Writetober 2024 Day 6: Fights
"Haahh ... lelahnya ...," ucap Julius seraya duduk di kursi. Tangan kanannya bergerak menarik rambutnya ke belakang. Julius menatap langit-langit kedai, masih tidak terima dengan kekalahannya, habis itu Julius memegangi pipinya yang pernah kena pukul Will, semburat merah tiba-tiba mewarnai pipinya, ketika sadar Julius menurunkan tangannya dan menggelengkan kepalanya. "Apa yang sih aku pikirkan? Aku akan mengalahkannya."
Sosok gadis berambut oranya memperhatikan dari jauh, kedua tangannya menutup mulut, kedua matanya melebar.
Apakah ini yang dinamakan jatuh cinta pada tonjokan pertama ...? batin gadis berambut oranye itu saat memperhatikan Julius dari jauh.
Gadis itu dipanggil oleh Pak Workner dari luar, gadis itu segera ke luar dari kedai. Masuklah Will ke dalam kedai, berjalan menghampiri Julius yang sedang duduk. Will menundukkan kepalanya, melihat Julius dari atas, sebuah senyum lebar menghiasi wajahnya.
"Otsukare, terima kasih sudah mau membantu."
Julius merespon dengan memutar kedua bola mata malas. "Berisik, pergi sana."
Will tidak mengindahkan perintah Julius, mata bulat ungunya masih setia menatap Julius dengan perasaan riang. Wajah riang itu malah membuat Julius kesal, tangan kanannya mengepal erat, keinginannya untuk menonjok Will berusaha dia tahan.
"Kenapa ngeliatin aku kaya gitu? Ada sesuatu di wajahku?" tanya ketus.
"Aku ... aku mau nawarin minum."
"Gak usah," katanya sembari menegakkan kembali badannya, "aku mau pulang ke asrama sekarang."
"Baiklah kalau begitu, dua teman Julius udah nunggu di luar."
Julius berdiri dari kursi, manik birunya menatap tajam Will, tangannya bergerak menggenggam pergelangan tangan Will cukup erat, dan menarik Will agak dekat dengannya.
"Saat aku sudah berhasil sampai di puncak, aku ingin bertarung denganmu lagi, jika kamu kalah kamu harus jadi bawahanku."
Kedua mata Will membulat, lalu tersenyum. "Ya."
Julius agak bingung dengan reaksi Will yang kelihatan senang seolah ucapannya tadi itu semacam ajakan bermain pada seorang teman.
"Kenapa kamu keliatan kaya senang?"
"Habisnya ini pertama kalinya ada yang bilang begitu padaku."
Julius diam beberapa saat, dia benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran si anak gagal, mungkin karena terlalu banyak dirundung oleh Sion cara kerja otaknya menjadi buruk.
"Sudahlah." Julius berjalan pergi ke luar kedai.
Will melembaikan tangan dengan senyum. "Dadah Julius, sampai jumpa nanti."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro