Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Trip to Hell #7 - Bathed Accident

(Name) POV

.

"Moshi moshi, Hokuto-kun??"

Aku merebut ponsel Hiyori-san, tanpa basa - basi langsung menyapa si pemilik nomor. Entah mungkin hanya imajinasiku saja, suara krasak krusuk yang sedari tadi kudengar dari samping selama Hiyori-san yang memegang ponselnya, mendadak menghilang begitu saja. Bahkan aku tak bisa mendengar suara napas mereka---yang membuatku semakin ragu kalau benar panggilan kita sudah tersambung.

"Err.... ini beneran kan nomornya?? Siapa tahu Seiya-san mau ngisengin kita." Kataku coba - coba, menoleh pada Hiyori-san dan Jun-kun di sampingku yang masih penasaran akan lanjutan panggilan tadi. Hiyori-san sepertinya tidak terima kalau spekulasinya disalahkan, dengan cepat dia meyambar ponselnya kembali.

"(Name)-chan nyebelin!! Mana ada kamusnya Hiyori bisa salah!! Nih kunyalain mode video call-nya kalo gak percaya!!" Serunya entah kenapa percaya diri sekali. Ia memberikanku ponselnya lagi. Aku dan Jun-kun pun langsung menunduk menatap layar.

Hiyori-san benar---ia tidak salah. Karena sekarang di layar sudah ada wajah Saegusa-kun yang merah padam dan sudah siap meledak di tempat.

"DENKA!! KAKKA!! DAN JUGA JUN!! BERANI - BERANINYA KALIAN MENINGGALKANKU BEGITU SAJA DAN MALAH BERSANTAI - SANTAI?!?! KALIAN KAN TAHU PERSIS KALAU HARI INI ADA DUA INTERVIEW DAN LIPUTAN RESTORAN KAN?!! JUN!! KAMU KAN YANG PALING WARAS KENAPA GAK NGINGETIN DENKA DAN KAKKA??!"

"Yang paling waras...."

"Tolong maklumi Ibara, (Name)-san---"

"KALIAN GAK TAHU KAN BETAPA GILANYA AKU SEKARANG?!? NYUSUN ULANG JADWAL KALIAN YANG UDAH MEPET ITU SUSAH TAHU!! EMANGNYA KALIAN, ENAK TINGGAL DUDUK - DUDUK NGANGKANG NUNGGU HASIL JADI KAN?!? KALIAN BERUNTUNG HARI INI PONSELKU KEBETULAN MATI JADI AKU BERBAIK HATI MEMBIARKAN KALIAN KABUR SEBENTAR!! AWAS AJA NANTI KALO UDAH BALIK---Oh!! Rupanya ada (Last Name)-san bersama dengan yang lain!! Maafkan ketidaksopanan saya, saya harap rekan - rekan saya tidak mengganggu anda, (Last Name)-san!!" Wajahnya langsung berubah 180 derajat begitu menyadari dengan siapa dia berbicara. Buru - buru dia tersenyum lebar sambil memberikan salut. Aku menyeringai tanggung, tergoda ingin mengomentari omelannya barusan. Tapi menghabiskan setengah hari bersama Eden sudah cukup bagiku untuk tahu kalau mereka termasuk sama tidak warasnya dengan teman - temanku di sekolah.

Yah, dalam artian paling baik.

"A-Ah... tidak apa - apa Saegusa-kun. Aku justru tertolong oleh yang lain. Sekarang kita lagi makan kue di kedai teh kesukaannya Hiyori-san, maaf tidak mengajakmu..."

"Hi-Hiyori??!---Ma-maksudku, sepertinya kalian sudah menjadi akrab dalam waktu singkat yah!!"

"Oh ya iya dong!!" Tahu - tahu Hiyori-san menyerobot masuk, langsung memelukku dari samping. Saegusa-kun yang apa mau dikata sedang bersusah payah menjaga sikapnya di hadapanku mendadak kehilangan kendali begitu melihat adegan barusan.

"DE-DENKA!! APA YANG ANDA LAKUKAN---"

"Hmm?? Sudah pasti menyayangi (Name)-chan fans kita nomor satu!!" Jawabnya sambil menempelkannya wajahnya padaku. Demi melihat itu Saegusa-kun semakin mengomel kesal, kembali berteriak - teriak. Aku tersenyum pasrah. Entah bagaimana kabar yang lain disana melihat panggilan telepon tidak jelas ini.

"Habiss~~!! Ibara gak mau kan, waktu kuajak makan siang sejak kemaren?? Bilangnya kita udah kelewat sibuk, jadi makannya di lokasi syuting aja. Padahal kita udah jauh - jauh jalan ke Kyoto loh!! Sayang banget kalo gak keliling!! Ya kan, Nagisa-kun??" Seru Hiyori-san meminta persetujuan Nagisa-san yang sedang asyik ngemil manisan jepang. Nagisa-san langsung mendongak, mengangguk cepat.

"Tuh!! Nagisa-kun aja setuju!!"

"Jangan minta persetujuan Kakka seenaknya!!"

"Terus, terus, kebetulan ada (Name)-chan yang mau nemenin kita!! Dibanding Ibara yang bisanya cuma ngomel sama nolak permintaanku, (Name)-chan anaknya baik mau nurut dan ngikutin kemauanku!!"

"Kok kesannya kayak aku dibodohi yah..." balasku. Hiyori-san tidak mendengarkan, tetap melanjutkan kalimatnya.

"Plus!! (Name)-chan juga cantik dan fans kita!!" Lanjutnya sambil merangkulku lebih erat. Refleks pipiku memanas mendengarnya secara kasual memujiku. Hiyori-san meleletkan lidahnya pada Ibara, menoleh girang padaku.

"Nah (Name)-chan, kamu produser juga kan?? Gimana kalau kamu jadi member keempat Eden gantiin Ibara, sekalian jadi produser kita juga?? Biar nanti Ibara yang jadi produser disana~~!!"

"DENKAAAA!! JANGAN NGADA - NGADA!!"

"PFFT--AHAHAHA!! CANDA CANDAA!! Eh tapi kalau Ibara terus galak mungkin jadi beneran loh~??"

"UDAH AH GAK USAH BERCANDA LAGI!!"

"A-anu maaf!!" Seruku akhirnya, tak tahan memotong pembicaraan mereka. Meski memang penting juga untuk menemukan Saegusa-kun, tapi kalau dibiarkan terus begini bisa - bisa sampe baterai ponselnya Hiyori-san habis kita cuma bakal dengerin Saegusa-kun ngomel - ngomel. Aku mengintip di balik layar, kembali bertanya.

"Bisakah aku berbicara dengan Hokuto-kun---maksudku Hidaka Hokuto-kun, yang punya ponsel ini??" Seruku pada Saegusa-kun, sementara Hiyori-san tetap memelukku sambil melanjutkan monolognya akan rasa kesalnya pada Saegusa-kun. Belum sempat Saegusa-kun menjawab, tahu - tahu layarnya sudah bergoyang hebat. Sedetik kemudian, sebuah wajah bersimbah air mata yang super familiar langsung menyambut kami.

"(NAME)-CHAAAN!! KAMU BAIK - BAIK SAJAAAA??!!"

"Ah---Subaru-kun---"

"(NAME)-DONO?!?!? (NAME)-DONO!! MANA ORANG YANG MENCULIKMU?!?! BIAR AKU TEBAS DENGAN KATANAKU!!"

"So-Souma-kun?!?! Sudah kubilang jangan merencakan pembunuhan secara kasual!!"

"(NAME)-CHAAAAAN!!!! KAMU GAK KENAPA - NAPA SAYANG?? GAK ADA YANG LUKA?? SAKIT?? LAPER?? HAUS?? BILANG AJA KALAU MEREKA GANGGU KAMU BIAR MEREKA RASAKAN JUDGMENT, DUEL, DAN CHECKMATE---"

"ARASHI-KUN AKU BAIK - BAIK SAJA JANGAN SERET MEREKA KE PEPERANGAN BERIKUTNYA---"

"Udah kalian berisik banget sih sini mana ponselnya---"

Lagi - lagi ponsel malang tersebut kembali dilempar - lempar kesana kemari. Sebelum aku sempat bertanya lagi, akhirnya sesosok pemuda dengan wajah yang sama lelahnya akhirnya muncul di layar.

"Maaf ya, (Name)-chan, yang lain senang sekali akhirnya bisa terhubung denganmu...."

"Ah, gak papa Mao-kun, aku justru lebih penasaran kenapa kamu malah bersama mereka..." balasku. Pasalnya kan seharusnya rute kelompok Mao-kun dan kelompokku berbeda arah. Apakah mereka tidak sengaja bertemu saat berkeliling??

"Ah, soal itu lupakan saja.... ngomong - ngomong kamu sedang ada dimana dan bersama siapa??"

"Ah--aku disini sama grup idol Eden, ada Eve dari Reimei Academy dan Adam dari Shuuetsu Academy. Kita gak sengaja bertemu di pasar tadi jadi akhirnya aku ikut makan bersama mereka... kalian gak perlu khawatir kok. Tadi kita habis makan siang dan sekarang Hiyori-san minta jalan - jalan sebentar." Jawabku sambil melambaikan tangan memanggil yang lain. Hiyori-san yang masih menempel di sebelahku langsung memanggil Nagisa-san, sementara itu Jun-kun yang tadi sempat berbicara dengan pelayan kembali menatap ponsel.

"Konnichiwa, aku Sazanami Jun dari Eve, salam kenal."

"Jun-kun!! Berani - beraninya kamu mendahului Ohii-san-mu!! Halo halo~~!! Aku Tomoe Hiyori dari Eve!! Kau pasti Isara Mao-san dari Trickstar kan?? Hari ini (Name)-channya kita pinjem dulu yaa~~!!"

".....selamat siang, aku Ran Nagisa dari Adam. Senang bertemu denganmu.."

"Tadi kita habis minta nomor Hokuto-kun dari Seiya-san, berhubung Seiya-san juga mengajar di Shuuetsu Academy dan Nagisa-san menyimpan nomornya. Btw, gimana keadaan kalian?? Apakah Yuzuru-kun berhasil bertemu dengan yang lainnya??" Tanyaku lagi, mendadak teringat kejadian terakhir sebelum akhirnya aku pergi bersama Eden. Kalau melihat adanya kehadiran Saegusa-kun bersama mereka sih, seharusnya anggota kelompokku sudah kembali lengkap. Tapi siapa yang tahu kan?? Ternyata Yuzuru-kun kabur gitu misalnya---menolak bertemu yang lain.

Sepertinya memang benar - benar terjadi sesuatu karena samar - samar aku bisa melihat Mao-kun menelan ludah gugup mendengar pertanyaanku.

"S-Soal itu... tentu saja sudah. Kau gak perlu khawatir. Setelah ini kita akan langsung ke penginapan jadi kau tak perlu repot - repot mencari kami."

"Loh?? Gak jalan - jalan lagi aja?? Masih siang begini, aku bisa nyusul kalian kok naik bis---"

"GAK BOLEH!! (NAME)-CHAN HARUS TEMENIN KITA SAMPE AKU PUAS!!"

"----gak jadi, nanti aku juga akan langsung ke penginapan." Balasku pasrah yang langsung membuat Hiyori-san tersenyum lebar lagi. Mao-kun yang melihat kejadian tersebut mau tak mau tertawa pelan.

"Oke deh kalau gitu. Urusan kita disini juga sudah selesai. Anu... Tomoe-san, Sazanami-san, Ran-san, mohon bantuannya dalam menjaga (Name)-chan."

"Serahkan pada kita!! Habis ini kita masih mau jalan - jalan lagi kok, ngeliat pertunjukkan samurai, ke desa ninja dulu, trus habis itu ke kuil Kinkakuji---"

"Yang penting jangan lupa untuk pulangkan aku." Sambarku cepat sebelum Hiyori-san keburu membuat rencana sampai seminggu ke depan. Nagisa-san tertawa melihat wajah panikku, yang disusul Jun-kun yang ternyata sudah terkekeh melihat kehebohan kami.

"Baiklah kalau gitu. Aku akan sampaikan salammu untuk yang lain. Hati - hati disana ya."

"Yep!! Thanks Mao-kun!! Sampai nanti~~!!"

Mengikutiku, member Eden yang lain pun juga melambai. Mao-kun balas melambai sebentar sebelum akhirnya benar - benar menutup panggilan. Begitu terputus, suasana langsung berubah hening. Kami sama - sama saling tatap, mengirim kode.

"Pasti ada yang terjadi---"

"Keliatan banget tadi canggungnya---"

"Kenapa sih aku selalu belakangan tahunya---"

"(Name)-san mau nambah tehnya??"

"Makasih, Nagisa-san." Kataku sambil menyodorkan gelasku, yang beneran langsung diisi kembali oleh Nagisa-san. Hiyori-san yang kembali mendapatkan ponselnya menimbang - nimbang benda itu sambil mengerutkan dahinya. Kek masalahnya punya dia aja. Jun-kun tentu saja cuma bisa lelah sama kelakuan Hiyori-san, meski aku yakin dia sendiri juga lumayan penasaran.

"Maa, maa, kurasa mereka hanya bertengkar kecil. Bukan sesuatu yang serius." Kilahku berusaha mencairkan suasana. Aku mencomot beberapa manisan yang masih tersisa, mencoba berpikir positif.

"Semoga."

"Yah, kalau soal itu sih aku gak peduli masalah mereka apa." Balas Hiyori-san sambil mengantongi ponselnya. Ia menoleh padaku, dengan santainya menepuk puncak kepalaku. Aku balas menatapnya bingung, yang disambut oleh senyum cerahnya.

"Yang penting sekarang kita jalan - jalan dulu!!"

"Tetep yang terpenting itu yah...."

"Kita akan kembali ke hotel tempat kita menginap pukul 6 sore kok, sebelum itu kita akan mengantarmu, (Name)-san." Jelas Jun-kun buru - buru sebelum aku kembali marah dan menyodok perut Hiyori-san lagi. Aku yang sudah meraih kerah Hiyori-san berbaik hati menurunkannya lagi, yang dibalas tawa riangnya Hiyori-san.

"Benar, benar!! Lagipula kita sepertinya bakal jarang ketemu lagi, jadi ayo kita nikmati hari ini sepuasnya!!" Seru Hiyori-san. Aku tersenyum tanggung mendengarnya.

"Entah kenapa aku malah punya firasat kita akan semakin sering bertemu...." balasku sambil mendadak merinding. Nagisa-san menyodorkanku kue lagi, yang dengan senang hati kuterima. Jun-kun yang sepertinya baru saja menghubungi supir mereka, kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.

"Aku sudah menghubungi supir kita, Ohii-san."

"Bagus, bagus!! (Name)-chan, ayo kita nonton pertunjukkan samurai dulu~~!!"

"T-Tunggu!! Hiyori-san kamu belum bayar lho!!"

"...... (*ikut berdiri dan mengangkat tangan ke udara*)."

Aku menghela napas. Ternyata, mau sama anak - anak yumenosaki ataupun sama grup top idol se-Jepang sekalipun, kelakuannya sama aja miringnya. Yah, gak apa - apa juga sih. Justru sebaliknya, melihat wajah mereka yang bahagia dan ceria semua, entah kenapa hatiku justru merasa lebih tenang. Mau tak mau aku akhirnya tersenyum, pasrah digandeng Hiyori-san masuk mobil menuju destinasi selanjutnya.

Benar juga, sudah seharusnya aku tidak memusingkan masalah teman - temanku yang masih belum pasti. Memang tadi Yuzuru-kun sempat berulah, tapi kurasa itu cuma sesaat saja. Aku yakin cepat atau lambat mereka akan kembali akur lagi, dan entah melakukan hal aneh selanjutnya.

Pasti begitu. Aku yakin.

~~~~~~

Atau aku salah.

Karena kenyataannya sekembalinya aku ke penginapan situasinya benar - benar gawat sekali----

Sesuai janji Jun-kun, aku diantar ke penginapan oleh Eden sebelum jam 6 sore. Setelah menghabiskan seharian berkeliling mencicipi budaya tradisional Jepang khas Kyoto, ketiganya pun kelelahan dan tertidur sepanjang jalan kembali menuju daerah penginapan. Sempat aku tergoda ingin memotret mereka, tapi karena aku tidak mau di-blacklist dari fans mereka---akhirnya aku gak jadi mengabadikan momen menggemaskan itu dan jadilah aku menahan diri untuk tidak menjerit - jerit sepanjang perjalanan. Untungnya supir mereka juga super pengertian karena beliau memilih diam dan hanya menawarkan minum untukku(yang sudah gelagapan). Di luar itu, perjalanan kami sangatlah menyenangkan.

Sagami-sensei dan Kunugi-sensei yang entah darimana tahu kalau aku diculik Eden, sudah menungguku di gerbang penginapan. Ketiganya langsung terbangun begitu aku turun dari mobil, dan memaksa mengantarku hingga ke dalam. Hiyori-san dan Nagisa-san memelukku hangat, mengatakan mereka akan dengan senang hati pergi bersamaku lagi begitu kita kembali dari study tour. Jun-kun hanya menepuk bahuku, berjanji lain kali kita ketemu keadaannya akan lebih damai. Aku nyengir mendengar sobat seperlelahanku itu.

Begitu mobil mereka sudah pergi, aku langsung berlari masuk ke dalam penginapan, mencari kamar kelompokku. Sagami-sensei juga sudah memberi tahu, ia sudah berhasil mendapatkan satu kamar kosong untukku, sehingga malam ini aku bisa tidur sendiri. Meski begitu, aku tetap ingin bertemu teman - temanku. Kuharap mereka baik - baik saja tanpaku. Dan mungkin kalau aku beruntung, aku bisa membayar kejadian hari ini dengan makan malam bersama. Tentunya dengan damai.

Jadi dengan langkah kaki yang sebisa mungkin kupelankan, aku berlari kecil menyusuri koridor. Sayup - sayup terdengar suara seruan teman - temanku. Mengabaikan nada suara mereka yang berbeda dari biasanya, dengan cepat aku langsung menggeser pintu begitu tiba di depan kamar.

"Minna!! Aku sudah kembali---"

BUAGH!!

Koridor seketika hening setelah suara benturan keras tersebut. Bukan. Bukan karena seseorang baru saja ditinju, atau dilempari barang. Bukan juga suaraku yang jatuh atau bagaimana. Sebuah bantal terlempar dengan kerasnya dari dalam kamar, menghantam dinding di depan pintu. Beruntung sekali aku tepat waktu menarik wajahku, sehingga aku tidak perlu kena tampar.

"PERGI!! PERGI KAMU DARI SINI!! AKU GAK MAU LIHAT KAMU LAGI!!"

Yang tadi itu teriakan Subaru-kun. Ia terdengar marah sekali. Aku pelan berusaha mengintip--takut kena amukan bantal selanjutnya. Saat kukira mereka masih bertengkar dengan Yuzuru-kun, pandangan di depanku segera mematahkan spekulasiku.

Aku terkesiap pelan.

"Maaf....Akehoshi...."

"PERGI!! TIDUR AJA SANA DI LUAR!! BIAR MATI KEDINGINAN SEKALIAN!!"

Oke, itu harusnya kocak untuk beberapa situasi, tapi tidak untuk saat ini. Aku yang terlalu terkejut dengan perkembangan situasi yang tidak kuketahui, buru - buru menarik wajahku lagi.

Di dalam tadi tidak kelihatan sosok Yuzuru-kun, entah kemana perginya dia. Meski aku yakin dia sudah kembali ke penginapan bersama yang lainnya(meski di lain sisi mengejutkannya---tidak ada Saegusa-kun). Hanya ada Souma-kun yang menunduk di pojok kamar, Arashi-kun dan Mika-chan yang memasang wajah khawatir di sisi sebelahnya, Subaru-kun yang masih marah dan siap melempar bantal selanjutnya, dan juga....

"Ah---"

Aku menoleh kaget, mendapati Hokuto-kun yang benar - benar menuruti kata - kata Subaru-kun untuk pergi. Menyadari kalau aku sudah kepergok, aku mundur beberapa langkah, menatapnya khawatir.

"Hokuto-kun, yang tadi itu...."

Set---

Hokuto-kun langsung memalingkan wajahnya, tidak menatap mataku, apalagi menjawab pertanyaanku yang tidak sempat terucap itu. Ia melangkah cepat ke arah yang berlawanan dengan datangnya aku, dan menghilang di balik tembok. Tanganku yang sudah terlanjur terjulur terpaksa mengambang di udara, bingung harus kuapakan.

Entah kenapa..... aku....

"(Name)-chan sudah pulang??"

Aku menoleh terkejut lagi, mendapati Arashi-kun sudah berdiri di pintu, tersenyum lelah padaku. Yang lainnya sepertinya masih di dalam, tidak berniat menemuiku.

"Arashi-kun, apa yang terjadi---"

"Maaf, (Name)-chan." Potong Arashi-kun tegas, yang lagi - lagi membuatku terkejut. Sadar kalau tindakannya barusan agak menyakiti perasaanku, Arashi-kun kembali tersenyum pelan, mengelus kepalaku.

"Ada banyak yang terjadi hari ini, jadi kurasa sebaiknya (Name)-chan tidak bertemu kita dulu. Terutama Subaru-chan dan Hokuto-chan, kau lihat sendiri bagaimana keadaan mereka berdua." Arashi-kun berusaha tertawa, tapi tawanya hanya terdengar menyedihkan. Aku menelan ludah, menatapnya khawatir. Arashi-kun meraih tanganku yang tergantung, meremasnya.

"Maafkan aku, (Name)-chan, tapi kembalilah ke kamarmu dan beristirahatlah." Katanya dengan nada suara paling tegasnya. Pelan tapi aku, aku tidak bisa membantahnya. Jadi aku mengangguk gamang, tidak berkata apa - apa. Arashi-kun menatapku bersalah, tapi aku hanya mengangguk meyakinkannya kalau aku mengerti dan bisa memakluminya. Jadilah aku balik kanan, dan menyusuri koridor kembali ke kamarku dalam diam. Dari balik punggungku, aku bisa mendengar suara pintu yang ditutup, disusul oleh suara tangisan Subaru-kun.

Suasana senja yang seharusnya menyenangkan mendadak berubah menjadi hambar. Padahal aku sudah mengharapkan bertemu mereka dalam keadaan yang lebih baik. Tapi nyatanya.... ah sudahlah. Memang mungkin aku tidak sepenting itu, sampai mereka tidak mau aku tahu apa masalah mereka. Mungkin aku hanya pengganggu, perusak suasana. Benar. Mungkin aku hanya cewek yang terlalu bodoh dan seenak jidat berharap sendiri----

"Eits, jangan overthinking."

CTAK!!

Demi mendengar suara itu, pikiranku langsung buyar, kesadaranku seketika kembali. Di depanku Natsume-kun sudah tersenyum jail seperti biasanya, menyentikkan jari lentiknya itu tepat di depan wajahku. Aku mengerjapkan mataku, menatapnya kaget.

"Aku gak apa - apa kok...."

"Apanya yang gak apa - apa. Sadar gak sih kalau jalanmu tuh berisik banget sampe ganggu tamu lainnya??" Sindirnya yang membuatku mendadak malu. Masa sih aku tadi seberisik itu?? Natsume-kun menghela napas, menunjuk jidatku dan mendorongnya pelan.

"Plus, wajahmu yang lagi merengut itu jeleknya minta ampun jadi siapapun tahu kalau kau sedang apa - apa."

"Berisik, mentang - mentang ganteng." Cibirku kesal sambil menurunkan tangannya. Natsume-kun tertawa, tersenyum melihatku yang masih cemberut.

"Koneko-chan itu tetap orang paling penting bagi kita kok. Gak mungkin kalau kita gak sayang Koneko-chan."

"Bohong. Kalau aku penting, kenapa aku malah jadi satu - satunya yang gak tahu apa - apa disini??" Balasku cepat, mati - matian menahan rasa amarahku. Natsume-kun terdiam sejenak, mungkin dia sedang mencari kata - kata yang pas untuk membalas kalimatku. Tangannya perlahan terangkat kembali. Saat kukira ia mau menjentikkan jarinya lagi, tangannya justru mendarat di atas kepalaku dan mengelusnya pelan.

"Justru karena betapa pentingnya Koneko-chan bagi kita, kita tak kuasa memberi tahumu apa yang sebenarnya terjadi." Jawabnya lugas, yang mendadak menghentikan amarahku yang lagi - lagi hampir keluar. Aku menatapnya sangsi, tapi tak mampu membantah. Jadi aku hanya menunduk, menatap kakiku dan kakinya Natsume-kun yang hanya terpisah beberapa puluh senti.

"......janji ya."

"Hmm??"

Aku mendongak lagi, menatapnya memohon.

"Janji ya nanti kalau masalahnya sudah selesai dan beres, kalian akan bersedia memberitahuku." Kataku. Natsume-kun menatapku lama, sebelum akhirnya mengangguk.

"Pasti, apa sih yang enggak buat yayangku♡."

"Aku bukan yayangmu. Jijik." Balasku kejam sambil menepis tangannya. Natsume-kun yang tentu saja sudah menduga reaksi itu langsung tertawa. Mau tak mau aku pun ikut tertawa. Ah, setidaknya bertemu sebentar dengan Natsume-kun(meski rada menyebalkan), sangat membantu memperbaiki suasana hatiku. Natsume-kun menatapku, menunjuk koridor di belakangnya.

"Sana gih mandi, berendam dulu. Mumpung kamar mandi sudah kosong, jadi kau bisa bebas - bebas teriak disana."

"Aku sebenarnya penasaran darimana kamu tahu kamar mandi perempuan sudah kosong, tapi kurasa aku takkan bertanya lebih lanjut---" balasku sambil melangkah melewatinya. Sebelum jaraknya menjadi terlalu jauh, aku berbalik sebentar, menatap Natsume-kun yang ternyata sudah duluan menatapku.

"Natsume-kun."

"Hmm??"

Aku tersenyum.

"Makasih ya."

Sesaat aku bisa melihat wajahnya memerah. Tapi buru - buru dia tersenyum sok keren, berusaha menutupinya.

"Sudah kubilang, apa sih yang enggak buat kamu."

"Jijik, tapi trims. Dah ya, aku mandi dulu~" balasku sambil melambai padanya. Natsume-kun yang masih memerah malu tidak melambai, sibuk merengut sendirian, memaki dirinya sendiri. Aku tertawa melihatnya, segera melipir menuju kamarku sendiri.

Natsume-kun benar, sebaiknya aku cepat mandi dan istirahat berhubung besok jadwal kita masih sangat padat. Meski tentunya aku takkan teriak - teriak di kamar mandi seperti yang dia bilang sebelumnya, tapi orang sering bilang berendam sebentar sangat membantu menenangkan pikiran, dan siapa tahu kan?? Pikiranku juga jadi lebih waras setelah mandi.

Sambil membawa yukataku aku memikirkan semua yang terjadi hari ini. Berawal dengan insiden saat bangun pagi, berlanjut dengan pertengkaran dengan Yuzuru-kun, kukira sisa hari ini akan berjalan sama buruknya. Yah, kesampingkan soal teman - teman sekelompokku yang masih berantem---dan sialnya aku masih gak tahu alasannya---sejujurnya hari ini hanya bisa terselamatkan karena aku tak sengaja bertemu dengan Eden. Kalau tadi Saegusa-kun tidak memberanikan diri menegur dan menginterupsiku dan Yuzuru-kun, mungkin Hiyori-san juga gak bakal nyulik aku dan membawaku jalan - jalan.

Ah, iya juga..... selain ketiga member Eden lainnya, aku belum berterima kasih pada Saegusa-kun....

Baiklah, nanti akan kulakukan. Mungkin aku bisa menghubungi Hiyori-san, atau menitipkan pesanku kepadanya.

Suasana pemandian yang temaram dan hangat langsung menyambutku begitu aku menggeser pintu. Meski tidak seluas pemandian umum biasanya, tapi pemandian ini sendiri sudah lebih dari cukup untuk menampung 10 orang sekaligus. Selain itu, semuanya tersusun dengan rapih dan bersih---termasuk jejeran kursi plastik dan pancuran air untuk membilas badan nanti. Memang bagus mata Kunugi-sensei, tidak salah ia memilih penginapan ini.

(Kunugi-sensei: *bersin* Sagami-sensei: Astaghfirullah Akiyan ngagetin aja----)

"Hmm??"

Tak sengaja gumamanku terselip keluar. Kukira sudah tak ada orang lagi berhubung hari sudah hampir malam, tapi ternyata masih ada satu tamu yang sedang berendam. Padahal kemaren aku sudah memilih waktu paling sepi--berhubung aku tidak begitu suka mandi bersama orang lain. Begitu juga dengan hari ini. Apa mungkin tamu baru yah??

"Permisi.... selamat malam. Baru datang juga??" Sapaku basa - basi. Maksudku--daripada saling diem - dieman dan malah berakhir canggung--lebih baik aku sapa saja. Setidaknya aku bisa bercakap sebentar dengan tamu ini tentang Kyoto atau apalah.

Tamu berambut merah pendek itu sepertinya baru menyadari kehadiranku. Ia menoleh pelan padaku.

"Oya oya?? Rupanya masih ada yang berendam juga!! Selamat malam!! Silahkan, silahkan, tempatnya masih luas kok----" perkataan Saegusa-kun langsung terputus begitu mengenali wajahku. Pun aku yang sudah mencelupkan sebelah kakiku ke dalam kolam langsung membeliak kaget. Panik aku langsung menceburkan diri, membuat air langsung tertumpah ruah kesana kemari. Saegusa-kun yang juga tersiram air tadi membelalakkan matanya kaget, menunjukku dengan tangannya yang gemetaran.

"A-A-APA-APA YANG KAMU LAKUKAN??!!" Teriaknya dengan sangat tidak santai, langsung bangkit dari posisinya. Aku balas menatapnya kaget, panik menyiramkan air lagi padanya.

"ITU PERTANYAANKU!! INI KAMAR MANDI CEWEK TAHU!! KAMU BUTA ATAU SENGAJA MAU NGINTIP KITA!?!"

"ENAK SAJA!! AKU SUDAH LIHAT BAIK - BAIK PAPAN NAMANYA!! AH SUDAHLAH!! AKU AKAN KELUAR SECEPATNYA, MAAF MENGGANGGU WAKTUMU---" buru - buru Saegusa-kun langsung berderap menuju pintu keluar, yang membuatnya langsung terpeleset jatuh dengan tidak indahnya.  Suara kejeduk yang keras langsung membuatku meringis. Refleks aku berdiri, berusaha menghampirinya.

"SA-SAEGUSA-KUN---"

"HEH JANGAN KESINI BEGO KAMU GAK PAKE BAJU!!"

"Eh I-IYA MAAF!!" Panik aku menceburkan diri lagi. Sial, seharusnya tadi aku tetap pakai handukku saja kalau tahu jadinya akan begini. Eh tunggu, kurasa takkan ada orang yang mengira akan bertemu lawan jenisnya di kamar mandi. Kecuali di komik---mungkin. Saegusa-kun dengan hidung yang sudah berdarah berkat benturan tadi, kembali bangkit dan berderap menuju pintu. Namun begitu tangannya mencoba menggeser pintunya, suara "duk-duk" langsung terdengar jelas. Jangankan terbuka, pintu itu bahkan tidak bergeser sedikit pun. Baik aku maupun Saegusa-kun langsung memasang wajah ngeri.

Sejenak, kami sama - sama terdiam.

"(Last Name)-san....."

"I-iya??"

Saegusa-kun menoleh dengan wajah paling putus asanya padaku. Untuk tidak bilang paling kesalnya. Aku menyeringai bersalah melihatnya.

"Apa Anda mungkin menjatuhkan sesuatu sebelum masuk??" Tanyanya dengan nada luar biasa kesal. Tenang Saegusa-kun, aku juga sama kesalnya denganmu. Aku berusaha mengingat lagi, meletakkan jariku di dagu.

"Entahlah.... tapi mungkin saja aku tidak sengaja menjatuhkan pot bunga.... mungkin.... Maaf Saegusa-kun...." kataku semakin mencicit begitu melihat raut wajahnya yang semakin masam. Mengabaikanku yang juga sama tidak tahunya harus ngapain, Saegusa-kun menarik sebuah kursi plastik di dekatnya. Dengan suara hentakan yang keras ia duduk di atasnya, lalu ia menatapku sebal.

"Aisshhh.... hari ini apa - apaan sih...."

"Itu juga kalimatku tahu...." gumamku tak sengaja membalas gerutuannya. Aku merosot di pinggir kolam, menenggelamkan setengah diriku dan meniupkan gelembung dari dalam air dengan kesal.

"Udah gak ada temen yang nemenin... pada berantem semua... mana aku gak tahu apa - apa lagi... yah meski sehari - hari aku juga sama sialnya sih---" kataku sambil menaikkan badan lagi. Membelakangi Saegusa-kun yang entah sedang menggerutu apalagi. Sejenak kami berdua sama - sama terdiam. Berhubung kita berdua belum pernah kenalan dan bertemu langsung sebelumnya(meski saling mengenal satu sama lain), wajar saja kita tidak punya hal untuk saling dibicarakan. Rasanya serba salah. Ngomong memecah canggung rasanya makin canggung, tapi diem - dieman sambil menunggu nasib baik juga rasanya lebih aneh.

"Hmmm...." tahu - tahu Saegusa-kun menggumam lagi. Tapi kali ini nada suaranya tidak terdengar semarah sebelumnya, jadi aku menoleh. Rupanya Saegusa-kun sudah berdiri dari duduknya dan memperhatikan dinding tinggi yang membatasi pemandian laki - laki dan perempuan.

"Apa menurutmu aku bisa memanjatnya dan pindah tanpa diketahui siapapun??"

Aku mengerjap mendengar pertanyaan absurdnya itu. Saegusa-kun menoleh padaku, menaikkan kacamatanya dengan wajah serius.

"Jujur saja (Last Name)-san, aku tidak ingin berlama - lama denganmu disini."

"Memangnya aku juga mau---" sambarku langsung dan ikut memperhatikan dinding di hadapanku. Mengerut sebentar. "Kurasa sebaiknya jangan deh."

"Kenapa??"

"Jelas kan?? Terlalu berbahaya." Kataku seolah hal tersebut sudah sangat jelas dan menatapnya tak percaya. "Lantai di sini licin, jangankan berhasil memanjat dindingnya, kau pasti akan jatuh duluan dan kalau kau beruntung kau tidak akan terluka serius. Kalaupun kau berhasil memanjatnya, aku yakin menuruninya juga butuh perjuangan yang lebih keras dan resiko terluka yang lebih tinggi." Jelasku lagi sambil meliriknya yang terlihat kecewa. Aku tak tahu kenapa solusi se-berbahaya itu sampai bisa muncul di kepalanya, mungkin Saegusa-kun juga sama tidak warasnya denganku.

Kecewa dengan rencana pengeluaran dirinya yang tidak sesukses yang ia bayangkan, Saegusa-kun kembali duduk di kursinya dengan raut wajah serius---kuharap sih dia tidak memikirkan ide bodoh selanjutnya. Aku juga kembali membelakanginya, menghela napas sambil mencipratkan sedikit air.

"Sabar saja Saegusa-kun, cepat atau lambat akan ada pegawai penginapan yang menyadari kalau pintunya macet, kita tidak akan terjebak di sini selamanya." Kataku mencoba membesarkan hatinya---sekaligus membesarkan hatiku sendiri. Saegusa-kun yang mimisannya sudah berhenti balas meringis padaku.

"Kau kira dalam 5 menit mereka akan menemukan kita?? Tebakanku paling 1-2 jam lagi baru kita akan ditemukan. Kau sendiri bagaimana?? Berendam lebih lama lagi kau akan pingsan." Sinisnya seolah menantangku untuk ikut memikirkan solusi melarikan diri dari sini. Harusnya sih, mendengar kalimatnya itu aku marah dan membalas dengan argumen masuk akal lainnya. Atau malah ikut membantu memikirkan rencana gila lainnya. Tapi---

"Kalau gitu aku lebih baik pingsan saja." Selipku tak sengaja. Baik aku dan Saegusa-kun sama - sama terkejut mendengar jawaban tersebut. Sebelum Saegusa-kun keburu membalas dengan kalimat sinis lainnya buru - buru aku membuka mulut lagi.

"Ma-maksudku!! Aku juga kan gak mungkin keluar dari kolam ini dengan Saegusa-kun di dalam juga!! Jadi meski aku pingsan---selama aku masih bisa bernapas aku tak masalah. Yang penting kan Saegusa-kun!! Kalau Saegusa-kun sampai terluka lagi aku harus bagaimana??!!" Seruku tertahan. Aku tahu argumenku barusan amat sangat tidak valid---dan seruanku barusan terlalu kencang sehingga aku yakin orang - orang dalam radius 50 meter di sekitar kami bisa mendengarnya. Saat kukira Saegusa-kun masih kaget mendengar penjelasanku, ternyata dia sudah tersenyum seperti biasanya dan tertawa geli melihatku.

"Sepertinya, aku.. pfft!! Bisa mengerti... haha... kenapa anak - anak yumenosaki menyukaimu... pfft---AHAHAHAA!!" Tawanya langsung meledak, dan seolah lupa dengan tempat kami berada dia langsung terpingkal - pingkal sambil memukul - mukul dinding di hadapannya. Wajahku langsung memerah malu melihat reaksinya. Memang apa salahnya sih kalimatku barusan??!! Emangnya salah kalau aku khawatir dengannya??! Maksudku---ah sudahlah!!

"JA-JANGAN KETAWA!!"

"Enggak---aku, pfft---aku bukan bermaksud buruk tapi--AHAHAHAH!!"

"SAEGUSA-KUN!! KUSIRAM AIR BARU TAHU RASA AWAS AJA---"

"Udah udah---aku gak ketawa kok, aku gak ketawa---haahh, tapi tenang saja (Last Name)-san, berkat kebodohanmu itu sepertinya kita bisa terselamatkan." Katanya sambil menoleh ke pintu. Baru saja aku mau menyiramnya beneran(kalo perlu sekalian kupukul make gayung)karena telah memanggilku bodoh secara terang - terangan, tahu - tahu aku dikagetkan dengan suara pintu yang dibuka secara paksa. Refleks aku menjerit kaget. Sesosok ibu paruh baya yang mengintip dari balik pintu tampak terkejut menemukan kami berdua, segera membuka pintu lebih lebar lagi.

"Ya ampun!! Kalian baik - baik saja?? Tadi aku mendengar suara teriakan dari sini, jadi aku mencoba memeriksa apakah semuanya baik - baik saja. Ternyata pintunya malah macet, tertahan oleh kepingan pot bunga yang pecah dan terselip di antara pintu. Aduuh, kalian gak apa - apa?? Ada yang terluka?? Pingsan?? Dan kamu astaga---apa yang kamu lakukan di tempat pemandian perempuan!! Kamu penguntit??!! Nak apakah dia macam - macam padamu---" Ibu itu dengan paniknya langsung masuk dan menghampiriku, melindungiku dari Saegusa-kun. Aku yang merasa lega telah diselamatkan hanya tertawa kecil, melambaikan tangan.

"Tidak kok bu, dia temanku yang kebetulan salah masuk kamar mandi karena tadi kacamatanya tertinggal---" kataku sambil memberikan kode agar Saegusa-kun menyembunyikan kacamatanya. Saegusa-kun yang menangkap sinyalku langsung melepas kacamatanya dan entah ia kemanakan. Ibu di hadapanku masih menatapku khawatir. Kuharap dia tadi tidak memperhatikan Saegusa-kun dengan baik sehingga aku jadi tak perlu kesusahan mengarang cerita entah apa lagi.

"Terima kasih bu, sudah menemukan kami. Dan anu.... boleh tolong ambilkan handuk saya yang tertinggal di ruang loker?? Saya tadi lupa membawanya...." suaraku mendadak mengecil, menyadari satu hal kecil lainnya yang paling penting disini---yang tentunya sudah Saegusa-kun sadari sejak tadi. Ibu itu tentunya tidak tahu kekhawatiranku(yang sebenarnya sudah sia - sia juga), dan langsung bangkit untuk mengambil handukku. Saegusa-kun yang menyadari kalau aku juga menyadarinya(??), beranjak keluar sambil tersenyum tak habis pikir padaku. Wajahku langsung memerah padam.

Astaga!! Selama ini aku tidak memakai apapun di depan Saegusa-kuuun!!!

Buru - buru kusambar handuk yang diberikan ibu itu dan memakainya dengan cepat. Si Ibu entah mengatakan apa, mungkin memberitahu kalau pintunya akan ia biarkan terbuka jadi aku tak perlu khawatir lagi akan terkunci. Aku iya - iya saja, tak peduli beranjak membilas diri meski pakai handuk. Entah Saegusa-kun sudah kemana. Kuharap sih dia tidak akan kembali lagi. Kalau perlu ku juga minggat saja dari fans Eden dan tak pernah menampakkan wajah di hadapan mereka lagi. Sambil sekuat tenaga menahan keinginan untuk menjedotkan kepala ke dinding kamar mandi, dengan sekali gerakan cepat kuselesaikan segala urusanku disini dan beranjak ke ruang loker juga untuk bersalin.

"Apa-apaan sih hari ini....." gerutuku sendirian, berusaha sesabar mungkin memakai yukata dan menahan diri untuk tidak lari mencari Souma-kun dan meminjam katananya agar aku bisa harakiri di tempat. Lagian Saegusa-kun sendiri juga kenapa sih?!?! Tidak bisakah dia tidak bertindak menyebalkan dan menjadi gentleman yang seharusnya?!?! Padahal image idolnya saja sudah sebegitu pangerannya, tapi sepertinya harapanku sebagai fans memang terlalu tinggi saja, karena nyatanya yah----mereka juga sama tidak warasnya dengan teman - temanku.

Atau aku.

Aku menghela napas. Sepertinya fakta bahwa akulah yang lebih gila disini sudah tidak bisa disangkal. Baiklah. Tenang diriku. Setidaknya aku bisa memperhitungkan segalanya dengan Saegusa-kun dan berusaha tidak bertemu dengannya lagi seumur hidup. Bodo amat dengan member Eden lainnya, rasanya lama - lama aku juga muak melihat idol - idol ini.

Begitu keluar dari ruang ganti, rupanya Saegusa-kun yang juga sudah bersalin menungguku di depan pintu pemandian perempuan, dan menyeringai senang begitu melihatku sudah keluar. Menahan segala makian dan keinginan untuk membunuhnya(dan diriku sendiri)di tempat, aku melirik judes padanya, sok - sokan mendongakkan dagu padahal mukaku merah sempurna begitu teringat kejadian tadi.

"Mau apa lagi kamu heh?? Gak cukup membunuhku secara mental??"

"Tentu saya tidak punya niat buruk (Last Name)-san, saya hanya ingin bercakap denganmu sebentar sambil meminum susu pisang yang dingin. Bukankah enak setelah badan kita hangat berendam??" Katanya sambil benar - benar menjulurkan susu pisang padaku. Aku tak habis pikir dengannya. Pada umumnya orang normal manapun juga gak akan mengajak ngobrol orang yang baru saja terjebak dengannya di dalam kamar mandi secara insidental, tapi ah yasudahlah----daripada aku protes mulu sama nasibku hari ini lebih baik aku nikmati saja segala hal yang akan terjadi nantinya.

"..... makasih." Balasku sambil menerima susu pisangnya. Saegusa-kun yang mungkin merasa tujuannya sudah tercapai tersenyum lebar, membuatku ironi setengah mengagumi wajah gantengnya tapi setengah ingin menampar wajahnya karena masih kesal. Akhirnya berdua kami menyusuri koridor dalam diam, menikmati suasana penginapan malam yang mulai ramai kembali karena banyaknya orang yang bersiap - siap makan malam.

"(Last Name)-san, bagaimana harimu??"

"Kau mau mati----"

"Kalau aku sih menyenangkan." Balas Saegusa-kun tentunya tak peduli denganku yang sudah siap menyodok perutnya dengan jurus mutakhirku. Aku menghentikkan niat burukku itu, menatapnya sangsi.

"Bukannya tadi kamu bilang hari ini menyebalkan??"  Tanyaku teringat percakapan kita di kamar mandi tadi. Saegusa-kun yang lagi terlihat seolah - olah sudah memprediksiku akan menjawab seperti itu, tersenyum lebar balas menatapku sampai matanya menyipit.

"Oh!! Rupanya ingatan (Last Name)-san masih segar sekali ya setelah kejadian hebat tadi~~!!"

"Berhenti main - main atau aku buat kamu pingsan beneran---"

"Tapi aku tidak berbohong kok." Balas Saegusa-kun sambil menghadang jalanku. Aku yang tidak menduga dia akan melakukan itu berhenti tepat 10 senti dari wajahnya. Baru kusadari Saegusa-kun belum memakai kacamatanya, yang membuat poni basahnya terlihat jelas di hadapanku. Saegusa-kun tersenyum, mendekatkan lagi wajahnya padaku.

"Soalnya aku jadi bisa mengenal (Last Name)-san secara intim dibanding yang lain."

"Hhhe----" mendadak akal sehatku menghilang begitu melihat senyumnya yang kalem itu. Refleks aku mundur ke belakang, yang langsung tertahan tembok. Tunggu---sejak kapan aku jadi senderan sama tembok begini?!? Bukannya tadi aku masih di koridor??!

"Bukan begitu (Last Name)-san?? Kau juga berpikir seperti itu bukan??" Katanya lagi tapi kali ini tangannya terangkat menyibak rambutku. Aku memekik pelan. Wajahku refleks memanas karena perkataan Saegusa-kun yang masih terngiang - ngiang tadi. Saegusa-kun yang puas melihat wajah merahku, memojokkanku semakin dalam ke dinding.

"Jadi (Last Name)-san, ada yang ingin aku---"

"Ibara, kuharap kau sedang tidak melecehkan produser paling berharga Yumenosaki Academy." Tiba - tiba suara adem tapi menusuk yang familiar itu masuk. Refleks aku yang sudah setengah menangis dan Saegusa-kun yang kaget menoleh dengan cepat. Yuzuru-kun yang masih berbalut seragam sekolahnya berdiri menatap Saegusa-kun seolah siap membunuhnya, dan di belakangnya juga berdiri Souma-kun yang sepertinya sudah lebih tenang sejak terakhir kulihat tapi lebih marah dibanding selama ini aku pernah mengenalnya.

"Te-teman - temaaaaan ( ;∀;)" seruku super duper lega. Saegusa-kun yang tidak menduga akan bertemu Yuzuru-kun disini langsung melepaskanku dan melambaikan tangan panik.

"Eh?!?! Ti-tidak!! Ini tidak seperti yang kau pikirkan Yuzuru!!"

"Kanzaki-sama, untuk keparat tidak tahu diri ini silahkan siksa dia sesuka hati anda."

"Baik Fushimi-dono, dengan senang hati."

"Tu-tunggu!! Apa yang kalian lakukan?!?!"

"SIAPAPUN KAMU TAKKAN KUMAAFKAN KARENA TELAH MENYENTUH (NAME)-DONO!!"

"HI-HIYAAAA?!?!!"

Dan begitulah mereka akhirnya berkejaran di sepanjang koridor penginapan dengan Souma-kun yang menebas katananya sepenuh hati berusaha membunuh(??)Saegusa-kun dan Saegusa-kun yang sepenuh hati menjaga nyawanya.

"Anda tidak apa - apa (Last Name)-san??" Tanya Yuzuru-kun yang sepertinya juga sudah lebih tenang sejak siang tadi dan menghampiriku dengan khawatir. Aku yang masih menatap Souma-kun dan Saegusa-kun yang sekarang bergantian kejar - kejaran di halaman penginapan hanya bisa menyeringai setengah pasrah dan menghela napas.

"Yah... kurasa ini juga tidak masalah."

"???"

Dan berakhirlah malam kedua kita di Kyoto, setelah hari yang panjang dan penuh kejutan ini.

~~~~

Halo.

Author disini.

Tapi author cuma mampir.

Gak tahu kapan baliknya.

Makasih banyak yang udah setia menunggu cerita ini.

Dan makasih banyak sudah membaca chapter kali ini.

Sampai jumpa di chapter berikutnya.

Adios

Salam,

Author.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro