CHAPTER 1
WARNING!! INI HANYA UNTUK PEMBACA YANG SUDAH CUKUP UMUR. YANG BELUM DEWASA HARAP MENJAUH!
Suasana pesta di kediaman Sam, putra pemilik perusahaan mobil terkemuka di New York, yang juga merupakan kekasih baru Luciana, terlihat semarak. Suara riuh gelak tawa dari para tamu yang hilir-mudik terdengar ramai bercampur dengan obrolan serta canda. Beberapa muda-mudi tampak asyik di pojok ruangan, juga di sofa, bercumbu, atau hanya sekedar saling menggoda sambil menikmati minuman dan hidangan yang tersedia.
Ruangan mewah dan besar itu tetap saja terasa sempit dan pengap oleh banyaknya tamu yang datang menghadiri pesta. Belum lagi ditambah suara musik IDM yang membuat siapa pun yang mendengar akan seketika menggoyangkan tubuhnya.
"Wow! Pesta ulang tahun yang hebat, huh!" celetukku di dekat kuping Luciana.
Gadis pirang bermata biru itu sontak mengangguk setuju. Ia mengibaskan rambut lurus sepunggungnya sambil meneguk koktail beralkohol di tangannya. "Sam memang ... lumayan."
Aku melebarkan mata sambil menahan tubuh yang mulai sempoyongan. "Lumayan? Kau gila ya? Ini pesta kelas atas, Lulu!" Kusampirkan tas selempang ke sisi leher.
Kami sama-sama mengenakan pakaian berwarna putih. Bedanya, tubuh Luciana dibalut oleh atasan bertali dan celana ketat, serta sepatu berhak, sementara aku memakai blus terbuka di bagian bahu serta rok jin pendek sepangkal paha, ditambah bot setinggi lutut.
Luciana menghiasi mata besarnya dengan eyeliner gelap ala smokey eyes. Cukup cocok untuk gadis berumur sembilan belas tahun dan sebaya denganku itu.
Aku tidak memiliki kulit seputih Luciana. Untuk mata almond abu-abuku, rasanya lebih nyaman dengan hanya memakai maskara saja.
"Berapa lama kau mengenalnya? Tidakkah sepertinya terlalu cepat untuk dikenalkan dengan keluarganya?" tanyaku.
"Hmm beberapa minggu sebenarnya. Aku cukup tahu, dia sangat royal dan sangat tergila-gila denganku," sahut Luciana.
Kepalaku mengangguk-angguk. Tidak aneh sebenarnya. Aku bisa mempercayai itu. Lelaki mana yang tak akan tergila-gila dengan Luciana yang cantik dan seksi.
"Lagi pula, dia tak mungkin berbohong, bukan? Aku sudah tahu rumahnya, bahkan beberapa temannya. Dia benar-benar kaya dan berencana akan membelikanku sebuah apartemen."
Kuputuskan tak mau mendebat gadis itu. Lagi pula, kami sudah berada di sini dan tak sendirian. Banyak tamu yang datang. Bahaya apa yang akan menimpa?
Mama dan papa bahkan telah mengizinkan aku pergi untuk belajar bersama di rumah Luciana. Soal janji harus pulang sebelum jam sepuluh, itu urusan nanti saja.
Aku menyibakkan rambutku yang cokelat bergelombang, menyisirnya dengan jemari. Kuedarkan pandangan dan terhenti saat bertumpu pada seorang lelaki berpenampilan rapi, memakai jas putih. Ia terlihat tampan dan seksi.
Dia memiliki rambut ikal cokelat, terkesan agak gondrong, tetapi tersisir cukup rapi. Matanya sedikit cekung dengan naungan alis lebat panjang melengkung, terlihat menawan dengan warna biru tajam memesona.
Ia mengedipkan mata saat bertemu pandang denganku. Aku segera mengalihkan tatapan. Namun terlambat, Luciana keburu menyadarinya.
Gadis itu segera mengikuti arah pandanganku sebelumnya dan ia langsung mengangguk-anggukkan kepala sambil memamerkan senyuman yang seakan menyatakan bahwa aku telah tertangkap basah.
"Oh, Kalea Jones. Apakah itu pangeran berkuda putihmu?" godanya sambil menukar minuman saat seorang pria berseragam pelayan lewat membawa nampan berisi beberapa gelas koktail beralkohol.
"Entah, mungkin," sahutku pura-pura tak tertarik. Mengikutinya, aku pun mengambil segelas koktail, menukar gelas yang telah kosong.
"Sayang," sapa Sam saat menghampiri Luciana. Ia mengecup bibir gadis itu sekilas sebelum memandangi kami berdua. "Kalian menikmati pestanya?"
Aku mengangguk. "Ini keren. Terima kasih sudah mengundangku."
"Ah, tak masalah. Teman kekasihku adalah temanku juga," ujar Sam riang. Ia juga memakai setelan putih bermerek logo salah satu desainer terkenal di New York.
Ia menoleh saat menyadari seseorang mendekati kami. Matanya segera melebar begitu mengenali. "Hei, kau ternyata datang juga?!" Dia segera merangkul lelaki bermata biru cekung yang kulihat tadi. "Dude, kukira kau serius saat bilang tidak bisa kemari. Ternyata kau malah datang tanpa mengabari."
Lelaki itu mendengkus. "Aku sedang bosan. Jadi, kuputuskan menerima tawaranmu."
"Damn, Dude. Oh, kenalkan, ini gadisku, Luciana." Sam menoleh ke arahku kemudian. "Dan ini teman kampusnya, Lea. Mereka tingkat senior di Akademi Musik dan Drama."
Lelaki itu segera memfokuskan tatapan ke arahku. "I see. Senang bertemu denganmu. Aku, Z."
"Hai, Z." Luciana lebih dulu menyambar, menyapanya ramah. "Omong-omong, kau sendiri?"
Z mengernyit sejenak sebelum menarik kedua sudut bibirnya yang lebar. "Oh, ya. Aku sendiri."
Sam tertawa renyah. "Seorang Z, sendiri? Oh, itu menakjubkan."
Luciana spontan mengerutkan kening. "Jadi, sendiri atau tidak?"
Aku memberi Luciana kode agar tidak terlalu menampakkan keingintahuannya pada lelaki itu. Bagaimanapun kami baru kenal.
Namun, gadis pirang yang terlihat mulai setengah mabuk itu tak peduli. Ia terkekeh di pelukan Sam. "Jika kau sendiri, kau boleh mendekati sahabatku. Jika tidak, awas saja."
Aku hampir lupa, kadang Luciana bisa sangat memalukan. Ia sering tak sadar bahwa sahabatnya adalah manusia, bukan robot tanpa perasaan. Kualihkan pandangan, mencoba menghindari bertemu tatapan dengan Z, tetapi gagal.
Z mengangkat salah satu alisnya. Ia membuka mulut, seakan tengah tertawa tanpa suara, melirik ke arahku dan Luciana bergantian. "Who? Me?"
Aku segera menenggak habis minuman sebelum menyerahkannya pada pelayan pria yang lewat. "Sepertinya Lulu sudah mabuk. Boleh aku membawanya pulang sekarang?" Kucoba menegakkan tubuhku yang sedikit limbung.
"Kau pun mulai mabuk, Nona," ujar Z sambil memegangi lenganku. "Sam, kau amankan gadismu. Biar aku menangani temannya."
"Baiklah. Bawa ke kamar atas saja. Bagian ujung sebelah kanan."
Aku berusaha menggeleng-gelengkan kepala. Pandanganku mulai samar saat melihat Sam merangkul bahu Luciana dengan satu tangan sambil berjalan dan mulai memapahnya menuju tangga.
"Lulu!" teriakku sambil sempoyongan. Kurasakan aku berada di dekapan Z dalam sekejap. Aroma parfum di tubuhnya menyeruak memasuki indra penciuman sebelum ia membopongku mengikuti Sam menaiki tangga.
Ia membawaku memasuki sebuah kamar bercahaya temaram. Dia membaringkan aku di ranjang perlahan usai melepaskan tas yang kukalungkan di leher.
Aku mengerang merasakan pening di kepala. Pandanganku yang samar menangkap gerakan Z yang sigap membuka baju dan celananya.
Kucoba bangkit, tetapi gagal saat Z mendorong kembali dengan tangannya. Ia kemudian merangkak perlahan ke atas tubuhku.
Setengah sadar kulihat ia mulai bergerak cepat melepas sepatu, blus, dan rokku. Aku mengerang sambil berusaha menepis tangannya.
"Jangan ...."
"Sshh, I need to do this. He's paid me. Aku harus melakukannya atau dia akan menyuruh orang lain."
"Tidak, tidak, tidak ...."
Tangannya bekerja sangat terampil. Dalam sekejap udara dingin menerpa sekujur kulit. Kurasakan jemari Z mengusap-usap ke bagian dada yang terbuka sembari melumat bibirku.
Aku berusaha tetap sadar, tetapi rasa pening semakin kuat dan tatapan makin samar untuk melihat. "Please, no ...." Tanganku berjuang untuk melawannya.
"Tenanglah. Aku akan menyelesaikannya secepat mungkin."
Ia mulai memosisikan diri di atas tubuh. Aku tak berdaya saat dia kembali membuat bibir kami menyatu. Tangannya merayapi sekujur tubuhku
Separuh kesadaranku merasakan ia menarik celana dalam, disusul sesuatu dengan cepat menembus masuk di bagian kewanitaan. Rasa perih membuatku mengerang kesakitan dalam lumatannya.
Ia mencengkeram erat kedua pergelanganku di atas kepala dengan satu tangan. Dia pun kemudian mulai mengentak tubuhku dengan cepat.
Dengus napas Z memacu di temaram lampu ruangan, seiring keringat mulai membanjiri. Aku setengah sadar merintih dan mengerang dalam guncangan-guncangan hebat sebelum kesadaranku benar-benar hilang, bersamaan dengan suara desah menderu yang terdengar makin samar dari mulut lelaki itu.
***
Hai hai hai, jumpa kembali dengan karya baru saya, kali ini bergenre romance murni. Jika semua lancar, akan saya update setiap minggu di akhir pekan.
Jangan lupa tinggalkan jejak baik like atau komentar, sebagai penyemangat saya. Oke? JIka berkenan, bantu share atau mempromosikan dengan memasukkan ke dalam daftar bacaan kalian. Terima kasih <3
Happy reading. <3
07/01/2023
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro