sih sebenarnya ada by.."
"Apa?"
"Rafferty!"
"Hah? Rafferty? Kamu dapat nama itu dari mana?"
"Dari koran by!"
'Sumpah gak elit banget dari koran!'
"Aku sempat baca koran dan nama Rafferty benar-benar membekas banget di kepala aku, kayaknya memang bagus deh." Ucap Sharen. padahal sebenarnya bukan itu alasan dari nama Rafferty.
Reno terlihat berpikir, "Rafferty ya? hmm.. Sharn Rafferty Saputra? Kedengarannya aneh sih Sha.."
"Tapi bagus kan?"
"Ya.. lumayan juga sih, lalu kita panggil dia apa?"
"Putra!"
"Astaga Sharen, namanya sudah keren Sharn, masa dipanggilnya putra? Kalau begitu sama aja dong kayak Ilham, populasinya banyak dimana-mana! Kalau kata si Mushkin tukang pakaian dalem di BIP aja namanya itu sayang.."
"Yah kita kan orang bandung by, kalau dia di panggil Sharn kan kasian nanti orang-orang yang manggil dia. Lidah orang sunda kan gak mau ribet."
Reno berpikir lagi, baiklah.. sepertinya bisa di terima.
"Lalu yang perempuan?"Tanya Sharen, "Kamu gak akan kasih dia nama putri Shareno kan? jelek banget itu, kayak nama warteg!"
"Iya Sha.. aku gak akan kasih nama itu kok tenang aja."
"Jadi siapa? Kalo Sharn kan udah ada nama kitanya by? Kalau adiknya apa ya?"
"Bagaimana kalau Rensha?"
"Reno Sharen maksud kamu?"
"Iya, Reno Sharen.."
"Tapi masa Rensha.. hmm.. bagaimana kalau Farensha?"
"Farensha.. nah, itu lebih baik. Oke, kita pake Farensha. Tapi, masa anak kita namanya putri Farensha? Dari mana nama Fa nya?" Gerutu Reno. Sharen tertawa, "Ya, masa mau Marensha. Kan maksa banget hubby sayaaang."
"Yayaya, oke. Tapi nama tengahnya? Jangan pake Rafferty lagi, aku kurang suka nama itu."
Sharen menahan senyumnya. Reno peka terhadap ancaman sepertinya, kalau Reno tahu pun Sharen mendapat nama Rafferty dari mana, suaminya itu pasti tidak mau menggunakannya. Tapi nanti saja, nanti saja Sharen ceritakan padanya.
"Gimana kalo Hasya? Mahasya?" Suara Maryam terdengar di belakang mereka, keduanya langsung menoleh dan mendapati beberapa orang keluarga mereka sudah berada disana. Maryam dan yang lainnya baru saja kembali dari rumah mereka.
"Bagus ma, Sharen suka. Mahasya sepertinya memang bagus."
"Oke kalau gitu, Farensa putri Mahasya.. eh tunggu dulu ma, Mahasya darimana?"
"Mareno Ilham sharen!"
"Astaga, kenapa nama ilham dibawa sih!!"
"Terima aja sih pak boss, sampai di akhirat juga nama lo udah Ilham."
"Ah, sialan lo Mus!"
Kemudian mereka semua tertawa, sementara anak perempuan Sharen sudah terlelap di pangkuannya.
"Jadi bagaimana ini? Farensa putri Mahasya aja nih? Atau Mahasya putri Farensa?" Tanya Sarah.
"Farensa putri Mahasya! Udah, itu keputusan final. Kalau Mahasya putri Farensa.. jelek, memangnya fa nya diambil darimana?"
"dari FARHAT ABBAS!"
"MUSHKIIIIIN!!!! SINTING LO !!!!!"
*******
"MAMAAAAA!" haru langsung meloncat dengan riang ketika tiba di Rumah sakit. Sejak kemarin Haru bersama dengan Renita, dan malam ini Renita baru membawanya untuk menjenguk Sharen.
"Sayaaaang.. sini peluk mama!" Sharen yang sedang duduk setelah menghabiskan makanannya langsung merentangkan tangannya, Reno yang berdiri di sebelahnya meraih tubuh Haru lalu meletakkannya di atas pangkuan Sharen setelah ia mencium pipinya.
"Haru kangen mamaa!" Ucap Haru begitu duduk di atas pangkuan Sharen. tangan kecilnya memeluk leher Sharen dengan erat, seolah ia tidak mau melepaskannya.
Berapa hari ya mereka tidak bertemu? Dua hari? kenapa Sharen begitu merindukan Haru?
"Mama juga kangen Haru.." Sharen mengeratkan pelukannya, rasa bahagia menyelimuti hatinya, dan berulangkali ia mengucapkan beribu terimakasih pada Tuhan karena sudah memberikan begitu banyak kebahagiaan untuknya. Termasuk putrinya yang satu ini. Haruna isnaini putri Renova, sekalipun dalam namanya tak ada nama Sharen, dan menjelaskan sekali bahwa Haru adalah putri dari Reno dan Nova, tetapi sharen akan mencintai Haru sama besarnya dengan ia mencintai anaknya sendiri. Semoga saja, semoga saja ia tetap bisa mencintai Haru tanpa membuat Haru merasa bahwa ia bukan anak Sharen, suatu saat nanti. Lagipula, siapa yang berani menyebut Haru bukan anak Sharen? tentu saja Haru itu anak Sharen.
"Adik Haru mana mama?"
"Adik Haru sedang tidur, Haru mau lihat?"
"MAUUUU!!"
"Sama papa ya sayang?" Ucap Reno. Ia langsung menggendong Haru dan mendekat pada dua keranjang bayi yang berada di samping ranjang Sharen.
"Yang ini namanya Baby Putra.." Reno menunjuk pada bayi laki-lakinya yang memakai bedong berwarna biru.
"dan yang ini namanya Baby Hasya.."
"Kalau yang ini namanya?" Reno menunjuk Haru, membuat anaknya terdiam sejenak untuk berpikir.
"yang ini KAKAK HARUUUU!!!!" pekik Haru kemudian. Ia bersorak dengan gembira kemudian meronta ingin turun dari pangkuan Reno dan mendekati box kedua bayi itu.
"Papa! Kok pake lampu? Nanti silau, Haru tidur lampunya mati."
"Itu biar baby nya hangat sayang,"
"Kalau hangat pake selimut!"
"Itu beda lagi, biar badannya hangat."
"Baby nya mandi gak papa? Mandinya pake air hangat kan?"
"Iyaa.."
"Papa! Kenapa Hasya nya ngemut jempol? Kata oma itu gak sehat!"
"Papa! Kenapa mukanya merah?"
"Papa, kepalanya botak!"
"Papaa, kenapa baby nya tidur terus?"
"Papa? ,mereka bisa menyanyi? Haru mau ajak mereka konser!"
Dan semua ocehan Haru membuat Reno lelah menjawabnya sehingga membuat sharen tertawa menyaksikannya. Selamat menjalani wawancara suamiku, batin Sharen.
Renita yang berada disana dengan kedua anaknya juga tertawa, ia mendekat pada Sharen dan menggenggam tangannya.
"Udah sehat sekarang?" Tanyanya. Sharen mengangguk, "Alhamdulillah kak. Cuman memang masih agak ngilu sih, kata Ineu itu dari jahitannya."
"Hmm.. iya, aku juga dulu di jahit. Tapi nanti gak apa-apa kok."
"Iya kak.."
"Asi kamu banyak?"
"Alhamdulillah sih kak, lumayan. Besok aku mau Breast care biar lancar asinya."
"Ya,baguslah kalau begitu. nanti yoga juga ya Sharen, post natal. Biar badannya enakan."
"Iya kak.."
"Istrirahat ya? kakak keluar dulu sebentar."
"Oke kak.. makasih ya udah nengokin."
"Iya sama-sama. sehat terus ya sayang.."
********
"SHAREEEEEN!!!!" Pagi hari ketika Sharen selesai mandi dengan di bantu oleh Reno dan sedang menyusui Hasya, Icha berteriak-teriak dan langsung memeluknya dengan sangat erat.
"Ya ampun Sharen.. maaf, maaf banget. Maaf banget waktu lo lahiran gue malah gak ada, sorry.. gue ada acara keluarga di Jakarta, dan gue gak bisa pulang. Ya ampun maaf banget sayang maaf.."
"Iya Cha.. gak apa-apa, gue nya juga gak apa-apa kok."
"Gak apa-apa tapi sampai bikin orang gak bisa tidur seharian Cha." Suara Reno terdengar, dia sedang membenahi letak kain yang membedong putra.
"Hah? Kok bisa sih?"
"Gue sempet pendarahan.."
"Iya, coba kalau mau operasi. Kan gak bakalan gitu." Gerutu Reno. Kalau kemarin Reno masih sangat hati-hati dan begitu sedih juga bahagia, sekarang Reno sudah bisa kembali menggerutu seperti semula.
"Yey.. kalau operasi nanti susah loh bang, lama nunggunya. Memang mau puasa lama?" Icha tertawa seraya mengatakannya. Wajah Reno langsung memerah seketika.
"Aku mau beli dulu makanan Sha, kamu mau apa?"
"Aku gak mau apa-apa by, kamu beli aja buat kamu sendiri ya?"
Kemudian Reno langsung menghilang diantara mereka berdua. Dan tawa Icha terdengar semakin keras.
"Dasar! Suami lo malu tuh Sharen.."
"Iya, dia malu. Biarin aja.."
"Eh, coba mana keponakan gue mana? Gue boleh gendong?" Icha berdiri mendekati putra yang sedang tertidur. Setelah mendapat persetujuan Sharen, Icha langsung menggendongnya dengan hati-hati.
"Astagaaa! Sharen! ganteng banget! Eh bayi kalian laki-perempuan ya? oh god.. gila, ini hidungnya mancrit banget boooo.."
"Hidungnya hidung Reno Cha.."
"Iyaa, ini udah gede nya pasti cakep nih pasti. Eh, siapa namanya?"
"Sharn Rafferty Saputra, lo bisa panggil dia Putra." Jelas Sharen, Icha tidak mendengarkan ucapannya, ia malah tersenyum penuh arti pada Sharen.
"Rafferty? Gila lo! Suami Lo tahu?"
"Nggak, hahaha . tapi dia udah punya feeling gak enak sih Cha. Makannya anak cewek gue namanya bersih dari Rafferty."
"Yang cewek siapa?"
"Farensa putri Mahasya, dipanggilnya Hasya.."
"Whooooaaaaa... keponakan gue, putra dan Hasya.. astagaaa, Sharen..." Icha langsung duduk dan memeluk Sharen dengan hati-hati karena mereka berdua sama-sama menggendong seorang bayi.
"Selamat ya sayang, selamat!"
"Makasih Cha.. gue do'ain semoga lo cepet nikah juga ya?"
"Walah, nikah sama siapa? Mana ada yang mau sama gadis urakan kayak gue? Apalagi jaman sekarang bujangan itu di embat sama tante-tante. Lah gue yang perawan malah keabisan."
"Jodoh gal akan kemana kok Cha, tenang aja. Siapa tahu lo langsung ada yang lamar. Eh jangan lupa nanti kalau udah nikah kita harus tetanggaan ya, sesuai janji masa muda. Deket rumah gue masih ada tanah kosong kok Cha!"
"Okaylah Sip, gue bakal bangun rumah disana. tunggu gue buat jadi tetangga lo oke!"
"Oke.."
"Aaah, putraaaa.. gantengnyaaaaa..."
******
Satu minggu sudah Sharen berada di rumah sakit. Kondisinya sudah sangat baik dan kedua bayinya juga sudah sangat sehat sehingga mereka bisa pulang hari ini. Mereka akan menempati rumah baru mereka. Semuanya sudah siap, seminggu ini Reno sibuk menata rumahnya dengan berbagai macam peralatan yang sudah ia pesan.
"Jadi by.. nasib rumah kamu yang sebelumnya bagaimana?" sharen melirik Reno yang duduk di sebelahnya seraya menggendong Hasya. Mereka sedang berada di mobil Reno yang dikendarai oleh supir Maryam.
"Biar itu buat Haru aja Sha.. aku gak akan menjualnya. Semuanya juga masih disana, barang-barang tetap di tempatnya."
"Aku kira beberapa di pindahkan, yang di kamar Haru kan masih baru by."
"semua yang berada di rumah baru kita itu baru. Tidak ada yang berasal dari rumah yang sebelumnya, dan ya.. mama kasih satu hadiah buat rumah baru kita."
"Apa?"
"Lemari kaca besar yang harus dan wajib berada di ruang tamu, liat aja nanti apa isinya. Kamu pasti speechless." Ucap Reno.
Lihat saja nanti? Apa ini sebuah kejutan?
"Hmm.. yah, baiklah."
Dua puluh menit kemudian mereka sampai tepat di pelataran rumah mereka. Sebelum melahirkan, Sharen sempat meminta Reno untuk membersihkan lahan kosong yang berada di sekitar rumahnya dan Sharen sengaja menanam beberapa bunga disana, dan hari ini ketika melihatnya lagi, halaman rumahnya sudah benar-benar di sulap menjadi paling indah karena bunga-bunga yang sudah mulai bermekaran dan berwarna warni menghiasinya.
Ada sebuah pohon tinggi di samping rumahnya, dan di dahannya terdapat sebuah bunga berwarna kuning yang sangat indah menurut Sharen. dapat dari mana Reno pohon itu? atau memang sudah sejak dulu berada disini tapi baru bermekaran?
"Ayo Sha.. tunggu apalagi?" Reno yang berjalan lebih dulu darinya kembali mendekati Sharen. ia ingin merangkul Sharen tetapi tangannya sedang menggendong bayinya yang sedang tidur dengan sangat nyenyak sehingga Reno hanya bisa mendekatinya dan berkata saja.
"Yah, ayo by." Dan mereka pun berjalan masuk ke dalam rumah, begitu Reno membuka pintu besar yang berada disana, suara terompet juga teriakkan dari beberapa orang menggema disana.
"WELCOME HOME SHAREEEEN!!!!!" Teriak mereka. Sharen tertawa melihatnya, rumahnya di sulap menjadi ruangan yang entah mengapa seperti pesta ulang tahun anak-anak. Balon disana-sini, hiasan lain yang sangat anak-anak sekali, dan juga semua orang yang memakai topi kertas bergambar kedua anak Sharen. astaga, lucunyaa..
"Sini-sini putra sama nenek yaaa.." Sarah langsung menggendong Putra dan kemudian Maryam menggendong Hasya.
"Mamaaa! Haru mau di gendong!" Semua orang tertawa ketika Haru menghampiri Sharen dan meloncat-loncat ingin di gendong saat pangkuan Sharen kosong.
"Anak mama, udah lama ya gak di gendong?" Ucap Sharen ketika berhasil menggendong Haru, putri nya itu langsung menganggukkan kepalanya dengan sangat antusias.
"Oke-oke, Everybody.. sekarang mari kita duduk." Mushkin mengngkat tangannya dan mengarahkan semua orang untuk duduk.
"Ada apa sih Mus?"
"Udah lah no, duduk aja."
"Yah, oke. Gue duduk."
Meskipun kebingungan tetapi Reno langsung duduk di sebelah Sharen yang saat ini masih menggendong Haru.
"Hai sayang.." Bisiknya pada Haru.
"Hai papa.." Bisik Haru juga.
"Oke, karena kedua pasangan berbahagia yang sudah mempunyai anak kembar ini sudah datang, taraaaaa... kita persembahkan hadiahnya!"
Lalu Adnan yang sepertinya sudah berkoalisi dengan Mushkin datang dari arah dalam dengan mendorong setumpukkan hadiah-hadiah yang sudah di persiapkan untuk mereka.
Hadiah pertama dari Sarah, ia memberikan sepasang baju kelinci berwarna pink dan biru untuk si kembar lalu berwarna merah untuk Haru, meskipun Haru memprotes karena ia ingin yang berwarna pink.
"Wah tante, kalau tau tante mau kasih ini mendingan tante kasih warna ungu, hijau, kuning, sama merah. Pas empat buat keluarga mereka biar kayak Teletubbies ! si Reno mah kasih topi kuning aja biar dia jadi mataharinya." Mushkin tertawa dengan puas, sementara Reno mengerucutkan bibirnya. Yang benar saja, ia menjadi matahari dalam teletubbies? Tidak ada yang lebih konyol lagi?
"Makasih mama, lucu banget bajunya." Sharen menatap ibunya dengan penuh kebahagiaan.
Hadiah kedua dari Renita, kursi santai bayi berwarna pink dan biru dengan berbagai macam mainan yang sudah menggantung di atasnya. Sharen tersenyum, si kembar pasti sangat senang nanti dengan mainan itu.
Dari Adnan adalah dot bayi yang katanya ia merancang sendiri bagaimana tampilannya, padahal hanya begitu-begitu saja, tetap bulat dan polos, bedanya adalah di bagian bawah terdapat nama Hasya dan Putra. Tsk! Jadi maksud mendesain sendiri adalah menamai botolnya saja? kalau itu Sharen juga bisa.
"Kalau dari mama.. kan udah ya, sepatu yang dari Hongkong." Maryam membuka suaranya. Reno hanya menganggukkan kepalanya.
"Tapi untuk rumah baru kalian.. Ehm! Mama sudah kasih hadiah yang benar-benar spesial."
Sharen teringat dengan lemari kaca besar yang Reno bicarakan sebelumnya.
"Mus! Buka dong Mus tirainya, tante kan susah lagi gendong bayi." Maryam menunjuk ke arah sesuatu yang sangat besar yang berdiri di depan dinding dan tertutup oleh tirai besar berwarna putih. Meskipun sedikit tidak rela, Mushkin menurut dan menarik tirai itu sampai sesuatu benar-benar terlihat disana.
Sharen menganga, matanya mengerjap-erjap seperti tak percaya atas apa yang telah di lihatnya.
Itu memang sebuah lemari kaca yang besar, oh.. sangat besar. Sangat! Kalau orang di masukkan ke dalam sana, tujuh orang bisa berbaris dengan nyaman, dan tingginya pun cukup tinggi sampai-sampai Sharen harus menengadahkan kepalanya.
Yang membuatnya menganga bukan ukuran lemarinya, tetapi tulisan besar yang berada di bagian paling atas lemari tersebut, sebuah tulisan 'LEMARI KENANGAN KELUARGA' benar-benar membuat Sharen terperangah, terasa sangat konyol, dan.. memangnya mereka mau memajang apa saja disana?
"Masih kosong ya, eh ada tuh beberapa udah mama isi Sharen." Ucap Maryam, sharen melirik lagi pada lemari itu. ya, beberapa sudah di isi. Fotonya, Reno, dan Haru dalam momen-momen tertentu, miniatur lambang hotel Sharn dan test pack dan USG Sharen yang di hadiahkan pada Reno di hari ulang tahunnya. Barang-barang itu sudah terpajang jelas di dalam lemarinya.
Sharen menahan tawanya, mertua nya kenapa konyol sekali? Astaga..
Memangnya Sharen mau membuat museum?
"Gimana? Bagus gak?" Tanya Maryam. Mau tidak mau sharen harus tersenyum, "Hmm.. iya ma.. Sharen suka." Ucapnya sedikit tidak rela.
"Aku sudah bilang kan Sha.. maaf ya, si mama kadang suka aneh begitu." Bisik Reno. Sharen hanya menganggukkan kepalanya.
Ia kembali melirik ke arah lemari. Tidak buruk juga sih sebenarnya, justru sangat unik. Sharen bisa menyimpan semua hal yang menjadi kenangan disana. yah.. baiklah, semoga Sharen bisa menggunakannya dengan sangat baik. Atau mungkin memajang hal lain bisa.
"Gak boleh buat yang lain ya, harus kenangan kalian. Kenangan, biar jadi kenang-kenangan." Ucap Maryam. Sharen menganggukkan kepalanya. yah, ketahuan deh apa yang ada di pikirannya.
Semua hadiah sudah di tunjukkan pada mereka, dan seperti biasanya hadiah terakhir adalah hadiah dari Mushkin.
Lihat sekarang ekspresi wajah Mushkin, penuh dengan senyuman yang sangatlah menggelikan. Astaga..
"Kalo lo kasih hadiah yang aneh-aneh buat anak gue, gue pastiin hidup lo kelar hari ini!" Ancam Reno. Ia teringat dengan hadiah satu kotak besar kondom di hari ulang tahunnya. Dasar Mushkin menyebalkan. Mungkin itu efek dari dia yang sudah terlalu lama sendiri. astaga, Reno merasa miris untuk sahabatnya.
"Sharen.. Reno.. dan Haruku yang cantik!"
Bugh! Satu bantal mendarat di wajah Mushkin.
"Haruku, Haruku.. namanya HARUNA!" Gerutu Reno. Mulai datang sikap tidak sukanya terhadap pria yang memuji Haru.
"Ya udah sih biasa aja. Dan si kembar Putra juga Hasya.. eh no.. harusnya Hasya dan Hasyi deh namanya, kan lucu. Tapi kalau yang Hasyi, jangan sih. , kasian dia nanti di ledekkin temen sekolahnya, pasti mereka manggil namanya sambil bersin.. HASSSYIIII!!!!"
Bugh!! Satu bantal lagi mendarat di wajahnya.
"kalau bikin kesel orang lu jagonya Mus!"
"Yah, sudahlah sudah.. sekarang mana hadiah untuk Putra dan Hasya?" Sharen menengahi, kemudian sebuah senyuman tersungging dengan indah di wajah Mushkin.
"Well.. everybody! Let me Show you my present for Putra and Hasya!"
Kemudian Mushkin berlari ke dalam dan..
"TARAAAAAAA!!!!!!"
Mushkin kembali lagi dengan mendorong sebuah stroller untuk bayi kembar berwarna hitam dan mendorongnya kesana kemari. Sekarang dia malah seperti anak kecil yang baru menemukan sebuah mainan.
"Ini gue pesen khusus! Yang di pake sama anaknya William dan Kate? Sama kayak ini! sama-sama bisa di taikin dan di dorong."
"sialan lo. Jangan bilang itu barang KW!"
"Wehh.. enak aja! Ini demi Sharen tahu gue beli ini, demi dia yang selalu sahabat gue sakitin dan demi keponakan gue yang suatu saat bakalan gue ajak berkoalisi untuk menyiksa lu pak boss! Ini gue pesen, jangan tanya harganya berapa karena ini benar-benar mahal, sepasang stroller ini bisa beli motor ninja atau mungkin bisa bangun rumah."
"Ya Tuhan sombongnya, mau pamer dia.." Gumam Renita. Mushkin tertawa, "Bukan pamer mbak..ini meningkatkan daya jual gue sebagai bujangan paling di minati."
"Kalau di minati gak akan jomblo begitu kamu Mushkin!"
"Aaah tante maaar mah suka begituuuu.."
Kan.. lagi-lagi Mushkin terkena bully an. Semua orang tertawa sementara dia menatap mereka satu persatu dengan kekesalan.
"Udah, jangan cemberut gitu. Nanti banting harga loh!" Gerutu Reno. Oh cobaan, datangnya benar-benar bertubi-tubi.
Mushkin mencoba mengacuhkan mereka yang tengah membully nya dan menatap Sharen yang tersenyum ke arahnya.
"Jadi Sharen, gimana? Bagus gak hadiahnya?" Tanyanya. Sharen mengangguk dengan antusias, "Bagus.. Bagus sekali. Aku suka, makasih yaaa Mushkin.." Sharen tersenyum dengan snagat lebar dan sangat manis, membuat Mushkin malah tertawa, "Astaga, Reno! Senyum istri lo manis banget! Peluk boleh?" Tanya Mushkin, dan satu bantal melayang lagi tepat pada wajahnya.
Mushkin mendengus, dia mencibir ke arah Reno tapi kemudian dia ingat sesuatu..
"Eh, kalian bakalan urus Putra dan Hasya bareng-bareng?" Tanyanya. Reno mengangguk, "Iya dong Mus.."
"Tapi kan.."
"Apa?"
"Kalau.."
"Kalau apa?"
"Kalau bayinya kembar sepasang, gak boleh tinggal bareng Reno, Sharen.. harus di pisahkan."
APAA?
TBC
Hehehehehe :3
Pendek nih ders haha maaf ya sampe sini. Soalnya nih soalnya nih yaa.. aku mentok XD dan bikin ini kepotong jadinya aku bingung, kelamaan sih -___- terus juga aku kemaren lanjutin cerita aku yang satu lagi. itumah serius ders, berbanding terbalik sama cerita ini hahaha
Dan yaaah yang itu mah kayak kuburan, sepi XD
Itu nama bayinya si shareno aku tadinya mau minta vote, tapi lama nanti pasti jadi ya udah deh~
Terimakasih ya untuk semua dukungan kalian. Yang mau kritik silakan kritik, aku membuka lebar-lebar lahan kritikan dari kalian.
Dan sejauh ini yang mengkritik aku itu baru tiga orang, hahahahaha
Mungkin banyak yang mau mengkritik tapi mungkin terhalang sesuatu bernama takut.. takut aku gigit ya? atau takut aku santet? HAHAHAHAHA
Tenang aja ders, aku mah seneng kok kalau di kritik. Jadi nya aku tahu aku salah apa, aku tahu aku harus bagaimana, dan aku tahu aku mencintai mas reno lebih dari segalanya *pingsan
Yaaaa sudah.. sampai ketemu part selanjutnya..
Babay my lovely readers :* mumumumuuu :*
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro