Under the Umbrella
(Name POV)
.
"Apa...??" Kataku sekali lagi memastikan.
"Kau..... kita pulang bersama." Katanya akhirnya. Aku mengerjapkan mataku.
"(Name) tidak bawa payung kan?? Ayo, kuantar kau sampai rumah." Kata Hokuto-kun. Sebelum aku sempat bereaksi, Hokuto-kun langsung menarikku dan mengembangkan payungnya.
Selalu begini. Ada apa sih dengan cowok - cowok sekolah ini?? Apakah mereka tak pernah memberikan kesempatan bagiku untuk memilih??
Meski begitu, aku senang sih Hokuto-kun mengajakku pulang bersamanya. Rumahku memang di daerah sini dan aku tidak bawa payung. Selain itu, kalau diingat - ingat lagi, jarang kita bisa punya waktu berdua seperti ini.
Aku jadi ingat saat - saat pertama masuk sekolah ini. Hokuto-kun pun memberikan banyak bantuan.
Aku menyentuh jepit rambut biru yang selalu tersemat di poniku.
"(Name)...??" Panggil Hokuto-kun. Aku menoleh.
Jalanan cukup ramai meski hujan. Mobil berlalu lalang tanpa khawatir. Beberapa orang juga berjalan dengan payung mereka tanpa memedulikan sekitar.
"Bagaimana menurutmu.... Yumenosaki Academy??" Tanya Hokuto-kun tiba - tiba. Aku menatapnya sebentar, kemudian menunduk.
"Yumenosaki.... seru." Senyumku mengembang. "Dulu, aku selalu masuk sekolah campur. Tak pernah sekolah khusus perempuan. Tapi kali ini, justru aku dicemplungkan langsung di sekolah khusus laki - laki." Lanjutku. Seekor kucing lewat di kakiku.
"Awalnya, aku kira akan sulit. Apalagi aku perempuan sendiri. Rasanya kepalaku seperti mau pecah. Meski ada beberapa orang yang kukenal sebelumnya, tapi aku tetap merasa khawatir." Kataku lagi.
"Yang kau kenal?? Siapa??" Tanya Hokuto-kun penasaran. "Morisawa-senpai. Ketua unit Ryuseitai. Kau tahu??" Tanyaku. Tatapan Hokuto-kun menerawang sebentar. Kemudian mengangguk.
"Tapi, kalian tanpa permisi masuk ke dunia itu." Kataku lagi. "Tentu, sebelumnya aku punya teman laki - laki. Meski lebih banyak teman perempuan. Tapi cara kalian membuatku nyaman, membuatku merasa menjadi bagian dari kalian, itulah yang berbeda." Aku tersenyum. Menatap jauh jalan di depanku.
Aku ingat saat aku curhat ke teman - temanku ketika aku pertama kali masuk ke sekolah ini.
"Kesell!! Kesel kesel kesel kesel!!!" Teriakku putus asa. Darling menyodorkan air mineral botol. Ku minum dengan beringas.
"Siapa coba, cewek yang mau dimasukkin ke sekolah khusus cowok??!! Dikira aku playgirl!! NGGAK MAU!!" Teriakku lagi. Teman - temanku hanya menatapku. Tak berani berkomentar.
"Sudahlah...... pasti akan ada hal baik jika kau ikuti. Masuk saja ya...??" Bujuk Darling sambil mengusap rambutku lembut.
Aku akhirnya berhenti berteriak - teriak.
Aku tersenyum. Mengenang beberapa bulan yang sudah berjalan dari sejak aku masuk sekolah ini.
Ketika aku pertama kali berkenalan dengan anggota Ryuseitai, ketika aku diberi hadiah oleh teman - teman sekelasku agar aku tidak bersedih, ketika aku pergi dengan Tsukasa-kun untuk makan bersama, ketika semua insiden terjadi saat memilih klub, ketika ku menemukan teman baru saat membersihkan kolam, dan berbagai kejadian menarik lainnya.
Dulu aku hanyalah fans mereka. Sekarang, aku merasa, aku juga bagian dari mereka.
"Kalian hebat, mampu membuatku merasa nyaman bersama kalian." Pujiku sambil menatap Hokuto-kun. Langkahku terhenti. Hokuto-kun yang sedari tadi mendengarku, juga ikut berhenti dan menatapku.
"Kalau ditanya apakah aku senang pindah ke sekolah ini?? Maka jawabannya, aku sangat sangat sangat senang. Menjadi idol memang menyenangkan, tapi, menjadi produser Idol juga tak buruk." Aku terkekeh pelan.
"Karena dari itu, aku akan berusaha menjadi produser yang baik!! Juga menjadi teman yang baik bagi kalian!!" Aku tersenyum lebar. Menggenggam tasku erat.
JLEGER!!
Petir menyambar terang.
"Wuaah.... petir yang besar." Komentarku. Hujan sudah sedikit mereda. Hokuto-kun masih menatapku.
"(Name)....??" Panggilnya lagi. Aku menatapnya sambil memberikan tatapan 'ada apa??'.
"Apakah kau menyukai seseorang??" Tanyanya. Mataku seketika melebar.
Ah--saat Darling dan aku jalan pagi, Hokuto-kun tak ada di situ yah.
Aku menunduk sebentar.
"Ti-tidak kok...." jawabku. Mendadak, aku merasa sedikit bersalah telah berbohong. Hokuto-kun tersenyum sambil menepuk puncak kepalaku.
"Begitu ya.... kuharap kau menikmati masa SMAmu di Yumenosaki. Aku sangat senang memiliki produser sepertimu." Katanya lagi. Sebagai balasan, aku memberinya senyum lebar.
Jarang - jarang Hokuto-kun bersikap manis seperti ini. Rasanya sedikit aneh tapi hebat juga.
JLEGAAR!!
Petir menyambar sekali lagi.
Aku memekik pelan dan meloncat. Sepatuku yang licin membuatku terpeleset. Hokuto-kun dengan segera menangkapku.
"Awas!!" Serunya.
Bruk.
Aku jatuh ke dalam pelukan Hokuto-kun.
Wajahku sedikit pias dan jantungku masih berdebar. Hokuto-kun menepuk pundakku pelan. "Kau tak apa (Name)??" Tanyanya. Namun entah kenapa, suaranya jadi lebih pelan.
Aku menyenderkan kepalaku di dadanya sebentar demi menenangkan jantungku. Setelah beberapa saat, ku dongakkan kepalaku.
"Aku tak apa kok--"
Wajah Hokuto-kun sempurna memerah.
Kami saling bertatapan sejenak. Wajah Hokuto-kun masih merah padam. Mendadak, jantungku yang tadinya sudah tenang kembali berdebar.
Wajah kita.... terlalu dekat.
"(Name)??"
Suara itu, bukanlah suara Hokuto-kun.
Kami sama - sama menoleh. Dan di samping kami, berdiri tegak seorang pemuda dengan tatapan tajam. Payung hitamnya digenggamnya erat - erat.
Dan pemuda itu tak lain adalah Maeda-kun.
Aku langsung melepaskan diri dari Hokuto-kun dan menunduk malu. Hokuto-kun yang tak tahu apa - apa juga melepaskan diri dan menatap Maeda canggung.
Maeda menatap tajam Hokuto-kun sebentar. Sebelum akhirnya menarik tanganku dengan paksa.
"Pulang denganku." Perintahnya. Suaranya terdengar lebih menusuk dibanding dinginnya air hujan yang menimpaku.
"Tapi--"
"Pulang denganku." Tegasnya sekali lagi. Nada suaranya mengeras. Aku menatap Maeda dengan tatapan memohon, namun Maeda menolak untuk melihatku.
Aku menghela nafas dan menatap Hokuto-kun.
"Maaf Hokuto-kun. Aku akan pulang bersamanya. Terima kasih atas tumpangannya." Kataku berusaha meyakinkannya. Hokuto-kun menatapku bingung.
Sebelum Hokuto-kun sempat bersuara, Maeda sudah menarikku keras - keras.
Aku mengikutinya tanpa bersuara. Setelah jauh dari Hokuto-kun, dia menghentikan langkahnya dan berbalik menghadapku.
"Jelaskan...." katanya. Aku masih berdiri tegak. Tak berkutik. "JELASKAN APA YANG TERJADI!!" Bentaknya. Untung saja daerah itu sepi. Aku tak perlu malu karena menjadi tontonan.
Dengan terbata - bata dan suara serak, aku menjelaskan apa yang terjadi. Dari saat di restoran sampai saat Maeda memergokiku. Kujelaskan juga alasan mengapa aku dan Hokuto-kun bisa berada di posisi itu.
10 menit selesai. Aku menunduk semakin dalam. Maeda menatapku tajam.
"Ini ya.... hasil dari masuk sekolah cowok..." katanya mencela. Aku langsung mengangkat wajahku.
"Apa maksudmu??!! Kau pikir aku apa hah??!!" Seruku tak terima. Tatapannya semakin tajam. "Aku masih tunanganmu Maeda!! Aku masih tunanganmu!! Jangan pernah berpikir ada cowok baru di hidupku!!" Jeritku tak tahan. Maeda masih tak berkutik.
Sejenak, hening mengambil alih.
"Kalau begitu, jauhi mereka." Perintah Maeda dingin. Aku mengangkat kepalaku lagi. "Jauhi mereka. Aku tak ingin kau dekat dengan mereka." Lanjutnya.
Aku menggigit bibirku.
"Mereka temanku!! Sampai selamanya pun tak akan ku jauhi!! Mereka membutuhkanku dan aku membutuhkan mereka!!" Jeritku. "Lalu apa??!! Kau berteman dengan mereka, lalu kamu seolah menjadi cewek murahan, dan memberikan harapan pada mereka??!!" Bentak Maeda.
"Harapan apanya!! Kau terlalu protektif!! Mereka tak punya perasaan seperti itu padaku!!" Balasku. "Itu kan perkiraanmu!! Dasar cewek murahan!!" Bentaknya jauh lebih dingin.
Aku tersentak. Mataku seketika berkaca - kaca.
Tak mau peduli, Maeda menggenggam tanganku dan kembali menarikku.
"Turuti perintahku. Jauhi mereka." Perintahnya sekali lagi. Aku menunduk. Berjalan sedikit lebih ke belakang.
Air mataku langsung tersamarkan oleh air hujan.
Aku tahu, Maeda melakukan itu karena dia mencintaiku. Dan aku masih mencintainya.
Namunn.....
Entah kenapa, genggamannya kali ini jauh lebih dingin dari es.
~~~
AUTHOR KOK KSL YAK--
AUTHOR KESEL SAMA MAEDA ADAUDLALDKFLDFBFOENFONANSUGFNSHDAPA---//SLAP
Ini padahal author yang bikin kenapa author jadi yang kesel sendiri yah--
Yah, mari lupakan itu.
Maafkan author yang sudah membuat (Name) terlihat menyedihkan disini T_T. Rasanya sih pengen author ulek Maeda make cabe. Tapi demi sebuah ending, author harus kuat menulis cerita ini.... ukh....//paan sih
Meski sebenarnya author bisa aja sih buat begitu :v. Cuma entar jalan ceritanya jadi berantakan.
Ok, kembali ke laptop.
Setelah hari hujan yang tidak menyenangkan sama sekali--author rasanya gak sabar untuk memulai chapter selanjutnyaaa~~☆☆
Mendapat inspirasi, author akan membuat musim panas ini menjadi tak terlupakan~~☆☆//kepedean thor, kepedean.
Musim panas ini sebenarnya seperti bagian paling menyenangkan di cerita ini, selain musim semi yang pertama. Yaah--author agak spoiler gitu tapi yah--abaikan saja :v//slap
Terima kasih telah membaca, dan mohon bantuannya untuk kedepan~~☆☆
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro