Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

4. Di Malam Bertabur Bintang


_chococheese8 present_
WHO'S THE DEVIL?


Syukurlah, malam ini bulan bersinar terang dan mengajak seluruh bintang untuk ikut meramaikan langit malam, terlihat begitu tentram seperti suasana hati gadis cantik yang berjalan riang menuju kedai makanan.

Dirapatkannya jaket merah itu guna menghalau udara dingin menyentuh kulitnya yang mulus. Kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan, memastikan jika tak ada benda beroda yang melintas di hadapannya. Gadis itu menyebrang, hingga sampai ke tempat tujuannya.

Melangkah masuk ke dalam kedai, biasanya ramai tapi kini terlihat sepi pengunjung, tak biasanya. Gadis itu memesan makanan sesuai yang diminta sang Ibu, kemudian membayarnya saat pesanan telah selesai, dan segera melangkahkan kaki keluar dari kedai.

Bangunan-bangunan berlampu terpampang di hadapannya, perlahan fikirannya melayang jauh, memikirkan apa yang telah terjadi sehingga membuat hubungan pertemanan itu mulai merenggang. Tiba-tiba saja ada yang menggapai lengannya, ia terkejut hingga hampir menjatuhkan plastik hitam berisikan makanan yang baru saja ia beli.

Orang itu menariknya paksa hingga ke jalan sempit yang berada tak jauh dari kedai. Dia ingin berteriak, tetapi mulutnya dibekap oleh tangan besar yang entah milik siapa. Tak ada seorangpun yang berlalu-lalang, tak ada yang menolong gadis itu. Rasa takut mulai menghampirinya.

Sesaat kemudian orang aneh itu melepaskan cengkeraman dari mulut sang gadis. Nafasnya memburu, gadis itu memberanikan diri mendongakkan kepala dan melihat siapa yang telah menyeretnya dengan paksa.

Dan keterkejutan kembali menimpanya saat manik hitam itu beradu.

"K-kau?"

Di hadapannya, seorang lelaki berbadan tinggi yang terlihat perfect menatapnya. Hanya cahaya lampu remang yang menerangi mereka berdua, wajah bagian hidung sampai dagunya tertutup oleh masker. Namun, meski begitu gadis cantik itu tetap dapat mengenali siapa si lelaki.

"Kenapa kau kemari!" Gadis itu memekik dengan berbisik.

"Aku... sedang menjalankan tugasku," jawabnya terlihat gugup. Gadis di hadapannya mengerjap, tak mengerti apa yang lelaki itu ucapkan.

"Apa maksudmu?"

"Malam ini aku ingin memastikan sesuatu. Memastikan jika orang yang aku sayangi dalam keadaan aman."

Terkejut. Gadis itu tak menyangka jika lelaki di hadapannya mengatakan hal demikian, tetapi siapa yang dia maksud?

"Lelaki sepertimu bisa melawak juga ternyata, tetapi apa kau tau? Itu tidak cocok." Gadis itu tertawa renyah saat selesai mengucapkan kata terakhirnya.

"Aku tidak bercanda."

Tawanya terhenti, ia berdehem sebentar lalu kembali menanyakan sesuatu yang mengusik perhatiannya, "Ya baiklah. Dan, apa yang berada dalam genggamanmu?"

"Ah, tidak. Bukan apa-apa." Apa yang sedang lelaki itu sembunyikan, gelagatnya begitu aneh dan mencurigakan.

"Ayolah beri tau aku!"

"Sst! Pelankan suaramu, aku tidak ingin ada yang melihatku." Dia menoleh kesana-kemari, hanya ada kegelapan.

"Jika tak ingin aku kembali berteriak, maka cepat beri tau!" gertaknya. Kini mata gadis itu menyipit, menatap lelaki itu lamat-lamat, "Jangan membuatku curiga padamu...."

Helaan nafas terdengar, "Baiklah. Tapi ingat, jangan beri tau siapapun." Gadis itu mengangguk semangat, pemuda yang mengenakan hoddie rosemarry itu membuka genggaman tangannya hingga menampilkan sesuatu di sana.

Gadis itu memiliki mata yang lebar dan semakin lebar saat tau benda apa yang lelaki itu bawa. Ia terkejut bukan main, itu... rasanya tidak dapat dipercaya lelaki di hadapannya memiliki benda seperti itu.

"H-hah? Jadi k-kau...." Lidahnya kelu, tak sanggup melanjutkan ucapannya.

Ternyata dia tidak benar-benar mengenal siapa sebenarnya teman-temannya. Apakah mereka semua memiliki rahasia? Ah! Saat ini tak ada yang dapat ku percaya, Ibu.

"Jaga rahasia ini jika tidak ingin terjadi hal buruk padamu."

•••

"Ck, kau ada dimana? Kenapa belum sampai juga?"

"Hei, apa kau tidak bisa bersabar? Kalau saja kau mengirimku pesawat Jet, mungkin aku tak akan berjalan dan terlambat sampai di rumahmu," jawab seseorang di seberang sana.

"Kau jalan? Memangnya kemana motormu?"

"Rusak."

"Haish! Cepatlah, aku ingin berbicara serius denganmu."

Sambungan terputus. Ia menghela nafas jengah. Sudah hampir satu jam dia menunggu kedatangan lelaki berambut sedikit gondrong itu. Namun, hingga saat ini batang hidungnya belum juga terlihat.

Tv menyala, tetapi tetap terasa sepi. Bosan, Koko melangkah kearah pintu rumahnya kemudian mengunci pintunya dari luar. Orang tuanya pun sedang tidak ada di rumah saat ini.

Koko berniat untuk berjalan-jalan saja sembari menunggu kedatangan makhluk bernama Mirza, entah kemana dia.

"Apa anak itu memutari dunia dulu hingga tak sampai-sampai?" Koko menggerutu, seharusnya anak itu cepat sampai, sebab rumah Mirza hanya berbeda komplek saja dengannya.

Lelaki sipit itu terus melangkah, mengelilingi komplek perumahannya, terlihat sangat sepi padahal baru pukul 8 malam.

Berjalan seorang diri sudah biasa ia lakukan, tetapi entah kenapa Koko merasa jika ada yang sedang mengikutinya.

Langkahnya mulai melemah, ia meyakinkan diri jika tidak ada apapun di sana. Kembali melangkah, tetapi indra pendengarannya cukup kuat untuk sekedar mendengar langkah kaki di belakangnya.

Koko menepis rasa takutnya. Ah, itu mungkin Mirza! ucapnya dalam hati.

"Hei, kenapa lama sekali." Koko membalikkan tubuh kebelakang seraya bersiap untuk memukul Mirza. Namun, tidak ada siapapun di sana. Lelaki China itu memiringkan kepalanya heran, lalu siapa yang berada di belakangnya tadi? Apa itu hanya halusinasinya saja?.

"Hei! Siapa itu?!" Koko berteriak.

Ada yang melempar batu dari arah belakangnya, disentuhnya bahu itu yang terasa ngilu. Bulu kuduknya meremang, jantungnya mulai berdetak lebih kencang saat lemparan batu kembali mengenai tubuhnya. Sakit.

"Mirza, kau kah itu? Hentikan leluconmu. Ini tidak lucu."

Tak!

"Awh! Shh...." Batu berukuran lebih besar dari sebelumnya berhasil mendarat tepat di pelipisnya, ia terluka, hingga mengeluarkan sedikit darah, pening menyerangnya. "Hentikan! Ini sungguh tidak lucu."

Perasaannya semakin tidak enak, fikiran buruk mulai menerjang saraf otaknya. Melepas sandal jepitnya dan berlari cepat meninggalkan tempat itu, kaki tidak beralas sandal itu menjerit saat menginjak kerikil tajam. Namun, tidak dihiraukannya. Koko berlari cepat seperti dikejar anjing.

Ia harus segera pulang, ia tidak mau hal buruk terjadi padanya. Terus berlari, tetapi ia lelah! Perlahan laju kakinya melemah, menatap sekelilingnya, di sampingnya pepohonan menjulang tinggi, menambah kesan horror di sana.

Koko baru menyadari jika ia berlari hingga ke jalan pelosok dan ada beberapa warga yang sedang berpatroli, mereka menatanya aneh, Koko hanya menyengir saja pada mereka.

Mungkin saja dia di kira gila karena berlarian di malam hari dengan menenteng sandal. Namun anehnya, mereka tidak menyadari luka di pelipisnya.

Saat para warga itu telah melenggang jauh, Koko pun kembali melangkah dengan sedikit tergesa, tetapi tiba-tiba saja ada yang memukul punggungnya, satu kali, dua kali, tiga kali. Koko merasa punggungnya remuk.

Lelaki itu masih mencerna apa yang terjadi, dia berusaha melihat siapa yang memukulnya, tetapi lagi-lagi ia dipukul, kali ini kakinya yang menjadi sasaran, meringis, benda tumpul itu terus menghantamnya. Hingga, saat tubuhnya kehilangan keseimbangan Koko terpeleset dan terjatuh ke dalam lubang yang berada di pinggir pepohonan. Entah sejak kapan ada lubang di sana.

"Aghhh!" Engkelnya terasa sangat sakit seakan dipelintir begitu kuat, dan yang lebih membuatnya terkejut adalah pisau tajam yang mendongak tegak hingga mengoyak betisnya. Ia meratap, siapa yang telah melakukan ini padanya.

Mata sayu itu menatap sekeliling, tak ada siapapun. Lalu siapa yang sudah menghantamnya bertubi-tubi dan membuatnya terjatuh? Juga siapa yang menaruh pisau tajam di lubang itu?

Keringat bercucuran membasahi pelipisnya yang terluka, membuat luka itu terasa lebih perih. Kini, tangannya meraih sisi lubang itu sembari berusaha meminta bantuan pada siapapun yang mendengarnya.

"T-tolongh... siapapun tolooong," ia melirih. Koko tidak mau mati konyol.

"Kumohon siapapun tolong aku...."
Saat merasa harapannya sudah tak ada, netranya menangkap seseorang di atas sana membuat senyum kelegaan terlukis di wajahnya. Namun, Koko tidak dapat melihat dengan jelas siapa orang itu.

Lelaki itu kembali mengucapkan kata tolong sembari mengulurkan tangan pada orang itu, tetapi, orang ber hoddie itu tidak menerima uluran tangannya, dia justru memukulnya dengan benda tumpul yang entah apa namanya, Koko tidak tau.

Seluruh badan Koko terasa sakit dan ngilu, darah dari pelipis dan betisnya terus keluar tanpa henti, Ya Tuhan tolong aku....

"Di malam bertabur bintang, lelaki tampan tak berdaya karena terhantam, hihihi."

Ya, benar. Koko tak berdaya, kesadaran yang sedari tadi ia pertahankan mulai menghilang. Matanya semakin sayu. Orang di hadapannya kembali mengangkat, tunggu, cangkul? Tidak! Dia mau apa?! Koko panik.

Saat detik-detik cangkul itu mendarat di tubuhnya, seseorang datang, entah siapa. Dia meninju orang yang membawa cangkul dengan sangat kuat, hingga orang itu terjatuh, bersamaan dengan itu Koko kehilangan kesadarannya.

Tidak tau apa yang terjadi selanjutnya.

•••

Bersambung...

Huhu, kita mulai konflik terornya!😗
Maafkan aku Koko😭

Jangan lupa vote dan komen yaa😍 masa Koko udah kenak terror tapi ga dikasi vote😔

Okelah, sudahi dramanya.

Ohya, jangan lupa buat kisarnya juga!
Terima kasih,
CC<3

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro