夏 祭り!!
(Name POV)
.
Chip chip~
"Hoaaam....." aku menguap lebar, menyingkap selimut yang menghangatkan tubuhku semalam. Lagipula kenapa coba aku pake selimut, sekarang kan musim panas. Cahaya ilahi--maksudnya cahaya matahari pagi tampak menelisik masuk melalui jendelaku yang tertutup setengah.
Pagi yang baru....telah datang.
Mulai hari ini, resmi liburan musim panasku dimulai.
"(Name)!!! Sarapan sudah siaaap~~!!" Suara ayah yang terdengar riang dari bawah menyambut pendengaranku. Aku masih menguap. Rambutku mencuat sana sini.
"Haaaaa'ii!!" Balasku, setengah parau. Ku singkirkan selimut itu dan mengenakan sendal kelinciku. Begitu membuka pintu kamarku, aroma roti bakar langsung tercium.
Untuk pertama kalinya, aku tersenyum pagi ini.
Hari ini aku libur. Aku bebas. Aku bisa melakukan apa saja. Senyumku semakin lebar.
DreamFes sudah selesai. Setelah acara yang sukses besar kemarin, kami semua melewati tengah malam dengan menyalakan api unggun. Kami bernyanyi, menari, dan bercerita apa saja. Malam yang menyenangkan. Untuk merayakan kesuksesan kami dan menyambut liburan musim panas kami.
Meski kami idol(dan aku produser mereka), kami tetaplah murid SMA. Kami juga butuh liburan. Maka sekolah tetap memberikan hak kami untuk menikmati musim panas. Meski waktu liburan kami tak sepanjang siswa SMA lainnya, namun itu sudah lebih dari cukup dibandingkan dengan kepadatan aktivitas kami sehari - hari.
Pagi yang santai, awal yang sempurna. Aku berlari kecil sepanjang lorong. Senandung kecil mengiringi langkahku. Sudah lama aku tidak merasakan hari yang santai seperti ini. Terkadang rasanya aku juga butuh hari tenang seperti ini.
Aku menuruni tangga dengan semangat. Sampai di ruang makan dengan cepat.
"Ohayou--"
Seketika aku terpaku.
Lihatlah, pemandangan di hadapanku. Dengan wajah tak berdosa, para anggota Knights duduk rapih di ruang makan, sambil menyantap roti bakar. Ayah asyik memasak roti bakar lagi sambil menyanyikan lagu band kesukaannya.
"(Name)!! Selamat pagi sayang~!! Hari yang santai yah~~!!" Sapa ayah--sangat tidak peka. Aku masih mematung, dengan posisi mengangkat satu tangan dan berdiri canggung. Para anggota Knights sontak menoleh. Lucu sih sebenarnya melihat mereka memakai kaos rumahan begitu. Tapi sayangnya hatiku lagi sibuk.
Yup. Sibuk mengucapkan selamat tinggal pada liburanku. Untuk kedua kalinya.
"(Name)...??" Ayah menelengkan kepala. Aku sudah tertunduk, tubuhku gemetar.
Sedetik kemudian aku mengangkat wajah, dengan mata basah.
"Kenapa sih....."
.
"KALIAN SEMUA GAK PEKAAAAAA!!!"
Burung - burung di jalanan sontak berterbangan. Menyisakan ayah dan Knights terkejut, dan diriku yang sudah menangis pasrah.
~~~
"Jadi, apa yang kalian inginkan??" Aku melipat lenganku dengan arogan. Tambahkan, dongakkan daguku dan tatapan setajam silet. Kelima cowok tak tahu sopan santun(?)di depanku langsung memalingkan muka serentak. Tsukasa-kun menunduk, Sena-senpai menatap Sakuma-kun yang menatap tembok. Arashi-kun pura - pura ngeliatin taplak meja. Cuma Tsukinaga-senpai yang masih asyik ngabisin rotinya sambil menatap kami heran.
"Oy, bolot. Denger tidak perkataanku??" Seruku. Mereka semua tersentak, tapi masih tidak membuka mulut. Ayah yang lanjut masak bernyanyi dengan fals dibumbui suara gugup.
Setelah menangis puas, lalu dihibur ayah dan Arashi-kun, aku pun akhirnya mengalah dan ikut duduk di meja makan. Meski dihidangkan roti coklat dengan siraman saus stroberi, tapi rasa kesal dan gregetku membuat roti itu terkacangi. Kasian emang.
"Sena-senpai," panggilku. Sena-senpai langsung tersentak. Tak menduga kalau dia yang akan dijadikan target. Ia mengirim kode minta tolong pada Sakuma-kun, namun hanya dibalas "Semoga Beruntung".
Aku tak mengeluarkan suara lagi, hanya menatapnya lurus - lurus. Sena-senpai takut - takut membalas tatapanku, sebelum akhirnya dia menelan ludah.
"Ini semua ulahnya Kasa-kun." Sena-senpai berkata cepat, menunjuk Tsukasa-kun yang duduk tepat di samping Sakuma-kun. Yang ditunjuk tersentak.
Sejenak diam semua.
"Ini idenya Tsukasa-chan."
"Su~chan yang minta."
"Suo yang mau--"
"SENPAI??!!" Tsukasa-kun menatap tak percaya para senpainya--merasa terkhianati. Namun apa daya, para senpainya hanya memberinya tatapan simpati dan pasrah. Tsukasa-kun menoleh cepat padaku--yang langsung dia sesali. Karena aku sudah memberikannya tatapanku yang paling garang.
"Jadi...??" Kataku, minta penjelasan. Tsukasa-kun gugup menelan ludah, masih berusaha meminta bantuan dari para senpainya. Jelas saja jawabannya tidak karena para senpainya kembali sibuk masing - masing. Ayah yang masak sekarang gantian pura - pura bersiul, seolah tak mendengar percakapan kami(atau lebih tepatnya tak mau tahu). Para maid yang lewat hanya merapalkan "Semoga Beruntung" untuk Tsukasa-kun.
"Onee-samaaa...." bukannya menjelaskan, dia malah nangis. Mendadak rasanya aku jadi tak tega. Arashi-kun yang tidak tahan akhirnya puk-puk Tsukasa-kun. Sakuma-kun menepuk punggungnya pelan.
"Ba-baiklah. Maafkan aku. Jadi sebenarnya ada apa??" Pertahananku pecah sudah. Akhirnya mengalah. Tsukasa-kun yang masih menangis tersendat--berusaha menjelaskan.
"I-itu... sniff.... aku pengen pergi ke festival bareng nee-sama..." akunya.
Mendadak hening sebentar.
"Festival..... apa??"
"(NAME)/(NAME)-CHAN/MASTER??!!" Serentak para senpainya berteriak tak percaya, menggebrak meja, lalu menatapku putus asa. Aku balik menatap mereka setengah bingung setengah kesal setengah gak mau tahu tapi aslinya penasaran. Ayah akhirnya gak tahan, melarikan diri dari dapur.
Tsukasa-kun?? Sosoknya yang gagah semakin layu di kursi, dibanjiri air mata karena tak menduga kalau nee-sama-nya sebegitu tidak terimanya dengan kehadirannya.
~~~
Jadi oh jadi, ternyata mereka mengajakku pergi ke festival kembang api malam ini. Aku yang awalnya ingin menghabiskan seharian dengan bersantai - santai, akhirnya mengalah. Toh setelah dipikir - pikir, mungkin tak buruk juga jalan - jalan sama mereka. Yang agak membuatku greget adalah--kenapa pula mereka harus datang sepagi ini?? Kan bisa mereka datengnya sore. Kata Sena-senpai sih, biar aku bisa siap - siap dan kelabakan. Ditambahin Arashi-kun, katanya Sena-senpai dan Tsukasa-kun modus biar bisa ketemu Ayah dan bermain di rumahku. Aku tak menggubris.
Jadilah sekarang kami duduk melingkar di karpet kamarku. Dengan majalah - majalah yang berserakan sana - sini. Sakuma-kun sembarang menyambar satu. Seketika mengernyit ketika melihat sampulnya.
"Master... kenapa kamu punya--"
"HYAAAAAT!!" Dengan sekali gerakan kilat, aku menyambar majalah itu dan melemparnya ke kolong kasur. Hah!! Emangnya cuma Shinobu-kun yang bisa??
"(Name)."
"I-iya senpai--" aku langsung tercengang begitu Sena-senpai sudah menggenggam majalah lainnya bersama Arashi-kun. Halaman yang dibuka adalah foto Sena-senpai yang sedang mengiklankan baju. Di sudut halaman, ada post-it yang kutempel. Disitu tertulis komentar memalukanku dilengkapi kaomoji yang bertebaran.
"HYAAAAAAAAT!!" Jurus ninja keduaku. Kusambar majalahnya lalu berguling secepat kilat dan menyimpannya di laci bawah meja rias.
"(Name)-chan--"
"HAHA!! AKU GAK MELIHAT APAPUN TUH!! OH YA ARASHI-KUN ADA KECOA LOH DI KAKIMU!!" Teriakku gak nyambung. Arashi-kun yang panik langsung melihat ujung kakinya. Kesempatan, aku bersiap melakukan jurus ninja ketiga ketika akhirnya tangan Sena-senpai menahan pinggangku.
"Sudahlah. Sudah ketahuan juga sisi memalukanmu." Katanya tanpa belas kasih.
Skakmat. Mati aku.
Suasana menjadi canggung. Akhirnya tanpa komando siapapun, kami semua kembali duduk melingkar. Melupakan kejadian tadi yang membuatku merah sempurna.
"Jadi?? Apa yang harus kita lakukan??" Kataku memulai pertemuan. Kelimanya saling tatap.
"Aku gak pernah main ke rumah teman perempuan." Kata Arashi-kun.
"Aku lebih sering main sama Maa-kun." Sambar Sakuma-kun.
"Aku lebih sering menguntit Yuu-kun." Sahut Sena-senpai.
"INSPIRATIOOOON!! HAH!! AKU HARUS MENULISNYA!!" Seru Tsukinaga-senpai gak peduli, mengeluarkan pulpen dan kertasnya.
"Aku..... gak pernah main ke rumah teman."
Serentak kami menatap Tsukasa-kun. Yang ditatap hanya menatap karpet tak peduli.
"Err.... Tsukasa-chan??"
"Sejak kecil aku tak pernah main di luar. Aku anak tunggal, ayah ibuku terlalu sibuk bekerja. Kalian tahu sendiri keadaan keluargaku bagaimana. Karena aku anak tunggal, aku jadi terlalu dijaga. Jadi masa kecilku hanya dihabiskan dengan main sendirian di rumah." Jelasnya singkat, tak selera membahasnya. Mendadak di kepalaku terlintas bayangan Tsukasa-kun versi kecil bermain balok sendirian di ruang bermain rumahnya yang dipastikan luas. Jujur, itu pemandangan suram.
"M-maa!! Bagaimana kalau kita mempersiapkan diri buat festival nanti??" Kataku memberi usul. Tak tahan dengan imajinasiku yang makin kacau.
"Maksudnya??" Sakuma-kun menaikkan satu alisnya. Aku berdehem.
"Yaaa. Ini kan festival. Biasanya kalau festival kan pakai yukata. Terus kalau udah begitu, pasti rambutnya ditata kan?? Terus... oh ya--"
"(Name), yang cewek kan cuma kamu. Kita semua cowok." Kata Sena-senpai lagi - lagi membuatku skakmat. Aku membatu, gak tahu harus lanjut apa.
"Heee?? Tapi kataku gak apa tuh?? Sekali - kali kita juga boleh lah keliatan all out malam ini." Komentar Arashi-kun. Membuatku terharu.
"Sekali - kali gundulmu. Kita kan idol, terlalu sering bagi kita keliatan all out." Sambar Sena-senpai. Arashi-kun jadi kicep. Aku yang tadinya sudah senang jadi pundung lagi.
"Jaa, kalau begitu kita cukup bantu master aja kan??" Usul tak terduga dari seorang Sakuma Ritsu.
"Eh??"
"Iya. Kita yang pilihin yukata-nya. Kita yang dandanin. Kita yang tata rambutnya. Selesai. Gampang kan??" Kata Sakuma-kun jelas - jelas gak mau repot. Tsukasa-kun bertukar pandang dengan Arashi-kun. Yang diikuti Sena-senpai dan Tsukinaga-senpai yang sudah kembali(?). Aku menelan ludah.
"(Name)-chan bersiaplah~"
"DAMEEEEEEE!!!"
~~~
"Atsui!! Kenapa pula aku harus make yukata juga!!"
"Berisik!! Kalian sudah melakukan banyak hal padaku." Sambarku galak. Tanganku terulur mencubit pinggang Sena-senpai. Yang dicubit melotot galak yang kubalas dengan mendelik.
Malam yang hangat. Atmosfer keceriaan tergantung di langit - langit. Keramaian terlihat jelas di festival malam ini. Aku sedikit terhuyung, membenarkan lipatan yukata ku yang nyangkut di ujung geta.
"Tenang saja, (Name)-chan terlihat cantik kok." Kata Arashi-kun yang seolah tahu isi hatiku--meski dia mengatakan kalimat tersebut diselipi rasa - rasa bangga. Aku tersenyum tanggung. Sekali lagi menangkap basah lirikan mata seorang lelaki yang melewatiku.
Yah, harus kuakui. Meski pipi mereka semua merah karena kutampar, tapi aku lumayan senang dengan hasil tangan mereka.
Tsukasa-kun dan Sakuma-kun yang memilihkan yukata buatku--setelah tanpa malu membongkar lemariku. Arashi-kun seperti biasa--dengan tangan ajaibnya mendandaniku dengan sempurna. Sena-senpai membantu Arashi-kun--meski disana - sini dia banyak ceramahnya. Tentang base make up lah, foundation lah, aku tak begitu mengerti. Tsukinaga-senpai yang kelebihan energi menata rambutku dengan meriah.
Jadilah malam ini aku memakai yukata hitam bermotif mawar ungu besar - besar di bagian bawah dan ujung lengan. Obiku yang juga berwarna ungu dibentuk menjadi bunga oleh tangan ajaibnya Sakuma-kun. Rambutku yang sedikit dikeriting disanggul oleh hiasan bunga mawar ungu juga dengan manik - manik hitam. Geta yang kupakai sedikit tinggi sehingga terkadang membuatku sempoyongan.
Sebagai ganti karena telah melakukan banyak hal pada diriku, gantian aku yang mendandani mereka. Ayah yang mendengar percakapan kami meminjamkan lima yukata simpel berwarna hitam dengan motif bunga salju di ujung keliman bajunya. Selintas mirip yukata cewek sih--tapi itu buat cowok. Karena dendam(?), aku dan Arashi-kun mendandani Tsukasa-kun ala boyband Korea--secara bentuk wajahnya itu memang bagus. Aku juga menata rambut Tsukinaga-senpai sehingga sekarang di kepalanya banyak kepangan kecil dan jepit rambut yang banyaknya minta ampun. Arashi-kun hanya mendandani wajahnya sendiri--juga ala boyband Korea. Hanya Sakuma-kun dan Sena-senpai yang tubuhnya bebas dari tambahan apapun.
Jalanan semakin ramai. Aroma makanan tercium disana - sini. Sudah lima menit kami berjalan tanpa tujuan.
"Eh!! Main itu yuk!!" Seru Arashi-kun yang sepertinya sudah bosan dengan jalan - jalan tanpa tujuan kami. Kami semua menoleh.
Di ujung jari Arashi-kun, terlihat stand permainan menembak sasaran. Kakek tua yang menjaga stand itu menyambut kami ramah.
"Haaa?? Permainan anak kecil begitu?? Choo uzai!!" Kata Sena-senpai, bersiap balik kanan.
"Boneka paus itu lucu ya." Komentarku, mendongak menatap boneka paus itu yang lebih besar dari kepalaku. Seketika langkah kaki Sena-senpai terhenti.
"Eeh?? Emang lucu yaa..." komentar Sakuma-kun di sebelahku.
"O-onee-sama, mau kudapatkan untukmu??" Kata Tsukasa-kun. Dengan wajah tegang bercampur kegembiraan. Aku menoleh, berpikir sebentar.
"Paman!! Saya main!!" Tiba - tiba Sena-senpai menggebrak meja, menyerahkan lembaran uang. Aku menelan ludah.
"Sa-saya juga main!!" Seru Tsukasa-kun tak mau kalah, ikut menyerahkan lembaran uang. Aku makin cemas jadinya.
"Ara ara~ jadi makin seru yaa?? Jaa, aku punya tawaran menarik." Kata Arashi-kun tiba - tiba maju. Membuatku semakin khawatir lagi akan ujung permainan ini.
"Aku tahu kalian mau berlomba memberikan boneka itu buat (Name)-chan. Tapi bagaimana kalau hadiahnya, siapa yang berhasil memberikan boneka itu, maka dia bebas meminta (Name)-chan melakukan apapun!!" Jelas Arashi-kun membuat diriku sontak minta pingsan. Sena-senpai dan Tsukasa-kun saling tatap.
"Arashi-kun...."
"Aku setuju." Sambar Sena-senpai cepat.
"Aku juga." Sambung Tsukasa-kun.
Tamat. Tamat sudah.
Mereka berdua bersiap, mengambil senapan mainan yang diberikan kakek itu. Keduanya saling bertukar tatapan tajam sejenak.
"Heh, asal kau tahu saja. Kau akan kalah dengan mudahnya olehku. Menyerah saja." Dingin. Kata - kata Sena-senpai terlalu dingin.
"Senpai yang justru bersiap, karena aku yang akan mengalahkan senpai lebih dulu." Tsukasa-kun memicingkan matanya, balas menjawab dengan dingin. Keduanya terdiam.
"MULAI!!"
BAM!! BAM!! BAM!!
Aku tercengang. Juga Arashi-kun dan Sakuma-kun. Baru 5 detik, keduanya sudah berhasil menjatuhkan tiga sasaran bergerak. Tinggal tersisa dua, keduanya mengokang dengan cepat.
BAM!! BAM!!
Selesai. Tsukasa-kun menatap tak percaya semua sasaran itu. Di sebelahnya, Sena-senpai mendecih, meletakkan senapannya dengan sedikit jengkel.
"Selamaat!! Boneka ini buat kaliaan!!" Kakek itu menurunkan boneka paus itu dan memberikannya pada Tsukasa-kun. Tsukasa-kun berbalik, wajahnya terlihat sangat bersinar.
"Onee-sama, ambillah. Hadiah dariku." Kata - katanya memang singkat, tapi getaran suaranya membuatku tahu kalau dia bahagia sangat. Aku mengambilnya sambil tersenyum tipis.
"Terima kasih Tsukasa-kun." Kataku. Bersiap balik kanan.
"Eiiitss!! Mau kabur kemana kamu." Arashi-kun yang peka, sigap mengambar ujung lenganku. Aku menyumpah dalam hati.
"Tsukasa-chan, apa yang kau minta??" Tanya Arashi-kun--yang suaranya juga sama bahagianya. Kalau saja lenganku tidak dicengkramnya, sudah pasti pipinya semakin merah karena tamparanku. Tsukasa-kun menunduk, berpikir sebentar.
"Kissu... shite??" Gumamnya. Namun terdengar jelas. Sontak mukaku memerah. Arashi-kun tertawa watados seperti biasanya. Sakuma-kun asyik mengobrol dengan Tsukinaga-senpai. Sena-senpai yang mendengar permintaan Tsukasa-kun bersiap protes.
"Oke, senpai jangan buat ribut." Kataku cepat sebelum keributan terjadi. Sena-senpai menutup mulutnya kembali, masih menatapku dengan sisa - sisa harapan.
"Tenang, tentu saja aku tidak akan melakukannya." Kataku lagi, sebelum kedua cowok di hadapanku ini semakin gak karuan dengan harapan masing - masing. Tsukasa-kun menurunkan bahunya. Menatapku kecewa.
"Tapi (Name)-chan, janji adalah janji." Protes Arashi-kun yang dengan teganya ikut - ikutan kecewa. Aku melotot galak, mencubit pinggangnya dengan satu tanganku yang bebas.
"Enak saja, sejak awal aku gak ikutan tauk." Bantahku--susah payah menahan sisa sebalku. Arashi-kun mengaduh, tapi tidak protes lagi.
Aku meletakkan jari di dagu, berpikir cepat.
"Kalian, tunggu di sini sebentar." Kataku--mendapat ide cemerlang. Aku menyerahkan bonekaku pada Sakuma-kun lalu melangkah pergi.
"(Name)-chan mau kemana--"
"Melunasi janji, seperti katamu." Jawabku tanpa menoleh. Sebelum mereka sempat bertanya lagi, aku sudah menghilang di tengah kerumunan.
Lima menit kemudian, aku kembali membawa sebotol teh tawar.
"(Name)-chan??"
Aku membuka tutupnya. Meneguknya sedikit, lantas memberikannya pada Tsukasa-kun. Yang dikasih maupun yang melihatnya langsung menatapku heran. Aku mendesah pelan.
"Kau mau melakukan 'itu' kan?? Sayangnya, aku gak mungkin melakukannya. Tapi tenang saja, kalau secara tak langsung aku masih membolehkan." Kuraih tangannya dan meletakkan botol itu di genggamannya. Tsukasa-kun sepertinya mulai paham maksudku dan menatapku gembira.
"Iya, minumlah." Suruhku. Tanpa kusuruh dua kali, dia sudah meneguknya dengan senang hati. Sena-senpai menepuk punggungnya Sakuma-kun berkali - kali sampai diprotes. Arashi-kun masih ketawa watados. Sementara itu Tsukinaga-senpai sudah menarik - narik lenganku.
"Hmm?? Senpai??"
"(Name)-chan!! (Name)-chan!! Ayo kita menangkap ikan mas!!" Serunya bak anak kecil sambil melompat - lompat di tempat. Aku mengernyit meski akhirnya tersenyum.
"Yuk!!"
Stand yang kita datangi lumayan sepi. Sepertinya memang karena tempat ini lumayan jauh dari pintu masuk sehingga tak banyak yang mengunjungi. Tsukinaga-senpai sudah jongkok, mengamati satu per satu ikan dengan mata berbinar.
"Ooh?? Adik ingin bermain??" Tanya paman yang menjaga stand. Meski aku yakin paman itu amat sangat ragu memanggil Tsukinaga-senpai dengan "adik". Yang ditanya tidak dengar, malah mengobrol dengan seorang anak SD di sampingnya.
"Iya, kami ingin main. Saya juga." Kataku cepat sebelum urusan semakin runyam. Sedetik kemudian, aku dan Tsukinaga-senpai masing - masing sudah memegang sebuah jaring. Anggota Knights lainnya mengelilingi kami, ikut menonton antusias.
"WUAHAHAHAHA☆☆!! AKAN KUDAPATKAN SERIBU IKAN MALAM INI!!" Teriak Tsukinaga-senpai yang sebenarnya sedikit horor, untuk sedetik kemudian, dia cemberut melihat jaringnya sudah bolong total.
"Senpai, tenanglah. Itu tidak apa." Kataku berusaha menenangkan. Sayangnya, sekali sendok punyaku juga sudah bolong. Aku menatap datar jaringku, ikut murung.
"Master?? Bisa aku pinjam jaringnya sebentar??"
Aku menoleh. Sakuma-kun sudah membungkuk, menjulurkan tangannya.
"Boleh saja sih.... tapi punyaku sudah bolong..." kataku ragu. Sakuma-kun menggeleng.
"Tak masalah." Katanya sambil beringsut jongkok di sampingku. Matanya menatap tajam setiap ikan yang lewat di depannya.
FWAP. FWAP. FWAP. FWAP.
Dalam hitungan detik, di mangkuknya sudah berenang dengan tenangnya empat ikan mas. Aku maupun Tsukinaga-senpai sontak memelototi isi mangkuk Sakuma-kun.
"WUOOOOH!! BAKATMU HEBAT!! AMAZING☆☆!!" Entah kenapa Tsukinaga-senpai jadi ikut - ikutan gaya bicaranya Hibiki-senpai.
"Sakuma-kun, tanganmu itu isinya apa??" Ini lagi aku, pertanyaanku terlalu aneh untuk dijawab. Sakuma-kun menoleh sekilas, mengangkat bahu.
"Entahlah. Sejak kecil aku suka pergi ke festival bareng Maa-kun. Dari dulu juga aku sudah jago menangkap ikan. Kau pernah melihat akuarium di rumah Maa-kun?? Aku yang menangkap semua ikannya." Jelasnya singkat. Lagi - lagi dia menangkap dua ekor ikan dengan mudahnya.
10 menit kemudian, kami sudah beristirahat di kedai ramen dengan membawa masing - masing satu kantong plastik berisi dua ikan mas. Tentu saja yang menangkap semuanya Sakuma-kun. Aku menghela nafas lega, kembali meneguk teh botol yang kubeli tadi.
"AAAAAH!! Leganyaa~~!! Aku sudah lelah rasanyaa!!" Seruku sambil meregangkan tangan. Sena-senpai yang duduk di sebelahku langsung menyingkirkan lenganku. Lanjut menyendok kuah ramen di depannya.
"Onee-sama?? Nee-sama tidak mabuk kan??" Tanya Tsukasa-kun sweatdrop, meski wajahnya sendiri juga sama memerahnya sepertiku.
"Minna!! Setengah jam lagi pertunjukkan kembang api lho!! Mau liat??" Tanya Arashi-kun. Di tangannya sudah tersemat jadwal acara yang dia dapatkan dari pemilik kedai ramen. Kami semua saling tatap.
"Arashi-kun, kau tahu persis kalau pertanyaanmu itu gak berguna. Memangnya kenapa aku mau capek - capek jalan - jalan sama kalian malam ini kalau bukan karena itu??" Sambarku, pedas seperti biasanya. Kucomot karage dari piring Sakuma-kun yang langsung menatapku protes.
"Trus, setengah jam kedepan kita ngapain dong??" Tanya Tsukasa-kun yang mulai ogah - ogahan alias capek. Aku tertawa.
"Bagaimana kalau kita mulai menulis harapan kita?? Kan ada pelaksanaan Tanabata." Kata Arashi-kun. Matanya langsung berbinar begitu ramen pesanannya datang. Aku menelan potongan karageku.
"Boleh boleh~ Yuk nanti kita tulis dan gantungkan." Kataku. Akhirnya ramen pesananku datang. Mataku ikut - ikutan berbinar. Dengan cepat menyambar sendok dan sumpit dan langsung menyantapnya. Meski setelahnya Sena-senpai marah habis - habisan karena makeup ku jadi berantakan.
Malam semakin matang. Keramaian mulai padat karena sebentar lagi pertunjukkan akan dilangsungkan. Sementara itu, kami berenam masih jongkok di dekat pohon bambu sambil memegang kertas masing - masing.
"Nee nee, (Name)-chan. Harapanmu apa??" Tanya Arashi-kun yang kebetulan jongkok di sebelahku. Aku mendongak sebentar.
"Oh... itu... harapanku, supaya tahun ini aku bisa nonton Love Live! dan melihat grupku memenanginya." Kataku datar. Arashi-kun seperti biasa hanya tertawa meski diselipi nada gugup.
"Kalau harapanku, kuharap Yuu-kun akhirnya mengakuiku dan kita bisa menjadi akrab." Kata Sena-senpai. Seperti biasanya, pikirannya penuh "yuu-kun"nya.
"Heee Izumi-chan gak berharap apa - apa soal hubunganmu dengan (Name)-chan??" Tanya Arashi-kun yang sontak membuat wajah Sena-senpai mengeras. Dan kakiku juga ikutan menginjak kakinya(Arashi).
"Kami-sama, tahun ini Yuu-kun harus bisa akrab denganku. Tahun ini juga aku harus mendapatkan 1000 lembar foto Yuu-kun lagi. Dan juga, semoga (Name) dan Maeda putus dan (Name) bisa jadi milikku." Sakuma-kun membaca isi kertas Sena-senpai dengan suara datarnya seperti biasa. Serentak kami semua menatap Sena-senpai dengan tatapan are-you-kidding-me.
"Harapanku, semoga aku dapat bantal baru." Kata Sakuma-kun yang sudah cuek ikut membaca miliknya. Sena-senpai yang sudah merah padam wajahnya segera mencubit pinggang Sakuma-kun dengan ganas.
"Kalau aku, aku ingin dibelikan papan catur baru." Kata Tsukasa-kun. Aku dan Arashi-kun sama - sama menoleh.
"Heee memangnya papan caturmu kenapa??" Tanyaku penasaran. Mendadak Tsukasa-kun jadi batuk - batuk.
"Ano... itu... papan caturku patah gara - gara waktu itu didudukin Leader." Kata Tsukasa-kun penuh benci. Aku dan Arashi-kun sama - sama menyeringai tanggung.
"Kalau aku!! Aku berharap Ruka-chan akan memberikanku selusin pulpen dan penghapus!!" Kata Tsukinaga-senpai sambil mengeratkan tangannya.
"Aku berharap semoga baju limited edition yang kuinginkan masih bisa kudapatkan~" kata Arashi-kun sambil tertawa manis(?).
Tanpa banyak omong lagi, kami segera menggantungkan harapan masing - masing di pohon bambu yang telah disediakan. Orang - orang mulai memenuhi jalanan. Sedikit berlari kecil, kami ikut masuk ke dalam kerumunan.
"Onee-sama!! Hati - hati!!"
"I-iya!! Aduh!! Maaf!!"
"Hayaku hayaku!! Nanti kembang apinya akan mulai!!"
"Chotto Naru-kun, kenapa pula kau yang paling semangat??"
"Nemui~"
"OH!! KITAA!!"
BYAAAR!!
Kepala - kepala sontak mendongak. Kembang api pertama yang bergambar bintang - bintang meledak dengan indahnya. Seruan - seruan kagum, tertahan, memenuhi langit - langit festival.
Kami berdiri bersisian, tanpa bicara satu sama lain. Aku mendongak. Merasakan degup dadaku yang juga bersemangat.
Libur musim panasku, resmi dimulai!!
~~~
Yaho yahooo~~☆☆ Heheh~~☆☆ Author balik lhooo~~☆☆!!
Kali ini on time ya huhu soalnya author lagi sakit jadi gabut di rumah deh. Padahal aslinya ni cerita baru lengkap sorenya hwhw.
Yaak!! Author paling excited dan paling ingin nulis chapter soal festival yeeeey!! Kayak dari dulu tuh ngeliat di komik, anime, tuh kayak keren banget. Tapi akhirnya kesampean juga yeeee~~☆☆!!
Chapter selanjutnya mungkin bakal absurd tapi tak apa!! Author dari sejak awal dah gak sabar nulisnya heheh.
Makasih sudah membaca dan, sampai ketemu di chapter selanjutnyaa~~☆☆
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro