Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PART 27 | You're My Destiny


CERITA INI DIBUAT TIGA TAHUN YANG LALU, TANPA ADA REVISI SAMA SEKALI. JADI MASIH BANYAK TYPO, MASIH BANYAK PLOT HOLE, EYD BERANTAKAN, DAN BANYAK LAGI KESALAHAN-KESALAHAN LAIN YANG SEMOGA AJA BISA DIMAAFKAN. 

makasih cyin :*


*** 


Di mulmed itu foto si yipan yang di film barunya kekeke

Gak sengaja liat itu pas di toko kaset, eh kok kenapa Reno sama Haru banget yaaaa.. jadinya aku gatal sekali, aku gak memvisualkan itu si Reno ya. cuman kurang lebihnya ya begitu lah si Reno sama Haru the hahaha

Oh ya, sebelum baca part ini TOLONG DIMOHON /? Untuk kalian download dulu lagunya Edcoustic yang Kau ditakdirkan untukku :v

Yah biar kerasa aja sih, tapi gak apa apa juga kalau gak kerasa.


-

-

-

-


Reno sedang meregangkan seluruh ototnya ketika Mushkin masuk ke dalam ruangannya.

"Kenapa lu?" Tanya Mushkin, ia duduk di sofa dengan satu cangkir kopi yang di genggamnya.

"Badan gue sakit semua Mus!"

"Kenapa?"

"Ya lo pikir lah! Kemarin sore gue ngupas kentang, ulek kacang, parut kelapa, dan ngupas bawang. Gila aja kalo gue masih baik-baik aja Mus." Reno menggerutu dengan sebal sehingga membuat Mushkin menertawakannya dengan sangat kencang.

"Astaga Reno.. itu mah gencatan senjata dari istri lo! Hebat banget diaa.. bro! itu baru gara-gara lo bilang gak mau punya anak loh di siksa lo begitu. gimana kalo lo selingkuh? Mungkin dia bakalan ulek pusaka lo dan maskerin muka lo pake cabe!"

Dan Mushkin kembali tertawa dengan kencang.

"Sialan lo Mus kalau ngomong! Dan lagian ya, gue gak akan pernah selingkuh dari Sharen!"

"Oh ya?"

"Iya!"

"Oke, gue percaya. Dan pak boss, sekarang gimana rencana lo mengenai ulangtahun istri lo?"

Ah, benar. Reno hampir saja lupa mengenai hal itu. bibirnya menyunggingkan senyuman penuh arti. Ia dan Sharen berulangtahun di bulan yang sama dan hanya berbeda empat hari saja. jika kemarin Sharen memberikannya kejutan, maka Reno juga akan melakukan hal yang sama.

"Hotel gue udah siap kan Mus?"

"SIap pak boss."

"Oke, kita ke pangandaran besok! Dan lo, sorry tapi lo yang nyetir ya?"

"APA?"


******


Sharen sedang mengupas mangga ketika ponselnya berbunyi. Dari Reno, dengan segera ia langsung mengangkatnya.

"Kenapa by?"

"Kamu lagi apa?"

"Hmm.. lagi ngupas mangga, tadi bu Anita kasih mangga."

"Oh.. Haru dimana?"

"Biasa, kencan sama Jino."

"Iihhhss! Anak itu lagi!" Desis Reno disana. Sharen tertawa.

"Kasian deh by.. sabar ya."

"Hmm.. Sha.."

"Ya? kenapa?"

Tidak ada jawaban apapun dari sana. Sharen mengerutkan keningnya, melihat ponselnya untuk memastikan panggilan mereka, tetapi masih tersambung, kemudian ia meletakkan kembali ponselnya pada telinganya.

"By?"

"I Love You.." bukan berasal dari suara telpon, tetapi dari suara disampingnya. Sharen merasakan tubuhnya tertarik ke belakang dan menghangat karena dekapan seseorang. Kepalanya dengan cepat menoleh, dan Reno yang tampan sedang tersenyum kepadanya lalu mencium bibirnya dengan cepat.

"Surprise!" Ucap Reno begitu bibir mereka terlepas. Sharen menjauhkan ponsel yang masih menempel pada telinganya kemudian membalikkan wajahnya.

"Apaan sih gaje deh.."

"Tapi seneng kan?" Goda Reno, kemudian ia mencium Sharen lagi.

"Kok kamu udah pulang? Ini masih jam dua loh by!"

"Hmm.. di kantor gak ada yang seru. Gak ada yang bisa di mainin, kalau disini kan ada."

Sharen mengerjapkan matanya begitu Reno tersenyum penuh godaan padanya. Kalau sudah begini, Reno akan berubah menjadi pria mesum yang pasti akan menerkamnya saat ini juga.

"EHM!" Sharen berdehem dengan kencang. Reno mengendorkan dasinya kemudian menyandarkan dirinya di sofa.

"Kok mangga nya belum dimakan Sha?" Reno melirik sekilas pada mangga yang masih berwarna hijau yang sudah di iris di atas meja.

"Aku tadinya mau makan ini, kamu keburu nelpon. Dan sekarang kok aku jadi pengen rujak ya. hmm.. by.. ulekin bumbu nya ya?"

"APAA?"

Ulek lagi? reno ingin pingsan sekarang juga.

"Yah by, ayo!"

Dan tanpa persetujuan dari Reno, Sharen menarik tangannya dan membawa Reno menuju dapur. Mempersiapkan bahan-bahan yang ia butuhkan untuk bumbu rujaknya dan menyerahkan ulekannya pada Reno.

Ada kacang disana, oh.. Reno benci itu. ia harus kembali mengulek kacang?astaga..

"Kita punya blender sayang, kenapa merepotkan diri sendiri harus ngulek kayak begini sih?" bibirnya terus menggerutu tapi tangannya mulai bergerak dengan teliti untuk menghancurkan bahan-bahan yang sudah terkumpul.

"Rasanya beda by, gak enak kalau harus di blender. Lagian kan itu cuman dikit."

"Iya, ini dikit! Kemarin kamu lupa itu berapa kilo kacang yang aku ulek? Padahal kalau di blender juga gak akan ketahuan sama si ibu siapa itu yang nyuruh kamu?"

"Bu Juwardi."

"Nah iya ibu itu. dia yang suka gosip di tukang sayur kan?"

Sharen tertawa dengan kencang, "Ya ampun kok kamu update banget sih by?"

"Bukan update, memang tiap aku berangkat kerja juga dia nangkring di depan rumahnya sama tukang sayur. Suaranya itu loh Sha, kenceng banget. Sebangsa sama mama tuh." Sahut Reno. Sharen kembali tertawa mendengar gerutuan suaminya.

Melihat Reno sedang mengulek bumbu di hadapannya, kenapa tampan sekali ya?

"Hmm.. by.."

"Apa?"

"Kalau hotel kamu.. hmm, ini kalau yaa.. kalau. Kalau misalkan hotel kamu bangkrut, terus kamu miskin―"

"Itu tidak akan terjadi Sha, aku mendirikan hotel juga pake modal sendiri."

"Ihhhs.. ini misalkaaaan.." Sharen merajuk, dan Reno akhirnya mengangguk.

"Ya, misal."

"Iya, kalau misalkan kamu miskin. Mau tau gak apa pekerjaan yang cocok buat kamu?"

"Apa?"

"Tukang lotek!"

WHAAAAAT????

Reno membelalakkan kedua matanya, tangannya menghentikan gerakannya dan ia menatap Sharen dengan sebal.

"Suami sendiri di sumpahin jadi tukang lotek!" Protes Reno, Sharen tertawa dengan kencang.

"Abisnya kamu makin ganteng kalau lagi ngulek by.! Dan pelanggan lotek kamu pasti banyak soalnya mereka seneng liat kamu."

"Dan kamu mau aku menghidupi kamu dari hasil menjual kegantengan aku?"

Sharen mengerucutkan bibirnya. "Nggak!"

"Ya, makannya.. syukuri suamimu yang menjadi pemilik hotel ini sayang." Reno berucap dengan bangga, menatap Sharen dan mencium bibirnya sedikit lebih lama dari sebelumnya. Begitu wajah mereka menjauh, Reno sempat berpikir sejenak. Terakhir mereka berciuman, kapan ya? berciuman! Berciuman dalam arti yang sesungguhnya, bukan hanya menempel saja seperti barusan tetapi bergerak-gerak sambil saling membelit dan menghisap dan... oke JANGAN PIKIRKAN HAL SEMACAM ITU MARENO!!!!

"Nih, udah jadi bumbu rujaknya!" Reno menyodorkannya dengan ekspresi sebalnya. Sharen mencium pipinya lalu memakan rujaknya dalam diam, ia bahkan menghabiskannya sendiri. dan Reno sama sekali tidak di tawari, dasar.

"Besok kita ke pangandaran ya." Reno duduk di samping Sharen yang baru saja minum di atas sofa.

"Ngapain?"

"Peresmian hotel baru sayang, sekalian liburan."

"Liburan?" Mata Sharen berbinar dengan riang.

"Iya.. besok kita berangkat pagi-pagi, semua keluarga kita ajak. Mama Sarah sama Adnan udah aku telpon tadi, mereka sudah aku suruh siap-siap. Mama sih suruh supirnya buat jemput mereka supaya sekalian berangkat. Oh ya, Icha.. kamu ajak aja dia ya?"

"Serius? Aku boleh ngajak dia?"

"Iya Sha.."

"aaaaa makasih by... oke kalau gitu aku packing ya sekarang!" dan Sharen langsung melompat sangat bersemangat masuk ke dalam kamarnya.


********


Pagi harinya, ketika Sharen sedang mendandani Haru, suara bel rumahnya berbunyi dengan cepat, Reno yang membuka pintunya dan nampaklah disana sosok Icha dengan senyumannya. Reno mempersilakannya masuk, dan Icha langsung masuk ke dalam kamarnya ketika Sharen berteriak dari dalam untuk menyuruhnya masuk.

Mushkin datang setelahnya, seperti biasa langsung masuk tanpa permisi dulu.

"Udah siap belum pak boss?"

"Udah Mus, bentar ya Sharen masih di kamar."

"Yah, okay. Gue tunggu di mobil! Lo duduk di depan ya bro!"

"Eh sorry Mus, gue duduk di belakang sama Sharen." Reno terkekeh, membuat Mushkin mencelos dan berjalan menghentakkan kakinya dengan keras ketika ia kembali ke dalam mobilnya.

"Udah gue yang nyetir, pake mobil gue sendiri, eeeh si kampret gue malah jadi supir. Mana nanti mereka pasti asik berduaan dan gue asik kesepian, bagus. Nasib gue begini amat Tuhaan.."

"Tenang aja Mus, ada yang nemenin lo buat ngobrol kok!" Reno tiba-tiba saja sudah berada di dalam mobil dan membereskan barang-barang yang dibawanya.

"Sialan lo bikin kaget aja! Lagian pasti tante mar deh yang nemenin gue!"

"Mama gue sama papa mus, kasian deh yang selingkuhan."

"Sialan lo!" Gerutu Mushkin, Reno menjawabnya dengan senyuman ringannya.

"Halo om Mus!" Haru langsung masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Mushkin lalu melambaikan tangannya dengan riang.

"Gila lu! Jadi Haru yang nemenin gue?" Mushkin melirik sebal ke arah Reno. Dasar kejam, bukankah Reno bilang bahwa akan ada seseorang yang menemani Mushkin? Lalu .. jangan lucu! Tidak mungkin Haru kan?

"Biasa aja kali Mus ah! Haru, duduknya di belakang sayang sama mama sama papa." Reno mengulurkan tangannya untuk menggendong Haru, tapi anaknya itu menggelengkan kepalanya.

"Haru mau di depan." Protesnya.

"No.. kalo di depan Haru pake Car Seat."

Dan pada akhirnya Haru mengalah, ia menyambut tangan Reno dan tubuhnya di pindahkan pada jok belakang.

"Sayang.. cepet!" Reno berteriak ke dalam rumahnya, dan Sharen menjawabnya dari sana. "Iya by sebentaaar!"

"Asyem!" Gumam Mushkin yang tidak suka mendengar Reno dan Sharen bersahut-sahutan seperti itu.

Tidak lama kemudian Sharen datang dan segera masuk ke dalam mobil, Icha menyusulnya, sempat mengerutkan keningnya mengenai tempat duduknya tetapi jok di depan masih kosong jadi otomatis ia duduk di depan, dan oh.. siapa gerangan supir Reno ini? ia sedang sibuk merapikan tali sepatunya.

"Mus ayo berangkat. Eh sebentar, kenalin dulu ini―"

Belum sempat Reno melanjutkan ucapannya, Mushkin sudah lebih dulu mengangkat kepalanya dan menoleh pada seseorang yang duduk di sebelahnya. Matanya terbelalak dengan begitu lebar, itu.. bukannya itu..

"LO GADIS PE'A YANG BILANG GUE TEMBOK KAN? YANG NUSUK-NUSUK GUE!!!!" Pekiknya.

Icha sama terkejutnya, berulangkali ia mengerjapkan matanya untuk meyakinkan bahwa yang dilihatnya adalah orang yang pernah ditemuinya, katanya ia ditusuk-tusuk? Dan ya, Icha sangat mengingatnya. Ketika siku nya menusuk-nusuk punggung pria itu, dan ketika...

Oh tidak! Kalau dilihat dengan jelas dari perawakannya, pria ini adalah pria semalam kan? yang sempat ia kira satpam? Oh Tuhan..

"Hah! Udah inget lo sama gue?! LO JUGA SEMALEM BILANG GUE SATPAAAAM!!" Teriak Mushkin. Icha menelan ludahnya. Astaga, pria ini galak sekali.

Sementara itu Sharen dan Reno hanya bisa berpandangan dengan saling bertanya satu sama lain. Tunggu dulu..

"Kalian sudah saling kenal?"

"DIAAAM!!!"

Oh tidak, keduanya kompak sekali. Baiklah, Reno dan Sharen akan diam.


*******


Sepanjang perjalanan di dalam mobil hanyalah suara Reno dan Sharen yang terdengar, keduanya asik mengobrol hal ini dan itu sementara Icha dan Mushkin merasa hampir mati kebosanan karena duduk bersebelahan dan harus menyaksikan sebuah momen menyebalkan dari pasangan suami istri di belakang mereka.

"By.. aku mau tahu sumedang!" Sharen tersenyum, menunjuk pedagang tahu yang berada di pinggir jalan.

"Oke, mau aku yang beli atau sama kamu Sha?"

"Berdua aja yah by?"

Dan pada akhirnya mereka keluar berdua untuk membeli tahu, meninggalkan Icha dan Mushkin juga Haru di dalam mobil.

"Jadi selain satpam, situ sopir juga yah? Wah, hebat ya. multitasking." Sindir Icha, Mushkin menatapnya dengan sebal. "Dan selain pe'a, lo juga kurang ajar ya? berapa sih umur lo! Seenaknya aja!"

"Oh, maaf.. situ udah bangkotan ya? astaga, maaf bah."

APA??

Muhskin menggeram menahan amarahnya. Menyebalkan! Gadis di sampingnya ini menyebalkan!

"Da―"

"Nih Mus! Buat lo sama Icha." Reno datang lebih dulu dan menyerahkan satu keranjang kecil tahu sumedang. Ia menyimpannya dengan kesal.

Ada yang berbeda dari Sharen, porsi makannya saat ini bertambah lebih banyak. Satu keranjang tahu sumedang ia habiskan sendiri, dan setengah keranjang milik Reno dan Haru juga ia habiskan. Sharen memakannya dengan sangat lahap, membuat Reno tidak tega untuk menghabiskan miliknya dan Haru lalu memilih untuk memberikannya pada Sharen.

Istrinya seperti tidak diberi makan selama satu tahun saja.

Padahal yang tidak diberi makan justru dia sendiri. ya, Reno sudah beberapa hari tidak diberi makan. Makan Sharen maksudnya.

Setelah beberapa jam, akhirnya mereka sampa di tempat tujuan. Pantai Pangandaran.

Suara ombak dan udara segar langsung menyapa Sharen ketika ia keluar dari mobilnya. Reno mengikutinya dan langsung memeluknya dari belakang.

"Indah kan Sha?" Bisiknya. Kepala Sharen menoleh ke samping, ia tersenyum menatap Reno.

"Ya, indah banget. Kamu bener-bener pinter milih tempat." Pujinya, reno tersenyum puas. bangunan hotelnya yang megah dan menjulang tinggi sudah berdiri dengan kokoh di belakang mereka, semua dibuat penuh kesusahan olehnya, dan penuh dengan cinta. Cinta? Ya, cintanya pada Sharen.

"Masuk yu sha.." Ajaknya. Sharen menganggukkan kepalanya kemudian mereka saling bergandengan masuk ke dalam hotel yang belum terdapat namanya disana.

Haru berada dalam gendongan Sarah yang baru saja sampai karena rombongannya tertinggal sebentar tadi. Icha dan Mushkin sudah saling menatap penuh kekesalan dan mencoba sebisa mungkin untuk saling berjauhan. Icha berjalan dekat Maryam di depan, sementara Mushkin berjalan dekat Adnan di depan.


******


"Papaaaa! Haru mau main pasir sama om Anan!" Haru berteriak-teriak saat masuk ke dalam kamarnya, bermain pasir di pantai berarti berdekatan dengan air dan tidak menutup kemungkinan kalau Haru bermain air. Oh air, tidak. Sudah cukup dulu berenang dan menyakiti telinganya, sekarang tidak boleh terjadi lagi.

"Haru disini aja, sama papa." Putusnya. Mata Haru langsung berkaca-kaca karena tak mendapat izin dari ayahnya.

"Tapi Haru mau main pasir sama om Anan!"

"Tapi pasir itu adanya di pantai sayang, nanti Haru main air lagi!"

"Haru main pasir, bukan main air."

"Tidak, tetap tidak boleh. haru disini saja ya sayang?"

"Papaa jahaaaat.." dan tangisnya kini pecah. Haru menangis dengan keras di depan pintu, Reno membiarkannya, Haru akan diam dengan sendirinya nanti. Setidaknya ia lebih baik kelelahan menangis karena tidak di izinkan olehnya, daripada kelelahan menangis karena kesakitan lagi.

Sharen datang tepat pada waktunya, ia langsung menggendong Haru dan menatap Reno dengan galak. "Kenapa sih by. Heran deh, masalah bikin nangis cewek tuh kamu jagonya!"

Tunggu dulu, kenapa Sharen malah berbicara seperti itu? menyindirnya?

"Kok kamu bilang begitu sih Sha? Aku kan cuman lindungin Haru, dia pengen main pasir―"

"Tinggal di izinin kan Renoo.."

Oh, Sharen menyebut namanya. Sial.

"Tapi pasir adanya di pantai, dan Haru pasti seneng liat air pantainya. Terus nanti kalau dia main air, kalau telinganya kena air dan harus di sedot lagi gimana?"

PLAAAK!

Kepalanya mendapat geplakan yang cukup kencang dari Sharen. "Dasar parno! Jadi bapak-bapak waspada ya boleh, tapi gak begini juga Reno. Lagian ngapain kamu bawa kita liburan kesini kalau ujung-ujungnya suruh Haru nonton TV. Di rumah juga bisa."

Setelah itu Sharen pergi meninggalkannya bersama Haru. reno masih terpaku ditempatnya, tunggu tunggu.. barusan Sharen memukulnya? Apa? memukul kepalanya?! reno sungguh-sungguh tidak percaya dengan semua ini!

Begitu Sharen keluar dari kamar dan berjalan ke arah pantai untuk berkumpul bersama semua keluarganya, Haru berteriak. "Omaaaa kepala papa dipukul sama mama!" Pekiknya, dan tawa kencang khas Maryam terdengar menggelegar disana.

"Kok bisa kamu pukul sih Sharen? aduh anak mama yang malang. Hahaha."

"Abisnya ma, masa dia gak ngebiarin Haru main pasir. Trus buat apa dia bawa kita kesini? Heran deh, Reno bikin sharen kesel aja. Kenapa sih, jengkelin banget." Adunya. Maryam hanya mendengarkan kemudian tertawa lagi dengan sangat kencang.

"Lain kali, kamu boleh presto anak mama Sharen.. mama izinkan." Kemudian mereka semua tertawa dengan sangat puas. termasuk Haru yang sebenarnya tidak mengerti tapi ikut tertawa.


*****


Sepanjang hari pertama liburan mereka merupakan hal yang terburuk untuk Reno. Alih-alih bisa menghabiskan waktu berdua dengan Sharen, ia justru terus menerus melakukan semua kegiatannya sendiri.

Sharen entah kenapa begitu kesal setiap melihatnya, Reno melakukan apapun terkesan salah di mata Sharen. Reno berganti pakaian dengan kaos polos berwarna merah, Sharen marah padanya dan mengatakan ia tidak suka melihat Reno memakai baju itu. ketika Reno meminum jus alpukat bersama Mushkin di bibir pantai, Sharen malah membentaknya, mengatakan padanya bahwa Reno tidak menghargai usaha Sharen yang sudah membuatkannya minuman hangat di kamar mereka. Kemudian ketika Reno hendak surfing bersama Mushkin Sharen mengatakan hal yang tidak masuk akal! Kalau telinga Reno yang kemasukan air dan harus disedot bagaimana, Reno akan kesakitan dan ia kesal karena Reno tidak menjaga dirinya. lalu ketika Reno memindahkan Channel TV saat Sharen berada di kamar mandi, istrinya kembali berteriak marah dan menggeplak kepalanya, memarahinya karena tidak menghargai Sharen yang sedang menonton film india kesukaannya. Dan terakhir, yang paling membuat Reno kesal setengah mati adalah ketika ia hendak memeluk Sharen tetapi Sharen bilang ia tidak mau dipeluk Reno, malah mendadak ingin dipeluk Mushkin karena tubuhnya lebih wangi. Astaga, APA-APAAN SEMUA ITU!!!!!

"Sabar.. hahaha, kayaknya gejala-gejala kehamilan Sharen mulai muncul." Renita tidak henti-hentinya tertawa mendengar keluhan dari adiknya. Kedua anaknya sedang bermain bersama Haru di kamarnya.

"Tapi kak, gak begitu juga.."

"Ya masih mending dia mau meluk si Mus, lah kakak dulu mau meluk mantan kakak masa. Mas kamu, dia sampe ngamuk-ngamuk gak mau ngomong sama kakak selama dua hari."

Reno menjambak rambutnya frustasi. Astagaa.. apa sebegitu parahnya?

Kalau begitu, enaknya dari proses kehamilan adalah proses pembuatannya saja. oh jelas, itu paling nikmat.

"Yah, ini gak ada apa-apanya sih Reno, kalau kata aku mending begini aja. Daripada Sharen muntah-muntah, kamu gak akan tega nanti liatnya."

"Bakal muntah-muntah juga kak?"

"Memangnya Nova dulu nggak?"

Reno menggelengkan kepalanya. tidak, Nove tidak begitu, tidak marah-marah maupun kesal padanya ataupun muntah-muntah seperti yang dikatakan Renita. "Nova cuman sakit-sakit badannya kak, dia gak banyak gejala-gejala aneh." Sahutnya. Renita tertawa, "Kalau begitu selamat menikmati benih yang sudah kau tanam adikku!"

Oh, tidak.


******


Keesokan harinya ketika matahari bahkan belum terbit, Sharen sudah meloncat dari ranjangnya dan memuntahkan isi perutnya. Reno yang sudah terjaga langsung mengejar Sharen ke kamar mandi dan memijit tengkuk nya dengan perlahan.

Rasanya seperti mengeluarkan seluruh isi perutmu sampai terasa kosong, tapi pada kenyataannya Sharen hanya mengeluarkan air, dan rasanya tidak nyaman sekali. Setelah selesai, Sharen berdiri dengan lemas di hadapan washtafle.

"Sudah?" Tanya Reno yang berada di belakangnya. Sharen hanya mengangguk dengan lemah. Tahu bahwa dia sudah sangat lemas, Reno menggendongnya dan membaringkannya kembali di tempat tidur.

Wajah Sharen sudah pucat di pagi hari seperti ini, dan Reno hampir panik kalau saja Sharen tidak mengatakan kalau ia baik-baik saja.

"Gak apa-apa by, ini biasa buat ibu hamil. Morning sickness, aku kira gak bakalan ngalamin, ternyata ngalamin juga." Ucap Sharen. reno meringis, "Rasanya tidak nyaman?" Tanyanya.

Sharen menganggukkan kepalanya, "Yah, gak apa-apa." Ucapnya, mencoba menenangkan dirinya sendiri dan juga Reno. Reno berbahaya ketika sedang panik, dan membuat Reno panik adalah hal terakhir yang akan Sharen lakukan. Reno panik itu seperti kesurupan, menyeramkan.

"Sekarang kita tidur lagi aja ya? peluk aku.." Pinta Sharen, Reno tentu saja dengan senang hati akan melakukannya. Maka ia masuk ke dalam selimut dan bergabung dengan Sharen.

"I love you.." Bisik Reno, kemudian ia mencium kepala Sharen.

"Hmm.. too."


*****


"Sharen belum bangun ya tante?" Icha duduk di samping Sarah ketika mereka hendang memakan sarapannya.

"Tadi sih Reno sms Cha, katanya Sharen muntah-muntah terus."

"Ouh, kasian. Padahal kemarin makannya banyak."

"Kalau begitu berarti liburan ini gak tepat buat mereka." Timpal Adnan. Maryam yang sedang memakan makannnya mengangguk setuju.

"Harusnya bisa honeymoon, tapi gak apa-apa juga sih, toh udah hasil kan. Sharen lagi hamil."

"Iya sih ma, dan kemarin si Reno kewalahan banget sama tingkah Sharen." Sahut Renota. Semua orang yang berada disana menatapnya dengan penuh tanya dan menantikan ucapan selanjutnya yang akan keluar dari mulut Renita.

"Yah, kemarin Sharen marah-marah gak jelas. Reno kelabakan."

"Oh iya mbak!" Mushkin tiba-tiba saja sudah berada disana, ia duduk di dekat Adnan dan di sebrang Icha, mereka bertatapan sebentar kemudian saling membuang muka.

"Masa kemarin si Ilham mau Surfing Sharen bilangnya nanti kalau telinganya harus di sedot karena kemasukan air, gimana!" Jelas Mushkin, mereka semua tertawa.

"Papa pernah bentak tante dokter waktu telinga Haru sakit om!"

Dan semuanya kini membicarakan tingkah labil Reno akhir-akhir ini, juga keanehan Sharen di masa kehamilannya.


*****


Jam sudah menunjukkan pukul sebelas, diluar sudah mulai terik dan ramai oleh orang-orang yang bermain di pantai. Tetapi Sharen malah terkulai lemas di ranjangnya karena lagi-lagi ia memuntahkan isi perutnya, ia bahkan tidak menyentuh sarapannya sama sekali karena ia benar-benar takut akan memuntahkannya kembali.

Reno sudah mondar-mandir dengan cemas di dalam kamar. Melihat Sharen benar-benar membuatnya merasa bersalah karena sudah membawanya kemari, merasa bersalah juga sudah membuatnya hamil, tapi merasa bersyukur mengenai proses pembuatan sampai hamil. Baik, kita lupakan hal itu.

"Kamu mau makan apa? Biar aku bawakan." Reno tak henti-hentinya membujuk Sharen, tapi lagi-lagi Sharen hanya menggeleng.

"Gak laper.."

"Gak laper bukan berarti gak makan, kita sudah sering mengucapkannya." Ucap Reno. Sharen tersenyum. "Iya.."

"Haru lagi apa?"

"Haru lagi main diluar Sha.. oh ya, semua orang mau main banana boat tuh diluar."

Reno berbicara dengan matanya yang berbinar-binar, ia sangat antusias begitu menceritakan bahwa semua orang akan bersenang-senang. Dan Sharen merasa bersalah karena Reno harus menemaninya disini. Sebenarnya Sharen sudah menyuruh Reno untuk keluar saja dan nikmati liburannya, tetapi Reno bersikeras ingin menemaninya dan memastikan bahwa Sharen baik-baik saja. ya, sudahlah. Sharen juga terlalu lemas untuk berdebat, lagipula ia juga memang menginginkan keberadaan Reno disampingnya.

"Sayang banget ya, kesini cuman numpang tidur aja. Padahal aku suka pantai by.." Sharen mengerucutkan bibirnya. Bayangan akan air pantai yang menyapu kakinya juga udara segar yang akan menyegarkan dirinya semakin membuatnya menyesal karena hanya bisa terbaring tak berdaya di kamarnya.

"Aku juga pengen naik banana boat! Aku belum pernah." Keluhnya lagi. Reno mengusap kepalanya.

"Nanti kita ke pantai lagi ya, waktu aku masih sangat banyak untuk kamu Sha.."

"Dan soal banana.. daripada main Banana boat, bagaimana kalau kamu main Banana aku aja Sha? Lebih menyenangkan. Dan.. yah, sambil nyanyi kayak waktu itu lagi. open bananaa.."

Satu bantal melayang menuju wajah Reno dan Sharen langsung menyembunyikan dirinya di dalam selimut. Apa-apaan, Reno malah berbicara seperti itu di waktu seperti ini.


*******


"Okay, good. Gue suka Mus. Thanks ya!" Reno menatap sesuatu di hadapannya dengan sangat puas. tinggal beberapa menit lagi dan sekarang saatnya ia untuk mempersiapkan dirinya.

"Haru dimana ma?" Reno berjalan seraya membenahi jas nya menuju ibunya yang sedang sibuk menata ini dan itu.

"Haru sama Icha sayang, tadi dia main di belakang."

"Oh, oke ma.. siap-siap ya ma, semua harus udah okey." Perintahnya. Ibunya menanggukkan kepalanya.

Reno kembali berjalan, mengatur langkahnya dan mencoba memperhitungkan apa yang sudah di persiapkannya.

Sharen sedang tidur sekarang, akhirnya istrinya itu bisa beristirahat setelah seharian ini terus menerus memuntahkan seluruh isi perutnya.

Reno sebenarnya hampir saja menggagalkan semua kejutan ini, tetapi Maryam mengatakan bahwa mungkin bisa saja hal ini akan membuat keadaan Sharen menjadi lebih baik, setidaknya mengobati kekecewaannya karena tidak bisa menikmati pantai dengan bebas.

Ya, baiklah.. sebentar lagi akan di mulai. Reno mulai menghubungi ponsel Sharen dan membangunkan istrinya yang tengah tertidur.


**


Sharen langsung terbangun saat mendengar ponselnya yang berdering dengan sangat keras. Ia mengambil ponsel di nakas samping tempat tidur. Reno yang memanggilnya. Ada apa? tumben sekali.

Sharen membenahi posisinya, ia menatap pada dinding di hadapannya yang sudah terdapat sebuah tulisan besar dengan panah pink di atasnya. 'Follow Me!' begitulah tulisan yang berada disana.

Kening Sharen berkerut, ia hendak mengikat rambutnya tapi sebuah benang wol berwarna merah sudah terikat di jari kelingkingnya. Tunggu, ada apa ini?

Kepalanya kembali melihat tulisan di tembok dan kelingkingnya secara bergantian, sepertinya ia harus mengikutinya. Dan, tanggal berapa sekarang? ah, ya! 23 menuju 24.. hari ulangtahunnya.

Dengan penuh senyuman, Sharen membenahi penampilannya dan mulai mengikuti benang merah yang terikat di jari kelingkingnya.

Berjalan keluar kamar dan lurus terus sampai dinding di hadapannya, ada satu tangkai mawar merah dengan tulisan 'Bagaimana jika aku menjadikanmu satu-satunya wanita dalam hidupku?'

Sharen tersenyum, berjalan lagi dan menemukan satu mawar lagi dengan tulisan 'Bagaimana jika kau juga menjadikanku lelaki satu-satunya dalam hidupmu?'

Berjalan lagi, dan satu mawar lagi. tetapi tidak ada ungkapan apapun. Hanya sebuah kata 'Lalu' dan menggantung tanpa ada kelanjutannya.

Maka Sharen terus menerus berjalan seraya menggulung benangnya dan tepat di depannya, ada sebuah tulisan lagi.


Bagaimana jika kita satukan tujuan hidup kita bersama?

Bagaimana jika kita jadikan setiap hari menjadi lebih berarti, setiap waktu lebih berharga dan setiap hembusan nafas menjadi lebih bernilai ketika kita bersama.

Dan..


"Dan?" Sharen mengerutkan keningnya saat tak mendapati kata selanjutnya. Ia sudah sampai di luar hotel, tetapi belum ada apapun atau siapapun disini. Maka dengan langkah yang pasti ia kembali mengikuti alur benang merahnya dan terus menerus menggulungnya sampai langkahnya terhenti ketika melihat Icha sedang berdiri di hadapannya dan merentangkan tangannya.

"Sahabat gue tersayang, lo salah satu anugerah dari Tuhan buat gue. Terimakasih udah mewarnai hidup gue. Gue berharap lo selalu bahagia, dan gue bener-bener sayang sama lo." Ucap Icha. Dia sudah berkaca-kaca, dan Sharen pun demikian.

Sharen memeluk Icha dengan perasaan haru di dalam hatinya. "Makasih Chaa.." Ucapnya. Icha mengangguk kemudian menyuruhnya untuk terus berjalan mengikuti benangnya.

Di setiap perjalanan yang Sharen tempuh, ia bertemu dengan Renita, Mushkin, anak Renita, Suami Renita, mertuanya, dan Adnan. Mereka mengikuti Sharen di belakang, dan sekarang langkah Sharen sudah berhenti tepat di depan Maryam.

Mertuanya yang biasanya penuh canda tawa, hari ini matanya berkaca-kaca penuh perasaan. Maryam menggenggam tangan Sharen yang bebas, "Sayang, terimakasih sudah menyempurnakan hidup anak mama." Dan tangis mereka berdua langsung pecah, baik Maryam maupun Sharen keduanya saling berpelukan meluapkan perasaan terimakasih pada masing-masing.

Dan tangis Sharen semakin kencang saat ibunya yang sekarang sedang memeluknya. "Mama selalu bersyukur pada Tuhan karena memiliki kamu sayang. Sharen, walaupun kamu terkadang menyebalkan, tetapi kamu adalah sumber kehidupan mama,terimakasih sudah lahir ke dunia dan mewarnai hidup mama, menguatkan mama, membuat mama tertawa, mama benar-benar sayang kepadamu."

"Makasih mama.."

"Sudah, jangan menangis. Sekarang berjalan ke depan, masih ada yang nunggu kamu." Sarah menghapus air matanya kemudian menghapus pula air mata Sharen.

Menghela nafasnya, Sharen meyakinkan dirinya dan mengontrol seluruh rasa haru dalam hatinya agar ia bisa berjalan dengan sangat lancar. Kakinya terus melangkah, hingga pekikan suara Haru yang merdu dan menghangatkan hatinya terdengar.

"Mamaaaa.." Sharen berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan Haru dan langsung memeluk Haru dengan kencang. Putri Reno, oh tidak.. dia putrinya, Haru putrinya. Putri tercintanya.

"Haru sayang mama, selamat ulangtahun.." Bisik Haru, kemudian Sharen langsung mengeratkan pelukannya dan menangis di balik tubuh Haru.

'Mbak Nova, aku gak egois kan kalau menginginkan Reno dan Haru untuk ku miliki? Aku janji mbak.. aku janji akan menyayangi dan menjaga mereka. Terimakasih, sudah memberiku kesempatan yang indah ini.'

"Mama jangan menangis, kalo mama menangis nanti Haru sedih." Haru sudah menjauhkan tubuhnya dan tangan kecilnya mengusap air mata Sharen dengan lembut. bukannya berhenti, Sharen malah semakin menangis. Astaga, memiliki anak sebaik Haru. dia tak henti-hentinya bersyukur kepada Tuhan. Haru menerima dan menyayanginya seperti ibunya sendiri, padahal jelas-jelas Sharen bukan ibunya, tapi Haru selalu menyayanginya, menurutinya, tersenyum padanya, ya Tuhan..

"Terimakasih sayang, mama benar-benar bahagia." Ucap sharen dalam isak tangisnya. Haru menganggukkan kepalanya lalu mencium kening Sharen.

"I Love you mamaa.."

"I Love you too, princess." Dan sekali lagi Sharen memeluk Haru dengan sangat erat.

Melepaskan pelukan dari Haru, golongan benang yang berada di tangannya semakin besar saat ia kembali berjalan dan sampai di tempat yang... oh Tuhan.. Sharen benar-benar tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaannya.

Di pinggir pantai, banyak sekali bunga, dan ada sebuah layar besar. Kemudian lampu disana menyala.

Sharen diam sejenak, suara dentingan piano mulai terdengar, Mushkin yang memainkannya dan sosok Reno mulai muncul.

Suaminya itu mengangkat jari kelingkingnya, menunjukkan pada sharen bahwa kelingking mereka tersambung oleh benang merah yang Sharen gulung sejak tadi.

Sharen ingin berlari, tapi Reno menahannya dan memberikan isyarat untuknya diam dan menyaksikan Reno. Maka Sharen diam, berdiri dengan seluruh fokusnya yang tertuju untuk Reno.

Suara dentingan piano terdengar lagi.. dan sekarang, Reno bernyanyi.


Terucap syukurku.. Aku memilihmu

'tuk menjadi teman hidup setia slamanya
Belahan hati ini.. Kini tlah terisi

Aku dan dirimu mengikat janji bahagia..


Ada foto mereka berdua di layar besar yang berdiri di belakang Reno, foto Sharen yang sedang bersama Haru, foto mereka berdua yang sempat berfoto bersama sewaktu ke stasiun, foto di gerbong pada saat Reno melamarnya.

Sharen menahan nafasnya, air matanya sudah turun dan kakinya sudah ingin berlari pada Reno tetapi ia menahannya.

Dan berlayarlah kita renda keluarga meretas hidup bersama
Aku bahagia ku dipertemukan belahan jiwaku

Sharen yang sedang duduk di samping Reno yang tengah mengucapkan ijab qabul untuknya, Sharen yang sedang dicium keningnya oleh Reno, Sharen yang tertawa bahagia bersama Haru di hari pernikahannya. Sharen yang sedang masak, Sharen yang sedang berbelanja memilih baju Reno, Sharen yang kesal karena Reno, Sharen yang menyodorkan kue ulangtahun pada Reno, Sharen yang meletakkan tangan Reno di atas perutnya, Sharen yang tersenyum dengan sangat bahagia. Semua ada disana, semua Reno abadikan dan Reno tampilkan khusus untuknya.

Tuhan persatukan kami untuk slamanya hingga bahagia disurga-Mu
Pegang tanganku, tataplah mataku.. Engkau ditakdirkan untukku..

Begitu lagu selesai, Sharen sudah sangat terisak dan sudah ingin berlari pada Reno, tetapi pria itu berbicara dengan Mic nya, "Tetap disitu.." Ucapnya seraya tersenyum.

Sharen menggelengkan kepalanya, dan Reno kembali tersenyum padanya.

"Yah.. sebuah kejutan kecil untuk dewi kehidupanku, untuk seorang penerangku, untuk penyelamatku, untuk nafasku, belahan jiwaku, untuk istriku, dan untuk ibu dari anakku. Selamat ulang Tahun Sharen.. istriku sayang. Selamat ulangtahun.. aku benar-benar mencintaimu." Tutur Reno. Sharen mengangguk dengan air matanya. Ia juga mencintai Reno, sangat. Sungguh.

"Well.. aku bertemu dengannya di saat-saat paling menggelikan dalam hidupku. Setiap wanita yang mendekatiku tak pernah bisa ku perhatikan, tapi wanita ini entah memiliki apa, selalu bisa menarik perhatianku."

"Aku benar-benar ingin tahu, kenapa dia bisa menarik perhatianku dan membuat Haru bergantung padanya, kemudian aku penasaran, aku mendekatinya, dan aku mulai menyukainya, lalu sampai pada tahap aku mencintainya dan berhasil menikah dengannya, hidup bersamanya, dan sekarang.. aku benar-benar bergantung padanya."

Reno tertawa kecil, membuat semua orang yang berada disana juga ikut tertawa. Maryam sudah memeluk suaminya, Renita pun sama, dan Adnan menggendong Haru dengan terus memperhatikan kakak iparnya.

"Hidup sendiri membesarkan Haru selama bertahun-tahun bukanlah hal yang mudah untukku, aku juga bukan orang yang layak bersanding dengannya, tetapi Sharenku yang cantik, dengan senyuman manisnya dan belaian lembut tangannya dia selalu meyakinkanku bahwa dia menerima seluruh kekuranganku, bahwa dia mencintaiku setulus hatinya, bahwa dia siap mengabdikan dirinya untukku suaminya. Astaga, Tuhan benar-benar memberikanku hadiah yang sangat berharga!"

Reno tersenyum kembali, dia berdiri kemudian mengangkat jari kelingkingnya dan menarik benangnya yang tersambung dengan benang milik Sharen, dengan sukarela sharen pun melakukan hal yang sama, menggulung kembali benangnya dan menariknya untuk mendekatkannya pada Reno.

"Tidak, tunggu disitu.. jangan kau yang menghampiriku, biar aku yang menjemputmu." Reno mendekat, dan Sharen berhenti. Masih ada jarak di antara mereka, keduanya saling bertatapan dengan penuh perasaan.

"Sharen ismayanti, Selamat ulangtahun! Terimakasih sudah hadir dalam hidupku, benar-benar menyempurnakanku dan selalu membahagiakanku dengan caramu sendiri. aku tidak butuh apa-apa lagi Sha, aku hanya butuh kamu di sampingku, seperti janji kamu yang akan selalu menggenggam tanganku, maka janjiku adalah sampai kapanpun tidak akan pernah melepaskan tanganmu yang menggenggamku."

"Maaf, terlalu banyak hal dariku yang membuatmu terluka. Aku sungguh minta maaf, sempat berjanji tak akan menyakitimu tapi pada akhirnya selalu menyakitimu. Maafkan aku, sekarang mari kita kuatkan perasaan yang tumbul dalam hati kita dan mengikatnya bersama-sama sampai tua."

Reno berhenti sejenak, mengangkat kelingkingnya lalu berkata, "Kamu tahu arti dari ini?" Sharen menganggukkan kepalanya kemudian menjawab, "Red thread of destiny.."

"Ya, walaupun mungkin terasa konyol, tapi aku belum pernah seyakin ini Sha. Aku hanya ingin menggambarkannya dengan jelas bahwa kelingking kita saling terikat oleh benang merah yang sama, bahwa kamu adalah tulang rusukku yang hilang dan bahwa kamu, benar-benar di takdirkan untukku. So, baby.. let's grow old together!"

Reno langsung merapatkan tubuh mereka dan memeluk Sharen dengan erat.

Akhirnya.. ya Tuhan, akhirnya Sharen bisa merasakan tempat ternyamannya lagi. akhirnya, oh Tuhan terimakasih...

Sharen benar-benar mensyukurinya.

"Selamat Ulangtahun honey.."

"Kamu udah bilang berkali-kali tadi." Gerutu Sharen dalam pelukannya. Reno tertawa, "Okay, kalau begitu I Love You.."

"I Love you so much more!!" Pekik Sharen. ia meredam tangisnya di dada Reno.

Tangan Reno hendak menjauhkan tubuh mereka, tapi Sharen menahannya.

"Nanti dulu, belum kenyang peluknya." Ucapnya polos. Dan hal itu mengundang tawa dari yang lainnya. Astaga, Sharen menggemaskan sekali.

"Bukannya kemarin gak mau aku peluk ya?"

"Itu kan kemarin.."

"Nanti hadiahnya keburu ilang loh Sha.." Reno membujuknya setelah hampir sepuluh menit, Sharen menggelengkan kepalanya.

"Hadiah aku itu kamu, udah cukup aku gak mau yang lain lagi."

"Hmm.. okay, kalau gitu.. can you kiss me girl? because I'm very miss your kiss." Goda Reno, dan tanpa pemberitahuan apapun, Sharen langsung melingkarkan tangannya di leher Reno dan menciumnya dengan lembut. reno tersenyum, dengan senang hati ia membalasnya.

Penonton setia mereka hanya bisa menyaksikan mereka yang sedang sibuk dengan dunianya.

"Ya Tuhan.. so sweet banget.." Icha menatap mereka dengan kagum.

"Papa, kita udah lama gak ciuman. Papa gak mau cium mama gitu disini pa? kan so sweet!"

"Yang, kamu sibuk dan kita jarang banget mesra-mesraan begitu, masa kalah sama si Reno."

"Ah, gue pegel." Desis Adnan yang tangan kirinya menggendong Haru dan tangan kanannya menutup mata Haru.

"Om Anan kok mata Haru di tutup!"

"Diam ya sayang, ada perbuatan tak senonoh!"

Keduanya sudah tidak memperdulikan suara-suara yang terdengar oleh mereka, keduanya malah sudah saling melumat bibir masing-masing. Oh astaga, Reno benar-benar merindukan ini. ia merapatkan tubuhnya yang memeluk Sharen menjadi semakin rapat, dan Sharen juga melakukan hal yang sama, mereka semakin liar, bahkan sampai tangan Reno mulai maju dan..

"EHEM! ANGIN MALAM TIDAK BAIK UNTUK IBU HAMIL!!" suara Mushkin menyadarkan Reno dan Sharen bahwa di sekitar mereka masih banyak orang. Dengan canggung, keduanya berpisah dan berdiri sambil berdampingan dengan tangan yang saling menggenggam.

Semua orang menatap mereka dengan penuh godaan, tapi mati-matian Reno menahan rasa malunya.

"Okay, kalo dilanjutin lagi udah gak romantis. Jadi cukup disini aja," Ucap Reno, Sharen tertawa geli.

"Sekarang, ini dia.. hadiah untuk kamu Shaaa.."

Reno membimbing tubuh Sharen untuk berbalik dan menghadap sebuah bangunan megah hotel miliknya, Sharen kebingungan sampai ketika matanya menangkap sebuah tulisan besar yang menjadi nama hotel ini.

'SHARN HOTEL'

SHARN?

"Sha untuk Sharen, dan RN adalah inisial untuk Reno.." Reno berbisik seraya memeluknya dari belakang. Sharen membelalak tak percaya..

"Reno... ini?"

"Ini hotel untuk kamu sayang.. maaf tidak memberitahunya dari awal. Hotel ini menjadi saksi hubungan kita Sha, sejak awal di bangun sama dengan awal ketika kita bertemu, dan selesai tepat ketika kamu hamil. Ah, aku bahagia Sharen.. terimakasih."

Tidak, bukan Reno yang harus berterimakasih, tapi Sharen.

"Aku tahu, kamu sedikit cemburu dengan nama Renova. Aku juga tahu kok kalau Shareno bagusnya untuk warteg!"

Sharen mencubit perut Reno sekilas, dan membuat Reno tertawa.

"Tapi lihat, ada nama yang lebih indah sayang. Dan aku sudah mendapatkannya." Ucap Reno. Sharen membalikkan tubuhnya.

"Jadi, kalau anak kita cowok.. kamu kasih nama Sharn?" Tanya Sharen, Reno mengangkat bahunya, "Bisa jadi.."

Dan Sharen menahan senyumnya dan teriakkan dalam hatinya yang sudah ingin ia keluarkan.

"Terimakasih by.. tanpa hal seperti ini pun aku sudah senang, terimakasih.." Sharen berjinjit dan meraih tengkuk Reno lalu kembali berciuman dengannya.

"Hadeuh, udah gak akan bisa di tonton kalau begini." Gerutu Mushkin.

"Kamu mau ya Mus?" Maryam tiba-tiba sudah ada di sampingnya.

"Apa sih tante!"

"Yee, jujur aja! Kamu mau kan Mus?"

"Ya kalau mau jujur ya memang mau tante, liat mereka begitu ini bibir gatel pengen banget gerak-gerak di bibir gadis."

"Yaudah nih tante kasih!"

Maryam dengan paksa menggerakkan kepala Mushkin untuk menoleh dan tiba-tiba saja bibir Mushkin sudah menempel dengan bibir seseorang. Dia.. ICHA! Astaga..

TBC

BHAHAHAHAHAHA

HANYA BISA SEGINI YANG AKU KASIH. Udah ya, udahan manis-manisnya. Manis-manis mulu perasaan. Wkwkwk

Terimakasih selalu ders.. aku selalu sayang kalian :* mumumuu :*

3d_.V�Z��qf



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro