Pilih Mana?
"Sion, kalo misalnya Will jadi dua, kamu bakal pilih yang mana?" tanya Colette sambil memakan kue cheesecake.
"Maksudnya?"
"Will kan punya dua penampilan yang berbeda, waktu pake kekuatan Wis-nya dan waktu sehari-hari pas kaya di sekolah gitu."
"Tentu saja dua-duanya, aku punya dua tangan aku bisa menggandeng dua-duanya dan ...." Kalimat selanjutnya yang diucapkan Sion tidak terdengar, singkatnya disensor.
"Aku tidak menyangka ada Lyzance tidak beradab seperti dwarf."
"Anak maruk."
Komentar yang keluar dari mulut elf dan seorang jenius membuat kesal Sion.
"Kalian sendiri pasti bakal milih dua-duanya kan?! Jangan sok suci!" bentaknya dengan wajah memerah, tidak terima dikatakan tidak beradab dan maruk.
"Hmm ... aku lebih suka Will yang biasa, wajah cerianya yang lucu, pipinya yang gempal, rambut hitamnya yang seperti permata obsid--hmmpph?"
Mulut Wignall ditutup paksa Lihanna.
"Sudah cukup dengan pujian hiperbolanya."
Lihanna melirik ke Julius.
"Aku? Aku tentu pilih si anak gagal saat menggunakan 100% kekuatan Wis-nya itu, seluruhnya terlihat putih seperti salju, warna itu sangat cocok denganku. Apalagi kalau tongkat sihirku dengan pedangnya menjadi satu, aku di dalam si anak gag--SAKIT!"
Di tengah pidatonya, pinggang Julius dicubit Iris.
"Apa sih?! Gua lagi mengutarakan pujian, jarang-jarang gua muji tuh anak," dengusnya kesal.
"Kalo ngomong bikin kalimat yang bener, jangan ambigu."
"Kalian lupa pas si anak gagal itu bertarung sama monster mengerikan itu? Kekuatan yang dimilikinya seperti Elfaria-sama berada di sampingnya."
"Jadi maksudnya itu, aku kira yang lain," kata Iris dengan santai.
Julius memperhatikan satu persatu yang duduk satu meja saat ini.
"Kalian semua mesum."
Sion tiba-tiba berdiri sambil memukul meja. "BERISIK! Aku engga mesum, dasar bocah es."
Julius terpancing emosinya dan berdiri dari kursi. "ELU KOK SENSI BANGET SIH?! KEK SI ANAK GAGAL PUNYA ELU AJA!"
"SI ANAK GAGAL EMANG PUNYA GUA! GA BOLEH ADA YANG NYENTUH TUH ANAK SELAIN GUA!"
"SI ANAK GAGAL BAKAL JADI PELAYAN GUA!"
"KALIAN BERDUA berisik sekali seperti tidak pernah diajarin sopan santun. Will itu temanku, aku muak mengobrol dengan kalian berdua."
"Harusnya gua yang bilang itu, kubakar habis rambut panjang lu itu."
"Berisik Wignall, berhenti bilang si anak gagal itu temen, kalo lu emang suka sama si anak gagal katakan saja."
Di ruangan itu juga ditekan dengan tiga kekuatan sihir yang sangat besar.
Colette berusaha untuk melerai ketiganya.
Iris mencatat sesuatu di dalam buku kecil.
Sementara Lihanna menghela nafas sembari melihat pantulan dirinya di cangkir berisi teh.
"Sudah kuduga akhirnya akan menjadi seperti ini," gumamnya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro