Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PROLOG

Di jalan raya yang cukup ramai terlihat banyak orang berlalu-lalang menumpah ruah di jalanan. Motor dan mobil saling bersahutan dengan suara klakson yang melengking nan merdu.

Namun jika diperjelas lagi kita bisa melihat seorang remaja laki-laki bersurai kuning tengah berlari. Rasa takut terlukis di wajahnya. Matanya sesekali menoleh ke belakang dengan air mata membanjiri matanya. Bibir bawahnya terlihat bergetar hebat. Wajahnya terlihat pucat pasi.

Bajunya telah basah oleh liang keringatnya sendiri dan bau. Tak hanya bibirnya yang bergetar hebat tapi juga badannya pun juga terlebih kakinya yang begitu kelelahan berlari. Sepertinya ia sudah mencapai batas akhir.

Kita mundur ke belakang bisa terlihat beberapa orang dengan badan yang lebih tinggi dan besar dari laki-laki tadi juga sedang berlari agak-agak sepertinya mereka berlari untuk mengejar laki-laki tadi. Wajah mereka memerah padam terlihat murka amarah di wajahnya. Apa pula yang diperbuat laki-laki bersurai kuning itu sehingga orang-orang itu terlihat marah sekali.

Kembali ke laki-laki berambut kuning itu. Sesekali tubuhnya tak sengaja menabrak orang yang lewati namun ia tak peduli dan tetap berlari.

Ia terus berlari dan sampai di sebuah gang sempit yang gelap kontra dengan luarnya. Ia memasuki gang itu dan berjalan pelan hingga matanya tak sengaja menatap netra seseorang.

Wajah orang tersebut tertutup dengan cahaya hitam dan hanya terlihat badannya yang tinggi tengah memegang lengannya.

Ia terus berjalan dan kini bisa terlihat jelas sesosok laki-laki jangkung tengah duduk bersandar pada dinding. Wajahnya yang putih bersih itu dipenuhi luka-luka begitu juga bajunya dipenuhi oleh bercak darah merah melukis di atas kain putih itu. Di kakinya tertancap sebuah pisau.

Laki-laki bersurai kuning itu mengigit bibirnya keras. Tangannya mengepal erat. 'Takut' satu kata itu mewakili perasaannya saat ini.

Tapi ia tetap harus membantu orang didepannya apalagi dilihat ia tampak menderita kesakitan.

"Permisi," panggil laki-laki bersurai kuning itu.

Laki-laki jangkung itu mendongakkan kepalanya menatap ke sumber suara. Ia terbelalak kaget ketika melihat sesosok laki-laki tengah menatapnya takut.

"Aku akan membantumu," lirihnya pelan mendudukkan tubuhnya menghadap ke laki-laki jangkung itu.

Ia mengambil hansaplast di kantong celananya dan sebuah obat Betadine. Dengan hati-hati dilumuri nya luka itu dengan Betadine dan dipasangkan hansaplast dengan pelan agar tidak perih.

"Maaf aku hanya bisa membantumu di luka kecil saja," ucapnya pelan sambil menundukkan wajah takut menatap laki-laki didepannya.

"Tidak apa. Lagipula mengapa kau bisa membawa hansaplast dan Betadine di kantongmu?" tanya laki-laki jangkung itu. Laki-laki itu mendongakkan kepalanya menatap laki-laki jangkung itu dan tersenyum.

"Aku-" laki-laki itu terdiam sesaat matanya melirik ke laki-laki jangkung itu.

"-adalah korban bullying dan karena itu aku selalu membawa hansaplast dan Betadine agar aku tidak perlu repot-repot ke UKS selain itu juga aku tak merepotkan orang lain. Tapi yang lebih penting agar aku tidak membuat ibuku khawatir karena luka ini," jelas laki-laki itu.

Laki-laki jangkung itu hanya terdiam. Terdengar isakan tangis nan perih. Ia membiarkan laki-laki itu menangis. Bila dilihat kembali sepertinya laki-laki ini tengah kabur dari orang yang membully-nya.

"Mengapa kau tidak ke rumah sakit?" tanya kembali laki-laki bersurai kuning itu setelah ia menetralisir emosinya agar tak menangis kencang.

"Aku tidak bisa kakiku tertusuk pisau," balasnya kembali.

"Lalu apa yang bisa kulakukan?" tanya laki-laki itu sambil menatapnya khawatir.

"Tidak perlu. Sebentar lagi temanku akan datang," jelas laki-laki jangkung itu.

"Kau serius?" kini laki-laki bersurai kuning itu mendekatkan tubuhnya melihat luka di kakinya.

Laki-laki jangkung itu hanya tersenyum dan menarik luka yang ada di pisau itu.

"Ah!" pekik laki-laki yang didepannya. Ia terkaget dan memundurkan tubuhnya pelan. Matanya membelak sambil menunjuk luka itu.

Darah mengalir deras dari paha kaki laki-laki jangkung itu. Terlihat luka yang menganga lebar menunjukkan daging  dari lubang bekas cabutan laki-laki jangkung itu.

"KAU GILA?! LUKA KAU BISA INFEKSI? SAKIT BANGET, KAN?" berondong laki-laki itu dengan berbagai pertanyaan.

Laki-laki jangkung itu hanya menggeleng sambil tersenyum simpul, "Kau tak perlu takut. Hahaha..."

"Kau—" ucapannya terpotong oleh laki-laki didepannya,

"Namamu siapa?" potong laki-laki jangkung itu.

"H-hanagaki Takemichi," balas laki-laki bersurai kuning itu yang nyatanya bernama Hanagaki Takemichi itu.

"Ohh Hanagaki ya... Akan kuingat nama dan kebaikanmu," ucap laki-laki jangkung itu sambil tersenyum.

"Kalau kau?"

"Aku—" belum sempat berbicara sebuah langkah kaki datang. Takemichi yang mendengarnya mendekatkan tubuhnya ke laki-laki jangkung itu sambil gemetar.

"Kau tak apa?" tanya laki-laki jangkung itu yang melihat kondisi orang didepannya.

Takemichi menggeleng kepalanya, "Uhmm tidak apa!"

"Pergilah! Siapa tahu dia orang jahat," usul laki-laki jangkung itu.

"Tapi bagaimana denganmu?" tanya Takemichi

"Tidak apa. Aku kuat kok!" teriak laki-laki itu sambil mengangkat tangannya.

"Aww," pekiknya.

"Ish sebaiknya jangan banyak gerak dong. Bagaimana bisa aku meninggalkanmu," terdengar nada khawatir dan rasa ragu di kalimatnya.

Laki-laki jangkung itu tersenyum dan mengusap rambut Takemichi,

"Tidak apa," balasnya.

"Aku pergi dulu ya," pamit Takemichi meninggalkan tempat itu dari arah belakang dengan keraguan dan rasa takut meninggalkan laki-laki jangkung itu

"Iya," ucapnya sambil tersenyum manis.







Tapi itu hanya berlangsung sebentar sejurus kemudian berubah menjadi seringai.

"Hanagaki Takemichi ya..."

























































Inilah pengalaman yang akan Takemichi jalankan

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro