Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 33

Aku tak percaya ini. Mataku mendelik sambil mengangkat tangan yang memegang paha ayam berlepotan tepung. "Kau melamarku saat aku membuat ayam goreng?!"

Zander mengangkat bahu tanpa dosa. "Haruskah aku menyuruhmu mengganti baju atau berdandan dulu sebelum aku mengulang lamaranku?"

Aku memejamkan mata sejenak sebelum memutuskan kembali melanjutkan mencelupkan ayam ke adonan basah dan kering. "Jangan menggangguku saat ini. Aku butuh konsentrasi."

Dia mendekat, membuka celemekku, lalu memakainya tanpa peduli saat aku memelototi. Ia mengambil alih paha ayam yang kupegang, menaruhnya ke wadah terpisah.

"Kau seharusnya memasukkannya ke dalam telur yang dikocok lebih dulu. Kau mandilah, ganti baju, tak perlu berdandan lama. Aku tak mau penampilanmu nanti malah menjadikanmu menu utama makan malamku di meja nanti."

Ia mengedipkan mata. "Kau bisa pingsan kelelahan." Ia tersenyum setelah menyentuhkan telunjuknya yang terkena adonan tepung ke kedua pipi dan ujung hidungku. "Pergilah, Tuan Puteri. Aku akan membuatkanmu makan malam sekalian."

Aku pun bergerak mundur mau tak mau, membiarkan ia mengambil alih. Dia bahkan memperbaiki hasil perkerjaanku tanpa banyak berpikir seakan itu sesuatu yang biasa baginya.

Betty benar. Ia telah mewariskan kemampuan memasak pada putranya itu.

Aku tersenyum samar sebelum berbalik melangkah dan menaiki tangga menuju kamar kembali. Mulutku tanpa sadar merutuk kemudian saat mengusap hidung dan melihat adonan tepung pada jari.

Kakiku bergegas menuju kamar mandi. Ini akan menjadi mandi yang kedua kali setelah berendam siang tadi.

***

"Aku bisa menduganya tanpa ragu saat melihat nama Nemesis. Sejak kapan Dewi Yunani menggunakan ponsel? Lagi pula orang tua mana yang menamai anaknya dengan nama sang Dewi Pembalasan? Ia tak sekalian menyimpan nomor kontakku dengan nama Zeus?"

Zander mendengkus sebelum menggerogoti ayam goreng. Aku justru tersenyum geli tanpa bisa mencegahnya. Ia lagi-lagi terlihat seperti anak kecil yang tengah kesal, menggerutu sambil makan.

"Lulu bahkan menyimpan nomor kontaknya di ponselku sebagai Hera."

"Hera? Aku tak setuju! Ia seharusnya jadi Aphrodite, lalu aku adalah Eros dan kau Psyche! Dia cocok jadi ibu yang jahat karena memisahkan kita!"

Aku tergelak, lalu menatapnya tak percaya. "Kau suka cerita fantasi juga?"

"Kau kira obrolanku dan Tim di kamarnya didominasi apa? Tentu saja kisah tentang dewa-dewi, peri, jin, vampir, manusia serigala dan makhluk-makhluk supernatural lainnya. Itu dongeng pengantar tidur kesukaan Tim."

"Astaga."

"Aku tahu kini kenapa Tim sangat menyukai Lulu. Ia pasti juga melakukan hal sama denganku untuk membujuknya agar lekas tidur. Mendongengkan kisah fantasi. Simon tidak menyukai itu. Karena itu, ia lebih suka menyerahkan tugas menidurkan putranya padaku."

"Bagaimana jika kau tak ada di sana?"

"Simon akan meneleponku, membiarkan Tim mendengarkan dongenganku melalui speaker ponselnya."

Aku paham kini kenapa Tim sangat memuja dan menyayangi Zander, juga Luciana. Kami sama-sama pencinta cerita fantasi.

"Ide siapa itu?" tanyanya sebelum menyesap bir dinginnya.

Aku yang baru saja akan meraih ayam goreng, menghentikan gerakan seketika. "Soal apa?"

Zander menaruh kaleng bir ke meja. "Soal kabur meninggalkanku dan bersembunyi di sini?"

Tanganku lanjut meraih ayam goreng. "Kabur dan bersembunyi adalah ideku. Lokasi ini adalah ide Lulu."

"Lake Placid hanya berjarak sekitar tiga jam dari Vermont. Tidak pantas disebut pelarian, melainkan liburan akhir pekan." Ia menatapku antara jengkel dan geli. "Kau seharusnya memilih Perth!"

"Lalu apa kau akan menyerah mencariku jika aku ke sana?" tantangku sambil menggigit ayam goreng.

"In your dream."

Aku mendengkus. "Aku tak menyesal memutuskan ke tempat ini. Aku menyukai kabin ini dan Lucy."

Zander sontak memandangiku dengan tatapan ngeri. "Kau mau mengubah seleramu, beralih dari lelaki ke wanita?"

"Tutup mulutmu." Bibirku mengerucut sambil mengunyah potongan ayam di mulut. "Lucy itu istri Tuan Nelson, pengurus kabin-kabin sewaan di sini. Kabin ini milik Ethan yang dibeli dari dia dan suaminya.

"Dia sudah berumur, tetapi masih sangat terampil, modis, gesit, ceria, dan super ramah. Ia wanita yang baik dan menyenangkan. Lucy mengajariku memasak ayam goreng. Kue cokelat yang kau habiskan dengan rakus tadi, itu buatannya."

Zander hanya ber-oh ria. Ia tampak memandangiku lama kemudian. Aku bertemu tatap dengannya. Dia tak berkedip sekali pun.

"Apa?"

"Aku ingin melamarmu, tetapi kau masih makan."

"Berhentilah bercanda. Pernikahan adalah sesuatu yang serius, Zander. Itu bukan permainan."

"Aku serius. Kau mengandung bayiku. Aku tak mau melepasmu, bahkan bila kau tak hamil pun aku akan tetap melamarmu. Aku akan memberitahu orang tua kita tentang anak kita di perutmu jika kau masih tak mau menikahiku."

"Kau gila. Coba saja jika kau lakukan itu. Aku akan pergi ke Perth atau tempat yang lebih jauh dari itu."

"Jadi, nikahi aku. Kau mau aku bagaimana agar kau bersedia?"

"Tidak ada."

Dia menatap penuh selidik. "Kau masih mencurigaiku sebagai penyebab kecelakaan Zane? Demi Tuhan, Lea. Aku tak tahu apa-apa soal itu. Aku sama sepertimu, syok saat mendengar kabar buruk itu dari papaku.

"Kau kira hanya kau yang sedih, marah, dan menyesal? Perasaanku jauh lebih buruk dari yang kaurasakan! Tapi aku tak mau lari dari kenyataan. Aku harus menerima dan menghadapi penyesalan itu meski harus menghabiskan waktu seumur hidupku.

"Namun, aku tak bisa menyesali telah mengambilmu darinya. Aku akan tetap melakukannya jika aku disuruh memilih ulang jalan cerita hidupku.

"Aku akan tetap memilih datang ke pesta menemuimu, tetapi bukan untuk melecehkanmu seperti waktu itu! Aku justru akan dan pasti mengubahnya menjadi pertemuan pertama kita yang paling indah."

"Buktinya kau masih memaksaku melakukan itu," gumamku.

"You want me to f**k yoi or make love to you?"

"Aku tak tahu. Kita belum pernah melakukannya karena keinginan bersama, bukan? Kau selalu melakukannya dengan paksaan. Padahal kau sudah janji tak akan melakukannya jika aku tak mau."

Dia menatapku seakan aku makhluk ajaib dari langit. "Kau tak mau? Well, mulutmu dan tubuhmu tak menunjukkan seperti itu."

"Salahkan hormon! Tapi aku sungguh tak berpikir yang kita lakukan adalah bercinta yang sesungguhnya. You just f***ed me!"

"Fine! Aku akan tunjukkan padamu nanti bagaimana bercinta yang sesungguhnya."

"Apa?! Kau hampir meremukkanku tadi!"

"Maksudku tidak sekarang!"

Aku mendesah. "Obrolan apa ini? Kita makan ayam goreng sambil membahas soal perbedaan dalam hal bercinta?"

"Kau yang mulai lebih dulu."

"Kau, bukan aku!"

"Fine. Salahku."

Kami diam kemudian. Suara air menampar tepi danau terdengar di keheningan malam. Tirai balkon berkibar-kibar dari jendela yang masih terbuka.

"Serius, Lea. Menikahlah denganku. Aku bersumpah akan membahagiakanmu. Jangan hanya memikirkan tentang yang lain, pikirkan saja tentang calon anak kita. Kau mau menyembunyikan sampai kapan? Jangan bilang kau akan membunuhnya. Aku tak percaya itu!"

Aku termangu. Otakku serasa kusut.

"Kau mau dia lahir di sini, lalu apa? Kau akan membuangnya? Memberikannya pada orang lain?"

Mulutku membuka. Namun, bibir terasa mengunci, tak bisa berkata apa-apa.

"Kau pikir akan bagaimana perasaan mama dan papamu saat kau kembali setelah melahirkan? Akan kau kemanakan bayi kita? Kau tinggalkan begitu saja?"

Aku masih membisu. Sesungguhnya perang pun tengah bergejolak di dalam diriku.

"Akui saja, Lea. Tak ada jalan terbaik selain menikah denganku demi kebaikan bayi kita berdua. Aku akan menebus semua kesalahan yang telah kulakukan dengan membahagiakanmu dan anak kita seumur hidup."

*** 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro