Prolog^_^
Keadaan di koridor gedung apartemen berlantai lima itu tampak suram karena lampu yang redup. Suasana disekitar apartemen pun terlihat sepi karena waktu yang sudah menuju tengah malam. Waktunya bagi manusia untuk mengistirahatkan raga dari rasa lelah. Susana seperti itu menambah efek seram dan mencekam.
Penyewa dari salah satu kamar apartemen di lantai dua sudah terlelap dalam balutan selimut yang hangat dan tempat tidur berukuran king size-nya yang nyaman. Gadis itu menyungging senyuman manis menujukan bawah Ia sedang mengalami mimpi indah.
Sesorang yang sejak tadi berdiri di balkon apartemen gadis itu memulai aksinya. Dengan begitu lihai, Ia membobol kaca Jendela tersebut dan membukanya dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara. Sosok yang berpakian serba hitam dengan topi dan masker hitam, bergerak masuk kedalam apartemen tersebut.
Sementara itu, pemilik apartemen belum sadar juga dan masih sibuk dengan mimpi indah yang sedang menghiasi tidurnya.
Sosok misterius itu melangkah pelan mendekati khansa-sang pemilik apartemen. Tanganya mengangkat pelan dan mengelus rambut Khansa lembut. Sementara itu, tangan kirinya mengeluarkan pisau belati dari balik jaket hitamnya dan mengangkatnya tinggi siap menusuk gadis di depannya yang masih tertidur lelap.
Ponsel Khansa yang tiba-tiba berbunyi membuat orang misterius itu menghentikan aksinya di udara. Badan Khansa menggeliat di atas tempat tidur, lalu mata sipit itu mulai terbuka pelan menunjukan manik matanya yang gelap.
"Arghh! " teriak khansa kaget ketika melihat sosok misterius di depannya dengan piasu belati yang mengarah kepadanya. Sontak Khansa langsung bangun dari posisi tertidurnnya. Tubuh gadis itu gemetaran melihat belati itu semakin dekat ke arahnya. Tanganya meremas erat selimut yang menutupi sebagian tubuhnya.
Sosok misterius itu menarik tangan Khansa kasar, dan kemudian...
"Argh" ngeluh Khansa ketika jari telunjuknya di sayat dengan belati oleh orang misterius itu.
Aroma darah segar menguak keluar bersamaan dengan cairan merah kental yang keluar dari telunjuk Khansa.
Tanpa memperdulikan gadis didepanya yang tampak pucat dan gemetaran ketakutan, orang itu menekan jari telunjuk Khansa dengan kasar membuat darah keluar semakin banyak. Ia mendekatkan wajahnya ke jari telunjuk Khansa yang berdarah, lalu mengendus aroma darah tersebut berkali-kali. Orang itu seperti sangat menikmati aroma amis yang menguak keluar dari darah Khansa.
Sementara Khansa, hanya bisa menggigit bibir bawahnya menahan sakit.
Karena ketakutan, Khansa menutup matanya, memilih tidak melihat apa yang akan dilakukan orang misterius itu selanjutnya. Dalam hatinya dia hanya bisa berdoa kepada Tuhan meminta pertolongan.
Ponsel Khansa kembali berbunyi. Dengan sedikit keberanian yang Ia coba kumpulkan, Khansa membuka matanya perlahan. Bola mata gadis itu bergerak ke kiri dan kanan mencari orang misterius itu. Tidak ada. Khansa menghembuskan nafasnya lega karena orang yang membuatnya ketakutan sejak tadi telah menghilang dari hadapanya.
"Oh, god" gumamnya. Raut wajah Khansa masih pucat pasi, perlahan air mata yang dibendungnya sejak tadi keluar membasahi pipinya.
Khansa menatap nanar jari telunjuknya yang masih mengeluarkan darah.
"Hiks," isaknya.
Ponsel Khansa berbunyi lagi membuat gadis itu terlonjak kaget. Dengan gemetaran Khansa mengambil ponselnya yang diletakan diatas nakas disamping tempat tidurnya. Tanganya bahkan tidak sanggup menahan berat ponselnya sehingga membuat ponsel itu jatuh menghantam lantai. Ia terlalu ketakutan dan tubuhnya tremor.
Dengan tubuh yang gemetaran dan keringat bercucuran di dahi, Khansa turun dari tempat tidur dan mengambil ponselnya yang jatuh. Ada sedikit goresan didekat lubang charger dari ponsel tersebut.
Air mata terus mengalir begitu saja walapun ia mencoba membendungnya. Ia takut.
"Ha-ha-halo " bibirnya bergetar membuat ucapanya menjadi sedikit gagap. Nomor yang baru saja menelponya adalah nomor tidak dikenal, ia takut itu adalah orang misterius yang hampir membunuhnya tadi.
"Maaf mengganggu," Suara lembut yang terdengar membuat hati Khansa sedikit tenang. "apa benar ini dengan Fayyola Chayara Khansa?"
"I-iya, benar saya sendiri." Khansa melap air matanya yang mengalir lagi membasahi pipinya. Dia masih saja merasah ketakutan walaupun orang itu telah pergi.
"Apa anda baik-baik saja? Maaf mengganggu anda malam-malam sepert ini."
"Sa-saya baik-baik saja."
"Saya dari penerbit buku angkasa media ingin menawarkan kepada anda untuk menerbitkan cerita anda yang berjudul The Love. Apakah anda berminat? "
Khansa menarik napasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya. Apa orang ini gila menelponya di tengah malam untuk memberikan tawaran menerbitkan buku? Rasanya Ia ingin melampiaskan ketakutan dengan marah kepada mbak-mbak kurang waras yang menelponya di tengah malam, tapi Ia tidak bisa. Jika mbak-mbak itu tidak menelponya, mungkin Ia telah mati di bunuh Si Misterius itu.
"Maaf mba, Saya tidak bisa menjawabnya sekarang, apakah anda bisa menunggu hingga besok? "
"Baik, kami akan menunggu jawaban anda. Sekali lagi kami mohon maaf telah mengganggu jam tidur anda."
Sambungan telpon pun dimatikan.
Khansa mengusap wajahnya kasar, Ia berusaha untuk melupakan kejadian tadi dan mencoba untuk tidur.
Tapi tetap saja, matanya tidak bisa tertutup, rasa kantuk telah hilang dan dipenuhi oleh rasa takut.
Matanya memperhatikan suasana sekitar kamar yang gelap gulita. Suasana kamarnya yang biasanya terlihat nyaman sekarang berubah menjadi sangat mencekam.
"S-sa-saklarnya ada disana Khansa! Kamu harus menyalahkan lampunya, jangan biarkan gelap seperti ini, orang itu mungkin akan datang lagi." Khansa berusaha untuk menguatkan dirinya. Matanya tertuju pada saklar yang ada disamping meja riasnya.
Dengan gemetaran, Khansa mulai menurunkan kakinya satu persatu dari tempat tidur dan melangkah pelan menuju saklar tersebut. Kakinya yang gemetaran, membuat langkahnya sedikit goyah. Saklar yang biasanya dekat sekarang terasah begitu jauh. Sangat jauh.
Saat sampai didekat saklar, Khansa langsung memencet tombol saklar tersebut membuat suasan dikamarnya yang tadi begitu gelap dan mencekam menjadi terang benderang. Gadis itu menghembus nafas lega karena rasa takut itu perlahan mulai menghilang darinya.
"Argahh!" Histeris Khansa, lalu tubuh munggil itu jatuh menghantam lantai.
Tbc.......
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro