Writetober 2024 Day 21: Anniversary
"Kamu kelihatannya terburu-buru, mau ke tempat itu lagi?" tanya Ellenor.
Wignall membalikkan badan dan memberikan jawaban singkat. "Ya." Manik sehijau gioknya itu masih menyimpan duka di dalamnya.
Ellenor mendengus, ujung bibirnya melengkung seolah mengejekadik tirinya itu. "Kamu sangat mencintai anak itu huh? Lucu sekali, dan sampai sekarang kamu menunggunya untuk kembali? adikku sungguh bodoh, kau adalah elf dan kau memilih untuk menyukai Lyzance sepertinya."
"Bodoh atau tidak aku masih tetap mencintainya sampai sekarang, aku akan terus menunggunya meski harus menunggu 100 tahun, 1000 tahun, bahkan 10.000 tahun pun."
Manik hijau tua yang memperhatikan Wignall dengan bosan mulai tersenyum, ia mengerti mengapa Wignall begitu terburu-buru hari ini.
"Hari ini ya? Yasudah, untuk hari ini aku akan melepaskanmu." Ellenor mengibaskan tangannya, mengusir adiknya dari ruangan.
Wignall menundukkan badannya sedikit, dan pergi ke luar ruangan.
Wignall melangkahkan kaki menyusuri jalanan, memperhatikan sekitar. Urbus Regarden nampak sangat damai, penghalang yang melindungi langit sudah tidak ada, mahluk penjajah yang selalu diceritakan itu akan datang tanpa diduga, walaupun kelompok penjahat sudah dimusnahkan, tetap tidak boleh lengah.
Wignall menginjakkan kaki ke luar Urbus Rigarden, dari sana Wignall akan melanjutkan perjalanan ya selama 20 menit, memasuki kumpulan pohon rimbun, di sana ada satu pohkn yang lebih tinggi dari pohon lainnya.
Wignall menyebut pohon itu dengan "Yggdrasil milik kami", mungkin pohonnya tidak sebesar dan semewah milik Ellenor, tetapi pohon ini ditanam bersama dengan Will, di bawah pohon itu tertancap sebuah pedang dan ada kacamata google yang menggantung.
Senyum lebar merekah di wajah Wignall.
"Maaf lama, seperti biasa aku harus berhadapan dengan kakakku dulu hahaha ...."
Wignall berjalan lebih dekat dengan pedangnya, tangannya menyentuh pegangan dari pedang itu, lalu membersihkan pegangannya dari lumut yang menyelimuti.
Menyntuhnya saja membuat ingatan masa lalu naik ke permukaan, pertama kalinya melihat seseorang yang menggunakan pedang di sekolah yang diisi penyihir, lalu pedang yang selalu ditertawakan melindunginya dari monster. Ia tidak menyangkal jika ia tidak merindukannya.
Wignall mendudukan dirinya di samping pedang, kepalanya mendongak ke langit.
"Langit hari ini sangat cerah ya."
"Aku masih jadi High Mage, keliatannya kakak tidak terpikirkan sama sekali soal penerus, tidak mungkin elf gagal sepertiku ini terpilih menjadi penerus." Diakhiri dengan tawa kecil.
"Sampai saat ini dunia masih diperlihatkan sinar mentari."
"Tidak bisa dipungkiri kalau mereka akan kembali, di mana ada cahaya di situ pasti ada kegelapan juga, dua elemen yang saling bertabrakan dan akan selalu bersama."
"Maaf, aku lupa membawa hadiah, seperti biasa aku hanya bisa mempersembahkan ini untukmu," katanya seraya menarik tongkat sihirnya, Wignall mengucapkan mantra dan dalam sekejap sekelilingnya ditumbuhi berbagai bunga-bunga.
Wignall menoleh ke pedang yang ada di sampingnya. "Selamat hari jadi yang ke-523."
Setelah mengucapkan itu Wignall bangkit berdiri, permata hijau yang tadinya tersenyum kembali sendu. "Sampai ketemu lagi nanti--tidak, aku akan selalu setia menunggumu kembali."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro