PART 24 | Can't Lose You
AKU SAKIT AKU SAKIT HATI
KAU TERBANGKAN KU KE AWAN
LALU JATUHKAN KE DASAR JURANG
Icha meringis mendengar teriakkan Sharen yang begitu frustasi mengeluarkan semua luka dalam hatinya. pagi-pagi sekali Sharen sudah membawa motornya ke rumah Icha dan menceritakan semuanya. Semua yang terjadi padanya dan Reno, sharen menceritakannya dengan matanya yang sudah membengkak. Dan setelah menceritakan semuanya, mereka pergi ke kampus untuk bimbingan terakhir dan keputusan mengenai sidang. Mereka berhasil, dan dua minggu lagi jadwal mereka sidang, icha senang, tapi Sharen tidak.
Dan sekarang, disinilah mereka berakhir. Di salah satu tempat karaoke langganan mereka dengan Sharen yang sedang berteriak-teriak mengeluarkan seluruh perasaannya.
"Sharen, udah dong. Kita harusnya seneng, udah mau sidang."
"MASALAHNYA LO GAK NGERASAIN GIMANA RASANYA JADI GUE CHA!" pekiknya. Icha menggaruk kepalanya, ia diam dan kembali memperhatikan Sharen. musik sudah berganti, menjadi lagu yang lain dan Sharen kembali mengangkat mic nya.
Seberapa salahkah diriku
hingga kau sakiti aku
Begitu menusukku
Inikah caramu membalas
Aku yang selalu ada saat kau terluka
Senyuman Reno, kelembutannya, kasih sayang, bahkan cintanya terbayang dengan jelas di mata Sharen. tetapi semuanya tergantikan dengan keinginan Reno yang langsung mencabik dadanya.
Seberapa hinanya diriku
hingga kau ludahi semua yang ku beri untukmu
tak ada satu pun perasaan yang mampu membuatku begitu terluka
kalau masalah perselingkuhan Sharen mungkin tidak akan sehancur ini karena ia bisa menyerap dengan logikanya bahwa manusia bisa saja tergoda. Tetapi masalah anak? Ketika ia begitu menginginkannya sementara Reno tidak, ia bisa apa? Harapannya jatuh seketika. Hancur tak bersisa dengan seluruh perkataan Reno yang mengiris hatinya. reno membuatnya terluka, Reno membuatnya kecewa, dan Reno menghancurkannya hingga tulang-tulang.
Sharen menangis. Air matanya berjatuhan tanpa bisa ia kendalikan. Kenapa rasanya sakit sekali, semalaman ia sudah menangis tetapi kenapa tangisnya tak juga pergi dari pipinya.
Namun ku terlanjur mencintai dirimu
Terlambat bagiku pergi darimu
Bagiku terlalu indah perasaan itu
Tak mudah untukku menjauh darimu
Icha yang melanjutkan lagunya, karena Sharen sudah terisak dengan kencang. Menenggelamkan kepalanya di lututnya dengan tubuhnya yang bergetar karena tangisnya. Icha menyimpan mic nya, mematikan musiknya kemudian mendekat dan memeluk Sharen dengan erat.
"Puas-puasin dulu, nangis yang banyak." Ucapnya. dan suara Sharen semakin kencang, air matanya sudah sangat cepat mengganti satu tetes yang jatuh dan terhapus oleh tangan Sharen.
Perlahan, kepalanya terangkat. Sharen menatap Icha dengan matanya yang semakin sembab karena terus-terusan menangis.
"Gue sakit hati Cha.. gue sakit hati! Dia gak pengen punya anak dari gue, dia gak mau!" Adunya. Icha hanya menganggukkan kepalanya, sejak tadi pagi kalimat itu saja yang di ucapkan oleh Sharen.
"Gue hidup bersama anak-anak, gue besarin anak orang! Gue urus anak orang, termasuk gue urus anak dia. Haru, gue anggap dia anak gue sendiri. Dan apa dia gak mikir kalau gue sangat menginginkan anak? Anak yang lahir dari rahim gue sendiri. anak yang Akan berbagi makanan sama gue saat dia masih di perut gue. Apa dia gak mikir? Cha! APA RENO GAK MIKIR!!!"
"dan dia bilang begitu kita baru selesai ngelakuin semuanya Cha! Dia bilang begitu waktu gue masih belum pake baju, dia pikir gue apa? Pelacur? Gue masih ngumpulin tenaga gue dan dia langsung hancurin gue begitu bilang kalau dia gak mau punya anak lagi!! dia seolah-olah bilang kayak gitu ke pelacur yang udah dia sewa chaaa!!!!!!"
Icha belum bisa berkata banyak, ia hanya bisa mendengarkan apa yang ingin Sharen katakan padanya.
"kalau dia gak mau punya anak dari gue, lalu tujuan dia nikahin gue apa? Buat jadiin gue pemuas nafsu dia?"
Rasa sakit itu kembali muncul, menyerangnya tanpa permisi, menghancurkan hatinya dan menggerogoti dirinya sampai dalam. Ingatannya mengenai pertengkaran mereka setelah Reno pulang terbayang dalam benaknya. Reno yang memarahinya karena tak bisa menjaga Haru, dan Reno yang terdiam ketika ia bertanya niatnya menikahi dirinya, Reno yang menjawab pertanyaannya ketika suaminya itu hendak minta maaf padanya, Reno yang mengatakan cinta padanya, Reno yang manis, Reno yang baik, Reno yang ia cintai, Reno yang semalam sudah menghancurkannya dengan menginjak-injak seluruh harapannya dengan begitu kejam.
"Maaf, aku tidak bermaksud membuatmu berpikiran macam-macam yang menyakiti hati kamu Sha. Maaf, tapi kalau kamu tanya sekali lagi mengenai niatku menikahimu, itu murni di dalam hatiku, murni karena keinginanku yang menginginkanmu berada disampingku. Aku memang memintamu untuk menjadi ibu Haru, tapi sudah ku katakan, menjadi ibu Haru itu berarti menjadi istriku, wanita dalam hidupku, yang mendampingiku."
"I love you.."
"aku mencintaimu."
"pegang yang erat, honey!"
"That's my love!"
"aku benar-benar mencintai kamu,"
Semuanya terbayang dalam benaknya seperti rol film yang kembali terputar di hadapannya. Sharen kembali menenggelamkan kepalanya pada lututnya. Menangis dengan kencang atas apa yang di alaminya. Ini pertama kalinya, pertama kalinya ia merasa sakit hati pada Reno, dan sepertinya hal ini akan memicu sebuah pertengkaran diantara mereka berdua.
Semalam setelah ia keluar dari kamarnya dan mengunci dirinya di kamar Adnan, Reno terus menerus menggedor pintunya. Sharen tidak menggubrisnya, ia masih shock dengan ucapan Reno. Hingga menuju tengah malam akhirnya Reno berhenti dan Sharen menghabiskan waktunya untuk merampungkan skripsinya.
Sebuah kekuatan luar biasa dari sakit hatinya yang bisa membuatnya menyelesaikan skripsinya semalaman penuh, tidak lupa dengan air mata dan suara tangis memilukannya.
Sharen merasa begitu menyedihkan, dalam kelelahan tubuhnya dan kepalanya yang terus berpikir, ia mendapatkan sesuatu yang benar-benar tidak bisa di duga olehnya.
Icha kembali mendekat.
"Lo belum puas nangis?" Tanyanya, Sharen menggeleng.
"Kata-kata dia masih melekat banget di kepala gue Cha, masih terdengar begitu jelas oleh telinga gue. Dan gue gak habis pikir, dia mengucapkannya dengan begitu lembut dan ringan! Dia mengejutkan banget cha! Dia apa sih? Sekalinya bikin gue cinta ya cinta banget, dan sekalinya nyakitin gue pun dia gak tanggung-tanggung! Gue harus gimana Cha? GUE HARUS GIMANAA!!!"
"Kalian harus bicara.."
"Dan dia langsung bakal seret gue ke dokter kandungan!"
"Emangnya lo mau dia seret lo kemana? Ke pengadilan?"
Sharen terdiam begitu mendengar ucapan Icha, ia menatapnya dengan lemah. Icha tersenyum, akhirnya Sharen bisa sedikit lebih tenang dan mau memperhatikannya.
"Lo belum tau kan alesannya? Menurut gue, kalian harus bicara baik-baik, lo harus dengerin dia―"
"dan dia bakal nyakitin gue sama kata-katanya lagi?"
"Sharen.."
"Gue masih belum siap buat berhadapan sama dia Cha.."
"Terus, lo mau apa? Mau minta cerai dari dia?"
Astagaa.. sharen tidak pernah berpikir sampai situ. Bercerai? Apa? Bercerai? Terdengar menyeramkan sekali.
Sharen menggigit bibirnya, kemudian tangisnya kembali pecah.
"Gue gak mau pisah dari dia Cha.. gue gak mau.. gue udah cinta banget sama dia dan gue udah terbiasa sama kehadiran dia. Gue sayang suami gue, gue gak mau kehilangan diaaa.."
Dan Sharen kembali menangis dengan kencang mengeluarkan seluruh perasaannya yang masih tertahan dalam hatinya.
*******
"Gimana?" Mushkin menatap penuh harap pada Reno. Sahabatnya itu menggeleng lemah kemudian meletakkan ponselnya di atas meja. Sudah berpuluh-puluh kali ia menelpon Sharen dan mengiriminya pesan tapi tak di gubris sama sekali oleh Sharen.
"Yaudah, terima aja. Ini semua berkat mulut manis lo yang kadang keterlaluan kalau ngomong!"
Reno menumpukan kepalanya pada kedua tangannya yang berada di atas meja. Ia mengatur nafasnya, mengusap wajahnya dengan kasar kemudian menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.
"Gue cuman takut Mus, Haru bilang pengen punya adik. Gue baru kepikiran soal itu dan lupa satu hal. Gue terlalu menikmati kebersamaan kita sampe lupa soal kemungkinan kalau Sharen hamil."
"Dan dengan tega nya, setelah lo pake dia! Lo bilang lo gak mau punya anak, bagus! Otak lo gak berguna ternyata."
"Gue, gue kira dia gak akan marah."
"What? Lo gila? Reno, memangnya lo pikir Sharen apa? Malaikat? Heh! Segimanapun cintanya dia sama lo kalo lo bilang begitu ya pasti marah, nggak. Dia gak marah, ini lebih dari sekedar marah. Dia kecewa sama lo Reno."
"abis gimana Mus, gue cuman takut.."
"Takut apa?"
"Gue takut kalau.." Reno berhenti sejenak, kemudian melanjutkan lagi. "kalau Sharen hamil..."
Bayangan Nova yang melahirkan Haru sampai koma kemudian tak membuka matanya lagi hinggap di kepalanya. reno menepisnya dengan cepat,
"Gue takut, kalau sharen hamil.. gue bakal kehilangan dia."
Reno menundukkan kepalanya. kehilangan Sharen adalah hal menyeramkan yang hanya membayangkannya saja Reno tidak sanggup. Ia sudah sangat mencintai Sharen, bahkan membutuhkan kehadirannya di sampingnya. Dan jika kehamilan bisa membuatnya kehilangan Sharen, lebih baik ia benar-benar tidak membuatnya hamil.
"Atas dasar apa lo berpikir begitu?" Mushkin kembali menyela, ia mengangkat telunjuknya ke arah Reno. "Memangnya lo Tuhan? Lo tahu siapa yang bakal mati duluan? Kalau misalnya lo yang mati duluan gimana! Heh Reno! Lo emang bener-bener bajingan beruntung dibalik topeng kelembutan lo. Astaga, di luar sana banyak pria yang siap bikin sharen hamil dan mereka harus kalah duluan karena lo yang nikahin Sharen! inget itu."
"lagipula Reno, Sharen itu seneng anak-anak. Dan bahkan dia urus Agni dari umurnya masih kecil, mustahil kalau dia gak mau punya anak sendiri. heran, gue bener-bener gak ngerti jalan pikiran lo."
"Terus sekarang gue harus gimana Mus?"
"Gimana lagi! gue juga gak tahu, minta maaf pun percuma Reno.. lo gak akan bisa narik kembali apa yang lo ucapin. Sekarang lo pikirin aja semuanya baik-baik. Gue pergi. Bye!"
Berbalik, Mushkin langsung keluar dari ruangan Reno. Meninggalkan Reno yang kini tenggelam dalam kedua tangannya yang di tumpu pada atas meja.
******
"Loh, Sharen? kamu kenapa?" Sharen mematung ketika keluar dari tempat karaoke dan menunggu icha, ia mendapati Deri menghampirinya. Oh tidak, pertemuan pertama mereka setelah Sharen menikah, dan harus dalam keadaan seperti ini?
"Kamu abis nangis?" Deri mendekat, memperhatikannya dengan lekat-lekat. Dan Sharen hanya tersenyum tipis padanya,mencoba menyembunyikan apa yang sedang terjadi dengannya saat ini.
"Kenapa? Kamu kelihatan gak baik-baik aja." Dan ya! Deri selalu seperti ini, selalu bisa menebak isi hati Sharen dengan benar. Mendadak sesuatu muncul dalam pikirannya, bagaimana kalau ia menunggu Deri lebih lama lagi sampai pria itu sadar akan kehadirannya sehingga yang Sharen nikahi adalah Deri, bukan Reno. Deri mungkin dengan senang hati ingin mempunyai anak-anak yang lucu darinya, tidak seperti Reno. Suaminya sendiri yang sudah menyetubuhinya, mengatakan padanya bahwa ia tidak mau punya anak. Tanpa terasa, air mata itu jatuh lagi. deri tersentak, dan di hapusnya air mata yang jatuh dari mata Sharen.
"Tuh kan, kamu memang gak baik-baik aja." Ucapnya. sharen mengangguk, dan kemudian air matanya kembali turun, membuat Deri sedikit kebingungan mengingat saat ini mereka sedang di tempat umum.
"Sekarang, kita pergi dulu dari sini. Kita cari tempat yang tepat, kamu kesini sama siapa?"
"Icha.."
"Kalau begitu kamu kabarin Icha kalau kamu pergi sama kakak." Setelah itu, Deri menarik tangannya dan membawa Sharen keluar dari tempat itu. Seraya berjalan dalam tangisnya, Sharen mengatakan pada Icha bahwa ia pulang lebih dulu. Ia tidak mengatakan bahwa ia bersama dengan Deri.
Mereka sampai di parkiran, Deri membawa mobil hari ini dan mereka masuk ke dalam mobil. Kalau dulu ketika mereka masih sangat dekat, Sharen akan meledek habis-habisan Deri yang membawa mobil. Mengatakan kalau pria itu sangat tidak cocok memakai mobil karena motor berwarna biru nya sudah sangat menyatu dengan dirinya. tapi hari ini Sharen diam, ia tidak mengatakan apa-apa dan hanya duduk di sebelah Deri.
"Mau maju, atau disini?" Tanya Deri. Sharen menoleh. Senyuman lebar dengan satu lesung pipi milik Deri ditunjukkan khusus untuknya. Oh pria ini, kenapa susah sekali saat menggapainya dulu?
"Oke, kita diem disini." Kata Deri. Begitu tidak ada sahutan apapun dari bibir sharen.
"Jadi, adikku yang manis.. sudah mau bercerita?"
Dan isak tangis Sharen kembali terdengar, pada akhirnya dia tidak menceritakan apa-apa dan hanya menangis dengan keras mengeluarkan kembali seluruh perasaannya, Deri hanya bisa menatapnya dengan iba. Sebagian dari hatinya merasa sangat sakit ketika melihat Sharen sangat kacau seperti ini. seandainya, seandainya saja yang saat ini bersama Sharen adalah dirinya. sayangnya sebagaimanapun ia menghidupkan kata seandainya, semua tetaplah angan-angan karena apa yang dia inginkan tidak akan pernah bisa terwujud, dan penyesalan adalah satu-satunya hal yang saat ini menggerogotinya.
"Menangislah.." Gumamnya.
*****
Icha berjalan dengan cepat memasuki Paleo, ia berhenti di depan dan menatap resepsionis dengan tatapan kesalnya.
"Saya mau ketemu pak Reno, cepet panggilkan dia." Geramnya. Ami hanya menatapnya,
"Anda sudah membuat janji?"
"Alah, gak usah pake janji segala! Sekarang coba telpon dia, bilang kalau Icha temannya Sharen datang kesini untuk menemuinya!" Suara Icha meninggi, membuat Ami dengan cepat meraih telponnya dan menelpon Reno untuk mengatakan hal yang tadi di perintahkan Icha. Setelah di izinkan, Ami kembali menatap Icha dan mempersilakan Icha naik ke lantai atas hotel ini.
Dengan penuh kekesalan Icha masuk ke dalam lift dan menunggu tidak sabar untuk sampai di ruangan Reno dan memuntahi pria itu dengan semua kata-kata yang berputar dalam kepalanya. tepat ketika pintu lift berdenting, Indri menyambutnya dan langsung mempersilakannya masuk. Icha membuka pintu kaca tersebut. Suara 'Welcome, princess!' membuatnya sedikit geli tapi kemudian ia mencoba menormalkan kembali mimik wajahnya untuk melakukan niatnya yang sebelumnya.
Reno disana, terduduk di atas kursinya dengan tampang yang sangat kacau. Jas nya sudah tersampir di kursi, dasinya ia tarik dan lengan kemeja nya ia gulung sampai siku. Rambutnya juga berantakan karena sejak tadi Reno terus menerus menarik-nariknya dengan kasar.
"Oh, Icha yah?" Sambut Reno. Ia memaksakan senyumnya, sementara Icha menatapnya dengan tatapan yang tak bisa di mengerti olehnya.
"Duduk Cha.." Reno mempersilakan. Kemudian Icha mendekat, alih-alih duduk ia justru berdiri di balik meja dan menatap Reno dengan tajam.
"Sharen itu sahabat terbaik gue!" Ucapnya. reno mengangkat kepalanya, keningnya berkerut.
"Sejak dulu, gue selalu sama dia. Dia itu pribadi yang hangat, menyenangkan, dan loveable banget." Ucapnya lagi. Reno menganggukkan kepalanya. ya, itu salah satu yang membuat Reno mencintainya dan memilihnya menjadi istrinya.
"Perasaannya halus, dan sekalinya hancur. Susah buat kembali lagi." Reno mendongakkan kepalanya. setelah di marahi Mushkin, ini mungkin saatnya dimarahi Icha.
"Gue pernah nyakitin hati dia, dan Sharen ketika di sakitin itu menyeramkan banget! Pada akhirnya dia maafin gue memang, tapi sampai sekarang dia masih suka nyindir-nyindir gue. Bikin gue merasa bersalah banget sama dia." Icha memperhatikan Reno yang sempat mendongak kemudian menundukkan kembali kepalanya. tangannya merogoh sesuatu dalam tas nya kemudian ia menyerahkannya pada Reno.
"Dari keluar SMA sampai sekarang, dunia nya Sharen itu dunia anak-anak. Dia selalu bilang sama gue kalau dia selalu suka berada di dunia anak-anak, membuatnya nyaman. Oh, dia bahkan selalu bilang kalau dia pengen punya anak banyak biar rumah dia rame." Icha menghentikan ucapannya, memandang Reno sebentar kemudian melanjutkannya lagi. "Dan terimakasih, lo! Udah hancurin impian sahabat gue! Terimakasih banyak!"
Berbalik, Icha berjalan dengan cepat membuka pintu nya dan suara seperti tadi kembali terdengar tapi ia menghiraukannya lagi. tugasnya sudah selesai, harapannya adalah semoga Reno bisa sadar dan berhenti menyakiti sahabatnya.
Sepeninggal Icha, Reno meraih sebuah album foto berukuran kecil yang tergeletak di atas meja nya. Tidak ada tulisan apapun di halaman depannya. Reno membalik halamannya. Foto pertama adalah foto Icha dan Sharen yang sedang berpelukan dengan saling menempelkan pipi dan tersenyum lebar, ada sebuah tulisan disana, cukup panjang dan menjelaskan bahwa semua yang berisi tentang sharen untuk Icha dan tentang Icha untuk Sharen.
Reno membalikkan halamannya lagi, foto kedua adalah foto Sharen yang tersenyum dengan takjub menatap bayi yang di gendongnya 'Selamat datang di dunia Dzikra sayang, keponakan tante!' Tulisnya disana, sepertinya ini anak yang ia lihat waktu bersama Sharen di angkot.
Foto selanjutnya adalah foto-foto Sharen bersama Agni, ketika memberinya makan, menemaninya tidur, melatihnya berdiri, mengajarinya berjalan, berlari bersamanya, dan memeluknya dengan hangat. Semua keterangan disana menjelaskan betapa Sharen sangat menyayangi Agni seperti anaknya sendiri.
Semua foto-foto ini benar-benar menamparnya dengan keras. Lihatlah! Betapa istrimu sangat menyukai anak-anak dan bahkan sangat menginginkan seorang anak, dan kau menghancurkan harapannya Reno! Kau gila! Tidak berperasaan! Brengsek! Suami macam apa yang mengatakan hal-hal seperti itu pada istrinya! Tepat setelah kau menyetubuhinya Reno! Kurang brengsek bagaimana kelakuanmu!
"Argg.." Geramnya. Reno mundur, kembali bersandar pada kursinya dan menjambak rambutnya dengan kencang. Ia tahu ia salah, dan sudah sangat keterlaluan. Tapi bagaimana lagi? ia benar-benar tidak mau kehilangan Sharen, dan kehamilan bisa saja membuatnya kehilangan Sharen.
Tapi Sharen wanita normal yang menginginkan hamil dan mempunyai anak Reno!
Ya, ia tahu. ia tahu itu. Tapi, tapi Reno masih belum bisa. Ia tidak bisa menjamin bahwa sebuah kehamilan akan membuat Sharen baik-baik saja. lihat saja Nova, selama kehamilan ia baik-baik saja, saat melahirkan pun ia masih terlihat baik-baik saja bahkan ketika tangannya mencengkram erat tangan Reno. Tapi setelah itu, setelah Haru lahir? Nova tidak pernah bangun bahkan ketika Reno berteriak dan menyuruhnya bangun. Dia tidak pernah kembali. Dan Reno harus menjalani hidupnya sendiri dengan Haru yang tumbuh tanpa ibu di sampingnya.
Sekarang, bagaimana bisa ia membiarkan sesuatu yang mungkin bisa juga terjadi pada Sharen merenggut Sharen darinya. Tidak, ia tidak mau.kehilangan Nova yang tidak ia cintai saja menyeramkan, lalu bagaimana ketika ia akan kehilangan Sharen yang begitu ia cintainya? ia tidak yakin kalau ia bisa terus hidup tanpa ada Sharen di sisinya.
Masih ada satu halaman lagi yang belum Reno buka dalam album foto tersebut, dan begitu membukanya. Reno menahan nafasnya.
Sharen tersenyum seraya memeluk Haru. mereka berdua tersenyum dengan riang di depan kamera. Reno menebak foto ini di ambil ketika mereka berbelanja. Tulisan yang tertera disana adalah 'Haru bahagia sekali, dia bilang pengen punya adik! Yang lucu, kayak adik Jino hihi. Sabar ya sayang, mama sama papa nanti kasih Haru adik. Oh I love you so much princess papa'
Reno merasa bahwa ia benar-benar telah menjadi seorang bajingan.
*****
Sharen pulang dalam keadaan yang lebih baik. Sembab di matanya sudah mulai tersamarkan meskipun air mukanya masih begitu pucat tetapi tidak separah sebelumnya. Deri mengantarnya pulang sampai di jalan dekat rumahnya, Sharen yang meminta nya. Ia tidak mau ibunya berpikir macam-macam karena ia diantar oleh Deri dan tadi pun ia hanya duduk bersama Deri di dalam mobilnya dan menangis. Deri sudah mengajaknya untuk pergi, sekedar makan tetapi Sharen menolaknya.
Pikiran-pikiran tentang perasaannya dan kebersamaannya bersama Deri selalu berkelebat dalam kepalanya, dan membuatnya hampir saja kembali terjebak disana. tapi Sharen punya batasan, ia sudah menikah dan ia sudah membuang jauh-jauh semua perasaannya untuk Deri. Lagipula, ia juga mencintai Reno, dan akan selalu Reno. Sial, air matanya jatuh lagi. dengan cepat ia menghapusnya.
Menghela nafasnya, sharen mencoba meringankan seluruh langkahnya dan tersenyum dengan lebar saat masuk ke dalam rumahnya.
"surprise!" Adnan dan ibunya berdiri disana dengan Haru yang menyodorkan puding coklat berbentuk topi yang sudah ibunya hias menjadi seperti toga. Sharen mengerutkan keningnya.
"Cieeee.. yang tinggal sidang!" Adnan tersenyum lebar padanya. Ah, iya. Sharen ingat mengenai skripsinya yang sudah selesai.
"Icha tadi sms mama katanya kalian udah beres skripsi nya. Adnan bilang katanya kita harus kasih kamu kejutan, dan mendadak tadi Haru pengen puding." Jelas Sarah. Sharen menganggukkan kepalanya kemudian berhambur ke dalam pelukan ibunya. Kalau dalam situasi biasa mungkin ia sudah menjerit kesenangan, tetapi sekarang dengan suasana hatinya yang sangat buruk Sharen justru malah diam dan menangis. Air matanya turun lagi, Reno tidak tahu mengenai hal ini. kalau Reno tahu, apa yang akan di lakukannya? Apa suaminya itu akan memberikan kejutan seperti ini juga? Astaga.. air matanya kembali jatuh mengingat Reno.
"Kok malah nangis sih?" Oh, ibunya menyadari bahwa Sharen menangis. Tentu saja, seorang ibu selalu tahu apa yang terjadi dengan anaknya. Sharen menjauhkan tubuhnya, menatap ibunya kemudian tertawa.
"Kebawa suasana kali ma, saking senengnya." Ia mencoba tertawa tapi air matanya masih terus berjatuhan. Oh tidak, tolong, jangan..
"Tadi di kampus juga mau nangis sama Icha tapi gak jadi, dalem hati masih pengen nangis jadi mungkin gini. Aihs, cape kalo harus nangis begini." Desisnya. Adnan dan ibunya tertawa, mungkin memang benar apa yang di katakan oleh Sharen, walaupun sebenarnya Sarah belum terlalu yakin.
"Laper ma, udah masak belum? " tangisnya sudah berhenti, Sharen memasang ekspresi nya yang sedang meminta makan pada ibunya. Sarah menggelengkan kepalanya kemudian beranjak menuju dapur. Adnan juga mengikuti ibunya, kini tersisa Haru bersamanya di ruang tamu.
"Hai sayang, sini.. peluk mama." Pintanya. Haru menurut, ia langsung memeluk Sharen dengan erat. Dan air mata itu, kembali turun. Oh tidak, apa yang harus di lakukannya? Air matanya tidak mau berhenti.
Sharen mengeratkan pelukannya, ia menangis sebentar seraya memeluk tubuh Haru. dan ketika mendongakkan kepalanya, Reno disana. berdiri tak jauh darinya, sedang menatapnya yang menangis sembari memeluk Haru.
Sejenak mereka saling bertatapan, Reno tetap berdiri dan sharen tetap duduk memeluk Haru.
Ah, tiba waktunya untuk ia berhadapan dengan Reno.
"Sharen! katanya mau makan!" Beruntung sekali, teriakkan ibunya menyelamatkannya dari situasi ini. sharen melepaskan pelukannya, mencium Haru dan menyuruhnya untuk pergi lebih dulu ke ruang makan.
Mengusap semua air matanya, Sharen bangun dari duduknya. Menghampiri Reno yang berdiri mematung di hadapannya dan meraih tas nya lalu membuka jas nya. Tangannya bergetar ketika melakukannya, dan Reno hanya bisa diam menatapnya.
"Sha.."
Dan ketika Reno mengeluarkan suaranya, Sharen segera berbalik dan masuk ke dalam kamarnya.
"Sharen!"
"Iya mama, sebentar. Ini Reno udah pulang, Sharen mau ambilin baju dia dulu." Suara Sharen kembali terdengar, setelah itu dia datang kembali ke hadapan Reno dan menyodorkan setelan rumahnya juga segelas air. Reno mengambilnya, bahkan dalam keadaan seperti ini pun Sharen masih tetap menjalankan tugasnya dengan baik. Astaga..
"Sha―"
"Cepet ganti baju, mama udah masak." Ucap Sharen, istrinya pergi meninggalkannya menuju ruang makan. Dan organ dalam tubuh Reno seperti direnggut dengan paksa oleh Sharen ketika langkah kaki istrinya pergi menjauhinya. Dia bahkan tak mau melihatmu! Istrimu melayanimu tapi tak mau melihatmu, dia berbicara padamu tapi tak mau menatap matamu Reno! Sadarlah, kau benar-benar telah menyakitinya!
Akhirnya Reno hanya bisa mengusap wajahnya dengan kasar dan masuk ke dalam kamar mandi dengan lunglai. Sharen benar-benar kecewa padanya.
*****
"Jadi sayang, kemarin kemana aja?" Sharen duduk di samping Haru seraya menyuapinya dengan perlahan. Sarah memasak ikan hari ini dan Haru sangat suka ikan. Untungnya duri ikannya sudah lunak, jadi Sharen tidak harus mengotori tangannya.
"Haru main ke Trans studio mama. Kemarin om Anan teriak-teriak waktu naik yang muter-muter."
"Eeee.. Haru gak boleh buka aib." Adnan menyela nya dengan bersungut-sungut, membuat Sharen dan ibunya tertawa. Memang Adnan sangatlah penakut dari dulu, tak heran kalau dia sampai seperti itu.
"Dasar, malu sama ponakan nan! Haru aja berani, ia gak sayang?"
"Ia mamaaa!"
"Hai princess.." Reno tiba-tiba saja sudah duduk di sebelah Haru dan mencium pipinya. Air muka Sharen langsung berubah. Ia diam sejenak, perasaan itu kembali muncul tapi ia menyingkirkannya jauh-jauh. Dengan menghela nafasnya, dia menyimpan piring Haru dan mengambil satu piring kosong untuk Reno dan mengambilkan nasi juga lauk pauk nya lalu menyimpannya di hadapan Reno.
Reno hanya menatap Sharen dan piringnya dengan bergantian, ia tahu Sharen sedang mencoba menyembunyikan semuanya. Tidak mungkin mereka bertengkar di hadapan ibu dan adiknya Sharen. oh man, dari semua tempat. Kau memilih perang dingin dengan istrimu di rumah orang tuanya. Demi tuhan!
Tapi Sharen yang memulainya, bukan dia.
Oh tapi kau yang menyebabkannya memulainya.
Baiklah, sampai disini!
Mengambil sendoknya, Reno akhirnya memakan makanannya. Mencoba mengimbangi sikap Sharen yang sekuat tenaga menyembunyikan sakit hatinya.
"Kamu udah makan?" Tanyanya. Sharen sibuk menyuapi Haru, dia hanya menjawab seadanya saja.
"Sekalian sama Haru.."
Dan mereka semua akhirnya makan dalam keheningan. Sarah dan Adnan sempat saling berpandangan, membagi pendapat mereka lewat pandangan masing-masing dan akhirnya menyimpulkan sendiri bahwa ada sesuatu diantara Reno dan Sharen.
******
Menjelang malam tiba, Reno dan Sharen sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Sharen mendadak sibuk sekali, membuat ini dan itu, beberapa kali keluar rumah kemudian masuk lagi, mengobrol dengan ibunya sangat lama, dan bermain dengan Haru sampai ia tertidur. Reno nyaris tidak mempunyai celah untuk mengajak Sharen berbicara karena Sharen sepertinya memang sengaja, mengacuhkan dan menghindarinya.
Haru tidur di kamarnya hari ini, meskipun Sarah sudah mengizinkan Haru untuk tidur di kamarnya tetapi Sharen bersikukuh mengatakan bahwa Haru akan tidur di kamarnya. di kasur yang sekecil ini, mereka tidak akan bisa tidur bertiga.
Bertiga? Tentu saja tidak, karena Sharen menggelar karpet dan matras di lantai lalu mengeluarkan selimut dalam lemarinya dan membaringkan tubuhnya disana. ia tidur di lantai sementara Reno dan Haru di atas ranjang.
Reno hanya diam memperhatikan Sharen sejak tadi, setiap ia hendak bersuara Sharen selalu berhasil mencegahnya, dengan membuka pintu lemari dan menutupnya dengan kencang, memukul-mukul lantai seolah-olah dia membenahi letak karpetnya dan banyak hal lainnya yang membuat Reno hanya bisa diam dan tak bersuara. Ia tidak berkutik di hadapan Sharen.
Hanya suara jarum jam yang menemani mereka, detik demi detik yang terus bergulir dalam keheningan malam yang begitu sunyi dan mencekam.
Reno akhirnya turun dari ranjangnya, mendekat pada Sharen yang berbaring di lantai. Nafasnya sudah mulai teratur, itu berarti Sharen sudah tidur.
Dengan perlahan, di angkatnya tubuh sharen dan di baringkannya istrinya di atas tempat tidur.
Reno menarik selimut untuk menutupi tubuh sharen, mengusap lembut kepalanya dan mencium keningnya lebih lama.
"Aku tahu, kesalahanku yang sekarang lebih fatal. Dan aku tahu kamu kecewa padaku Sha.. tapi aku mohon.. jangan siksa diri kamu dengan tidur di lantai untuk menjauhkanmu dariku. Akan lebih baik kalau kamu memarahiku sayang." Reno berkata seraya mengusap kepala Sharen dengan perasaannya yang begitu dalam.
"Maafkan aku, tapi aku benar-benar mencintai kamu." Kemudian ia mencium lagi kening Sharen dan beranjak dari sana. menggantikan posisi Sharen untuk tidur di lantai, pertama kalinya dalam hidupnya. ia tidur di atas lantai menggantikan istri yang sangat di cintainya.
Dan begitu Reno terpejam, Sharen memiringkan tubuhnya kemudian menangis dalam diam. Ia baru saja tertidur dan sedikit terusik ketika Reno mengangkat tubuhnya, dan ia mendengar semuanya. Semua ucapan Reno padanya.
*******
Pagi hari ketika terbangun, Reno tidak mendapati siapapun di kamar Sharen. ia melihat jam tangan yang masih melilit di tangannya, jam sembilan! Oh tidak, ia benar-benar terlambat.
Dengan lunglai, Reno bangkit dari lantai, membereskan semuanya lalu keluar dari kamar. Tidak ada siapapun di rumah ini, membuatnya mengerutkan keningnya dalam.
Reno berjalan ke setiap sudut rumah Sharen. tidak ada satu pun pesan yang tertinggal untuknya. Mungkin Sharen memberitahunya lewat ponselnya.
Tunggu dulu.. memberitahu? Tidak salah? Apakah Sharen masih sudi mengabarinya?
Dengan cepat, Reno mengambil pesannya. Tidak ada sms apapun dari Sharen untuknya. Tetapi ketika membuka Whatsapp, ada sebuah voice note yang dikirimkan Sharen untuknya, reno memutarnya.
"Papaa.."
Oh, suara Haru ternyata. Reno tersenyum, tapi kemudian senyumnya berubah menjadi kecut.
"Haru mau main ke daycare terus ke rumah tante icha. Kata mama nanti sore kan mau nginep di rumah oma, nanti oma bilang mau jemput mama sama Haru. papa jangan lupa makan, makanannya ada di meja makan.." Haru mengucapkan semuanya dengan lancar, tapi ia mendengar Sharen bisik-bisik di belakang Haru.
Reno keluar dari kamar, melirik ke arah meja makan dan.. yeah.. roti selai nanas favoritnya sudah tersedia di sana. sharen menyiapkannya, Sharen menyiapkannya untukmu Reno! Lihat! Dia masih berperan menjadi seorang istri yang baik, dia juga mengabarimu. meskipun Haru yang berbicara, tapi Sharen masih menghargaimu dengan memberitahukan keberadaannya.
Reno kembali ke dalam kamar, dan baju untuknya bekerja juga sudah tersedia di atas sana. astaga, Sharen..
Reno benar-benar harus berbicara padanya!
******
"Jadi lo belum baikan sama suami lo?" Icha bertanya dengan mulutnya yang penuh dengan makanan. Sharen di hadapannya hanya terdiam menatap kosong sekitarnya, bahkan makanan yang sejak tadi Icha berikan padanya belum ia sentuh sama sekali. Haru sudah pulang lebih dulu, Maryam yang menjemputnya dan Sharen beralasan bahwa ia harus pergi ke kampus sebentar, padahal justru ia diam disini. Berdiam diri dan berpikir hingga kepalanya benar-benar pusing,
Kata-kata Reno masih merobek hatinya, tetapi perlakuannya semalam membuat perih itu menghilang dan tergantikan oleh rasa hangat yang membuat hatinya nyaman. Oh Tuhan, apa se begitu cintanya kah ia pada suaminya?
"Sharen.. lo belum jawab pertanyaan gue." Icha memperingatkan, kali ini Sharen menatapnya. Ia menggelengkan kepalanya dengan lemah, "Gue ngehindar dari dia Cha, gue belum siap."
Tepat sekali! Seperti apa yang ia duga bahwa semua ini tidaklah mudah. Ia sudah memperingatkan Reno bahwa ketika Sharen marah dan kecewa akan sangat menyeramkan, dan sepertinya memang sudah terjadi.
"Dia gak ngajak lo ngomong?"
"Tepatnya gue yang gak ngebiarin dia ngomong." Sela sharen. icha membuang nafasnya dengan kasar. Ponselnya tiba-tiba saja berbunyi, dari nomor yang tidak di kenal.
"Sebentar, gue angkat telpon dulu."
Sharen mengangguk, kemudian Icha menjauhkan dirinya, keluar rumah dan meninggalkan Sharen seorang diri di ruang tamunya.
Pikiran-pikiran yang selalu ditepisnya dua hari ini sangat sulit untuk pergi dari kepalanya.Sharen benar-benar sakit kepala dan badannya bahkan sampai lemas tak bertenaga setiap hari. baru kali ini ia merasakan perasaan seperti ini, dan ternyata sangatlah merepotkan!
Suara langkah kaki yang kencang di dengarnya, seingatnya Icha tidak memakai sepatu. Sekedar memastikan,Sharen menolehkan kepalanya untuk melihat pada sumber suara. Dan suaminya disana, berjalan dengan perlahan lalu mendekat ke arahnya dan kini berjongkok di depannya.
Sharen membuang mukanya, tapi tangan Reno menahannya. Genggaman tangan yang ia coba lepaskan pun Reno eratkan dengan sangat kencang, memenjarakan Sharen dalam genggamannya, mencoba untuk membuat Sharen bertahan di dekatnya meskipun sekarang Sharen meronta dengan sangat kencang.
"Icha!" Sharen berteriak, berharap Icha mendengarkannya dan segera berlari ke arahnya lalu menyelamatkannya dari situasi seperti ini.
"Icha gak ada, aku sudah suruh dia pergi." Ucap Reno, Sharen menatapnya dengan kesal. "Jadi bapak sengaja?"
Demi Tuhan! Apa kesalahannya sefatal ini sampai Sharen memanggilnya dengan sebutan yang paling ia benci? Bapak? memang dia siapa? Memangnya dia orang asing?!
"Tidak penting siapa yang menelpon Icha. Yang terpenting sekarang adalah kita harus berbicara." Sharen kembali membuang wajahnya, berusaha sekuat tenaga untuk tidak melihat Reno. Tangan Reno yang sejak tadi membelai wajahnya sudah menjauh dan genggamannya pun sudah terlepas. Reno menatapnya penuh permohonan dari bawah, masih bersimpuh di hadapan Sharen untuk mengajaknya berbicara.
"Kita harus bicara, Sharen.." Sebisa mungkin Reno menahan emosinya, ia terus menerus menjaga nada suaranya agar terdengar selembut mungkin. Tapi Sharen tidak mendengarnya, tidak, bukan.. Sharen bukan tidak mendengarnya, Sharen berusaha untuk berpura-pura bahwa ia tidak mendengar Reno. Dan itu menyakiti hati Reno.
"Aku belum pernah mengalami sesuatu seperti ini Sharen, kamu tahu sendiri. jadi tolong, buat ini mudah untuk kita." Mohon Reno, Sharen akhirnya menoleh dan ia menatap Reno dengan tatapan terlukanya.
"Kita? Sejak kapan semua menjadi kita? Sejak awal juga semua tentang kamu." Ucapnya. dan air matanya jatuh tanpa permisi, dengan cepat Sharen menghapusnya. Ingatannya tentang Reno yang memutuskan sesuatu atas keinginannya sendiri tanpa berdiskusi dengannya membuat tangisnya semakin keras. Reno menundukkan kepalanya, kembali menjambak rambutnya. Ia sudah kebingungan dan sangat frustasi, tidak tahu harus berbuat apa lagi. benar, benar kata Mushkin bahwa apa yang sudah di katakannya tidak akan pernah bisa di tariknya kembali.
"Oke, aku tahu aku salah.."
"Tidak.. aku yang salah.."
"Sharen.."
"Aku yang salah. Terlalu dini menyimpulkan semuanya. Aku kira kamu benar-benar menerima aku sebagai istri kamu, tapi kemarin. Saat kamu berkata seperti itu, aku merasa bahwa aku tidak lebih dari pemuas kebutuhan nafsu kamu aja Reno.."
Reno..
Sharen memanggilnya dengan nama nya, bukan dengan panggilan akrab yang membuat Reno tertawa bahagia seperti biasa.
"Sharen, aku harus bicara apa? Kamu memang istri aku dan aku benar-benar menganggap kamu istri aku."
"Kalau kamu anggap aku istri kamu, kamu akan berdiskusi denganku Reno!!! Kamu gak akan memutuskan semua itu sendiri!!" Suaranya meninggi, Sharen berdiri kemudian menjauhkan dirinya dari Reno. Suara Sharen yang parau cukup membuat Reno tercengang. Ia kembali tak berkutik.
Ia memang salah kan, ia memang salah. Reno sepenuhnya salah disini.
"Kamu mungkin gak tau, tapi seorang anak benar-benar hal yang paling aku inginkan Reno.." Sharen berucap dengan lemah. Air matanya turun dan ia sudah tidak memperdulikannya lagi. ia membiarkannya, biarlah semua air matanya tumpah ruah disini dan biarlah semua perasaan yang di tahannya keluar semua di hadapan Reno.
"Duniaku dunia anak-anak, aku membesarkan anak orang lain, menyayangi mereka seperti anakku sendiri."
"Termasuk Haru?"
"Aku sudah mencintainya bahkan sebelum kamu menjadikanku istri kamu!!!" Teriaknya lagi. lengkingan suara Haru dan senyumannya juga nyanyiannya terbayang di benaknya. Sharen kembali menangis. Haru, ya Tuhan.. bagaimana kalau ia harus berpisah dari Haru kalau masalah ini tidak bisa selesai? Sharen tidak mau, ia tidak bisa, Sharen tidak akan sanggup.
"Menikah adalah satu-satunya hal yang bisa membuatku mempunyai anak Reno, dan kamu! Dengan tidak berperasaannya mengatakan kepadaku kalau KAMU TIDAK MAU PUNYA ANAK DARI AKU!!!!kamu pikir bagaimana perasaanku?"
"Sharen.."
"Diam! Aku belum selesai!"
"Waktu kamu bilang mau mengajakku ke dokter kandungan, Reno.. kamu gak tahu betapa bahagianya aku. Aku kira kita mau program kehamilan. Tapi apa? Kamu bilang.."
"Kamu bilang kalau kita akan konsultasi kontrasepsi! Dan kamu bilang kamu gak mau punya anak dari aku!! Sakitnya, kamu mengatakan itu semua tepat sesudah kamu menyetubuhiku!!!"
Sharen kembali menjerit, kata 'menyetubuhi' terdengar sangat membuat dirinya tidak lebih dari sekedar pemuas nafsu saja untuk Reno.
"Setelah menjadikan aku ibu dari anak kamu! Anak kamu Reno.. hanya anak kamu! Dan sekarang kamu menjadikan aku pemuas nafsu kamu saja? jadi sudah jelas ya sekarang niat sebenarnya di balik pernikahan kita. Hebat, hebat sekali. Aku bahkan tidak mengeluh.. hahhh tolol!"
"Jadi kamu mau mengatakan kalau kamu tidak menerima Haru setulus hati kamu?" Sekarang sepertinya keadaan berbalik, Reno menatapnya dengan tatapannya yang sama terlukanya dengan Sharen, ia merasa tersinggung dengan Sharen yang secara tidak langsung selalu membawa Haru dalam setiap pertengkaran mereka. Dan sepertinya permasalahan akan semakin panjang.
"Kamu meragukan aku? Ah, aku ngerti. Aku tahu.."
"Kamu gak mau punya anak dari aku karena takut kan? kamu takut aku lebih mencintai anak aku di banding anak kamu?"
"Aku tidak pernah berpikir seperti itu."
"Pernah! Dan itu sekarang! iya kan Reno? Kamu takut? Kamu takut aku membedakan Haru dan anakku? Apa selama ini kamu melihat bahwa aku terpaksa menerima Haru? apa kamu gak pernah liat kalau aku bener-bener mencintai Haru lebih dari apapun? Bahkan kalau harus berpisah, aku lebih sulit kalau harus berpisah dari Haru daripada dari kamu!"
Reno terkejut, rahangnya mengeras dan tangannya mengepal. Apa kata Sharen? apa katanya?
"Kamu bilang apa barusan? AKU TIDAK SUKA KALAU KAMU BERBICARA SEPERTI ITU SHAREN!!!!"
Tangis Sharen semakin kencang, Reno yang sekarang berteriak padanya. Oh Tuhan, dia sudah mulai lelah. Kapan ini berakhir?
Mereka masih berhadapan.
"Apa sekarang kamu menyesal sudah menikah denganku?" Sharen diam mendengar ucapan Reno.
"Maksud kamu?"
"Oh.. tentu saja! sehebat apapun aku, sebesar apapun perasaanku, statusku tetap memberatkan aku. Aku seorang duda beranak satu yang sangat tidak bisa memperlakukan istriku sendiri dengan baik. Sementara kamu, wanita bebas yang tiba-tiba saja terjebak dalam hidupku. Semua mungkin berbeda, kalau yang kamu nikahi adalah Deri―kakakmu itu! Atau mungkin Adrian! Pria yang menggoda kamu!"
"Apa? Kamu bawa-bawa mereka?"
"Benar kan? kamu pasti mikir kalau lebih menyenangkan bila menikah dengan mereka!"
"Jangan bawa-bawa kak Deri atau Adrian! Mereka gak tahu apa-apa!"
"Berhenti menyebut orang itu KAKAK!! Kamu bahkan menyebut suami kamu sendiri dengan NAMA NYA SHAREN! dimana rasa hormat kamu untukku suami kamu? DIMANA??!!!!"
Oh tidak, ini akan semakin sangat panjang. Mereka bisa saja menumpahkan semuanya dan menyeret orang yang tidak seharusnya terseret karena emosi mereka masing-masing.
Sharen mendudukkan dirinya, mengatur nafasnya dan mencoba menenangkan dirinya sendiri.
"Kita bicara lain kali, kalau dilanjutkan sekarang gak akan bener." Kemudian ia bangkit dan meraih tas nya. Tapi Reno mencekal lengannya, menarik paksa tas nya dan melemparkannya ke sembarang arah, membuat isi tas nya berhamburan keluar.
Sharen menatapnya tajam dan mencoba meronta-ronta, tapi Reno tidak melepaskannya. Ia malah menarik tangan Sharen dan menghempaskan tubuh istrinya ke sofa. Sharen sempat meringis kesakitan, air matanya kembali turun karena ia tak menyangka kalau Reno bisa bersikap kasar padanya.
"Tidak ada lain kali! Kemarin pun aku sudah menahan semua emosiku Sharen.. aku sudah mencoba bicara baik-baik tapi kamu menghindariku. Aku harus bagaimana?!"
Suaranya perlahan mulai turun kembali. Reno mengatur nafasnya, ia menatap sharen yang kini ketakutan di atas sofa, dan itu semua karena nya.
Reno baru bisa menyadarkan dirinya bahwa ia sudah bertindak keterlaluan dan kini ia hanya bisa menyesalinya. Sharen masih kecewa padanya, dan Reno membentaknya, lalu bersikap kasar padanya. Apa lagi yang Reno harapkan? Sharen memaafkannya? setelah semua yang di lakukannya? Dia terlalu naif. Tidak, tidak mungkin. Sharen pasti akan semakin kecewa padanya.
Lalu bagaimana kalau kata-katanya tadi menjadi kenyataan? Bahwa bisa saja Sharen memikirkan kalau Deri ataupun Adrian bisa lebih membahagiakannya daripada Reno? Bagaimana kalau sharen benar-benar akan memilih mereka? Tidak, Reno tidak mau. Tidak! Ia tidak akan pernah membiarkannya terjadi. Tidaak..!!! Sharen miliknya, dan hanya akan tetap menjadi miliknya.
Kalau harus kejam maka ia akan benar-benar bersikap kejam untuk menahan Sharen agar tetap di sisinya. Sejak dulu Reno selalu mengabaikan keinginannya. Ia mengorbankan masa mudanya demi pendidikan dan bisnisnya, mengorbankan masa gemilangnya untuk membesarkan anaknya seorang diri. Dan kali ini ia ingin bersikap egois. Memangnya kapan ia egois? Belum pernah! Reno hanya merasa egois jika itu menyangkut Sharen. seperti menahannya di sisinya bagaimana pun itu. Oh.. sekarang ia menyadari, betapa cinta membuat seseorang menjadi seperti ini.
Lama mereka terdiam. Sharen menangis dan Reno menyesali perbuatannya, tidak ada suara apapun selain deru nafas Reno dan isakan Sharen yang saling bersahutan. Icha sudah pergi, karena Reno sengaja membuatnya pergi sehingga hanya ia dan Sharen yang berada di rumah ini.
Deringan di ponselnya tak ia hiraukan, Reno hanya diam dan diam. Seolah menunggu waktu agar berpihak padanya dan membuat Sharen memeluknya dengan hangat kemudian berkata bahwa dia benar-benar mencintai Reno. Astaga, Reno ebnar-benar merindukan itu semua.
Dua hari seperti ini dengan Sharen terasa sangat lama dan menyiksa sekali untuknya.
Satu jam sudah berlalu, keduanya masih terdiam dalam keheningan mereka. Sharen sudah berhenti menangis dan Reno juga sudah bisa menstabilkan emosinya.
Perlahan di langkahkannya kakinya, sharen tidak menjauh lagi. ia sudah lelah dan tidak ingin melawan atau pun membantah Reno.
Bersimpuh kembali di hadapan Sharen, Reno memegang tangannya dengan lembut. di usapnya wajah Sharen yang terdapat sisa-sisa air mata yang mulai mengering.
"Maaf.." Gumamnya, dengan sangat lirih dan penuh perasaan. Sharen mematung, sebagian hatinya menghangat tapi sebagian lagi mengeluarkan darah yang sempat mengering sebelumnya.
"Aku selalu keterlaluan kalau bicara, maaf.. aku tidak bermaksud apa-apa. Aku emosi, maaf.. sudah menunjukkan emosiku yang sangat buruk."
"Mushkin bilang aku seharusnya mendiskusikan semuanya sama kamu, bukan memutuskan sendiri. tapi aku takut, aku takut kalau mungkin kamu akan merasa bahwa aku sangat konyol."
"Tapi Sharen.. aku benar-benar mencintai kamu, dan aku gak mau kehilangan kamu."
Sharen merasakan sesuatu yang basah jatuh tepat di atas tangannya, itu bukan air matanya karena ia sudah berhenti menangis. Itu air mata Reno. Oh Tuhan..Reno menangis?
"aku bukannya tidak mau mempunyai anak lagi, membayangkan kalau akan ada seseorang yang mewarisi wajahku dan sifatmu atau sebaliknya, atau mungkin seseorang yang wajahnya adalah perpduan dari wajah kita kemudian sikapnya juga, itu sangat membahagiakan sekali Sharen..tapi aku harus apa? Aku harus bagaimana kalau mungkin bisa saja sebuah kehamilan akan membuatmu meninggalkanku."
Takut.. ya Tuhan, Reno benar-benar ketakutan kalau itu semua sampai terjadi dalam hidupnya. tubuhnya bergetar, dan ia sudah meletakkan kepalanya di atas paha Sharen sementara Sharen hanya menatapnya dengan ekspresi yang tak terbaca.
"Ketika Haru lahir, Nova pergi. Aku bahagia untuk kelahiran Haru, tapi aku berduka untuk kepergian Nova. Itu Nova Sha.. nova, orang yang tidak aku cintai. Sekarang bagaimana kalau kamu yang pergi? Orang yang sangat aku cintai. Aku gak bisa.. aku gak mau. aku gak siap Sharen, aku gak sekuat itu."
"Meskipun aku bukan Tuhan, tapi aku manusia yang harus selalu berjaga-jaga. Dan kalau tidak membuatmu hamil akan membuatmu selalu di sisiku, aku akan melakukannya Sharen. tapi justru aku malah menyakiti kamu.."
Ketika tubuh Reno semakin bergetar, tangis Sharen pecah begitu saja. ia menatap suaminya yang sednag bersimpuh d hadapannya, mencoba berbicara padanya dan membuatnya mengerti, Reno frustasi untuk mengajaknya berbicara, dan saat ini.. Reno hancur.
Reno hancur ketika mengatakan bahwa dibalik semua yang terjadi adalah karena ia begitu mencintai Sharen dan tak mau kehilangannya. Astaga, Sharen merasa bahwa ia benar-benar jahat sekali.
Reno.. ya Tuhan..
Suaminya menangis mengatakan bahwa ia benar-benar tidak mau kehilangannya.. lalu apa yang sudah kau katakan padanya Sharen? kau selalu menuduhnya dengan hal yang meragukan dirimu sendiri yang justru tak pernah ia benarkan sedikit pun!
Sementara dia? Reno mempunyai sebuah ketakutan atas apa yang sudah di alaminya.
Dengan cepat, Sharen melepaskan genggaman tangannya dan mengangkat kepala Reno yang menunduk di atas pahanya.
Begitu menatap matanya, semua ketakutan itu muncul dan menyerang Sharen lewat matanya.
Sharen menyentuh wajah Reno dan kembali menangis. "Maafin aku.." Gumamnya. Kemudian ia menciumi wajah Reno dan memeluknya dengan erat.
TBC
Hahahaha fyuuhhhh!! Selesai juga booooo perang nya! Ampun lah aku teh sok jadi nyesek sendiri
wkwkwk
ini 6825 kata loh ders! 23 halaman ms word. ckck
Lebih mudah membuat yang gasrek gasrek daripada yang begini. Ckck
Kuota aku mulai mengikis ders.. ini aku setiap posting selalu tathering loh XD
Maaf ya kalau teu puguh begitu, kalau amburegul emeseyu.. maaf sekali ders.. :*
Sekarang sok di komentarin bagaimana, ada yang salah salah kasih tau aja yaa.. typo mah manusiawi ders dia teman hidup haahaha
Aku sayang kalian lah pokonya mah. Fix weh.. yuk bye, author haus mau minum dulu XD
Dah sayang sayangkuu ":*
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro