Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PART 23 | Sesuatu yang muncul diantara kita

Reno berjongkok di samping tempat tidur, menatap Sharen yang terpejam dan membelai wajahnya dengan lembut.

"Wake up, baby.." bisiknya. Sharen beringsut, merapatkan selimut yang menutupi tubuh polosnya lalu kembali tidur dengan tenang. Semalam mereka melakukannya lagi, melakukannya seolah-olah tidak ada waktu lain untuk mereka melakukannya, dan lagi-lagi Reno membuatnya kelelahan. Waktu tidurnya benar-benar terganggu dan jika di hitung-hitung, sangat sedikit sekali.

Reno menggaruk kepalanya, kebingungan juga merasa geli karena sudah sejak lama ia berjongkok di depan Sharen tapi Sharen tak juga ingin membuka matanya. Mungkin memang dia yang terlalu memforsil Sharen untuk menyeimbanginya. Oh Reno, bukan mungkin lagi. kau memang-memang memforsil istrimu! Dan lihat sekarang, ia tidak mau bangun. Bahkan mungkin tidak bisa bangun saking kelelahannya.

"Papaaaa! Haru laper." Suara Haru dari luar membuat Reno berdiri, melirik sebentar ke arah Sharen, menimbang-nimbang sesuatu dan akhirnya ia keluar dari kamar, membiarkan Sharen untuk tidur lebih lama lagi.

"Papaaa!" Haru berteriak lagi, membuat Reno mempercepat langkahnya dan berteriak juga, "Ya, sayang sebentar!"

Kemudian ia pergi ke dapur, menyiapkan sarapan untuk Haru. seperti kegiatannya sebelum menikah dengan Sharen. dia membuat Sharen kelelahan karena menerima perlakuannya, maka hari ini dia juga membuat dirinya lelah akibat perlakuan dirinya pada Sharen.

"Mama belum bangun?" Haru menggigit rotinya dengan malas, menatap ayahnya dengan kerutan di keningnya karena tak mendapati ibunya di sampingnya.

"Belum, mama cape."

"Emang mama habis ngapain papa?"

"Mama habis ma―"

Hampir saja Reno mengatakan pada Haru bahwa ibunya capek karena bermain. Oh, bisa bocor kata bermain itu pada neneknya atau Mushkin lewat mulut Haru, lalu Reno dan Sharen tidak akan bisa selamat dari lautan rasa malu yang menenggelamkan mereka. Oho, tentu tidak. Untung saja ia masih bisa berpikir.

"Ma? Ma apa papa?" Tanya haru polos. Beginilah, kalau berbicara pada anak kecil harus sangat jelas agar tidak menimbulkan sebuah pertanyaan berlanjut atas apa yang telah di ucapkannya.

"Mamama mama yukero.. mama yukero!!"

Haru tiba-tiba saja tertawa dengan keras ketika ayahnya bernyanyi dengan memasang muka super konyolnya dan gerakan tangannya yang sangat menggelikan. Oh astaga, Reno ingin menertawkan dirinya sendiri. Kalau begini, ia lebih konyol dari Mushkin yang banyak bicara.

"Papa Lucu.." Haru masih tertawa, cekikikan atas tingkah ayahnya. Kemudian tiba-tiba tawanya berhenti.

"Papa, kemarin Haru bermain bersama Jino." Ucapnya kemudian. Reno sudah kembali memakan sarapannya, kini ia diam mendengarkan anaknya bercerita.

"Ada adiknya Jino, lucu. Pipinya bessyaar!" Haru mengembungkan pipinya, ingin menunjukkan pada ayahnya seberapa besar pipi adiknya Jino sehingga membuat ayahnya tertawa.

"Gak usah begitu sayang, nanti muka Haru pegel." Ucap Reno seraya mengelus lembut rambut anaknya. Haru kembali terkikik. Kemudian menatap ayahnya lagi.

"Kata oma, papa sama mama mau kasih adik ke Haru! Haru mau papaa.. Haru mau punya adik, biar punya teme main. Sama kayak Jino." Riangnya. Reno tersenyum tipis. Adik? Mendadak sebuah pikiran terlintas dalam benaknya, kemudian ia menepisnya jauh-jauh.

Meminum air putihnya, Reno menggendong Haru untuk mengantarnya ke rumah Sharen. hari ini memang mereka berencana untuk menginap di rumah Sharen karena renovasi kamar Haru, tetapi sepertinya Reno harus menjauhkan dulu Haru dari Sharen, karena hari ini Sharen benar-benar kelelahan dan Reno tidak mungkin membiarkannya menjaga Haru. jadi sebaiknya, Haru di titipkan dulu pada ibu mertuanya sementara Sharen mengistirahatkan dirinya.

"Tunggu disini ya? papa mau ke kamar dulu."

"Iya papa.." Haru tersenyum kemudian duduk di sofa begitu Reno meninggalkannya dan memasuki kamarnya.

Sharen masih tertidur pulas dalam gulungan selimutnya ketika Reno masuk ke dalam kamar. Reno mendekat, kembali berjongkok dan menyentuh dahinya pelan.

"Sharen.." Panggilnya. Sharen terusik sebentar, kemudian kembali tertidur.

"Cape banget ya?" Retorik sekali!

"Ya sudah, tunggu disini ya. aku anterin Haru dulu. Bye.." Ucapnya kemudian mencium kening Sharen. bibir Sharen yang membengkak di pagi Hari mengundangnya. Reno menelan ludahnya, ingin menciumnya tetapi ia tahu bahwa akan ada sesuatu yang lebih dari mencium setelah ini. maka, ia memutuskan untuk kembali membiarkan Sharen tertidur dan menggendong kembali anaknya yang menunggunya dengan manis di sofa.

"Nah, Princess.. ayo kita berangkaaat!"

"YEAAA!! AYO PAPAAAA!" Pekik Haru, kemudian mereka masuk ke dalam mobil dan Reno menjalankannya menuju rumah Sharen.


*******


Icha menatap layar ponselnya dengan kesal. sudah beberapa kali ia menghubungi Sharen tetapi tak ada jawaban apapun dari temannya itu. Sekarang sudah hampir siang dan biasanya Sharen sedang menemani Haru bermain, tetapi lain dengan hari ini. temannya itu sulit sekali di hubungi, ada apa sebenarnya ?

Icha menekan kembali nomor Sharen, baiklah.. peruntungan terakhir. Kalau Sharen tidak sampai menjawab telponnya, maka ia akan bertemu dengan jodohnya sekarang juga.

"Ngh? Kenapa Cha?" Dan suara parau Sharen terdengar di telinganya, Icha mendesah kesal. berarti ia tidak jadi bertemu dengan jodohnya, memang nasib sepertinya.

"Cha?" oh icha lupa, ia sedang menelpon.

"Kemana aja lu ren? Kok baru angkat telpon gue."

"Hmm.. sorry, gue lagi tidur tadi."

"Tidur? Jam segini?"

"Hmm.."

"Aneh, biasanya pantangan banget buat lo tidur jam segini. Eh tunggu dulu, lu abis ronda?"

"Hah? Ronda apaan?"

"Ya Ronda malem.. ber ronde-ronde gitu deh.. hahahaha."

"Ammsyong lu.."

"Tuh kan bener. Ya udah gih, lo istirahat aja lagi, gue cuman mau ingetin aja besok bimbingan terakhir sebelum sidang."

"Hm.. okay."

Dan setelah itu, Icha memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana nya.


******


"Kamu belum pergi?" Reno keluar dari rumah Sharen kemudian duduk di teras, ia menghampiri Adnan yang tengah meminum kopinya seraya merokok.

"Belum kak, mau rokok?" Tawar Adnan. Reno menggeleng. Tidak. Benda itu termasuk haram untuknya.

"Kapan mulai masuk kuliah?"

"Hmm.. minggu depan sih, eh. Si kakak mana? Kok gak ikut? kalian lagi berantem?" Adnan bertanya dengan begitu ringan. Reno tertawa, bertengkar? Oh tidak, itu tidak ada dalam kamusnya. Lagipula ia tidak ingin bertengkar dengan Sharen.

"Kakak kamu lagi sibuk di rumah, jadi Haru di titip dulu disini."

Sibuk. Ya, sibuk memulihkan tenaganya yang habis akibat ulah Reno. Mendadak Reno geli sendiri.

"Oh, gitu."

"Iya.. sudah ya, kakak pergi dulu. Kamu yang bener nanti kuliahnya, kurangin merokok juga." Sarannya, kemudian ia masuk kembali ke dalam mobil dan menghubungi seseorang.

"Woy, pak bos!"

"Dimana lu? Udah siap semua?"

"Buseeet, sabar kali. Udah paak, tinggal ngirim bahan-bahan bangunan dan tukangnya ke rumah lo."

"Udah di sampein targetnya?"

"Udah pe'a! gue udah bilang mau mereka lembur tengah malem mau sambil akrobat mau sambil ngesot kek, pokoknya kamar Haru harus selesai selama tiga Hari, bahkan kalau bisa satu hari aja biar duit yang dua harinya gue tilep."

"Sialan lo Mus."

"Makanya, lo mikir mateng-mateng Ilham! Gue sampe muncrat-muncrat nyuruh lo bikin kamar Haru, eh di dengernya sama pantat lu aja. Sekarang, pas kerasa bahwa kehadiran Haru sedikit menginterupsi, eh lo ngotot pengen cepet. Dasar bos, orang kaya mah bebas.."

Reno tertawa mendengar gerutuan Mushkin.

"Diem lu! Ke rumah mama gue gih, bergosip aja sama dia pasti seneng tuh."

"No way! Gue banyak kerjaan. Udah ah bro,gua cabut. YO!"

Dan sambungan mereka terputus. Reno menggelengkan kepalanya lalu melemparkan ponselnya pada jok kosong di sebelahnya.

Begitu sampai dirumah, ia segera masuk dan mendapati Sharen yang sepertinya habis mandi karena rambutnya masih basah sedang memakan nasi goreng yang sepertinya mendadak di masak olehnya di meja makan.

Reno menghampirinya, kemudian mencium kening Sharen dan duduk di hadapannya.

"Udah bangun lagi?" Tanyanya. Sharen mengangguk.

"Icha nelpon." Jawabnya. Sejenak berhenti kemudian memasukkan kembali satu suapan pada mulutnya.

"Gak ke hotel?" Tanyanya lagi. reno menggeleng, "Males.." Manjanya. Sharen mencibir.

"Kebiasaan!"

"Gak apa-apa, lagian hotel juga kan hotel punya aku." Suara Reno sarat akan kebanggaan, membuat Sharen menganggukkan kepalanya, mengikuti apa kata Reno. Tangannya ia ulurkan, menyodorkan satu suapan nasi gorengnya pada Reno. Dengan senang hati, Reno menyambutnya dan memakannya.

"Haru mana?"

"Haru di rumah mama kamu."

"Terus kamu beneran gak akan ke hotel?" Sharen menyuapi Reno lagi setelah menyuapi dirinya sendiri. Seraya mengunyah makanannya, Reno tersenyum. "Bolos aja. Boleh gak?"

"Kok begitu sih..Mushkin aja gak pernah bolos. Masa kalah sama dia yang bujangan by.." Sharen sengaja menyindirnya, membawa nama Mushkin untuk ia jadikan sebagai perbandingan untuk Reno, dan mulut Reno mengerucut.

"Kalo aku masuk kantor, rasanya gak tega aja sayang. Istri di habisin semalem sampe lemes, eh udahnya malah ditinggalin. Maaf, tapi aku gak setega itu."

Oh tidak, pipi Sharen memerah seketika begitu mendengarnya. Bayangan semalam kembali menghampiri pikirannya dan membuat pipinya semakin memerah.

"Aneh ya, malem gak pernah malu-malu tapi kalau lagi begini kok malu-malu begitu."

Reno sengaja meledeknyaaa! Sharen memelototkan tangannya, hendak memukul Reno dengan sendoknya tetapi tangan Reno malah menyentuh bibirnya, kemudian mengambil nasi yang sepertinya berdiam diri di samping bibirnya dan melahapnya. Astaga, nasi satu butir ia lahap?

"Kamu lucu kalau lagi malu."

Tidak.. merahnya akan semakin bertambah.

"Makin cantik juga sebenarnya."

YA TUHAAAAN!!!

Sharen buru-buru meminum air yang sudah berada di sebelahnya, menyamarkan kegugupannya karena Reno yang berkata seperti itu dengan ekspresi yang..

Sharen tau apa ekspresi itu! Dan mereka sedang berdua saja di rumah ini, di meja makan. Dan mereka belum mencobanya disini kan? astaga, kenapa Sharen jadi mesum seperti ini!

"Di jidat kamu tertulis kalau meja makan ini bisa kita jadikan tempat selanjutnya." Bisik Reno di telinganya. Sharen terperanjat, sejak kapan pria itu berpindah posisi?

Dengan gugup, Sharen berdiri dari kursinya dan masuk ke dalam kamar.

Sialnya, Reno mengikutinya dari belakang. Oh Tuhaan..

Tetapi sesuatu menyelamatkannya! Ponselnya berbunyi tepat pada waktunya, Sharen menyambarnya dengan cepat dan membaca pesan yang masuk pada ponselnya.


From. Adrian ^^

Hai Sharen, jadi kapan kamu mau mampir ke restoranku?


"Restoran? Sejak kapan kamu suka mampir-mampir ke Restoran orang?" Suara di belakangnya membuat Sharen terperanjat, Reno sudah disana dan tangannya kini melingkar di perutnya. Astagaa..

Reno meletakkan kepalanya di bahu Sharen kemudian memiringkannya.

"Jadi kamu masih suka chattingan sama Adrian-adrian itu?" Tanyanya lagi. Sharen menggeleng.

"Setelah hp kita ketuker, ini kali pertama dia hubungin aku lagi." Jelasnya. Reno menganggukkan kepalanya. kemudian semakin mengeratkan pelukannya.

"Jadi, kamu mau cerita siapa Adrian?"

Hening sejenak di antara mereka. Sharen memajukan badannya, melepaskan diri dari pelukan Reno kemudian duduk di pinggir kasur. Tangannya menepuk tempat di sebelahnya, Reno tersenyum kemudian duduk di sebelahnya, tapi ia kembali bangkit, bergeser sedikit dan pada akhirnya membaringkan tubuhnya dengan kepalanya yang berada di paha Sharen. ah, nyamannya.

"Jadi?" Tanyanya, sharen menunduk, mengusap rambut Reno kemudian berkata, "Jadi, Adrian itu Chef kompleks ini. dia yang suka memimpin demo masak ibu-ibu komplek selama beberapa tahun ini."

"Dan kamu ikutan?"

"Kamu gak ngebolehin aku kerja, jadi aku ikut aja kegiatan ibu-ibu disini. Lagian asik kok."

"Lama-lama kamu kayak Mushkin Sha, sukanya gaul sama ibu-ibu."

"Yeey, memang aku juga bakal jadi ibu-ibu." Ucap Sharen. Reno terdiam sejenak begitu mendengarnya, kemudian ia memiringkan tubuhnya dan menenggelamkan kepalanya pada perut Sharen.

"Jadi soal si Adrian, dia ngajak kamu ke Restorannya?"

"Iya.."

"Kalau gitu aku temenin kamu kesana!" Putus Reno kemudian. Sharen tertawa. Ya ya ya, tidak ada yang bisa membantah perintah dari Reno siapapun itu.

Mereka kembali terdiam, tenggelam dalam kehangatan masing-masing hingga akhirnya Reno mengangkat tubuhnya untuk bangkit dan duduk di samping Sharen. matanya tak sengaja melirik ke arah sudut ruangan dimana terdapat beberapa tas belanjaan. Oh, dia hampir lupa. Kemarin Sharen berbelanja kan?

Sharen sepertinya tahu apa yang di lihat Reno, maka dia beranjak dari tempat tidurnya dan mengambil semua belanjaannya kemarin.

"Lama di mall, kamu cuman belanja segini?" Tanya Reno. Sharen menganggukkan kepalanya.

"Lebih rame kalau belanja berdua, nanti aja kalau mau ngeborong sama kamu ya by." Rajuk Sharen. reno tertawa, masih begitu senang saat Sharen memanggilnya dengan sebutan akrabnya. Ia mengelus rambut sharen dan membelai pipinya lembut.

"Nanti aku temenin kamu belanja." Kemudian yang terdengar adalah lengkingan dari suara Sharen yang menjerit kesenangan.

Penasaran dengan tas-tas tersebut, pelan-pelan Reno membuka semuanya. Dan keningnya berkerut, saat ia mendapati isi dari tas nya adalah kemeja, celana, kaos, jas, bahkan dasi untuknya.

Bukannya Reno menyuruhnya berbalanja untuk membeli barang-barang yang Sharen inginkan? Sekarang kenapa Sharen malah membeli barang-barang untuknya?

"Sha.."

Sharen mencium pipi Reno sebelum suaminya mengeluarkan siraman rohani untuknya.

"Kemarin aku liat ini, inget sama kamu.jadi sengaja beli ini. boleh ya?" Sharen menatapnya dengan puppy eyes nya, membuat Reno tersenyum kemudian mencium bibirnya sekilas. Kalau sudah dicium dan di tatap seperti itu apa Reno tetap tidak akan mengizinkan? Lagipula, dia juga sebenarnya senang Sharen membelikannya semua ini.

"Terimakasih banyak sayang.." Ucapnya kemudian mencium bibir sharen lagi.

"Sama-sama by." Dan Sharen balas menciumnya. Reno tersenyum dan mendekatkan kembali wajahnya, hampir meraih kembali bibir Sharen tetapi gedoran keras pada jendela kamarnya membuatnya menghentikan dirinya, disusul dengan itu. Suara menyebalkan milik Mushkin menyapa telinganya.

"ADZANUL ILHAM! KEMARIN LU SURUH GUE KETOK-KETOK PINTU TAPI HARI INI GUE KETOK PINTU DAN LO GAK KELUAR-KELUAR! LO LAGI APA! SEKARANG CEPET KELUAR KALO LO GAK MAU GUE BATALIN ACARA RENOVASI KAMAR ANAK LO!"

Sharen tertawa mendengar gerutuannya, sementara Reno hanya menggaruk kepalanya. "Sepertinya kita sudah di usir."


*******


"Ini bagus.."

"Gak, ini lebih bagus Sha."

"Tapi aku suka ini,"

"Tapi Haru pasti suka ini."

"Tapi itu berbahaya, ketinggian."

"Tapi itu kependekkan, nanti tikus bisa loncat ke atas kasurnya!"

Sharen tergelak mendengar ucapan Reno barusan. Alasan yang Reno lontarkan sangatlah tidak masuk akal! Saat ini mereka sedang memilih-milih ranjang untuk di pakai Haru. Reno sangat keukeuh dengan keinginannya yang ingin Haru memiliki tempat tidur spring bed yang tinggi dan bergambar Frozen, sementara Sharen sejak tadi bersikukuh pada pendapatnya bahwa ranjang kayu biasa yang pendek akan lebih aman untuk Haru.

"Memangnya di rumah kita ada tikus!" Ledek Sharen. reno terdiam, baiklah ia kalah!

"Oke, kita ambil yang itu." Putusnya kemudian, Sharen tersenyum dengan puas kemudian menandai ranjang pilihannya dengan sticker.

"Haru perlu meja belajar gak?" Reno melirik ke arah Sharen yang kini sudah menggandeng tangannya dan berjalan beriringan dengannya.

"Rak mainan tempat bonekanya kayaknya bisa dipake by!"

"Hmm.. kalau gitu apalagi ya? TV?"

"No, Haru nonton di ruang tengah aja. Lagipula kamar kita nyambung sama kamar Haru kan? kamarnya itu juga buat tidur aja kan by.."

"Hmm, iya sih. Lagipula rumah kita juga kecil, kalau segala ada gak akan muat Sha." Ucap Reno, Sharen menghentikan langkah mereka kemudian menatap Reno dengan galak.

"Kalau rumah kita yang segede itu kamu bilang kecil, apa kabar rumah aku yang sepetak." Gerutunya. Reno menggaruk kepalanya. ia hendak berbicara tapi Sharen sudah lebih dulu berjalan jauh meninggalkannya.

"Sha.. tunggu dong!" Ia berjalan lebih cepat, mengejar Sharen kemudian merangkul bahunya dan mereka kembali berjelajah untuk berbelanja.

Selesai berbelanja, mereka memutuskan untuk makan siang bersama. Dan Congo, sebuah Café yang cukup terkenal di daerah Rancakendal menjadi pilihan mereka. Sharen dan Reno duduk saling berhadapan, tersenyum pada satu sama lain.

Seraya menunggu makanan mereka, Sharen banyak bercerita mengenai ibu-ibu kompleks yang membuat Reno tertawa.

Aneh, Sharen benar-benar berbeda sekali. Semuanya berbeda dari Nova, Nova wanita sibuk, dan mereka mempunyai kesepakatan untuk tidak mengganggu kehidupan masing-masing. Sementara Sharen, dia wanita bebas yang terikat dengannya dan mau menuruti semua permintaannya. Sharen juga sangat senang bersosialisasi, buktinya ia sudah mengenal semua ibu-ibu kompleks di daerahnya. Sementara Nova, dulu dia tidak pernah mengenal mereka. Bahkan Reno pun tidak banyak tahu tentang tetangganya.

"By! Mama pernah cerita sama aku. Katanya kamu ga pernah pacaran. Masa sih?" Reno menggaruk kepalanya begitu mendengar Sharen bertanya masa lalunya yang menurut mama nya begitu membosankan.

"Aku gak punya waktu untuk begituan Sha.. aku sibuk belajar dan membangun bisnis." Jelasnya. Sharen mengerutkan keningnya. Apa benar-benar seperti itu? Tapi kenapa ya, dia meragukannya.

"Masa sih? Gak mungkin banget! Cowok seganteng kamu masa jomblo." Gerutunya. Reno tertawa, merasa bangga karena Sharen memujinya.

"Mama sering bilang, kegantengan aku gak ada gunanya Sha."

"Ah, ya. dia juga bilang begitu sama aku."

"Ya, makannya. Lagian siapa juga yang mau sama orang sibuk kayak aku?"

"Aku mau.." Gumam Sharen, dan wajahnya memerah seketika begitu Reno menatapnya penuh senyuman.

Oh tuhan! Mereka seperti remaja yang baru saja merasakan saling jatuh cinta, sedikit menggelikan sebenarnya.

"Tapi sekarang kamu gak sibuk!" Lanjut Sharen lagi, Reno mengangguk setuju. "Sekarang semua hotel sudah stabil Sha, Renova dan Hyde sudah dipegang si Mushkin, dan satu hotel yang di bali juga sudah di pegang orang yang aku percaya."

Sharen menatap Reno penuh selidik. Ada sesuatu yang membuat Reno tersenyum begitu menceritakan ke tiga hotelnya.

"Aku hanya mengecek mereka sesekali, dan aku hanya bertanggung jawab sepenuhnya pada Paleo. Itu juga gak harus di liatin setiap hari kan? untuk apa punya pegawai kalau bos gak bisa santai." Reno tertawa begitu mengucapkannya, kemudian dia berhenti.

"Kalau di pikir-pikir, kita belum banyak tahu tentang masing-masing. Aneh juga," Lanjutnya lagi. sharen menyetujuinya.

"Iya, tapi aku bahagia kok by.."

"Aku juga, love!"

Oh, PLEASE! Jantung Shareeen...

"Itu sebuah proses, kita bisa saling mengetahui seiring berjalannya waktu."

"Aku setuju,"

"Istri memang harus setuju pada suaminya."

Kemudian mereka tertawa bersama. Makanan yang mereka pesan akhirnya datang dan Sharen maupun Reno menyantapnya sebentar, saling menawari makanan masing-masing kemudian kembali tertawa.

Begitu selesai, Reno kembali berkata.

"Kalau kamu gimana? Pernah pacaran?"

"Hm?" Sharen menghentikan kegiatan minumnya. Ia menatap Reno yang sedang menanti jawaban darinya.

"Yah.. aku pernah." Akunya. Reno menghela nafas, kemudian menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.

"Pernah menyukai seseorang, tapi aku gak sampe pacaran sama mereka. Yah, sejak papa meninggal. Mama begitu ketat, aku gak dibolehin pacaran." Lanjutnya lagi, dan senyuman lebar yang begitu bahagia tersungging dari bibir Reno. Tapi kemudian senyumnya kembali hilang begitu mengingat foto Sharen bersama temannya yang ada di ponselnya.

"Trus siapa aja yang kamu suka? Salah satunya itu kan? yang kata kamu kakak adek ketemu gede!" entah cemburu atau apa, tapi suara Reno terdengar sangat berapi-api. Sharen kebingungan, menjawabnya tetapi takut Reno marah, atau tidak menjawabnya dan Reno akan bersungut-sungut padanya. Baiklah, sepertinya ia harus menjawabnya!

"Itu dulu, sebelum aku ketemu sama kamu memang aku sempet suka.. yah, tapi sepihak aja."

"Masa sih? Aku lihat kemarin dia kayak gak rela melepas kamu."

"Yah, itu kan urusan dia. Aku Rela kok melepaskan diri aku dari dia, lagian aku juga udah gak suka sama dia."

"Terus? Waktu menerima lamaran aku. Apa kamu udah mulai suka sama aku?"

"Dari awal juga aku suka sama kamu by, kagum aja liat kamu yang besarin Haru sendiri. Walopun suka kesel sama mulut bawel―"

"Mulut aku bikin kamu tersiksa kalau gak bergerak-gerak loh Sha!"

APAA!!

Sharen membelalakkan matanya. Oh Reno, kenapa malah membahas itu sekarang!!

"Yah pokonya! Wa.. walopun gitu ya, yah.. yah aku suka sih." Sharen gelagapan, masih sangat malu atas perkataan Reno barusan.

Reno mencondongkan tubuhnya, menatap sharen dengan jarak yang lebih dekat. "Lalu, kapan kamu sadar kalau kamu mencintai aku?" Tanyanya. Dan pipi Sharen langsung merah merona. Mati-matian Sharen menahan laju jantungnya dan ekspresi wajahnya.

"Kalau boleh jujur, waktu kamu cium kening aku di pernikahan kita." Gumamnya. Reno tersenyum kemudian mengusap pipi Sharen sebentar dan kembali bersandar pada kursinya.

"Kalau kamu kapan? Kayaknya baru-baru ya? soalnya awal nikah kan aku ditinggal." Sharen menatapnya dengan galak, membuat Reno sedikit merasa bersalah karena meninggalkannya di awal pernikahan mereka.

"No, sayang. Sebelum itu.. dari awal aku sudah memperhatikan kamu. Sebelum lamar kamu pun aku udah mikirin tentang perasaan aku. Tapi masih ragu, dan sangat yakin kalau aku takut kehilangan kamu itu saat aku bangun pagi dan ada kamu di samping aku."

Kemudian Sharen menatapnya penuh haru. hatinya mulai menghangat dan kupu-kupu mulai beterbangan di dalam perutnya. Reno benar-benar pintar membuatnya seperti ini. astagaa..

"Pulang yuk?" Tawar Reno, kemudian Sharen mengangguk dan Reno merangkulnya untuk berjalan bersama.

Sesampainya di rumah Sharen, Haru sedang memakan pudding buatan Sarah dan memekik kegirangan seperti biasa saat melihat ayahnya juga ibunya.

Pagi hari tadi Haru sudah melihat Reno tetapi tidak dengan Sharen, maka dari itu Haru langsung melompat kedalam pelukan Sharen dan memeluknya dengan erat. Sharen hanya tertawa, membalas pelukan anaknya kemudian duduk di sofa.

Kalau dipikir-pikir, hal satu ini mengenai Haru adalah satu dari sekian banyak kebahagiaan yang dia sangat syukuri. Ketika Haru menerima kehadirannya dan memanggilnya mama seolah Sharen memang benar-benar ibunya, hal itu membuat Sharen benar-benar sangat bahagia. Apalagi ia sudah sangat menyayangi Haru.

"Haru sudah makan?" Tanyanya. Haru mengangguk dalam pangkuannya. Reno masuk ke dapur sebentar, mungkin mengambil minum. Beberapa saat kemudian Reno kembali dan duduk di sebelah Sharen.

"Hai princess!" Ia mencubit pipi Haru. anaknya itu menyandarkan tubuhnya di dada Sharen, memeluknya dengan manja.

"Hai papa!"

"Sudah makan puddingnya?" Tanyanya. Haru mengangguk, pudding buatan Sarah memang menjadi favorit Haru sekarang.

"Papa, Om Anan bilang nanti mau ajak Haru sama nenek main!"

"Kemana? Eh Anan? Adnan maksudnya?" Reno bertanya pada Sharen, istrinya mengangguk.

"Udah diajarin manggil Adnan juga tetep manggilnya Anan by.."

"Dasar, anak papa ada-ada aja! Eh, kalian mau main kemana?"

"Gak tau! Kata nenek, nanti mau ketemu oma juga! Om Anan tadi gak mau, tapi nenek maksa." Ucapnya polos. Dan Sharen tertawa dengan sangat keras begitu mendengarnya. Tentu saja Adnan tidak mau, karena Adnan menemani dua ibu-ibu dan satu keponakan yang sangat senang berbicara dan menyanyi. Sudah pasti hidupnya tidak akan tenang.

"Kasian banget adik kamu Sha.." Keluh Reno.

"Kayaknya kalo nanti si Mus nikah, penggantinya itu si Adnan deh pasti."

"Kenapa aku berharap Mus gak usah nikah aja ya." Ujar Reno kemudian dia tertawa dengan sangat kencang. Sharen menepuk pundaknya, memperingatkan.

"kamu kalo ngomong suka sembarangan deh by!"


*******


Hari sudah mulai beranjak dan langit di luar juga sudah menggelap. Haru, Adnan, dan Sarah belum juga kembali. Mereka mengabarkan kalau pulang terlalu malam akan menginap di rumah Maryam. Jadi Reno menyimpulkan bahwa itu semua hanya alibi untuk memberikan Reno dan Sharen waktu untuk berdua. Maka dari itu, Reno akan menggunakan waktunya dengan sebaik-baiknya.

Sharen sedang mandi di luar dan Reno duduk di atas single bed milik Sharen. dua kali lebih kecil dari King Size miliknya. Tapi Reno senang, tentu saja. kalau bersama Sharen berdua, Reno sangat menyukai tempat yang kecil seperti ini.

Ia berdiri, menatap keseluruhan kamar Sharen yang tidak jelas warnanya. Cat berwarna hijau, tirai ungu, seprai biru, lemari coklat, dan beberapa perabotan lain yang memang berbeda warna. Sepertinya Sharen senang semua warna, dan itu benar-benar membuat kamarnya sangat berwarna.

Ada satu foto yang terpajang di atas nakas samping tempat tidurnya, foto Sharen yang sedang tersenyum seraya memeluk ibunya dan Adnan yang disamping kiri ibunya mencium pipi ibunya. Reno tersenyum melihatnya, ia juga belum pernah berfoto bertiga bersama Sharen dan Haru. sepertinya memang ia harus membawa istri dan anaknya untuk berfoto bersama.

"Bagus ya?" Sharen sudah bersandar manja di bahunya ketika Reno menolehkan kepalanya.

"Iya, bagus. Kamu cantik!" Puji Reno. Sharen menjauhkan kepalanya lalu duduk di samping Reno.

"Itu waktu Adnan mau masuk SMA, waktu dia mau pergi. Kita nangis semaleman waktu itu, dan besoknya foto. Beruntung banget mata aku gak segede jengkol." Ceritanya. Reno tersenyum, mencium bibir Sharen sekilas lalu menjauhkan wajahnya dan kembali tersenyum. Ia selalu suka saat Sharen berbicara panjang lebar padanya untuk menceritakan hal yang sudah di lakukannya. Bagaimana ya, ia merasa beruntung sekali. Walaupun tidak mengalaminya, tapi ia seperti terlibat di dalamnya begitu Sharen menceritakannya padanya.

"Kamu gak akan mandi?" Sharen beranjak dari ranjang kemudian berjalan ke arah meja riasnya dan menyisir rambutnya.

"Kalau mandinya nanti gimana?"

"Nanti?"

"Iya, nanti." Sharen mengerutkan keningnya, kemudian tanpa ada peringatan sebelumnya, Reno mendekat ke arahnya dan langsung mengangkat tubuhnya, membuatnya memekik karena terkejut kemudian tubuhnya sudah berada di atas kasur dan ketika Sharen membuka matanya, Reno sudah berada di atasnya. Astaga..

"By.." Ucapnya, gugup! Reno menatapnya dengan pandangan yang berbeda, kilat di matanya sudah berubah menjadi sesuatu yang membuat Sharen menelan ludahnya.

"Kamu wangi.." Puji Reno. Sharen mengatur detak jantungnya, dan kembali menelan ludahnya dengan berat.

"Kan abis.ma..mandi." Ucapnya gelagapan. Reno tidak menjawabnya, malah mendekatkan wajahnya kemudian bibir mereka bertemu. Mata Sharen langsung terpejam begitu bibir Reno beradu dengan bibirnya, dan dirinya mulai hanyut mengikuti Reno saat tubuhnya mendapatkan perlakuan-perlakuan yang membuatnya melayang oleh Reno.

Lelah di tubuhnya sudah hilang dan sepertinya setelah ini ia akan kembali kelelahan, tapi ia tidak peduli. Karena saat ini, ia hanya ingin menerima semua perlakuan Reno padanya.

Dan setelah sekian lama bergelut berdua dengan panas tubuh masing-masing, mereka saling bertatapan dengan senyuman yang sangat manis. Reno menggulingkan tubuhnya ke samping, memeluk Sharen dengan erat dan menciumi puncak kepalanya.

Sharen beringsut, dengan sisa-sisa tenaganya ia memajukan tubuhnya dan menenggelamkan kepalanya di dada Reno, mendengar detak jantung Reno yang seirama dengan detak jantungnya. Indahnya..

Tangan Reno memeluknya semakin erat, ia juga menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka berdua.

"Cape ya? maaf, lama lagi." Ucap Reno. Sharen mengangguk. Ya, memang lama lagi. entah berapa kali karena ini sudah menuju tengah malam.

"Mau minum?" Tawar Reno. Sharen menggeleng, "Tidur aja." Keluhnya. Dan Reno menganggukkan kepalanya.

Lama mereka terdiam untuk mengatur nafasnya masing-masing, dan sesuatu yang sejak pagi muncul di kepala Reno kini mulai datang kembali untuk mengusiknya. Reno menjauhkan tubuhnya,menundukkan kepalanya dan menyentuh dagu Sharen untuk menatapnya.

"Besok kita ke dokter ya." Ucapnya seraya menyentuh helaian rambut Sharen.

Ke dokter? Untuk apa? Kening sharen mengkerut begitu mendengarnya.

"Aku gak sakit by.." Jawabnya. Reno menganggukkan kepalanya, mencium bibirnya lembut kemudian menatapnya lagi. ada banyak hal yang sepertinya ingin Reno ungkapkan pada sharen.

"Memang gak sakit, aku juga nggak."

"Terus?"

"Kita mau ke dokter kandungan." Sharen menahan senyumnya. Apa mereka akan berkonsultasi untuk program kehamilan?

"Aku mau ngajak kamu konsultasi untuk kontrasepsi kita."

APAA? Senyuman di bibir Sharen memudar. Sharen menjauhkan kepalanya.

"Maksud kamu?"

"Aku gak mau punya anak lagi Sha, Haru cukup untukku. Jadi besok kita ke dokter, kita konsultasikan semuanya."

Wajah Sharen menggelap seketika. Apa? APA KATANYA TADI?

Reno tidak mau mempunyai anak? Dan dia mengatakannya tepat saat dia dan Sharen baru saja melakukannya?

Memangnya sharen apa? Pelacur?

Mata Sharen bergetar, dan tiba-tiba saja hatinya di hinggapi oleh rasa sakit. Reno menyadarinya, ia mendekat hendak menyentuh Sharen tapi Sharen menepisnya dengan keras dan menatapnya dengan tatapan terluka.

"Jauhkan tangan kamu dari tubuh aku!!!" Teriaknya, kemudian air matanya berjatuhan dan Sharen bangkit dari tidurnya, memunguti bajunya yang berada di lantai dan segera keluar dari kamarnya dengan perasaan terluka. Reno menyakitinya lagi. kali ini lebih dalam, lebih sakit, dan lebih sadis.



TBC



Hahay.. sesuatunya bagaimana ders? Apa mengejutkan? Apa biasa aja? Wkwk

ayo kita main tbak tebakan berhadiah. . kenapa reno gamau punya anak lagi, pasti lan

Yasudahlah di komen lah yah silakan. .

Terimakasih untuk kalian yang selalu memberi warna dalam hidupku karena apresiasi kalian. Derss. Pokonya aku cinta kalian aku sayang kalian aku gamau kehilangan kalian XD

Sudahlah, ditunggu aja yah part selanjutnya ders.. dadah babay sayang sayangku :*

Lope lope di udara :*



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro