BAB 0: PROLOG
Akihiko Hayate adalah namaku. Lahir di Jepang, kemudian pindah ke Indonesia saat kecil. Saat pindah ke sini, usiaku tujuh tahun. Sudah sembilan tahun sejak aku hidup di sini. Meski begitu, meski sudah sembilan tahun aku hidup di negara baru, aku memiliki masalah serius dalam hidupku. Itu adalah masalahku dalam bergaul.
Realitasnya, manusia adalah makhluk yang butuh bantuan. Manusia adalah makhluk sosial yang harus bersosialisasi dengan orang lain. Jelas sekali kalau orang biasa sepertiku membutuhkan bantuan juga, sama seperti mereka. Minimal, itu adalah bantuan untuk menghilangkan rasa sepi.
Aku tidak bisa menutup mata dan memasang sugesti yang mengatakan, "Aku bisa melakukan semuanya sendiri. Aku tidak membutuhkan bantuan orang lain." Itu tidak bisa. Karena itu aku langsung mengambil langkah ketika sadar. Mulai membangun hubungan dengan orang sekitar. Meski pada akhirnya, itu semua hanya tiba pada kegagalan.
Berulang kali aku sudah coba. Sejak masuk SD, kemudian masuk SMP. Atau bahkan di lingkungan rumah, aku selalu gagal dalam berteman!!! Apa masalahnya??? Apakah ada hal khusus yang membuatku gagal dalam lingkungan berteman?
Yah, kalau masalah populer, aku populer sih, di kalangan gadis. Kalau membicarakan surat cinta yang aku dapatkan. Atau gadis yang menyatakan perasaannya padaku sepulang sekolah. Aku juga sudah lupa ada berapa, itu terlalu banyak. Tapi sumpah, serius. Aku tidak punya teman sampai sejauh ini! Bukannya ini aneh??? Lihat, tidak ada satu pun kontak di ponsel??? Ini menyedihkan. Aku kasihan sama diriku sendiri.
Ah iya, aku sedikit cerewet. Tapi ini hanya isi pikiranku. Aku bisa berbicara dengan baik selama itu di dalam kepalaku sendiri. Ketika aku berbicara ke orang lain, itu berat. Bicara itu sulit. Lebih baik berikan aku soal matematika kalau bandingannya harus bicara ke orang lain.
Kembali ke topik. Tahun ini aku akan masuk SMA. Seperti yang dikatakan oleh legenda. Masa SMA adalah masa indah. Masa indah adalah masa SMA. Seharusnya begitu!!! Tapi kalau aku tidak punya teman. Kelas satu, dua, tiga, lulus. AAAA ITU KETERLALUAN 'KAN!!!
Karena itu, mari kita pikirkan caranya.
"Pikiran paralel, berkumpul!"
Aku punya pikiran paralel. Merekalah yang menemani diriku di dalam pikiranku sendiri. Berkat mereka, empat pikiran paralelku. Aku tidak merasakan sepi saat berpikir.
Pertama, Akihiko mode serius. "Ini masalah yang serius ya. Ayo kita ke meja rapat," katanya sambil membawa palu keputusan.
Kedua, Akihiko mode pemalu. "Ma-masalah, i-itu, lagi??? Masalah, pertemanan?" Saat bicara, entah kenapa, dia ini selalu gagap.
Ketiga, Akihiko mode semangat. "Demi masa SMA yang cerah dan indah, mari kita selesaikan kasus ini!!!" Kau terlalu bersemangat, apakah kau benar-benar bagian dari diriku?
Keempat, Akihiko mode analis. Dia adalah kepribadian pintar milikku, mungkin. "Aku punya banyak riset mengenai masalah ini. Mari kalian simak baik-baik." Dia tampak membolak-balikan berkas tuh.
Terakhir, ketua pikiran paralel. Diriku yang sebenarnya. "Bagus ... terima kasih karena sudah memenuhi panggilan dariku. Kalau begitu, mari kita mulai rapatnya."
Aku ikut duduk di meja rapat setelah empat pikiran lainnya duduk. Kemudian menampilkan masalah lewat layar, lalu menjelaskannya kepada para pikiran paralel.
"Seperti yang kalian tahu. Pekan depan, tepatnya hari Senin, kita akan mulai bersekolah. Parahnya lagi, ini adalah SMA. Setelah gagal di lingkungan SD dan SMP, apakah kita ingin gagal lagi??? SMA, MASA KEHIDUPAN REMAJA YANG PALING INDAH, BERWARNA, APAKAH KALIAN INGIN MEMBUANG ITU?"
Mode analis mengangkat tangan. Dia hendak mengutarakan pendapatnya. Aku jelas diam dan memberikan kesempatan untuknya agar bicara.
"Menurutku ini akan mudah. Pertama, kita memiliki latar belakang sebagai anak kelahiran Jepang. Dengan kata lain di mata mereka, kita unik. Sayangnya, anak-anak SD dan SMP tidak menyadari itu. Karena itu kau gagal. Tapi, siswa SMA sudah memiliki pola pemikiran. Mereka pasti bisa paham kalau kau unik."
Bisa jelaskan maksud dari unik yang kau katakan???
Mode semangat mengangkat tangan. Dia kemudian bicara, sementara mode analis diam dan memberi kesempatan pada mode semangat.
"Tidak, menurutku bukan itu masalahnya. Pertama, ketua itu adalah penyendiri! Dia terlalu malu sampai sulit bicara pada orang lain. Karena itu dia selalu gagal. Sebenarnya, anggapan unik sebagai orang Jepang bisa disadari oleh siapa pun. Termasuk anak kecil. Karena itu masalahnya adalah di kemampuan pertemanan. Kau harus bicara saat diajak bicara! Dengar??? Bahkan kalau bisa. Kau harus membuka topik."
Mode semangat menunjukkan jarinya padaku. Dia nampak sangat keras dalam mengutarakan pendapatnya kali ini. Aku sebagai ketua menjawab, "Bicara sih mudah ... andai kau tahu rasa gugupnya."
"Rasa gugup itulah yang membuatmu gagal. Ini adalah masa-masa SMA! Masa di mana laki-laki dan perempuan dimabuk cinta. Benar-benar masa yang mendebarkan!" Mode semangat mengatakan itu sambil melipat tangannya ke dada. Dia sudah selesai berpendapat, giliran mode yang lain untuk bicara.
"Untuk sekarang, sebaiknya kita tentukan langkah. Seperti, apa yang akan kita lakukan di hari pertama? Sebaiknya kita menyusun itu dari sekarang." Mode serius mulai angkat bicara. Lalu pernyataannya, didukung dengan kalimat dari mode pemalu.
"Me-menurutku. Normal saja. Ma-maksudku. Ketika orang lain bicara atau menyapa, ketua harus membalasnya dengan ramah. Kalau begitu kupikir, semua akan normal dan baik-baik saja," kata mode pemalu.
"Kalian semua bicara enak ya ... padahal aku yang mengalaminya secara langsung. Dengar, kalian hanyalah bentuk dari imajinasi milikku. Aku tidak benar-benar pintar seperti mode analis. Atau pemalu seperti mode pemalu. Aku hanya, kesulitan untuk bicara. Hanya itu." Aku menyampaikan masalahku pada mereka. Membuat mode serius memberikan saran.
"Kalau begitu, sebaiknya kau latihan bicara saja. Seperti, lihat di internet. Contoh kalimat yang bisa membuka topik atau dialog. Kalau perlu, cari tahu bagaimana respons yang baik dari suatu ungkapan." Saran dari mode serius.
"Aku setuju." Ketiga mode lain menyetujui saran dari mode serius. Kami sampai pada kesimpulan dan aku harus mengatakan kalimat penutup.
"Baiklah baik .... Kesimpulannya, aku harus latihan berbicara. Selama seminggu ini, aku harus berlatih tentang bagaimana membuat topik, atau bagaimana memberikan respons. Sekian, rapat kita berakhir."
Masa terindah adalah masa SMA. Masa SMA adalah masa terindah.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro