Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PART 20 | 1.4.3

"Jadi, kamu udah baikan sama si Ilham?" Maryam menyenggol pelan bahu Sharen yang tengah memasak bersamanya di dapur. Tadi pagi Reno mengantarnya kesini dengan membawa tas besar berisi pakaian mereka. Menurut yang dikatakan oleh Reno, mereka akan menginap untuk beberapa hari. Sekarang Sharen tahu, Ilham adalah nama panggilan Reno yang selalu di ucapkan oleh orang sekitarnya ketika mereka marah. Jadi ia juga bisa memanggilnya dengan sebutan Ilham? Tapi Sharen lebih suka memanggilnya Bapak! panggilan itu akan membuat Reno berprotes padanya.

"Hmm.. i..iya ma.." Ada semburat merah muncul dari pipinya, mengingat semalam ia tidur saling berpelukan dengan Reno. Sebenarnya ia sedikit ragu sih,apa mereka sudah benar-benar berbaikan? Tadi pagi ketika bangun tidur, mereka bersikap seperti biasanya, bahkan sempat berciuman sebentar sebelum Reno berlari ke kamar mandi karena terlambat bekerja. Hatinya juga sudah cukup senang.

"Whoaaa.. kalian, ehem! Jangan bilang kalian tidurnya saling memunggungi! Yang satu memunggungi kasur dan yang satu memunggungi langit-langit kamar!" Maryam sedikit bersorak dalam suaranya, sementara Sharen masih memikirkan apa kata ibu mertuanya. Yang satu.. memunggungi ranjang, yang satu memunggungi langit-langit? Astagaaa... pipi Sharen merona seketika.

"Mamaa.." Pipinya terasa panas, dan rona merahnya semakin jelas di pipinya.

"Duh, pengantin baru. Gak usah malu-malu begitu Sharen. mama juga dulu begitu sama papa, memang kalau ribut-ribut, obat ampuhnya ya ranjang!" Maryam tertawa di sela ucapannya, membuat Sharen semakin malu karena di goda oleh mertuanya.

"Gak kok ma, kita belum sejauh itu.." Sharen tersenyum, masih menahan malunya tetapi ia sembunyikan semampunya.

"APA? MAKSUD KAMU?"

"Sharen lagi menstruasi ma.." Jawab Sharen sekilas. Maryam menepuk keningnya cukup keras.

"Timingnya tidak tepat, oh nooo.." Sharen mengerutkan keningnya. Maksudnya?

"Bingung ya sayang? Maaf ya, mama suka aneh." Maryam mengusap lembut kepala Sharen. meminta menantunya untuk memaklumi sikap anehnya yang sudah menjadi bawaannya sejak lahir.

"Tapi syukur deh, terimakasih ya.. kamu sudah mau memaafkan Reno. Maaf kalau dia seperti itu sama kamu, kayaknya dia sedikit bingung juga, si Reno memang keliatan belingsatan sendiri Sharen. padahal dulu sama Nova gak begitu." Sharen menghentikan kegiatannya, terdiam begitu mendengar nama Nova disebut.

"Mama sih agak nyesel, anak mama yang ganteng itu kegantengan dan kekayaannya ga berguna sama sekali. Dia mengalami keadaan belingsatan kayak begini di usia nya yang udah mau tua. Duh, nasib.. si Reno paling buruk nasibnya. Udah ga pernah pacaran karena so pinter so rajin. Duh, masa muda si Reno mah gak berharga, gak punya kenangan yang indah. Ya ampun anak mamaaa.. oh kasian dia."

Sharen diam seraya menahan tawanya ketika mendengar Maryam membicarakan Reno. Jadi, Reno dulu belum pernah berpacaran ? oh tidak, laki-laki macam apa yang tidak berpacaran di usia muda.

Macam Reno tentunya Sharen! suamimu melakukannya!

"Jadi, Sharen itu wanita kedua ya ma? Setelah mbak nova?" Sharen bertanya dengan polos, membuat Maryam menghentikan ucapannya dan merubah ekspresi wajahnya, menjadi lebih murung dari tadi.

"Reno itu, dulu di jodohkan sama Nova sayang.. dia baru kenal Nova ketika pesta pertunangannya. Mereka menikah murni karena perjanjian dua keluarga."

"APA?"


********


"Jadi katakan pada gue usaha lo dalam mencairkan gunung es, apa berhasil?" Mushkin duduk di atas meja dengan segelas kopi di tangannya. Mulutnya sibuk meniup-niup kopinya sementara matanya sibuk memperhatikan Reno yang tengah duduk seraya menyentuh dagunya dengan lembut. tampak sedang berpikir.

"Gue rasa sih dia maafin gue Mus.." Reno tersenyum. Bayangan Sharen yang tertidur dalam pelukannya membuat senyumannya semakin melebar.

"Well, semalam gue rasa menjadi malam yang panjang buat lo! Jadi Reno, katakan pada gue bagaimana rasanya bercinta dengan perawan―aww!" Mushkin mengusap kepalanya yang terkena tumpukan berkas yang di pegang Reno saat ini.

"Sembarangan lu kalau bicara Mus. Gue belum apa-apa, semalem cuman minta maaf aja. Selebihnya, yah kita hanya tidur saling berpelukan." Jelas Reno, Mushkin menatapnya penuh selidik.

"Gak mungkin cuman minta maaf aja, pasti ada yang lebih."

"Lebih apa? Lebih menahan hasrat yang ada iya! Sharen lagi halangan Mus, mana mungkin gue tidurin dia. Dosa yang ada." Gerutu Reno. Penonton kecewaaa.. mushkin mengerucutkan bibirnya mendengar gerutuan Reno.

"Lu malah kecewa begitu Mus, seolah lu yang mengalami semuanya. Padahal gue lebih tersiksa."

Ah ya, sangat tersiksa tepatnya! Semalam benar-benar pergolakan batin dan nafsu yang dahsyat dalam dirinya. ketika batinnya meyakinkan dirinya untuk meminta maaf Sharen, nafsunya bangkit untuk menerjang Sharen yang duduk menghadapnya hanya memakai bra saja, dan ya bagian bawah terbalut celana dalam yang tertutupi selimut.

Pria mana yang tahaaaaan.. melihat godaan sebesar itu di hadapannya. Apalagi dada Sharen di balik bra hitamnya yang menyembul sempurna membuat sumber kehidupannya juga ikut menyembul meronta ingin keluar dan merasakan Sharen. astagaaa.. reno bahkan tidak menyangka semalam ia bisa melewati rintangan terberat dalam hidupnya.

Seperti tidak cukup hanya melihat Sharen hampir telanjang, Reno juga tidur berpelukan dengan Sharen, merasakan kulitnya bersentuhan dengan kulit putih mulus milik Sharen, dadanya yang menempel pada dada Sharen, dan.. oh sial, dia tidak mau menyebutkan yang satu itu! Bisa saja membuatnya teringat ketika kaki Sharen menyenggolnya pelan dan membuatnya semakin kesakitan. AARGGGG..

"Sabar ya pak boss, pas istri lo gak halangan lagi. semoga kalian bisa kejar setoran." Mushkin tertawa, terlebih ketika melihat ekspresi Reno yang mulai menggelap, tawanya semakin kencang.

"Diem Mus! Udah sana, pergi kerja. Gue gaji lo bukan buat recokkin pagi gue di kantor. Sanaaaaaaa!!!" Suara Reno meninggi, membuat Mushkin terperanjat karena tanpa sengaja ia membangunkan tanduk yang tersembunyi di dalam kepala Reno. Ugh, menyeramkan!

"Oke-oke. Gue pergi. Yu. Bye!" Ucapnya. reno hanya mendengus kesal.

Memastikan bahwa Mushkin benar-benar pergi, Reno menatap ke sekelilingnya. Kemudian, bibirnya tersenyum-senyum dengan sendirinya dan tangannya merogoh saku di dalam jas nya lalu mengambil ponselnya.

Begitu menggeser layar ponselnya, kening Reno mengkerut. Seingatnya Wallpaper ponselnya adalah foto Haru, ia, dan Sharen di pernikahannya dua bulan lalu, tapi wallpaper dalam ponsel ini adalah foto Sharen yang berselfie bersama Haru ketika ia sedang di make up. Seingatnya, ia tidak masuk ke ruangan Make up di hari pernikahannya. Lalu...

Oh tidaaak, Reno menepuk pelan jidatnya begitu tersadar. Sepertinya ia salah mengambil ponselnya. Tadi pagi ia benar-benar terburu-buru dan hanya memasukkan ponsel yang disentuhnya ke dalam sakunya. Dan kebetulan sekali ponsel mereka sama, merk, dan warna. Itu karena setelah insiden ponselnya masuk ke dalam eskrim, Reno membeli ponsel baru dan ia membelikan Sharen satu. gadis itu sempat menolak, tetapi akhirnya menerima. Dan hari ini, Reno membawa ponsel milik Sharen? entah sebuah Rejeki atau sebuah Anugerah untuknya.

Rasa penasaran mulai timbul dalam dirinya dan dengan lihai, tangannya mulai mengotak-atik ponsel yang di genggamnya. Masuk ke dalam aplikasi BBM, Reno melihat riwayat beberapa Chat disana. Icha-Bunda Yeni-Bunda Intan-Adnan, oh.. aman. Sepertinya semua hanya orang-orang terdekatnya saja. nama Sharen di BBM nya adalah Sharen, sembari terkikik geli, Reno menggantinya dengan nama Sharen Saputra. Ah, indahnya. Reno juga mengganti Display Picture BBM Sharen dengan fotonya dan Sharen ketika berselfie di pernikahannya.

Selesai BBM, Reno masuk ke dalam galeri foto Sharen. menggeser banyak foto yang sepertinya Sharen pindahkan dari ponsel lamanya. Masa kuliahnya, fotonya bersama teman-temannya, anak-anak; oh ini sangat banyak sekali, keluarganya, keponakannya―yang Reno lihat ketika di lembang, dan satu foto mencolok yang membuat Reno menendang meja di hadapannya sehingga membuat kursinya terdorong ke belakang.

Foto Sharen bersama seorang pria, mereka berdua tersenyum dan wajah Sharen amat sangat bahagia! Catat. Ba ha gi a. bahagia!! Bahkan senyumnya lebih lebar dan ringan dibandingkan senyumnya pada Wallpaper ponsel Reno. Dan pria iniii.. reno ingat dia, sangat ingat dia! Pria yang datang ketika pesta pernikahannya, dengan memaksakan senyum mengucapkan selamat pada Sharen dan Sharen juga sempat diam cukup lama disana, saat ia tanya Sharen juga hanya mengatakan bahwa pria itu adalah kakaknya. Ya, kakak adek ketemu gede, begitu kan katanya?

Tidak salah lagi.. ada sesuatu diantara mereka!

Hendak menggeser kembali fotonya, sebuah pesan masuk pada ponsel Sharen. dan nama dari nomor tersebut membuat Reno membelalakkan matanya. Sharen menamai nomor itu dengan nama Adrian. Bukan, bukan itu yang membuat Reno kaget, tapi sebuah tanda senyum malu-malu di samping Adrian. Halah, siapa pula pria ini?

Dengan cepat, Reno membuka pesannya.

'Hai Sharen, selamat pagi.. sepertinya hari ini akan panas. Persiapkan dirimu untuk membuat minuman dingin yang segar. Oh ya, bagaimana rencana kita untuk minggu depan?'

APAAAA ? RENCANA? RENCANA APA?

Reno menggenggam ponsel Sharen dengan kencang, kemudian ia melihat-lihat lagi isi pesan sebelumnya.


'Hai Sharen, aku Adrian. Yang tadi. Masih ingat?'

"Oh, iya aku ingat.. hehe'

'Aku belum sempat minta nomor hp kamu tadi, soalnya kamu juga tadi buru-buru kan?'

'Iya, maaf ya aku memutuskan pembicaraan kita'

'Its okay, maaf juga aku meminta nomor kamu pada bu Anita'

'Iyah.. gak apa-apa dri'


DRI?? Reno mendengus kesal. sudah berapa lama Sharen mengenal pria ini sampai memanggilnya seakrab itu?

Padahal memanggil Reno saja Sharen kadang masih begitu tidak nyaman, tetapi memanggil pria ini? aaaaa! Menyebalkan!

Reno kembali menggeser layarnya, whoaaa.. pesan mereka banyak sekali. Bagus, jadi uang yang Reno berikan untuk Sharen di pakai untuk membiayai obrolan intim dengan lawan jenis di luar sana?

Semua pesan lain tidak begitu penting sebenarnya, hanya Adrian yang bersemangat dan Sharen yang biasa saja. well, Reno cukup senang dengan respon Sharen yang biasa saja dan terkesan hanya seperlunya. Hingga satu pesan dibawah muncul tidak tahu diri yang membuat rasa senangnya menguap tak tersisa. Reno menatapi pesan itu dengan mulutnya yang bergumam-gumam tidak jelas.

'Hari jum'at aku mau mengajak kamu ke tempatku, boleh?'

Reno menggeram marah. Berani-beraninyaaa!!! Oh pria ini, apa dia tidak tahu kalau Sharen sudah menikah, dan sudah punya anak satu! Walaupun anak tiri. Ya, mempunyai anak tetapi anak tiri, masih menikah tetapi belum terjamah, Sharen bahkan masih perawan dan masih belum menjadi miliknya seutuhnya. GILA. APA-APAAN KEPALANYA YANG BERPIKIR SEPERTI ITU!!

"Mama mau pulang, ini sudah jadi masalah kamu dan selesaikan sendiri. Baik-baik sama istri kamu, kalau ada yang merebutnya dari kamu, baru tau rasa!"

Perkataan ibunya kemarin kembali terngiang dalam benaknya dan membuatnya berpikir sejenak. Apa sudah tiba waktunya ada lelaki yang akan mengancam posisinya sebagai suami Sharen? oh tidak, Reno tidak mau. tidaaak! Dia tidak mau dan tidak akan pernah mau. Aarggg!!!!

Melempar pelan ponsel Sharen, Reno menghubungi sekretarisnya, "Indri, kosongkan jadwal saya besok. Saya gak akan masuk. Dan ya, hari ini sudah tidak ada apa-apa lagi kan? sebentar lagi saya pulang."

Dan Reno mematikannya begitu mendapat jawaban dari sekretarisnya. Baiklah, Adrian itu mengajak Sharen jum'at kan? dan jum'at adalah besok. Maka Reno akan mendahuluinya. Pria itu pikir siapa dia, bisa mengajak Sharen pergi seenaknya. Mimpi saja!!


******


Sharen masuk ke dalam kamar Reno dengan senyuman lebar di wajahnya. Ucapan mertuanya mengenai masa lalu Reno kembali muncul dalam kepalanya.

"Jadi dulu itu, Reno berumur 22 tahun. Dia sudah punya satu hotel yang sudah menjadi hotel paling di perhitungkan di Lembang, semua adalah hasilnya sendiri. Meskipun papanya juga sebenarnya akan mewariskan hotel miliknya, tapi Reno gak mau. reno bilang mau berusaha sendiri membangun kerajaannya, dan berhasil. Akhirnya dia punya satu, tetapi Sharen., Reno terlalu sibuk dengan usahanya itu, entah terlalu senang atau apa tapi Reno gak pernah kelihatan jalan sama cewek. Sejak sekolah pun ia tidak pernah membawa teman perempuannya ke rumah. Beda dengan si Mushkin, dia mah ceweknya banyak. Tapi sekarang justru dia yang jomblo."

"Waktu itu ada rekan bisnis papa, istrinya temen bakti sosial mama dan kebetulan kita suka curhat. Dia bercerita dengan keadaan anaknya yang mengkhawatirkan karena pergaulannya yang begitu bebas. Mama sedikit banyak tertarik, berpikir bahwa anak mama juga sama mengkhawatirkannya karena seperti tidak memiliki nafsu pada wanita. Dan terjadilah, akhirnya kami memutuskan untuk menikahkan mereka. Saat mama melihat Nova, dia tidak seperti wanita yang bergaul dengan bebas. Dia wanita elegan, cantik, dan cukup berwibawa."

"Yah itu kamu gak usah pikirin. Mama gak banding-bandingin kok, mau Nova mau kamu.. sama aja, mama sayang sama kamu.. yah pokonya, setelah itu mereka menikah. Mama gak terlalu tahu bagaimana kondisi pernikahan mereka, yang terlihat sih baik-baik saja. dan yah, mereka punya Haru. meskipun Nova harus meninggal.."

"Mama khawatir, sedih, dan terluka sejak Nova meninggal dan melihat Reno. Di usianya yang sangat muda, dia disibukkan dengan usaha hotelnya dan satu orang bayi yang merepotkannya. Mama prihatin, anak mama kenapa begitu amat. Makanya sekarang, mama membebaskan dia. Dari dulu juga mama membebaskannya untuk mencari istri lagi, tetapi Reno kan memang keras kepala masalah itu. Dan, yah.. sampai kamu hadir, mungkin hatinya benar-benar tergerak."

"Untuk itu mama minta sama kamu, lebih bersabar lagi dalam menghadapi Reno. Ke depannya pasti banyak sekali hal yang membuat kamu ingin menenggelamkan dia ke lautan, di maklum saja Sharen. sepanjang hidupnya, Reno itu fakir asmara. Jadi ya begitu.."

Senyumnya semakin tercetak jelas di bibirnya. Jadi begitu ya.. mendadak sedikit rasa bersalah muncul dalam hatinya. ia sempat salah paham, mengira Reno menjadikannya pelariannya dari Nova, padahal Reno menikah dengan Nova bukan atas dasar cinta.

Tetapi memangnya menikah dengannya pun atas dasar cinta?

Sharen tidak tahu.. ia hanya tahu ucapan Reno yang mengatakan bahwa pria itu menginginkannya, dan menginginkan seseorang bisa jadi tidak termasuk pada cinta.

Sudahlah, lagipula ia tidak ingin memberatkan pikirannya dengan hal yang macam-macam.

Berjalan menuju ranjang, Sharen meringis pelan begitu merasakan lebam di seluruh tubuhnya yang masih terasa sakit. kapan hilangnya rasa sakit ini? ia sungguh ingin bergerak dengan bebas!

Mengambil tas pakaiannya dan Reno, Sharen memilih membukanya dan membereskannya sebentar. Reno bilang mereka akan menginap dan yang berkemas pun adalah suaminya itu.

Tawa kecil terdengar dari mulut Sharen begitu membuka tas dan ia melihat banyak celananya yang sudah terpasang dengan pembalut disana, dan lebih penting. Ada sebuat catatan diantara celananya.

'Setiap hari kamu kan selalu menyiapkan baju aku Sha, sekarang giliran aku menyiapkan keperluan kamu. Aku udah bisa, masangnya juga bener seperti kemarin. Sudah aku pasang semua Sharen, setiap bulan kayaknya aku bisa membantu kamu memasang pembalut kamu'

BLUSH! Pipi Sharen merona membacanya. Dasar Reno! Ada-ada saja kelakuannya. Sebentar-sebentar membuatnya sakit hati, sebentar-sebentar lagi membuatnya berbunga-bunga. Dasar bunglon. Tidak,dasar Ultra man!! Eh tidak.. tidak. Sepertinya Power Ranger tepat. Ya, dasar Power Ranger.

Menghentikan tawanya, Sharen memilih untuk melanjutkan kegiatannya merapikan baju mereka ke dalam lemari. Begitu selesai, pintu kamarnya terbuka, membuatnya menolehkan kepalanya.

Wajah tampan suaminya muncul disana dengan senyum di wajahnya.

"Hai Sha.." Reno masuk ke dalam kamar, mendekatinya dan tiba-tiba saja memeluknya. Sharen terperanjat. Pria ini kenapa?

"Kok udah pulang?"Ucap Sharen dalam pelukan Reno. Tubuhnya bergetar sebenarnya, ia sangat gugup berhadapan dengan Reno seperti ini.

"Aku kangen kamu.." dan BLUSH! Pipinya terasa panas dan memerah seketika. Apa katanya?

"Aku kangen kamu Sharen.." Reno mengucapkannya lagi, seperti meyakinkan Sharen atas apa yang telah di ucapkannya. Tangannya kembali bergerak untuk mengeratkan pelukannya pada tubuh Sharen dan menciumi rambut Sharen yang harum stroberi. Gambaran pesan Adrian untuk Sharen mengusiknya, membuatnya sangat egois untuk menyimpan sebuah tanda bahwa Sharen adalah miliknya.

"Jadi sengaja pulang?" Sharen bertanya dalam pelukannya, Reno mengangguk dan kembali merapatkan tubuh mereka hingga benar-benar rapat dan menempel. Oh sial, terlalu rapat. Sesuatu dalam diri Reno mendadak terusik dan.. oh man!!!!!

Sharen sepertinya tahu, ia beringsut dalam pelukan Reno dan menatapnya dengan tersenyum penuh arti. "Ekhm.. mulai keras." Ucap Sharen dengan wajahnya yang merona. Tidaaaak.. apa yang sudah ia katakan? Sebenarnya Sharen malu, dan tidak menyangka bahwa ia mengatakannya. Padahal bisa saja kan ia berpura-pura tidak tahu?

Reno menatapnya dalam-dalam, kemudian memajukan wajahnya dan mencium bibir Sharen sekilas. "Itu dia, selalu keras kalau di deket kamu." Jawabnya. Membuat Sharen ingin keluar dari pelukan Reno dan membuat lagu dangdut berjudul jiwa raga gempa bumi!

Ekspresi wajah Sharen yang begitu menggemaskan membuat Reno kembali tersenyum dan mencium bibirnya. "Kalau mau tahu, sejak awal menikah. Berdekatan sama kamu akan selalu seperti ini Sha.. maaf, kalau sempat membuat kamu berpikiran macam-macam. Aku cuman takut kamu belum siap." Sorot mata Reno menggambarkan lautan ketulusan yang melimpah atas ucapannya, dan itu menghangatkan hati Sharen secara keseluruhan.

Sharen tersenyum, tangannya ia ulurkan untuk mengusap dada Reno sementara tangan Reno masih memenjarakan pinggangnya. "Apapun itu, aku harus siap bukan? Lagipula memang sudah kewajibanku." Ujarnya. Reno tersenyum senang. "Jadi gak apa-apa?" Tanyanya. Sharen mengangguk yakin.

"Jadi kita sudah bisa melakukannya?"

Lihat! Senyum Reno lebar dan polos sekali. Seperti senyuman anak-anak yang hendak di belikan mainan baru oleh ibunya. Terus menerus bertanya dengan senyuman lebarnya. Dasar!

"Iya, kita bisa melakukannya.." Sharen tersenyum, dan Reno semakin lebar tersenyum. Akhirnyaaaa..

"Tapi aku selesai halangan. Kalau gak lupa, ini baru hari kedua." Kata Sharen kemudian, membuat bibir Reno mengerut dan senyumnya menghilang seketika. Arg! Ia lupa dengan hal itu!

Melepaskan pelukan Reno, Sharen berjalan ke arah lemari dan mengambil kaos juga celana rumah untuk Reno kemudian menyodorkannya ke hadapan suaminya. Kening Reno berkerut.

"Ganti baju." Ucap Sharen. reno menggelengkan kepalanya seraya tersenyum. Membuat kerutan muncul di kening Sharen, gadis itu menatapnya penuh tanya.

"Kenapa?"

"Gantiin." Kata Reno.

"Apa?"

"Gantiin baju aku Sharen, lucutin semuanya."

"APA? Reno kamu bercanda?" Tanya Sharen meyakinkan. Melucuti bajunya? Melucuti? Itu berarti menelanjangi Reno? Begitu?

"Bukannya biasa bukain dasi? Sekarang kerjaan kamu bertambah. Menjadi bukain kancing. Atas bawah." Sharen menatap geli Reno yang mendadak saja berbicara aneh-aneh dengan tatapannya yang.. err.. mesum?

"Gak usah manja, ganti aja sendiri. Aku mau liat Haru dulu." Karena malu, Sharen mundur perlahan kemudian bergeser dan hendak pergi dari sana tetapi tangan Reno mencekalnya dan dengan sekejap Reno mendorongnya ke ranjang. Membuatnya memekik dengan keras karena dirinya yang kaget atas apa yang Reno lakukan. Terlebih sekarang, reno malah bergerak ke atas kasur, bergerak semakin dekat hingga pada akhirnya berada di atasnya, menindihnya, dan menghimpitnya diantara ranjang dan tubuhnya. Tangan Reno berada di kedua sisi tubuh Sharen, dan senyumnya tersungging begitu manis.

Jantung Sharen bertalu-talu dengan sangat cepat. Lagu sedang ingin bercinta milik Ahmad Dhani tiba-tiba saja terdengar di kepalanya seiring dengan mendekatnya wajah Reno dan perlahan, sesuatu yang basah dan lembut berada di atas bibirnya.

O EM JI!!!

Sharen tidak tahu harus melakukan apalagi selain memejamkan mata dengan erat-erat, terlebih ketika bibir Reno mulai bergerak melumat bibirnya dan tangannya mengusap rambutnya kemudian tubuhnya semakin terhimpit. Membuatnya terbuai, membuatnya terlena, membuatnya terkesiap dan dalam sekejap membuat dirinya menginginkan Reno. Saat ini juga. Tidak.. sadarlah Sharen. sadarlah. Kau sedang berhalangan!!

Tetapi sayang kalau tidak di lanjutkan..

Tetapi memangnya kau mau melepas keperawananmu dengan cara begitu?! menjijikan ouwh!

Ketika tangan Reno turun dari kepalanya menuju bajunya, sesuatu yang lembut menggelitik Sharen, diiringi dengan itu, Sharen merasakan sesuatu yang lembut itu bergerak-gerak di kakinya. tunggu.. tunggu apa ini? halus, bergerak-gerak..

"Meow!!"

"AAAA RENOOOO!!!!"

Begitu mendengar suara kucing dan tersadar bahwa yang bergerak di kakinya adalah hewan yang ia takuti, Sharen mendorong tubuh Reno hingga suaminya terjungkal ke bawah ranjang, dan teriakan histeris Sharen kembali terdengar begitu kucing tersebut mendekat ke arahnya dan hendak naik ke atas kakinya.

"RENO AKU TAKUT KUCIING.. RENOOOOO.. AKU TAKUUUT.. RENOOOOO.."

Sharen terus menerus berteriak. Seolah tersadar, Reno segera meraih kucing itu dan memangkunya kemudian keluar dari kamarnya. ada Haru di luar kamarnya, sedang berjalan mencari-cari sesuatu. Dan begitu melihat Reno membawa seekor kucing, Haru langsung memekik kegirangan.

"Papa! Haru mencari Clara daritadi! Tadi dia lari, haru kejar-kejar malah menghilang." Haru terkikik geli sementara Reno memejamkan matanya menahan emosi. Astagaaaa.. dari sekian banyak gangguan, kenapa harus kucing ini? dan kenapa pula.. oh ibunya, Reno melihat ibunya sedang menatapnya dengan penuh senyuman.

"MAMA GIMANA SIH KENAPA BIARIN HARU SAMA CLARA KELUAR! UDAH TAU RENO LAGI BERDUA SAMA SHAREEEN!!!" teriaknya. Kesal dan marah bercampur satu. Ia kemudian menyimpan Clara di lantai dan menarik tubuh Haru lalu menggendongnya.

"Udah, Haru nonton aja sama papa!"

Sudah terlanjur kesal! ya sudah, senang-senang saja bersama anak. Dari dulu dia memang bersenang-senang bersama anaknya terus. Masih belum diijinkan untuk bersenang-senang bersama istri. AAAAARGGGG!! ADA SAJA YANG NAMANYA GANGGUAN. DIMANAPUN ITU.


*****


Pukul empat pagi, Reno sudah siap dengan jogger pants nya juga kaos polos berwarna biru yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Ia mendekati ranjang, menyentuh pelan bahu Sharen dan menggoyang-goyangkannya, membangunkan Sharen yang masih asyik dalam mimpinya.

"Sha.. sayang, bangun.." Reno menyentuh bahunya kemudian mengusap pelan kepala Sharen.

"Sharen.."

"Ngh..?" Mata Sharen akhirnya terbuka dengan pelan, masih terlihat begitu berat. Ia menatap Reno dengan kebingungan.

"Bangun sayang, bangun.." Ucap Reno lagi. Sharen mengucek pelan matanya dan mengerucutkan bibirnya, membuat Reno terkekeh karena ekspresi Sharen benar-benar menggemaskan.

"Jam berapa ini?" Tanya Sharen begitu matanya telah terbuka dengan sempurna. Ia kembali menguap, masih mengantuk karena semalam mereka berdua begadang menonton film dikamar sebelum tidur, yang sialnya terdapat beberapa adegan yang membuat keduanya kepanasan dan pada akhirnya tenggelam dalam percumbuan dahsyat atas penyaluran sesuatu diantara mereka.

"Jam empat Sha.." Reno menjawabnya dengan lembut. tangannya masih mengelus kepala Sharen, mengusapnya perlahan.

"Aku lagi gak sholat―"

"Aku tahu, kita gak akan sholat. Aku mau ajak kamu ke suatu tempat. Sekarang kamu bangun, terus mandi. Air sudah aku siapkan di kamar mandi."

"Kita mau kemana?"

"Rahasia. Sekarang kamu mandi dulu ya Sha.."

Terdengar hembusan nafas keras dari Sharen, membuat Reno mencium bibirnya dengan gemas. Kemudian dengan berat hati, Sharen beranjak dari ranjangnya dan masuk ke dalam kamar mandi.

Selesai mandi, Sharen memakai celana jeans dan kaos panjang kemudian menggulung rambutnya dan memakai kerudungnya. Setelah selesai, Reno mendekat ke arahnya dan memakaikan sebuah jaket tebal berwarna merah untuknya.

"Diluar dingin, apalagi jam segini." Ucap Reno. Menarik rel sleting, selesai. sharen nya sudah selesai dan berbenah dengan rapi. Kemudian Reno mengambil sepatu olahraga Sharen dan memakaikannya pada Sharen.

Melihat sikap Reno yang seperti ini, Sharen benar-benar sangat tersanjung. Astaga, suaminya tahu benar membuatnya jauh cinta berkali-kali padanya.

"Kita mau kemana sih?" Sharen bertanya lagi ketika Reno selesai memakaikannya sepatu dan kini pria itu menggenggam tangannya lalu menuntunnya hingga mereka berjalan keluar kamar.

"Olahraga."

"Apa? Aku gak suka olahraga." Sharen berhenti, menatap Reno dengan wajahnya yang cemberut. Oh menggemaskan sekali Sharennya kalau sedang seperti ini. reno mendekat, menarik kembali tangan Sharen dan menuntunnya.

"Bercanda sayang, kita mau jalan-jalan aja." Sahut Reno. Dan Sharen menurut, terlebih karena ia malu. Sejak tadi Reno memanggilnya sayang dan―oh, betapa indahnya.

Mereka sampai diluar rumah, mata Sharen terbelalak begitu melihat sesuatu di hadapannya. Sebuah motor! Ducati berwarna merah mengkilap, astaga.. jadi mereka?

"Kita naik motor." Reno tersenyum dengan gemas karena melihat kembali ekspresi Sharen saat ini. ia melepaskan genggamannya pada tubuh Sharen kemudian naik ke atas motornya dan menyalakan mesinnya.

DEMI TUHAN!!!

Reno dengan jaket kulit berwarna hitam, duduk dengan gagahnya di atas motor besarnya membuat ketampanannya meningkat menjadi beribu kali lipat. Aura maskulin memancar berbinar-binar mengelilingi dirinya, Ya Tuhan.. indahnya ciptaanmu! Sharen sampai menganga dengan bodohnya melihat pria di hadapannya. Itu suaminya kan? suaminya yang sudah punya anak satu? Ya Tuhan kenapa tampan sekali? Kenapa tidak ada kurang-kurangnya? Kenapa Reno selalu bisa membuat Sharen terpesona dengan setiap hal yang dilakukannya?

"Naik sayang.." Reno berucap di balik helm nya. Membuat Sharen terperanjat kemudian naik ke atas motor dan duduk di belakang Reno.

"Let's go! Pegangan yang erat honey."

AAAAAAA... ada apa dengan suaminya yang satu ini? setelah mengatakan sayang beberapa kali, sekarang dia mengatakan honey? Oh tolonglah.. Sharen masih mau berumur panjang, ia tidak mau hidupnya terancam karena jantungnya yang berdetak diluar batas kewajaran.

Dengan ragu, Sharen meletakkan kedua tangannya di pinggang Reno dan menggenggam pinggiran jaketnya begitu motor melaju kencang. Tetapi ditengah-tengah jalan, tangan kiri Reno menarik tangannya kemudian melingkarkannya di pinggangnya, membuat pipi Sharen merona dan ia menyandarkan kepalanya di bahu Reno.

"Gak baik kalau naik motor pegangannya begitu. memangnya kamu naik ojek!" Gerutu Reno. Sharen tersenyum kemudian ia mengeratkan pelukannya di pinggang Reno dan semakin menempelkan tubuhnya hingga mereka merapat.

"That's my girl!" Ucap Reno begitu merasa pelukan Sharen mengetat.

"Aku kira kamu gak bisa naik motor." Sharen memiringkan kepalanya, berbicara tepat di pinggir Reno.

"Laki-laki macam apa Sha yang gak bisa naik motor. Aku bisa, dulu lebih seneng naik motor. Tapi sejak ada Haru udah jarang naik motor. Hanya sesekali. Lagian kan aku sudah bilang, pria suka otomotif!"

"Ya.. ya.. ya. udah tau."

"Aku lupa bilang sesuatu."

"Apa?"

"Kamu gak boleh bawa motor sendiri lagi. mau gak mau harus mau, atau aku turunin kamu disini dan kamu pulang sendiri."

"Ish bawel! Ini kamu malah bawa aku naik motor."

"Ini beda cerita sayang, aku melarang kamu bawa motor. Sendiri, kamu masih bisa naik motor kok, dan itu berdua sama aku. Mengerti cantik?"

Sharen menenggelamkan kepalanya di bahu Reno. Dasaaar, tidak berbicara berhadapan saja ia benar-benar malu. Bagaimana kalau berhadapan?

"Ya, mengerti.."

"That's my love!"

APAAA?


******


Pemandangan indah dari kebun-kebun dan beberapa bukit disampingnya membuat Sharen menatap takjub dan tersenyum dengan sangat lebar. Udara pagi yang segar dengan langit yang masih menggelap di pagi hari membuat fikirannya begitu segar, dan baru.

Ia mengetatkan pelukannya kembali pada Reno kemudian menyandarkan kepalanya di punggung Reno dan kembali menatap pemandangan di hadapannya.

Reno tersenyum di depan, merasa begitu senang karena sedtidaknya ia bisa membawa Sharen ke tempat yang segar dan indah ini, terlebih sebentar lagi ia akan menunjukkan sesuatu yang lebih indah untuk Sharen. tunggu saja, tunggu saja sayang, batinnya.

Motor yang dikendarai Reno masuk ke dalam kawasan ber tuliskan tebing keraton. Sharen tersenyum semakin lebar, sepertinya ia tahu alasan Reno membangunkannya subuh dan mengajaknya kesini.

Menyambut matahari terbit! Apalagi?

"Sudah sampai.." Reno menoleh ke belakang begitu menepikan motornya. Perlahan Sharen melepaskan dirinya dan turun dari motor Reno. Jari jemari milik Reno terulur mengisi kekosongan di jemari Sharen. mereka saling bertatapan kemudian melemparkan senyuman tulus penuh perasaan dan berjalan bersama ke arah yang mereka tuju.

Sharen menyandarkan kepalanya di bahu Reno, menikmati hangatnya genggaman Reno ditengah udara pagi yang menusuk tulangnya. Hidungnya sedikit perih, dan ia menggosoknya pelan. Reno yang memperhatikannya menyentuh pelan hidung Sharen, menggantikan posisi tangannya dengan tangan milik Reno. Ya Tuhan.. pria ini..

Mereka sampai, langkah mereka terhenti begitu kaki mereka tepat diatas tebing yang kini terkenal dengan keindahannya, jam menunjukkan pukul setengah enam, beberapa menit lagi menuju terangnya langit karena sinar matahari.

"Jadi kita menyambut matahari disini ya?" Sharen memiringkan kepalanya. menatap wajah tampan Reno yang berdiri di sebelahnya.

"Iya.. biasanya di ranjang, sekarang disini." Sahutnya. Sharen mendengus kemudian mengalihkan tatapannya karena malu. Dan mereka terdiam, menikmati pemandangan di hadapannya dalam diam.

"Ngomong-ngomong Sha.." Reno berucap kembali, Sharen menatapnya lembut.

"Hmm.."

"Kamu nyaman memanggil aku Reno?"

"Ma―maksud kamu?"

"Yah, masa panggil suami sendiri namanya. Gak sopan! Lagian aku juga lebih tua dari kamu."

Sharen tidak terima mendengar ucapan dari Reno. "Bukannya kamu yang nyuruh aku manggil nama aja, daripada bapak kan?" Katanya. Reno mendelik kesal. "Ya, tapi manggil suami lengkap banget sementara manggil orang lain, kamu akrab banget."

Kening Sharen berkerut. Orang lain? Siapa?

"Adrian!" Reno melepaskan genggamannya pada tangan Sharen, kenapa Sharen merasa kehilangan?

"Siapa pria bernama Adrian yang kamu panggil dengan nama Dri?" Reno menatap sharen dengan sengit. Membuat Sharen menatapnya dengan geli.

"Gak sadar pasti, kemarin Hp kita ketuker, dan.. yah.. si Adrian adrian itu sms kamu!"

"Cemburu?" Tanyanya. Reno mengerjapkan matanya. Cemburu? Apaa?!

"Mataharinya mulai terbit.." Sharen menyentuh tangan Reno dan menatap lurus tepat di hadapannya. Reno mengubah ekspresi wajahnya, ia menoleh ke belakang dan.. benar! Matahari mulai naik ke atas.

Berdiri di samping Sharen, Reno menarik kedua bahu istrinya untuk berdiri di depannya kemudian tangannya menelusup ke depan dan memeluk perut Sharen. istrinya terkesiap, terkejut dengan sikapnya yang tiba-tiba. Tapi kemudian Sharen membuat dirinya nyaman dengan menyandarkan kepalanya di dada Reno dan meletakkan tangannya diatas tangan Reno yang berada di perutnya.

Suasana disini cukup ramai dengan anak muda lain yang sama-sama memiliki tujuan untuk menyambut matahari di tempat ini. tapi beruntung, ditempat mereka berdiri tidak ada orang lain lagi sehingga membuat mereka semakin leluasa, dan santai. Saling menyalurkan perasaan masing-masing lewat bahasa tubuh mereka.

Tepat ketika matahari semakin naik dan memancarkan sinarnya hingga menyilaukan mereka, Reno mendekatkan bibirnya pada telinga Sharen kemudian berbisik lirih. "I Love you..."


******


Sebuah senyuman tak henti-hentinya tersungging dari bibir Sharen sejak mereka kembali dari Tebing Keraton. Ungkapan tiba-tiba dari mulut Reno yang dibisikkan kepadanya dibawah matahari pagi yang mereka sambut berdua untuk pertama kalinya benar-benar membuat jantung Sharen berdebar-debar dan seluruh kerja tubuhnya menjadi kacau.

Sharen tidak percaya, sungguh benar-benar tidak percaya bahwa Reno menucapkan kata-kata itu padanya. Suaminya mencintainya ? Seriously?! Dia tidak mimpi kan? dan jawabannya adalah tidak!

Tetapi dia belum menjawabnya, dia belum membalas ucapan Reno.

Karena dia terlalu gugup.

Karena dia terlalu bahagia.

Karena jantungnya sudah bukan miliknya dan tak bisa lagi ia kendalikan.

Dan karena ia sangat menantikan kata-kata itu.

"Sha?" Reno mengibaskan tangannya di depan Sharen, mereka berdua sedang sarapan di pinggir jalan tetapi sedari tadi Sharen hanya mengaduk-aduk buburnya tanpa memakannya.

"Eh.. iya." Tersadar, Sharen tersenyum kaku kemudian kembali memakan buburnya yang sudah ia aduk. Iyuwh, sebenarnya ia sangat benci bubur yang di aduk begini. Salahnya sendiri, yang malah melamun dan mengaduk buburnya.

"Masih jam tujuh, mau kemana lagi?" Reno meraih gelas kemudian minum dan menatap istri cantiknya yang sedang makan di hadapannya.

"Gak ke hotel?"

"Nggak, aku libur. Hari ini kita jalan-jalan aja."

"Haru gimana?"

"Haru mau di bawa main sama mama, kata mama.. udah lama mama gak main sama Haru. kangen.. gitu kemarin katanya." Jelas Reno. Terkutuklah diaaa, karena mengatakan hal yang sebenarnya belum ia sepakati dengan ibunya.

"Oh, begitu.. jadi gak apa-apa kita gak sama Haru?" Sharen menatapnya, meminta persetujuan dan Reno tersenyum dengan yakin.

"Sangat tidak apa-apa.. kita jalan aja berdua, yah?"

"Jadi kencan gitu maksudnya?" Tanya Sharen. Reno tersenyum seraya mengedikkan bahunya.


******


Maryam meraih ponselnya yang berbunyi dengan nyaring, ada satu pesan masuk disana. pesan dari Reno yang membuatnya tertawa dengan begitu keras.

From. Anak tampanku yang malang

Mama, Reno gak mau tau pokonya hari ini mama ajak jalan-jalan Haru. kemana kek, terserah. Mau ajak Renita atau bu ali, atau si mushkin. Terserah mama, pokonya mama ajak jalan Haru. jangan sampe nggak! Reno mau pergi sama Sharen, mau pulang malem. Atau bahkan mungkin bisa jadi besok. Sharen nanyain Haru,, tapi Reno bilang kalau mama mau ngajak main Haru soalnya kangen sama Haru. yah ma? Bantuin Reno sekali aja. Di tas Haru ada kartu kredit, boleh deh mama pake itu. Mau beli baju atau tas, asal jangan mobil ya ma.. dah, titip Haru.

"Dasar anak kurang ajar! Hahaha bisa-bisa nya dia ngajak ibu sendiri kongkalikong. Mana main sogokan lagi. duh, Reno.. cepet naik jabatan kamu kalau jadi pejabat. Nyogok mulu!" Ucapnya. kembali tertawa karena tingkah anaknya yang menurutnya begitu menggelikan.

Berjalan menuju kamarnya, Maryam melihat Haru yang tengah membaca buku cerita miliknya.

"Haruna, hari ini main sama oma ya?"

"Papa mana oma?"

"Papa lagi pergi, Haru main sama oma! Kita abisin uang papa kamu! Hahaha, kita belanja ya sayang? Nanti Haru beli mainan Baru."

"Mainan? YEEEE.. OMA HARU MAU MAINAAAN!!" Pekik Haru, Maryam tersenyum kemudian menghubungi seseorang.

"Kenapa tan?" begitu suara di sebrang sana terdengar, Maryam kembali tersenyum.

"Temenin tante yuk! Abisin duit si Reno!"

"Lah, Mushkin kan kerja tante."

"Udah, bolos aja gak apa-apa. Bos kamu juga bolos. Lagian dia tadi nyuruh tante minta anter kamu. Gimana, kamu mau?"

"Yah, boleh deh tante."

"Oke.. KFC Dago jam sembilan ya Mus."

"Siap taaann.."


*******


"MAMAAAA!" Sharen berlari memeluk ibunya begitu mereka sampai di rumahnya. Sarah terperanjat atas perlakuan Sharen yang tiba-tiba dan suaranya yang memekik dengan kencang menusuk telinganya.

"Mama baru korek telinga Sharen! Masih bisa denger jelas gak usah teriak-teriak begitu." Gerutunya. Sharen hanya menampilkan seluruh giginya, tangannya bergerak kembali untuk memeluk ibunya.

"Sharen kangen mamaaa.." Ucapnya. wajahnya berubah menjadi sendu, berpikir dulu dia dan ibunya bertemu setiap hari, tapi sekarang hanya bertemu se bisanya saja. ini kali ketiga dia bertemu ibunya setelah menikah, selama dua bulan ini.

"Kamu darimana? Sama siapa kesini? Pagi sekali." Melepaskan pelukan Sharen, Sarah berjalan ke dalam dan mengambil minum lalu memberikannya pada Sharen.

"Sama Reno, tuh dia di depan. Lagi ngobrol sama si Adnan.." Ucapnya dengan langsung meneguk habis air minumnya.

"Reno, Reno! Gak sopan kamu! Masa sama suami manggil nama, memangnya dia seumuran kamu." Omel Sarah. Bibir Sharen mengerucut mendengarnya. Kenapa mendadak semua orang mempermasalahkan caranya memanggil Reno?

"Trus Sharen harus panggil apa mama? Suamiku? Idih, gak banget. Atau panggil mas? Huaaa geli. Panggil aa? Sunda banget mama! Walopun cinta daerah tetep aja.. panggil Papa lebih aneh lagi, Reno punya anak dua dong kalau begitu."

"Kalau begitu apa kek, yang.. mungkin. Kan suka banyak tuh pengantin baru manggil suami atau istrinya sama sebutan yank.."

"Yang.. yang.. yang.. yang haus gitu ma? Gak mauuu.. udah ah, Sharen mau panggil―"

"Dear aja."

"Halaaah.. gak mau. masa cewek manggil ka―"

Sharen menghentikan kata-katanya begitu menyadari suara siapa yang barusan ia dengar. Oh tidak, suara lembut yang bisa memporakporandakan organ tubuhnya di dunia ini hanyalah suara milik.. suaminya.

Sharen membalikkan tubuhnya dan membeku begitu Reno tersenyum penuh arti di belakangnya. Matanya melotot ke arah Reno tapi suaminya justru malah tertawa dan mengacuhkannya karena sibuk mengobrol dengan ibunya.

Menantu pria bertemu mertua, akan melupakan istri. Tsk!


*****


"Jadi setelah ini kita mau kemana tante?" Mushkin menyeruput kopinya seraya menatap ibu Reno dengan seksama.

"Kemana aja lah mus, kita abisin aja uangnya."

"Memangnya si Ilham kemana tante?"

"Tau dia! Kemarin yang sempet ribut itu yang dia marahin Sharen, sekarang kan sudah baikkan.." Mushkin menganggukkan kepalanya. ya, sudah baikan. Ia tahu satu hal itu.

"Si Reno kayaknya ngebet. Gak tau juga sih, subuh-subuh tadi mereka berangkat. Ehhh pas pagi si Reno sms tante bilang titip Haru. duh, kemarin-kemarin kemana aja dia. Akhirnyaaa, dititipin Haru juga nih tante. Belah duren.. belah duren. Eh gak bisa! Si Sharen nya lagi halangan."

Mushkin hanya tertawa mendengar celotehan Maryam mengenai sahabat sekaligus bos nya itu.

"Belah Duren itu apa oma?" Dan suara Haru membuat Mushkin semakin tertawa dengan begitu kencang. Maryam sedikit gelagapan, ia lupa. Ada Haru disana. ya Tuhan..

"Belah duren.. ya itu, kalo Haru mau makan duren kan harus dibelah . harus dibuka dulu." Jelasnya, Haru hanya menganggukkan kepalanya kemudian tersenyum dengan sangat lebar.

Sementara itu di sisi paling sudut ruangan itu, seorang wanita berdiri dengan tatapan penuh selidiknya.

"Itu cowok yang bilang aku pe'a kan yah? Dia siapa sih? Kemarin waktu nikahan Sharen ada, eh sekarang sama Haru sama neneknya. Apa jangan-jangan dia om nya Haru? atau... atau dia ayahnya Haru yang sesungguhnya? Bisa aja suaminya si Sharen kayak di drama drama, nyamar jadi duda buat menemukan cinta sejati. Eyaaaaakk drama queen banget hidup gue!!!"


*****


"Mbak, di E dua ya?" Reno berbicara pada pelayan tiket seraya memberikan ATM nya untuk membayar tiket yang dibelinya. Sharen duduk menunggunya dibawah poster-poster film besar di kursi tunggu. Begitu tiket sudah berada di tangannya, Reno mendatangi penjual pop Corn dan membeli satu porsi Pop Corn jumbo untuknya dan Sharen, setelah itu ia kembali duduk di samping Sharen.istrinya sedang sibuk bersama ponselnya. Ia bahkan tidak menoleh ketika Reno sudah kembali duduk di hadapannya. Tsk! Benar-benar!

Menyenggol bahu Sharen pelan, Reno tersenyum begitu Sharen melirik ke arahnya dan memasukkan ponselnya ke dalam tas nya. Reno menggelengkan kepalanya, kemudian mengambil kembali ponsel yang sudah Sharen masukkan.

"Mau apa?" Tanya Sharen, terkejut karena Reno tiba-tiba mengambil ponsel dalam tas nya. Tidak ada jawaban dari mulut Reno, pria itu malah sibuk dengan ponselnya kemudian mengarahkannya ke hadapan mereka berdua.

"Senyum, cantik!" Ucapnya, menekan tombol kamera dan menangkap foto mereka berdua. Dengan Sharen yang kebingungan menatapnya dan dirinya yang tersenyum sangat lebar.

"Yah! Kok gak bilang-bilang mau foto, sekali lagi!"

"No..no, ini udah bagus. Liat kamu cantik Sha, lucu juga ekspresinya. Sangat terpesona pada suami kamu yang paling tampan."

"Huu.. geer! Itu mah bukan terpesona Reno, itu―"

CHUP!

Reno mencium pipi Sharen tiba-tiba dan mengabadikannya dalam kamera ponsel Sharen. begitu melihat hasilnya, Reno tertawa dengan sangat keras. Fotonya benar-benar sempurna! Wajah Sharen yang melongo karena ciuman tiba-tibanya benar-benar terlihat sangat menggemaskan.

Sharen mengerucutkan bibirnya, tangannya meraih-raih ponselnya tetapi Reno menjauhkan tangannya dan mengangkatnya jauh-jauh, matanya mendelik tajam ke arah Reno sementara Reno masih terus menerus tersenyum padanya.

CHUP!

Suaminya itu kembali mendaratkan ciuman tiba-tiba pada bibir Sharen. astagaaaa.. demi Tuhan! Mereka sedang berada di tempat umum, dan Reno sudah dua kali menciumnya. Walaupun hanya sebentar, tetap saja Sharen berdebar, dan malu jika saja ada orang lain yang memperhatikan mereka.

"Filmnya sudah mulai Sha, jangan manyun terus. Nanti aku cium la―AWW! Sakit! Kenapa kamu cubit akuuu!!!" Pekik Reno.

"Biarin." Sharen menjulurkan lidahnya, meledek jenaka pada Reno dan berjalan lebih dulu meninggalkan Reno yang kesusahan membawa Pop Corn dan Minuman. Rasakan! Siapa suruh mencuri ciuman darinya.

Masuk ke dalam studio, Sharen duduk dengan nyaman. Kakinya diangkat ke atas meninggalkan sandalnya yang ia taruh di bawah. Reno disampingnya duduk bersandar dengan kepala yang condong pada Sharen, menatapi Sharen terus menerus dan mengirimkan sesuatu diantara mereka yang membuat Sharen gugup luar biasa.

Lampu studio sudah benar-benar padam dan Film mulai di putar. Sharen masih mencoba duduk dengan santai tanpa menghiraukan Reno yang sejak tadi memperhatikannya. Tangannya ia lipat di dadanya tetapi Reno menariknya dan menggenggam satu tangan kirinya. membuat Sharen menahan nafasnya. Astaga, pria ini..

"Lepasin tangan aku, kalau aku mau garuk-garuk kan susah!" Sharen berbisik pelan seraya menatap tajam pada Reno.

"Garuk yang mana? Aku bisa garukkin buat kamu."

EEEEE???! Sharen segera menatap Reno dengan ngeri. Tunggu.. tunggu.. ada apa ini? kenapa dia? Kenapa dengan suaminya yang tiba-tiba aneh seperti ini? apa pengaruh mereka yang duduk berdekatan? Ataukah mungkin pengaruh dari bioskop yang gelap ini?

Sharen sepertinya melupakan satu hal, ketika sepasang manusia menonton di bioskop. Delapa puluh persen yang mereka kerjakan adalah MEMBUAT FILM!

Tapi, apa benar mereka akan....

"Aktornya biasa aja Sha, gak usah menganga begitu. masih ganteng aku, suami kamu." Reno memasukkan beberapa pop corn pada mulut Sharen, membuat Sharen mengerjapkan matanya. Oh tuhan.. RENOOOO!!!!



TBC



Udah ah udaaah.. aku melambaikan tangan ke kameraaa XD

Sudah tidak sanggup lagi, udah mentok banget. Kalo dilanjutin gak akan bener tuh pastiii.. jadi ya sudah ya sampai disini dulu. Maaf yah.. maaf ders kalo ini aneh. Setelah ini mungkin agak lama karena aku mau nugas dulu :3

Kemarin2 si haru pup, trus pakein pembalut, nah sekarang ada si clara. Wkwkwk

Maaf aku suka gaje, wkwk memang orangnya kan gaje yah. Di maklum ajaa.. hihi

Selalu terimakasih untuk kalian semua..

Lavvyuuuuu :*



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro