Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PART 28 | Different

Haloo good readers :* lagi lemes nih aku, gak akan banyak ngomong. Cuman, ini beberapa part MENUJU ENDING yaaa.. jadi siap-siap untuk berpisah dari SHARENO. Sedih lah TT.TT cepert banget tamatnya.. akunya juga sih cepet amat bikinnya huhuhu

Dan soal ICHA dan MUSHKIN... sesuai permintaan aku bakalan buat SIDE STORY mereka, dan disini sengaja mereka gak aku munculin. Biar di kisah mereka saja yang bercerita kejadian di pangandaran sebelumnya. Hahaha

kobe banget ya seolah olah banyak yang mau haha padahal memang niat aku sendiri mau bikin yg merreka wkwk

sebel banget nih sama si watty..

Selamat datang ya untuk readers baru. Maaf cerita saya terlalu bertele-tele dan panjang sekali ya maaf. Untuk pembaca lama.. semangat untuk mengarungi /? Kisah ini sampe tamat ya haha

Ini pendek ders.. 18 halaman sajah..

Udah ah kan aku lagi lemes wkwk

Cussss~

-

-

-

-

Usia kehamilan Sharen akan menginjak empat bulan. Dan selama beberapa bulan ini Sharen masih belum memeriksakan kembali kehamilannya, janjinya untuk mendengarkan detak jantung bayinya di minggu ke-6 kehamilannya tak bisa ia tepati karena kesibukan Reno.

Sibuk? Benar, entah godaan atau ujian dari Tuhan, Sharen tidak tahu. tetapi sudah dua bulan terakhir Reno sama sekali tidak mempunyai waktu untuknya, pulang selalu malam, bulak-balik luar kota, dan bahkan sore ini dia baru sampai setelah lima hari berada di Bali untuk mengurusi hotelnya yang berada disana.

Aneh, padahal awal-awal Reno masih sering membolos kerja untuknya, tetapi sekarang hal tersebut merupakan hal yang paling mustahil yang akan terjadi, Reno terlambat berangkat saja telponnya terus menerus berdering berkali-kali.

Sharen sebenarnya memakluminya di awal, tetapi kesini-kesini menurutnya sikap Reno tidak bisa di tolelir lagi. mereka bahkan sudah jarang bermesraan lagi, bukan jarang.. hanya tidak punya waktu untuk bermesraan.

Tetapi untung saja bayinya sangat baik-baik saja dan tidak lagi membuatnya merasa tidak nyaman. Sharen hanya merasakan mual-mual di awal kehamilannya saja, dimana masih ada Reno yang siaga di sampingnya. Tidak seperti sekarang, Reno jauh dari kata siaga. Jangankan siaga mengantarnya kemana-mana, siaga mengangkat telponnya saja sulit sekali.

Hanya Mushkin, dia lah orang yang selalu mengantar Sharen kesana kemari sesuai perintah Reno. Dasar, pria itu tetap senang memerintah.

Dan entah kenapa, Icha pun sulit sekali di temuinya, setiap dia keluar di antar oleh Mushkin dan hendak menemui Icha, ada saja hal yang membuat mereka tidak jadi untuk bertemu. Icha terkesan seperti menghindarinya, tetapi gadis itu menyangkalnya dan mengatakan bahwa ia tidak bermaksud seperti itu. ya, anggap saja begitu.

"Sha.. besok pagi tolong bangunkan aku lebih pagi ya, ada rapat penting mengenai proyek baruku." Reno duduk di kursi kerja nya dan fokus pada laptop di hadapannya. Lihat, ia bahkan tidak menatap Sharen saat berbicara.

Sharen menghela nafasnya, kembali mencoba bersabar untuk menghadapi Reno. Lebih tepatnya pekerjaan Reno, sejak awal dia menikahi seorang pengusaha dengan beberapa hotel di luar kota kan? maka seharusnya ia bisa beradaptasi dengan hal ini. tetapi mengenai proyek yang hampir setiap waktu Reno sebutkan, Sharen tidak tahu menahu soal itu. karena Reno tidak pernah membicarakan masalah pekerjaan padanya. Tetapi akhir-akhir ini Reno juga tidak pernah membicarakan apapun dengannya. Jadi Sharen pantas kan kalau merasa kesal?

"Iya.." Sharen hanya menjawabnya sekilas kemudian memutuskan untuk keluar dari kamar. Reno tidak bertanya apa-apa, ia malah fokus pada laptopnya. Sekarang laptop lebih berarti dari Sharen. padahal dulu siapa yang bilang tidak mau kehilangan Sharen? dasar menyebalkan!

Ponselnya berdering begitu ia duduk di sofa, ada panggilan telpon dari Adrian. Chef komplek yang menghubunginya dan tidak pernah di gubris oleh Sharen karena perintah Reno. Tetapi satu minggu yang lalu mereka bertemu lagi dan pada akhirnya kembali berhubungan, tentu saja Reno tidak tahu. lagipula Sharen hanya berteman dengannya, Adrian pun tahu bahwa Sharen sudah menikah.

"Kenapa Dri?"

"Besok bisa datang? Ada menu baru untuk baby kamu Sharen.."

"Untuk baby aku?"

"Ya, aku mencoba membuat resep penuh nutrisi untuk ibu hamil, dan aku ingin kamu menjadi orang pertama yang mencicipinya. Kamu mau kan?"

Sharen tersenyum dengan sangat senang, "Pastinya aku mau. tunggu aja ya? besok aku kesana."

"Oke.aku tunggu. Dah.."

"Hmm.. Dah."

Sambungan mereka terputus dan Sharen langsung meletakkan ponselnya di atas sofa. Reno berada di hadapannya, menatapnya penuh curiga.

"Siapa?"

"Apa?"

"Siapa dia? Yang barusan menelpon kamu." Tuntut Reno, Sharen mencibir. Peduli juga sekarang Reno padanya?

"Bukan urusan kamu." Sharen langsung bangkit dari sofa, hendak masuk kamar tetapi Reno mencekal tangannya.

"Urusan aku Sha, karena aku suami kamu."

Sharen hampir kehabisan kata-kata mendengar Reno berbicara seperti itu.

"Suami ya? baru sadar kamu suami aku? kemarin-kemarin kemana aja?" Sindirnya. Reno hanya mengernyitkan dahinya. Memangnya kenapa?

Ah, dia sepertinya tahu.

"Kamu kenapa? Gak seperti biasanya."

"Kamu juga Reno, gak seperti biasanya. Aku bahkan seperti tidak mengenal kamu."

"Reno? Kamu panggil aku itu?"

"Kenapa? Gak terima?"

"Kamu itu kenapa sih Sha?! Aku cape, banyak kerjaan. Bisa dong kamu ngertiin aku?"

Sharen mencelos mendengarnya. Apa yang Reno bilang ?

"Aku gak peduli tentang pekerjaan kamu. Lagipula kamu juga tidak pernah membaginya padaku."

"Bukan begitu Sha, masalahnya kamu gak akan ngerti!"

"Ya, aku cukup tahu diri. Aku gak secakap kamu kok Reno. Aku tahu, makanya aku gak pernah nanya. Karena apa? karena aku tidak mengerti!"

"Sharen, kamu kenapa sih?"

"Kamu yang kenapa! Masih gak sadar sama kesalahan sendiri? oke, gak usah sadar. Dan lepas, aku mau tidur."

Dengan sentakan yang keras, Sharen melepaskan tangannya yang digenggam oleh Reno. Ia berjalan menuju kamar dengan rasa kesal di dalam hatinya. haru menginap di rumah ibunya, beruntungnya dia.

Dan sampai setengah jam Sharen masuk ke dalam kamar pun, Reno tidak menyusulnya. Bagus, Reno benar-benar berubah.


*****


Pagi harinya, Reno marah-marah karena Sharen terlambat membangunkannya dan membuatnya tidak bisa mengikuti rapat rutin untuk proyek terbarunya.

Sharen tidak biasanya terlambat bangun tetapi semalam tubuhnya terasa sakit semua dan tengah malam Sharen terbangun dan tidak bisa tidur. Reno tidak tahu karena dia lembur untuk melakukan pekerjaannya dan tertidur di kamar Haru.

"Aku kan sudah bilang Sha kemarin. Bangunkan aku lebih pagi! Harusnya lebih pagi, kenapa jadi lebih siang? Kamu kenapa sih? Balas dendam karena aku selalu sibuk?"

Balas dendam? Selicik itu kah Sharen?

"Itu kontrak Sha, itu proyek yang bukan lagi bernilai jutaan, tapi ratusan juta bahkan sampai milyaran Sharen! untung saja Mushkin bisa menghandle semuanya."

Sharen mencelos. Kalau Mushkin bisa menghandle semuanya, kenapa Reno masih marah-marah?

"Kamu kok jadi menyebalkan banget sih Reno? Kalau begitu kenapa kamu gak bangun sendiri aja? Kamu gak tahu, semalem aku gak bisa tidur. Badan aku sakit semua Reno, sakit semua. Dan wajar dong, aku terlambat bangun. Aku manusia, dan tubuhku akan menuntut lebih ketika kekurangan jam tidurnya."

Sharen langsung masuk ke dalam kamarnya, tidak menyangka bahwa Reno akan memarahinya hanya karena hal sepele. Apa mereka terlibat salah paham lagi?

"Sharen!" Reno memanggilnya dengan kencang dan masuk ke dalam kamarnya, "Aku capek! Apa permasalahan diantara kita cuman salah paham aja? Hal sepele seperti ini? aku cape Sharen, aku cape!"

"Jadi kamu maunya apa? mau permasalahan diantara kita itu orang ketiga? Begitu? kamu mau aku selingkuh?"

"Kenapa kamu berbicara seperti itu!!"

Lihat, Reno bahkan membentaknya lagi. sharen mencelos. Bahkan menanyakan tubuhnya yang sakit saja tidak. Bagus.

Air mata tiba-tiba saja turun dari matanya, mewarnai hatinya yang terasa pedih sekarang.

Reno menyadarinya, dengan cepat ia meletakkan kedua tangannya di bahu Sharen dan menatap Sharen. "Maaf.. aku hanya takut proyekku gagal."

Ah ya, tetap. Proyek lagi. sharen kira Reno benar-benar menyesal padanya.

"Yah, terbukti sekarang. proyek lebih penting daripada istri kamu yang sedang hamil." Ucap Sharen. reno melepaskan tangannya dari bahu Sharen dan mundur beberapa langkah.

"Sharen, aku tidak pernah mengatakan kalau proyek lebih penting dari kamu. Kamu kenapa sih? Apa kamu gak bis ngertiin pekerjaan aku?"

Sharen benar-benar kehabisan kata-kata. Kurang mengerti bagaimana dirinya ini?

"Semua juga aku lakukan demi kamu Sha.."

Bulshit! Sharen tidak percaya dengan itu.

"Aku tidak pernah meminta kamu melakukan itu semua Reno. Tidak pernah." Gumamnya. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa Reno mengatakan hal tersebut dengan sangat entengnya sementara dia, ya Tuhan..

Sharen berjalan ke arah lemari, mengambil tas nya dan mengemasi pakaiannnya.

"Kamu mau kemana?" Reno langsung menghalanginya.

"Aku mau ke rumah mama."

"Kamu mau pergi dari aku?"

Gerakan Sharen terhenti. Pergi? Pergi darinya?

"Aku butuh waktu, ibu hamil tidak boleh stress Reno. Dan tidak ada gunanya juga aku disini, kalau di rumah mama setidaknya ada yang memperhatikanku."

Oh tidak, Reno sepertinya sudah salah besar kalau Sharen sampai pulang ke rumah orangtuanya.

Sharen sudah selesai dengan kegiatannya berkemas, ia berjalan keluar kamar membawa tas besar yang berisi pakaiannya. Reno tidak mencegahnya atau mengatakan kata-kata yang akan menahannya untuk tetap berada disini. Menyedihkan.

Begitu Sharen sampai di halaman dan membuka pagar, Reno langsung meraih tasnya dan menariknya ke dalam mobil.

"Biar aku antar." Gumamnya.

Lihat, Reno bahkan mengantarkannya pergi. Alih-alih mencegahnya. Sharen benar-benar sangat malang.

Beberapa saat kemudian mereka sampai, "Salam pada mama. Aku langsung berangkat." Ucap Reno. Ia tetap duduk di atas joknya tanpa membukakan pintu mobil untuk Sharen dan membawakan barangnya. Oh Tuhan.. ada apa ini sebenarnya?

"Semoga proyekmu gagal by.." Sharen tersenyum dalam kepedihan hatinya. reno terkejut, hendak mengatakan sesuatu tapi Sharen segera mendahuluiny, "Aku selalu mencoba mengerti kamu, termasuk pekerjaan yang tidak pernah mau kamu bagi bersamaku. Aku selalu mencoba menerimanya Reno, termasuk menunda jadwal periksa kehamilanku karena menunggu waktu bebas kamu. Sudah empat bulan hamil, aku bahkan belum mendengar detak jantung bayiku sendiri. terimakasih atas tumpangannya, dan jangan hubungi aku."

Selesai mengucapkannya Sharen langsung keluar dari mobil, tanpa mendengarkan kata-kata Reno, dan tanpa menunggu ciuman Reno untuknya. Oh tidak, ia menangis lagi.

Reno hanya bisa diam tanpa kata begitu Sharen keluar dari dalam mobilnya, ia bahkan memperhatikan Sharen sampai istrinya itu masuk ke dalam rumahnya.

Sial, ia sepertinya melakukan kesalahan lagi. dengan kesal, Reno melajukan mobilnya diatas ketinggian rata-rata.

Ia benar-benar frustasi, sungguh!

Selain karena pekerjaannya yang menumpuk, emosinya juga sangat melonjak-lonjak. Entah apa penyebabnya, dan berdekatan dengan Sharen merupakan hal yang selalu ia hindari.

Bukan apa-apa, hanya saja Reno mendengar bahwa awal kehamilan tidak diperkenankan untuk melakukan hubungan suami istri, sementara dia? Tubuh Sharen selama hamil semakin menggoda dan Reno tidak bisa menahannya kalau saja ia bersentuhan dengan Sharen, maka sebisa mungkin ia menjaga jarak dari istrinya. Hah, ia akhirnya merasakan derita seorang suami ketika istrinya hamil.

Dan satu lagi, wajah Sharen yang semakin cantik, tubuh Sharen yang semakin menggoda benar-benar membuatnya kesal. ia sangat kesal, kenapa sharen berubah seperti itu? ia kesal sampai ubun-ubunnya dan ia bahkan tidak mengerti kenapa.

Ah, sudahlah, ia bahkan tidak mau memikirkannya. Masa bodoh!


******


"Mamaaa! Mau pudding?" Haru masuk ke dalam kamar begitu melihat Sharen berada disana. senyuman manis dan polos anaknya membuat sharen tersenyum. Tangannya terulur untuk mengusap kepala Haru dengan lembut. "Buat Haru saja." Jawabnya.

Haru diam sejenak, memperhatikan Sharen tapi kemudian sibuk kembali dengan pudding yang berada di tangannya. Ia duduk bersama Sharen di sampingnya.

"Mama.. papa nanti jemput Haru?" Haru menatapnya penuh tanya dan harap. Bukan hanya Sharen yang kehilangan Reno, tetapi Haru juga. Karena Reno yang terlalu sibuk dan Sharen yang tengah hamil, Haru lebih sering bersama neneknya dibandingkan orangtuanya. Sebenarnya Sharen tidak tega, tapi tubuhnya mudah lelah sementara menjaga Haru juga sangat melelahkan. Kalau biasanya dia bisa, sekarang Sharen entah mengapa tidak bisa.

Hamil membuatnya sangat ingin di perhatikan dan di manjakan, tapi sialnya orang yang dia butuhkan malah sibuk sendiri. bagus, malang sekali nasibnya dan anaknya.

"hari ini Haru sama mama ya disini? Papa gak akan jemput." Jelasnya. Haru mengercutkan bibirnya, "Papa sibuk terus." Gerutunya.

Ya, saking sibuknya Reno bahkan tidak bisa membawa mereka ke kantor.

"Mama! Haru mau main dulu ya? mama bobo aja, dedenya pasti cape!" Haru mencium pipi Sharen kemudian berlari keluar kamar.

Kalau tidak ada Haru, Sharen mungkin sudah sangat lelah dengan Reno.


*****


"Pak Reno? Bagaimana? Apakah anda setuju?" Reno terperanjat saat namanya di panggil berulangkali oleh pemimpin rapat. Oh tidak, dia melamun. Sial.

"Ya, boleh saja. konsepnya juga sudah bagus." Ucapnya. kemudian rapat kembali berlangsung dan Reno kembali melamun.

Pikirannya melayang pada tatapan Sharen tadi pagi padanya. Entah Reno bodoh atau tolol, ia baru menyadari semua kesalahannya saat ini, pulang malam, bulak balik luar kota, bahkan membentak sharen tadi pagi, lalu tenggelam dalam semua pekerjaannya meskipun hari libur. Dan ia benar-benar tidak pernah mempunyai waktu untuk Sharen. padahal Sharen selalu mempunyai waktu untuknya, bahkan saat tubuhnya lemah pun Sharen tetap melayaninya setiap hari tanpa protes. Baiklah, sepertinya ia harus meminta maaf pada Sharen.

Begitu rapat selesai, Reno langsung membatalkan semua jadwalnya hari ini. ia memutuskan untuk mengajak Sharen ke dokter kandungan, berjalan-jalan, dan mengajak Sharen berbelanja.

Ia sengaja tidak menelpon Sharen, karena niatnya adalah memberi kejutan untuk istrinya. Dijalan Reno mampir dulu ke sebuah toko bunga dan membeli satu buket bunga untuk ia berikan pada Sharen. istrinya itu pasti senang sekali.

Sampai di rumah mertuanya, Reno langsung keluar dari mobil, dan bersiul dengan riang membawa buket bunga nya.

Begitu sampai di teras, langkahnya terhenti.

Sharen disana, tengah tersenyum begitu bahagia melihat Deri yang memberikannya sesuatu di dalam kantong plastik. Reno mengernyitkan keningnya. Ia berjalan perlahan ke arah mereka.

"Makasih ya kak! Selamanya kakak memang baik banget."

"Semua juga demi kamu Sharen. semoga kamu suka ya? kalau mau lagi, jangan sungkan. Nanti kakak kirimkan lagi."

"aaaa.. iya kak! Pasti, nanti aku pasti minta lagi."

"Dasar.."

"EHM!!!" Reno berdehem dengan sangat kencang, membuat Sharen dan Deri menatap ke arahnya. Tatapan Reno saat ini penuh dengan sesuatu yang akan sangat meledak-ledak kalau dibiarkan beberapa saat lagi.

Sharen tidak menghiraukan Reno, ia malah kembali berbicara dengan Deri dan membuat Reno semakin marah. Apa-apaan mereka?

"Kalau begitu,kakak pulang ya sharen? jaga kesehatan kamu dan jangan sampai stress. Dah.."

"Makasih kak, dah.."

Kemudian Deri berbalik dan tersenyum pada Reno lalu pergi meninggalkan rumah Sharen.

Sepeninggal Deri, Sharen langsung berjalan dengan riang membawa bungkusan yang ia pegang. Tanpa bertanya kenapa Reno ada disini, atau tanpa menyambutnya dengan penuh senyuman. Apa-apaan! Reno benar-benar tidak suka di perlakukan seperti itu!

Dengan kesal, Reno membanting bunga nya dan masuk untuk mengikuti Sharen.

"Apa itu?" Tanyanya ketika Sharen membuka bungkus plastik dan hendak memindahkannya ke dalam mangkuk.

"Sharen, apa itu?" Reno kembali bertanya ketika tak mendapat jawaban apapun dari Sharen.

Sharen tidak menjawab, ia hanya melanjutkan pekerjaannya dan ternyata itu adalah es kelapa.

"Sharen, kamu gak jawab pertanyaan aku?"

"Kamu gak liat? Ini es kelapa! Om nya kak Deri jualan es kelapa, dan tadi tiba-tiba saja aku pengen es kelapa buatan om nya kak Deri."

"Es kelapa dimana-mana pun sama aja, jangan bilang itu alasan kamu untuk bertemu Deri!"

Sharen berhenti, menatap Reno dengan tidak mengerti.

"Kamu masih suka kan sama Deri? Hanya karena aku sibuk, kamu jadi mencari seseorang yang mau merhatiin kamu? Begitu? jadi kamu sengaja kan cari alesan biar bisa ketemu Deri." Reno menuduhnya dengan beberapa tuduhan yang benar-benar menusuk ke dalam hati Sharen. atas dasar apa Reno berkata seperti itu padanya?

"Terserah apa kata kamu. Dan jangan tuduh aku yang macem-macam Reno."

"Reno lagi Reno lagi! kenapa sih kamu gak ada rasa hormatnya sama sekali? Kamu panggil aku nama Sharen, aku suami kamu!!!"

Astaga.. sharen mencengkram erat mangkuk yang di genggamnya. Setelah menuduhnya yang macam-macam, Reno mengatainya dengan mengatakan bahwa dia tidak punya rasa hormat. Sharen serendah itu?

Bahkan luka akibat bentakan Reno pagi tadi belum mengering, sekarang reno sudah menaburi banyak garam di atas lukanya, bahkan menyiramnya dengan air cuka. Kalau soal menyakiti. Reno memang rajanya.

"Terserah, yang jelas aku mau makan Es kelapa ini. dan aku meminta tolong kak Deri karena aku tidak bisa pergi membelinya kesana. Jadi jangan salahkan aku."

"Kamu bisa minta aku yang belikan Sha!"

"Ya, aku minta kamu yang belikan dan beberapa saat kemudian Mushkin yang mengantarkan. Aku jadi gak enak sama dia Reno, kasian. Kok dia mau kerja sama kamu."

"Mushkin sedang longgar sekarang sharen,sementara aku sibuk―"

"Nah, kan. karena kamu sibuk aku berhenti menggantungkan diriku padamu. Sudahlah, sudah untung ada kak Deri. Dia mau mengantarkannya untukku. Lagipula kamu sendiri yang membuat aku tidak bisa bergerak dengan leluasa. Tidak bisa pergi kemana-mana, dan hanya diam di rumah. Sementara kamu, waktu saja tidak punya. Heran, kalau begitu sebaiknya kamu hidup bersama pekerjaan kamu saja,bukan bersama aku atau Haru."

Tangan Reno mengepal dengan kuat. Yang ditangkap oleh otaknya hanyalah Sharen yang terus menerus memuji dan mengagungkan Deri sehingga membuatnya benar-benar dikuasai amarah yang sangat besar.

"Aku beli dua, kalau kamu mau―"

"Buang itu."

APA?

Sharen baru saja hendak memakan es kelapanya dan terhenti oleh ucapan Reno. Keningnya berkerut tidak mengerti.

"Buang." Perintah Reno lagi. suaranya begitu dingin dan sarat akan kekejaman. Sharen masih diam, ia hendak pergi membawa mangkuknya tetapi..

PRAAAAANG!!!

Reno membanting mangkuknya hingga pecah dan isinya berceceran, bahkan mengenai kaki Sharen. astaga..

"Reno, kamu―"

"Aku bilang buang Sharen! aku tidak suka kamu memakan makanan dari pria lain! Dan aku tidak suka kamu meminta tolong padanya, Deri! Kamu pernah suka sama dia, dan aku tidak mau kamu berhubungan dengannya! Masalah Es kelapa, sudahlah! Aku bisa membelikannya beratus-ratus bungkus untuk kamu!!"

SUDAH CUKUP!!! Reno sudah benar-benar keterlaluan sekarang!

Sharen menatap es kelapa yang begitu di inginkannya setengah mati berceceran di lantai tak terselamatkan.

Air matanya tiba-tiba jatuh dan ia menatap Reno dengan isakannya yang dahsyat.

"Kamu kenapa tega banget? Kamu gak tau Reno, aku pengen es kelapa ini sampai mau mati. Pengen banget.. apa kamu tau? Apa kamu pernah ngerti? Aku lagi ngidam.. akhir-akhir ini aku ngidam dan aku selalu ingin hal ini dan hal itu, tapi karena kamu sibuk aku tahan semuanya. Tapi yang satu ini gak bisa aku tahan, aku pengen banget, dan kamu.. Ya ampun, Reno kamu benar-benar jahat. Kamu boleh bentak aku, atau acuhin aku karena kesibukan kamu, tapi tidak menghancurkan keinginan bayi kamu seperti ini. ini kan bawaan bayi, bukan aku yang pengen."

Sharen mengusap air matanya dengan kasar lalu berbalik dan membanting pintu dengan kencang saat masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan Reno sendirian yang saat ini menatap dengan nanar pecahan mangkuk di hadapannya dan terpaan rasa bersalah yang mengerubuni hatinya.

Niat akan meminta maaf, Reno justru malah memperkeruh suasana. Ia benar-benar jahat.

"Papa jahat..Haru benci papaaa!!!!" Reno menolehkan kepalanya, Haru berada tepat di belakangnya, menatapnya penuh kebencian dengan air mata di pipinya. Sepertinya Haru menyaksikan pertengkaran mereka. Dan sekarang anaknya menangis dengan sangat kencang.


*****


Icha masuk ke dalam rumah Sharen setengah jam kemudian, Reno sedang duduk di ruang tamu dengan Haru yang tertidur di sampingnya dan ia menghiraukannya tanpa menyapanya. Dasar menyebalkan, baik Reno maupun temannya sama-sama menyebalkan! Icha menghentikan pikirannya akan hal itu dan langsung masuk ke dalam kamar Sharen. sharen langsung memeluknya seraya terisak dengan hebat.

"Ya ampun sayangku.." Gumam Icha.

Ini kali pertama mereka bertemu setelah beberapa bulan. Sharen menceritakan semua tentang Reno yang membuatnya kesal beberapa bulan ini dan Icha langsung mengutuk dirinya sendiri karena selalu beralasan saat Sharen hendak bertemu dengannya. Icha merasa egois, mementingkan dirinya sendiri dan mengabaikan Sharen yang teramat sangat membutuhkannya.

"Maafin gue sayang, maaf.. gue gak tahu lo se menderita ini." Mohonnya. Sharen menganggukkan kepalanya dan memaksakan dirinya untuk tersenyum. Tapi air matanya tidak mau berhenti dan Sharen masih begitu sakit hati pada Reno.

Icha mengulurkan tangannya untuk mengusap air mata Sharen, "Jadi, apa yang bikin lo menangis begini? Lo belum cerita."

"Lo tau es kelapa om nya kak Deri?"

"Ah, Favorit lo?" Ucap Icha. Sharen mengangguk, "Udah seminggu gue pengen banget itu Cha, dan baru terlaksana hari ini. tadi, pas buka bungkusnya gue udah bayangin gimana enak dan segernya itu, pas banget mau gue cicipin Cha.."

"Pas banget baru mau gue cicipin dan Reno suruh buang, dia langsung lempar mangkuknya sampai pecah."

Dan Sharen kembali menangis dengan sangat hebat. Sebenarnya Icha ingin tertawa, hanya karena es kelapa Sharen sampai seperti ini. tapi mendengar semua penjelasan Sharen, Icha memaklumi bahkan sangat mendukung Sharen untuk menangis.


******


"Ibu hamil itu sensitiv nak.. jangan pernah singgung perasaannya dan tolak keinginannya." Sarah berkata lembut pada Reno. Ia baru saja pulang dari kampus Adnan dan mendapati Reno yang sedang frustasi. Sarah sempat bertanya dan Reno menjawabnya yang sebenarnya, tentu saja minus bahwa ia membentak dan menuduh Sharen.

"Sharen berada di dalam masa awal kehamilan. Sekarang sudah mau empat bulan, wajar saja. emosi begitu labil, keinginannya banyak, dan bahkan biasanya lebih manja."

Manja?

"Waktu mama dulu hamil, maunya deket papa terus nak Reno. Maunya kemana-mana sama papa terus, bahkan makanpun maunya di suapi. Untung saja suami mama seorang guru yang fleksibel waktunya, dan sesibuk apapun dia, dia pasti selalu menemani mama. Walaupun Cuma setengah jam.yang penting setidaknya keinginan mama bisa dia wujudkan, daripada orang lain yang mewujudkannya kan?"

Reno terdiam. Benar, lebih baik ia yang mewujudkannya daripada orang lain. Memangnya apa yang membuat Reno melemparkan mangkuk tadi? Tentu saja karena itu dari Deri, orang yang di sukai oleh istrinya, dan Sharen terlihat sanga bahagia. Jadi pantas kan kalau dia marah? Ya, marah, marah karena cemburu.

Reno tidak mengelaknya, dia memang benar-benar cemburu. Ia merasa kalah satu langkah, ia akan meminta maaf sementara Deri sudah memberikan kebahagiaan. Sial, ia benci itu.

Sekarang kalau dipikir-pikir, sebenarnya ia juga bisa menyempatkan waktunya dengan Sharen. hanya saja itu akan membuat pekerjaannya semakin lama tertunda. Dan ia tidak mau hal itu terjadi, sejak dulu Reno selalu mengerjakan pekerjaannya dengan cepat sekalipun harus menghabiskan seluruh waktunya dan ia akan bersantai pada saatnya tiba.

Ia pun berpikir demikian, Sharen bisa menunggu sedikit. Dan ia akan benar-benar mempunyai waktu untuk istrinya, tapi ternyata tidak. Seperti kata ibunya, sedikit pun tidak masalah. Yang penting Sharen merasakan kehadiran juga perhatiannya.


******


Malam Harinya, Reno masuk ke dalam kamar dan mendapati Sharen berbaring membelakanginya. Sharen sudah pasti marah dan kecewa padanya. Reno tahu itu, lagipula dia juga memang sangat menyebalkan bahkan jahat, seperti kata Haru. bahkan anaknya masih tidak mau berbicara padanya. Dia menyakiti dua wanita sekaligus.

Reno berbaring di samping sharen, memajukan tubuhnya untuk meraih tubuh Sharen dan memeluknya dari belakang. Kepalanya ia letakkan di atas kepala Sharen dan menciuminya dengan lembut.

"Maaf.." Gumamnya. Tidak ada jawaban apa-apa dari Sharen.

"Sebenernya aku sengaja gak pernah bawa urusan pekerjaan ke rumah karena itu kewajiban ku Sha, aku tidak mau kamu tahu ini dan itu karena menurutku kamu hanya tinggal menikmati hasil pekerjaan aku saja. maaf kalau aku memang sibuk, karena ya.. aku kira kalau aku fokus pada semua pekerjaan, hasilnya akan cepet. Tapi ternyata sekarang pun belum selesai, dan aku jadi tidak pernah mempunyai waktu bersama kamu."

Air mata sharen jatuh dengan perlahan. Ingatan ketika ia memasak untuk Reno dan tak tersentuh sama sekali, baju yang ia siapkan yang tidak terpakai karena Reno selalu tidur dengan baju kerjanya karena begitu kelelahan, waktu akhir pekan yang Reno habiskan bersama laptopnya dan ia kebosanan setengah mati menemaninya , bercerita pada Reno dan hanya dijawab dengan gumamman saja. semuanya membuat Sharen sangat tersakiti.

Tangan Reno mengelus lembut perutnya yang sudah membesar, "Dia sehat kan?" tanyanya. Sharen menganggukkan kepalanya.

"Tadi aku sengaja untuk pulang lebih awal dan membatalkan semua jadwalku Sha, aku mau ngajak kamu ke dokter dan jalan-jalan, aku mau menebus semua waktu yang tersita akhir-akhir ini. tapi aku cemburu. Maaf, aku gak suka kalau kamu lebih percaya pada Deri. Aku gak suka dia selalu ada untuk kamu ditengah kesibukan aku. dan soal, es kelapa. Maaf ya sayang, aku tidak bermaksud seperti itu. kata-kata aku juga yang menyinggung kamu, maaf sekali Sha. Aku hanya emosi. Aku lelah dan jenuh masalah pekerjaan dan aku cemburu lihat Deri. Maaf.."

Sharen selalu membenci dirinya ketika dia akan benar-benar luluh dan memaafkan Reno kalau suaminya sudah bersikap seperti ini. tapi harga dirinya sedang sangat tinggi sekarang, dan luka di hatinya sudah menggunduk dan menggunung. Sharen tidak bisa memaafkan Reno begitu saja.

"Bisa tidur di kamar Adnan? Adnan lagi ospek dan dia gak akan pulang."

Sharen mengusir Reno dari kamarnya. reno tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti Sharen, tetapi sebelum pergi. Ia mencium kening Sharen dan mengucapkan selamat tidur pada istrinya.

Dan Sharen menangis lagi ketika pintunya tertutup. Ia menangis dengan sangat keras, sementara Reno.. dia tidak benar-benar pergi. Reno hanya membuka pintu dan menutupnya kembali kemudian memperhatikan Sharen, dan ia mendengar dengan jelas suara tangis Sharen.


*******


Begitu pagi datang, Sharen terbangun dengan tubuhnya yang demam dan menggigil. Keningnya bahkan sudahh basah oleh peluh, sepertinya dia sakit.

Bangkit dari tempat tidur, Sharen mengerjapkan matanya mencoba untuk melihat dengan jelas sekelilingnya. Oh tapi tidak bisa, kepalanya sangat pusing dan pandangannya sangatlah buram. Apa yang terjadi dengannya sebenarnya?

Pintu kamarnya terbuka, Reno masuk seraya mengeringkan rambutnya dan langsung terkejut mendapati keadaan Sharen saat ini.

"Sharen.. kamu kenapa?" Dengan cepat Reno menangkap tubuh Sharen, membimbingnya menuju ranjang dan meletakkan tangannya di kening Sharen. suhu tubuhnya tinggi.

"Kamu demam Sha.. ya ampun, kenapa bisa sakit sih?" Reno panik setengah mati, wajah Sharen sudah sangat pucat dan ia tidak tahu sejak kapan Sharen tersiksa seperti ini.

"Kamu gak apa-apa kan Sha? Mana yang sakit?" Tanyanya. Sharen menggeleng lemah, "Dingin.." Gumamnya. Reno menarik selimut dan semakin merapatkan selimut sampai leher Sharen.

Ponselnya berdering di waktu yang tidak tepat. Reno mengusap pelan kepala Sharen kemudian megangkat telponnya.

"sorry Mus, gue gak akan ke kantor hari ini. handle semua!"

"Waduh, ada apa nih no? suara lo panik banget."

"Sharen sakit."

"Astaga, tapi apa gak bisa ditinggal sebentar ya?"

"Gak bisa! ISTRI GUE SAKIT MUSHKIN! LO NGERTI DIKIT DONG!!!"

PIP. Dengan kesal, Reno langsung mematikan telponnya dan melemparkan ponselnya. Ia kembali pada Sharen yang masih menggigil kedinginan.

"Kamu gak ke kantor? Sudah jam delapan." Ucap Sharen begitu Reno duduk di sampingnya. Reno menggeleng, "Gak Sha, kamu sakit dan aku gak tega harus tinggalin kamu."

"Ah.. jadi harus sakit dulu ya?" Sharen bergumam dengan lemah.

"Hmm? Kamu bicara apa sayang?" Reno mengusap keningnya dengan lembut. sharen tiba-tiba saja menangis. Eh tunggu, kenapa dengan istrinya?

"Sha.. ada yang sakit?" Reno bertanya dengan cemas. Sharen menganggukkan kepalanya.

"Sangat.." Gumamnya.

"Mana yang sakit? Kamu mau aku kompres? Atau kita ganti baju dulu? Atau langsung ke dokter aja ya? makan dulu? Ah, sepertinya kamu harus makan dulu." Reno terus menerus berbicara sementara Sharen hanya memperhatikannya dengan seksama dan penuh kerinduan. Tangannya meraih tangan Reno yang mengusap rambutnya dan menggenggamnya dengan erat.

"Aku bener-bener kangen kamu yang seperti ini by.." Air matanya langsung jatuh begitu ia mengucapkannya. Reno terdiam, menunggu kata-kata Sharen selanjutnya.

"Jadi memang aku harus sakit ya? aku harus sakit dulu untuk mendapatkan waktu dan perhatian dari kamu? Kalau begitu, aku mungkin tidak boleh sehat. Ah, atau aku harus di rawat di Rumah sakit? ICU mungkin?"

"Sharen.. kamu bicara apa? tolong jangan bicara yang macam-macam. Aku tidak suka." Reno mengusap air matanya dan berkata dengan lembut padanya. Sharen menangis seraya menggelengkan kepalanya.

"Susah sekali meminta waktu dari kamu by, sangat susah. Bahkan hanya untuk berbicara di telpon saja susah.."

"Aku minta maaf.."

"Aku gak butuh permintaan maaf. Untuk apa kamu minta maaf kalau selalu di ulang-ulang? Aku gak butuh."

Reno langsung membatu begitu mendengar Sharen mengatakan hal yang menyobek seluruh organ tubuhnya.

Benar, kalau masalah minta maaf Reno sudah sangat sering melakukannya, dan mengulangi kesalahannya pun sama.

"Kalau kamu sibuk seperti ini demi aku, sungguh by... aku gak mau, aku gak meminta itu. aku sudah cukup dengan keadaan kita sekarang dan aku butuh kamu, bukan uang kamu. Lagian, apa selama ini aku selalu menghabiskan uang kamu? Tidak kan? jadi untuk apa kamu mencari yang lebih lagi diluar sana? semua itu gak membuat aku bahagia, sementara janji kamu adalah bahagiain aku."

Oh ya, tentu saja Reno sangat ingat janjinya yang akan membahagiakan Sharen sepanjang hidupnya, tetapi apa yang ia lakukan? Justru sebaliknya. Terkutuklah kau Reno!

"Kamu sudah terlanjur tenggelam dalam kesibukan, sekarang pergilah. Aku gak apa-apa. dan jangan ganggu aku, aku mau tidur."

Sharen melepaskan genggaman tangannya dan segera berbalik memunggungi Reno. Lagi-lagi Reno diusir olehnya, dan lagi-lagi Reno dengan pasrah menerimanya. Ia kembali keluar dari kamarnya tanpa memohon apapun lagi pada Sharen sehingga membuat hati Sharen semakin sakit.

"Kalau begini, mati juga Reno gak akan peduli." Gumam Sharen pedih.

*****

"Loh? bukannya lo ga akan masuk? Ngapain nongol disini?" Mushkin menatap heran pada Reno yang baru saja masuk dan duduk di sofa. Mau tidak mau, Reno harus menceritakan semuanya, mulai dari masalahnya yang sibuk sampai tadi pagi ketika Sharen sakit. Mushkin tidak tahu, kalau Sharen dan Reno serenggang itu.

"So? Bukannya memperbaiki hubungan, lo malah melarikan diri kesini?" Mushkin menatapnya dengan kesal.

"Sharen usir gue Mus. Dia nyuruh gue pergi."

"Dan lo nurut?" Tanya Mushkin. Reno mengangkat kedua bahunya pasrah.

BUUUK!!

Dengan kesal Mushkin langsung melemparinya bantal ketika hendak duduk di sebelahnya. "Dasar bego!!! Reno, kapan lo pinternya sih?!"

"Kenapa lagi Mus?"

"Perempuan, ketika nyuruh lo pergi itu berarti dia pengennya lo tinggal!! Gimana sih, omongan perempuan itu kebalikannya Reno. Dan lo, astaga.. sikap keterlaluan lo belum ilang juga ya? apa-apaan lo sampe pecahin mangkok dan bikin makanan berceceran? Sinting!"

Reno hanya bisa diam. Entahlah, ia bingung, dan kesal, dan emosi, dan.. aaarggg.. tidak tahu!!!!


******


Deringan sebuah ponsel mengganggu tidur Sharen yang baru dirasakannya beberapa menit saja. dengan susah payah Sharen bergeser, meraih-raih ponsel diatas nakas dan mengambilnya.

Bukan ponselnya, ini ponsel Reno. Ah, jangan bilang ponsel mereka tertukar lagi?

Deringan ponselnya masih terus berbunyi, sebuah nomor tidak di kenal. Karena takut itu sebuah panggilan penting, Sharen mengangkatnya.

"Ha―"

"Renoooo.. ini Alena. Kenapa sih gak angkat telpon aku terus? Aku ganti nomor baru kamu angkat. Aku udah di jakarta, baru sampe. Kamu gak jemput aku kesini? Lupa ya, waktu di bali siapa yang jemput kamu sama anter kamu kesana-kemari? Huh, sebel. Dari dulu sikap kamu gak pernah berubah."

Sharen mengerjapkan matanya. Suara wanita di sebrang begitu manja dan akrab, seperti sudah sangat mengenal Reno sejak lama, tapi memang sepertinya begitu. wanita itu mengatakan sikap Reno tidak berubah kan?

Dan apa katanya tadi? Meminta Reno untuk menjemputnya? Dia siapa? Sharen saja yang istrinya sendiri sulit untuk dijemput oleh Reno.

"Renoooo.. ih kenapa sih gak ngomong?"

"Renooo.. gak kangen sama aku emangnya? Lupa ya waktu di Bali yang meluknya kenceng banget, gak mau lepas, gak mau ditinggalin. Dasar suka lupa diri."

Sharen mematung. Memeluk? Apa? memeluk? Di Bali?

Ah.. jadi Reno bolak-balik Bandung dan Bali itu untuk menemui wanita ini? siapa? Selingkuhan Reno? Hahh! Sharen benar-benar tidak menyangka

Bagus Sharen, nasibmu selalu buruk. Di abaikan suami, di perlakukan seenaknya, kemudian di tinggalkan ke luar kota karena suamimu menemui selingkuhannya. Astaga, apa Sharen sedang menonton sebuah drama?

Dengan kesal, Sharen melempar ponsel Reno sampai ujung kamarnya, tidak memperdulikan apakan ponsel itu hancur atau tidak. Sharen tidak peduli, karena hatinya sudah sangat hancur karena ini. sialan, Reno.. astaga.. bisa-bisanya!

Hah, Sharen butuh hiburan, dia butuh memakan sesuatu, baiklah, lupakan masalah sakitnya. Saat ini Sharen hanya harus meredakan dan meluapkan seluruh perasaannya.

"Mamaaa! Sharen pinjem motor." Teriaknya ketika ia sudah siap untuk pergi. Sungguh, ia tidak menyangka dalam kondisi seperti ini ia bisa bangun.


******


"Hai sayang, lagi apa?" Reno menelpon Haru memakai tab milik Mushkin yang sengaja di pinjamnya. Layar ponselnya kecil dan tidak akan puas kalau dipakai untuk video call.

""Haru lagi makan." Haru menjawabnya dengan ketus. Menggemaskan sekali, putrinya masih menaruh dendam padanya.

"Makan sama apa?"

"Ikan."

"Ah, mama yang suapin?" Tanya Reno. Haru di sebrang sana menggeleng, "Nenek yang suapin. Mama pergi papa, tadi naik motor."

"APA? NAIK MOTOR? Astaga. Coba kasih tab nya ke nenek!!" Perintah Reno, sedetik kemudian wajah mertuanya muncul.

"Sharen kemana ma?"

"Gak tahu, tadi mama lagi di kamar mandi dia teriak pinjem motor. Mama udah lari tadi, tapi dia keburu berangkat."

Reno menjambak rambutnya frustasi. Tidak, masalah besar. Ia sudah menyuruh Sharen untuk tidak naik motor tetapi istrinya malah naik motor? Dan demi Tuhan! Keadaannya sedang tidak baik. Hamil dan dalam kondisi sakit. Oh sharen.. apa yang harus dia lakukaaan?!

Berpamitan pada mertuanya, Reno langsung mematikan sambungan telponnya dan mengambil ponsel dalam jas nya, begitu layarnya tergeser, Reno menyadari sebuah keanehan atas kebodohannya.

Lagi-lagi ponsel mereka tertukar. Arrggg.. ada-ada saja sesuatu yang menumpuk masalah mereka!!

Masa bodoh, Reno hanya harus memanggil ponselnya berarti kan? tetapi sebelum mengetikkan nomornya, Reno berhenti sejenak karena ada pesan masuk ke dalam ponsel Sharen.

From.Adrian

Sharen, jangan lupa hari ini ya? ah, Restoran aku di jl. Riau ya, nomor 78-79 . sampai jumpa disana.

Reno mengepalkan tangannya. Sial, sedang sakit dan Sharen akan pergi menemui Adrian? Bagus! Bagus sekali istrinya itu.

Menyambar jas nya, Reno langsung pergi keluar dari kantornya dan segera masuk ke dalam mobilnya. Ia sedikit cemas dalam perjalanannya, ditambah lagi jalanan yang macet membuat kekesalannya semakin menjadi-jadi. Oh, tolonglah.

Sampai disana, Reno langsung masuk dan mendapati Sharen tengah makan dengan lahap di meja paling ujung. Ekspresi wajahnya sangat bahagia. Reno ingin menghampirinya sebenarnya, tetapi ia tidak ingin kalau insiden es kelapa terulang kembali. Oh tidak, dan ini tempat umum. Akan lebih buruk sepertinya.

Beberapa menit hanya berdiam diri,, Sharen disana sudah selesai memakannya dan tersenyum dengan sangat bahagia. Reno mendekat, dan ternyata seorang pria berada tepat di hadapan Sharen. ah, jadi istrnya itu tertawa bersama pria ini? yang memakai seragam Chef? Siapa namanya? Adrian?

Oh.. jadi ini pria bernama Adrian?

"Kamu bener-bener tau banget Dri yang aku suka."

Daaamnn.. Reno tidak suka mendengarnya!

"Makasih loh Sharen, aku sangat senang kamu mau kesini dan mencicipi semuanya."

"Sama-sama Dri, eh―Reno?" Kening Sharen berkerut saat tatapannya tak sengaja bertemu dengan Reno.

Reno menatapnya penuh kekesalan dan cibiran, dengan cepat ia menarik tangan Sharen dan menempatkan Sharen di sampingnya. Adrian cukup terkejut, ia bangkit hendak menghentikan Reno tapi terlambat.

"Kamu lagi sakit dan kuat ya, dateng kesini. Naik motor pula.. hebat." Sindir Reno. Sharen meronta dalam genggamannya, tapi tidak berkata apa-apa.

Adrian yang menyadari situasi diantara mereka jauh dari kata baik-baik saja, mengangkat tangannya. "Sorry, tapi gue rasa lo gak seharusnya begitu sama istri lo." Ujarnya. Reno mendengus, "Kayak udah punya istri aja. Mulai sekarang, tolong berhenti ganggu istri gue. Dan, ah.. jangan pernah bangga karena lo bisa bikin istri gue senyum oleh makanan lo. Lo gak ada apa-apanya. Lo cuman bisa bikin dia makan, sementara gue bisa segalanya, dan gue, lihat! Selain bisa bikin dia merem melek, gue bisa menghasilkan sesuatu di perutnya."

Reno langsung berbalik menarik Sharen dan berjalan dengan cepat meninggalkan Adrian yang menganga dengan lebar sekarang. tunggu.. pria itu kenapa? Pikir Adrian.

TBC

Syalala.. maaf yah ders galau, soalnya aku lagi galau ders, aku lagi hancur, aku lagi remuk redam TT.TT sakit banget dersss.. mkannya aku butuh penyaluran semacam ini :'( huhuhu

Jadinya part ini kesana kemari dehh huhu

Yaudahlah. Terimakasih ya, aku sayang kalian :*

ljV



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro