Trip to Hell #6 - Semakin Memanas
(Name) POV
.
Meski aku tokoh utama di cerita ini, sepertinya author punya dendam sama aku atau bagaimana. Intinya....
Sekarang aku lagi di situasi paling nggak banget untuk yang kesekian kalinyaa!!
Yah----selain paling membahagiakan juga---mungkin---kohom.
Sekarang masih memeluk kedua lenganku dari belakang, seorang super idol bernama Tomoe Hiyori-san, yang juga ikut - ikutan menatap tajam Yuzuru-kun yang masih bersitegang dengan Saegusa Ibara-kun. Di kiri kananku berdiri dua cowok super ganteng lainnya, a.k.a Sazanami Jun-kun yang sekarang membantu membawakan tasku, juga Ran Nagisa-san yang entah kenapa sekarang memperhatikan kepalaku dengan tatapan berbinar. Meski aku senang sekali seseorang sehebat dirinya mengagumi kepalaku yang seharusnya tidak ada apapun yang bisa dikagumi---kecuali mungkin segudang umpatan yang diam - diam kucatat dan kusiapkan saat aku kesal---lama - lama aku merasa risih juga ditatapnya. Bukan. Lama - lama aku merasa gugup juga berdiri diantara mereka. Mati - matian aku menahan segenap perasaanku yang campur aduk sekarang----antara ingin berteriak kesal, atau menjerit kegirangan lantas pingsan di tempat.
Yuzuru-kun mengepalkan tangannya, mengabaikan Saegusa-kun dihadapannya, ia beralih menatapku tajam.
"(Last Name)-san, kemarilah."
Deg.
Lagi - lagi perasaan tak nyaman itu kembali. Reflek aku mundur selangkah, tanpa sengaja menabrak dada Tomoe-san. Pegangan Tomoe-san terlepas berkat itu, membuatku sadar kalau aku sudah berlaku tidak sopan.
"Ah, ma-maafkan aku Tomoe---"
"Hmm?? Apa yang harus dimaafkan??"
Jawab Tomoe-san langsung, berbisik lembut di telingaku. Mendadak aku merinding(dalam artian paling baik). Tomoe-san melirik wajahku dari samping, dan aku balas menatapnya kaget dengan wajah merahku.
"Sepertinya kau benar - benar tidak nyaman yah??"
"A-ah itu, bukan!! Ma-maksudku---anu!! Itu!!" Seruku gagap. Semua perbendaharaan kata - kataku langsung buyar seketika begitu bertemu tatapan Tomoe-san---yang andaikata dapat kudeskripsikan dalam satu lembar essay--sangat mematikan. Tomoe-san tersenyum puas melihat ekspresiku.
"Jun-kun!! Dimana sopir pribadi kita berada??"
"Hmmm, dia ada di tikungan belakang sana sih. Hanya sepuluh meter dari tempat kita berdiri. Kenapa memangnya??" Balas Sazanami-kun sambil membuka ponselnya. Tomoe-san lagi - lagi mengangguk puas, seolah itulah hal yang diinginkannya. Kali ini ia menoleh pada Ran-san, yang sekarang sudah memelototi kepalaku dengan tatapan paling berbinarnya. Aku sweatdrop.
"Bagaimana denganmu Nagisa-kun?? Apa kau lapar??" Tanya Tomoe-san sama sekali tidak nyambung dengan pertanyaan sebelumnya. Ran-san akhirnya berhenti mengagumi kepalaku(langsung aku bernapas lega), dan menelengkan kepala ke Tomoe-san.
".......Iya sih.... tadi kita hanya makan taiyaki saja....."
"Sip!! Kalau gitu semuanya sempurna!!" Seru Tomoe-san. Sebelum aku sempat memahami maksud dan tujuannya(karena aku terlalu malu untuk bertanya), Tomoe-san sudah menggandeng lenganku dan berlari ke arah dimana seharusnya mobil mereka tadi berada.
"Kalau gitu, ayo kita pergi dari sini~~!!"
"HHHEEEHH?!?!?"
Aku berteriak panik, tak menyangka ujungnya akan diculik begini. Kucoba menoleh ke belakang, dan bisa kulihat kalau baik Yuzuru-kun maupun Saegusa-kun juga terkejut dengan tindakan Tomoe-san barusan.
"KI-KITA MAU KEMANA?!?!"
"Ohoo~~ itu rahasia~~!! Yang pasti dan yang paling penting kita mending kabur duluan dari sini aja!! Ibara, aku serahkan bocah itu sama kamu yaa~~!!"
"T-tunggu Denka!! Jadwal kita selanjutnya---"
"Ah!! Tunggu aku Hiyori-kun..."
"Ohii-san!! Mobilnya sudah siap di depan tikungan!!"
"H-HMMMM??!!"
Dan sebelum semuanya menjadi jelas, sebuah mobil limusin hitam sudah terpakir di pinggir jalan, tepat sebelum menuju jalan raya utama. Sazanami-kun yang sampai duluan langsung membukakan pintu untuk kami. Aku yang tak sempat membantah apalagi memprotes segala langsung dilempar masuk ke dalam mobil. Menyusul langsung Tomoe-san yang duduk di sebelahku, Ran-san yang kembali menempel kepadaku untuk mengagumi kepalaku, dan ditutup oleh Sazanami-kun yang terakhir masuk dan membanting tutup pintu mobil.
"Pak!! Ke restoran saya yang ada di jalan simpang itu!!"
"Ba-baik tuan!!"
CKIIIITTT!!
Mobil langsung tancap gas---melesat meninggalkan lokasi Pasar Nishiki hanya dalam hitungan detik. Selagi mobil meluncur melandai di jalan raya yang tentu saja kosong melompong, aku akhirnya pelan mengerjapkan mataku sambil berusaha menata pikiranku.
".........."
"Oh iya, (Name)-chan!! Mau permen?? Mumpung Ibara lagi gak ada, kita bisa makan permen sepuasnya disini!!" Tomoe-san yang entah kenapa terlihat santai sekali sejak tadi, sekarang sudah menyodorkan sebuah keranjang penuh permen yang entah darimana ia dapatkan. Masih dengan pikiran kosong, tanganku menurut mengambil satu lolipop, membuatnya tersenyum lebar. Lalu ia pun beralih ke Ran-san, yang juga sudah menatapnya memohon.
"Tentu saja Nagisa-kun boleh mengambil sepuasnya~~!!"
"........." (*langsung makan dengan bahagia*)
"Hey,"
Aku menoleh, mendapati Sazanami-kun duduk di hadapanku, menatapku khawatir sambil menyodorkan sebotol air mineral.
"Kau tidak apa kan?? Maaf ya kita jadi malah membawamu secara paksa begini...." katanya bersimpati padaku. Aku menerima botol tersebut tanpa reaksi, pelan - pelan berusaha memahami kalimat yang ia katakan padaku. Aku mengerjapkan mataku, menatapnya bingung. Ia juga mengerjapkan matanya, menatapku kasihan.
"Hmm....??"
"???"
"Hmm?? HMMM?!?!? BE-BENAR JUGA---" Seruku mendadak menyadari semuanya. Ran-san yang sedang mengunyah permen keduanya mendadak keselek mendengar teriakanku, terbatuk - batuk kaget(yang langsung dibantu Sazanami-kun dengan sebotol air mineral lainnya). Tomoe-san yang juga terkejut dengan teriakanku barusan, mengerjapkan mata dengan bingung seolah aku sajalah yang paling aneh di situ.
"Kenapa (Name)-chan?? Kamu gak suka permennya kah??"
"Bu-bukan itu!! Sekarang!! Ini!! Kenapa aku ada di dalam mobil pribadi Eden menuju antah berantah??!!" Jeritku panik, tak sadar kalau aku baru saja menghancurkan imageku di depan salah satu idola yang paling kupuja - puja. Aku menunjuk Tomoe-san dengan keterkejutanku selanjutnya, menatapnya gemetar.
"D-dan Tomoe-san??!! Sejak kapan kau tahu namaku??!!"
"Hmm?? Ah~ Tsumugi-kun sudah sejak lama menceritakan tentangmu padaku~ Dan kau bisa memanggilku Hiyori kok??"
"Bukan itu juga masalahnya!! Dan Ran-san, meski aku merasa sangat senang diperhatikan oleh orang sehebat dirimu sejak tadi, aku juga bisa risih kalau kau menatapku terus seperti itu!! Memangnya kepalaku ada apanya sih??!!"
"......?? .....ah, maaf. Aku suka sekali dengan jepit rambutmu... jadi tanpa sadar aku terus memperhatikannya....." jawab Ran-san dengan wajah sedihnya, mungkin merasa bersalah telah berlaku seperti itu padaku sekaligus sedih karena tidak bisa mengagumi jepit rambutku lebih lama dari itu. Ia menatapku lagi dengan tatapan sendunya, membuatku memekik pelan.
".....padahal kau juga bisa memanggilku Nagisa...." katanya semakin sedih. Gantian malah aku yang memekik ikutan sedih, mencengkram lengan baju Tomoe-san di sampingku.
"T-Tomoe-san??!! Gimana ini??!! Aku membuat Ran-san yang indah gemilang jadi sedih ahshahaha---"
"Tenanglah (Name)-chan, dari tadi kamu itu udah kayak maling dikejar warga aja. Yah, aku tak pernah dan takkan pernah mengerti perasaan rakyat jelata seperti itu sih~ dah dah, ini makan permen lagi, biar kalem." Kata Tomoe-san sambil meletakkan permen cokelat di tanganku. Aku akhirnya menghela napas, berusaha untuk mengontrol diri seperti yang sudah dibilangnya tadi.
"Yah... mau gimana lagi, sekarang aku tiba - tiba semobil dengan grup idol yang kusukai, mana bisa aku bersikap normal??" Gumamku tanpa sengaja terselip keluar. Sazanami-kun yang masih belum berkomentar apa - apa tentang kehebohan memalukanku sejak tadi akhirnya mendongak tertarik, penasaran dengan kalimatku barusan.
"Eh, (Last Name)-san juga mendengarkan lagu - lagu kita??" Tanyanya juga langsung terselip keluar. Aku terceguk, menyadari kalau aku baru saja menggali kuburanku sendiri. Tomoe-san yang rupanya juga mendengar gumamanku itu kini sudah menatapku penuh minat.
"Oh ya?? Kukira kau hanya peduli dengan idol yumenosaki?? Berhubung kau ada di dalam asuhan Eichi-kun...." gumamnya sambil menatapku semakin minat. Aku menghela napas, menatapnya setengah pasrah setengah malu dan seperempatnya masih ingin lompat keluar jendela saking malunya, lalu membuka bungkus permenku.
"Jangan mendadak menyatakan kalau aku anak tirinya Tenshouin-senpai dong. Lagipula, aku memang selalu suka idol sejak awal." Sambarku cepat. Kumakan permen cokelatku dan langsung kutelan, sambil berusaha menatap ke arah lain. Apapun itu---selain tatapan mereka yang semakin tertarik padaku.
"Y-yaah, maksudku, sejak awal Eden debut aku sudah tahu kalian akan menjadi grup idol yang hebat sekali. Kalian itu orang - orang yang berbakat, keren, pokoknya segalanya lah!! Tak hanya lagu - lagu kalian, aku bahkan membaca semua interview tentang kalian, j-juga mengoleksi semua majalah yang meliput photoshoot kalian..... I-intinya!! Aku ini fans berat kalian!! Makanya sekarang aku tak bisa tenang!! Jadi jangan salahkan aku!!" Seruku kalut. Menyembunyikan wajahku yang pasti sekarang sudah memerah hebat dengan kedua tanganku. Keheningan mengambil alih, ketiganya sepertinya belum mau memberikan komentar atas pengakuan mendadakku barusan. Yah, habis gimana lagi??!! Kalau dalam keadaan meeting karena pekerjaan, mungkin aku bisa mempersiapkan mentalku jauh - jauh hari untuk menghadapi mereka secara profesional dan gak akan senorak ini. Tapi kan---setting kita bertemu tadi saja sudah amburadul---mana mereka ngeliat aku lagi marah - marah lagi!! Toh sudah kadung ketahuan juga sejak awal, jadi mending diteruskan saja sampai akhir.
Karena mereka tak kunjung merespon juga, kuberanikan diri mengintip dari sela jariku. Ternyata Tomoe-san sudah menungguku melakukan hal tersebut. Ia langsung tersenyum manis sambil menurunkan tanganku.
"Hmmm?? Gitu ya?? Jadi (Name)-chan begitu~~??"
"G-gitu begimana??!" Balasku dengan nada ketinggian. Duh dasar diri fangirl ini. Tomoe-san malah tertawa melihat tingkahku, menggenggam tanganku erat(yang langsung membuatku memekik lagi).
"Syukurlah kalau begitu!! Padahal tadinya Ibara udah semangat banget pengen ngejatuhin kamu gara - gara kalian bersaing sebagai sesama produser, tapi kurasa kalau Ibara tahu kau adalah fans kami dia justru akan senang!!"
"Eh??"
Aku refleks berseru protes. Oke, kuakui Saegusa-kun memang salah satu member Eden favoritku, tapi ucapan kelewat jujurnya Tomoe-san mendadak membuatku ingin merevisi ulang pandanganku terhadapnya.
"Ohii-san!! Jangan mengatakan hal seperti itu langsung di hadapannya!!"
"Oya?? Memangnya aku salah ngomong??"
Atau sepertinya, pandanganku terhadap mereka semua.
Ran-san untungnya tidak menyetujui maupun ikut menimbrung jawabanku tadi dengan tindakan mengejutkan lainnya. Perutnya mendadak berbunyi keroncongan, yang sontak menghentikan keributan kami.
"....maaf. Sepertinya aku kelaparan." Jelasnya malu, dengan wajah sedikit memerah. Untung saja aku masih bisa menahan keinginanku untuk tidak memotret adegan barusan.
"Ooh!! Kalau itu tenang saja, dikit lagi kita sampai restoran kok!! Oh iya, (Name)-chan juga ikut makan yak!! Ibara mah gak usah dipeduliin, dia bisa cari makan sendiri." Sambar Tomoe-san cepat yang langsung disambut wajah cerianya Ran-san. Berkebalikan denganku, yang lagi - lagi melayangkan tatapan protes kepadanya.
"Tapi aku harus ketemu teman - temanku yang lain!! Mereka tidak tahu kalau aku disini!!"
"NO!! Kalau Tomoe Hiyori sudah mengajakmu makan, maka tak ada kegiatan yang lebih penting daripada itu!! Jadi (Name)-chan harus ikut!! Harus!!" Balasnya langsung sambil memegang kedua pipiku. Tentu saja wajahku langsung memanas berkat itu.
"Ba-bagaimana dengan jadwal kalian?? Aku juga tak bisa mengganggu aktivitas kalian!!" Kataku mencoba merubah subjeknya. Siapa tahu kalau mereka yang dipentingin Tomoe-san akan mengalah gitu. Tentu saja dugaanku berbanding terbalik karena Tomoe-san malah semakin mengerut sebal mendengar kalimatku.
"NO!! Kalau Tomoe Hiyori bilang lapar, maka semuanya harus makan bersamanya!! Ibara dari kemaren selalu menolak ajakanku untuk makan siang bersama sebentar saja, makanya hari ini aku tinggalin dia sebagai balasannya. Untungnya ada (Name)-chan fans kita yang manis ini sebagai penggantinya♡." Wajahnya ia dekatkan padaku, dan kelihatan sekali kalau dia sengaja berbisik mengeluarkan suara paling seksinya untukku. Merasa tidak tahan, akhirnya dengan seluruh keberanian yang kupunya kusodok perutnya. Tomoe-san langsung mengerang kesakitan. Aku menghela napas lega.
".... (Name)-chan tentu, ingin makan dengan kita bukan??"
Aku merinding, menoleh kaget. Ran-san sudah menunduk di samping telingaku, tangannya ia lingkarkan di bahuku. Aku memekik pelan, ia maju beberapa senti lagi.
".... atau tidak??"
"Baiklah!! Ikut!! Aku ikut!! Dan tolong jangan seenaknya ngasih fanservice terus - terusan seperti ini atau aku akan memukul kalian semua!!" Seruku akhirnya sambil mendorong wajah tampannya itu. Sazanami-kun yang untungnya masih waras dan baik hati untuk tidak ikut - ikutan memberikan fanservice maut tertawa melihat kami. Tomoe-san pun juga langsung bangkit dari sakitnya tadi dengan wajah berbinar - binar, disusul Ran-san yang tentunya tidak sakit hati atas tindakanku barusan dan sudah kembali berbunga - bunga.
"YOOOSSH!! SAATNYA MAKAN - MAKAAAN~~!!" Seru Tomoe-san sambil berdiri mengepalkan tangan. Ran-san ikut mengacungkan kepalannya dengan semangat, yang mau tak mau akhirnya disusul olehku dan Sazanami-kun(dengan setengah hati tentunya).
Mobil terus meluncur pelan di jalanan kota Kyoto, membawa kami menuju tujuan berikutnya. Meski hari ini berjalan jauh di luar rencanaku, kurasa tak ada salahnya mencoba mengikuti alur dan berusaha melihat kemana setiap peristiwa akan membawaku pergi... yah, nanti kucoba lagi untuk mencari yang lain...
"Ah tapi.... nanti aku pinjem ponsel kalian yah untuk menghubungi teman - temanku..."
"Ah, kalau itu, nanti kupikirkan lagi!!"
"Dipikirkan dulu yah...."
~~~~~
(Author POV)
.
Selagi dirimu dan tiga member Eden pergi makan siang, author akan mencoba mengambil kamera sebentar dan melihat bagaimana keadaan behind the scene para cowok - cowok yang tertinggal olehmu. Intinya, mari kita akhirnya mengupas cerita - cerita dan maksud - maksud yang tersembunyi di cerita ini(udh keliatan jelas thor sejak awal).
Singkat cerita, Yuzuru dan Ibara yang mendadak ditinggalkan tentu saja tidak tahu harus berbuat apa lagi saking terkejutnya. Yuzuru sempat memaksa Ibara untuk menghubungi rekan se-unitnya untuk mengembalikanmu, tapi ternyata ponsel Ibara juga sudah mati total berkat lupa diisi ulang daya baterainya dan jadilah mereka adu mulut lagi dan membuat keributan. Berkat keributan itu, kelompok Mao dan teman - teman yang kebetulan lewat Pasar Nishiki menemukan keduanya, dan kebetulan sekali saat itu Subaru baru saja menghubungi mereka. Setelah berdiskusi sebentar, akhirnya mereka pun setuju untuk langsung pergi ke Kuil Fushimi Inari bersama. Yuzuru yang ketahuan tentu saja tidak rela dan berubah bad mood sepanjang jalan. Dan entah pasalnya bagaimana, Ibara yang terlunta lantung dan tidak punya alat komunikasi pun malah ikut nebeng mereka dengan alasan karena-sepertinya-mau-ada-pertengkaran-kayaknya-seru-dan-ini-bisa-jadi-kesempatanku-untuk-mengetahui-kelemahan-idol - idol-yumenosaki-jadi-izinkan-aku-ikut.
Subaru, Hokuto, Souma, Arashi, dan Mika rupanya ditipu Yuzuru, dengan mengatakan kalau kamu ingin pergi ke Kuil Fushimi Inari terlebih dahulu, dan ingin berbicara berdua dulu dengannya jadi lebih baik Subaru dan yang lain pergi duluan. Kalau bilang mereka tidak percaya, tentu saja mereka curiga. Tapi Souma mengatakan bisa saja hal itu terjadi dan sebaiknya mereka segera berangkat agar tidak kehabisan waktu. Begitu sampai di kuil dan tidak menemukan siapa - siapa, Subaru langsung marah dan berusaha menghubungi kalian. Tapi Yuzuru yang mematikan ponsel, juga sengaja merusaknya, ditambah daya ponselmu yang juga habis mereka pun tak pernah bisa untuk menemukan kalian.
Hingga akhirnya sekarang, ketika mereka semua berkumpul di satu tempat. Saling berhadapan satu sama lain.
Dengan masalah masing - masing.
Keinginan masing - masing.
Dan tanpa kehadiranmu.
Angin musim gugur berhembus pelan, menerbangkan dedaunan ginko dan momiji yang berjatuhan di pelataran kuil. Tak ada orang lain disini. Hanya ada mereka. Namun meski bersama - sama, tak ada yang mau mengeluarkan suara atau berkata sepatah pun untuk memecah keheningan canggung ini.
Yuzuru akhirnya yang menghela napas duluan, menatap yang lain dengan sebal.
"Jadi?? Sekarang mau apa??" Katanya sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. Subaru yang tersulut amarahnya, langsung maju dan balas berseru pada Yuzuru.
"Apa maksudmu sekarang mau apa??! Kamu yang duluan menghilang, sengaja pergi bersama (Name)-chan berdua!! Dan kamu tidak mau mengatakan apa - apa pada kami??!!"
"Mengatakan?? Apa yang harus kukatakan?? Apa yang kulakukan adil bukan??" Balas Yuzuru sambil melangkah mendekati Subaru. Subaru tidak menelan ludah gugup ataupun mundur meski selangkah. Ia balas menatap Yuzuru sama tajamnya, mengepalkan kedua tangannya.
"Bukankah kalian sama saja?? Kau tadi sudah membohongiku, Narukami, dan Kagehira. Menurutmu aku lupa tindakanmu tadi pagi?? Menurutmu tindakanmu itu benar sendiri??" Yuzuru mengangkat salah satu tangannya, mendorong bahu Subaru kasar. Mika yang melihat itu langsung berseru kaget, beranjak ingin membantu. Tapi Arashi menahannya.
"Iya?? Jadi kamu benar sendiri gitu?? Mentang - mentang kalian yang paling deket sama (Last Name)-san, jadi kalian bebas memonopolinya??"
"Fushimi, hentikan." Hokuto akhirnya ikut angkat suara, maju menghampiri keduanya. "Ini tidak seperti dirimu."
"Diriku?? Memangnya siapa kau, berhak mengatur - ngatur kepribadianku??" Tanpa membiarkan celah, Yuzuru langsung membalas sengit perkataan Hokuto. Hokuto tertegun, tidak menyangka akan langsung diserang. Yuzuru tersenyum miring, menatap Hokuto sebal.
"Kau kira kau punya kuasa, hanya karena kau menyukainya sejak awal?? Ingat, meski kamu ketua kelasnya, 'sahabat'-nya, dia takkan pernah melihat ke arahmu. Atau mungkin dia malah tidak pernah menilai dirimu lebih dari sekadar title - title yang kau banggakan itu."
"(NAME)-CHAN JUGA GAK AKAN MELIHAT KE ARAHMU!!" Jerit Arashi tidak tahan, menatap Yuzuru benar - benar habis kesabarannya. Mika di sebelahnya sudah terlalu takut untuk mencegah, hanya bisa terdiam menggigit bibir.
"Mentang - mentang kau pintar, kau jadi mau mempermainkan kita gitu??!! Aku tak peduli perasaan apa yang kalian punya, permainan apa lagi yang kalian rencanakan, tapi aku tidak suka cara kalian!! Memangnya apa yang kalian lakukan, bisa disebut 'cinta'?? Kalau kalian menyukainya, kalian tidak seharusnya melakukan ini!!"
"Oh ya?? Dan apakah memandang dari jauh tanpa bisa melakukan apapun seperti temanmu itu bisa disebut 'cinta'??"
Deg.
Mika menatap Yuzuru tidak percaya. Berharap ia salah mendengar kalimat yang barusan dikatakan teman baiknya itu. Tapi mana peduli Yuzuru akan perasaan temannya itu, ia justru menatap Mika puas, tersenyum mengerikan.
"Benar begitu bukan, Kagehira?? Kita semua tahu kau disini menyukai (Last Name)-san. Siapa sih yang gak tahu?? Kamu itu terlalu mudah dibaca, untung saja (Last Name)-san tidak peka jadi tidak pernah tahu perasaanmu. Sayang sekali. Padahal perasaanmu sudah tulus bukan??" Senyum Yuzuru-kun semakin mengerikan, ia menatap Mika bersimpati. Mika tak mampu membalasnya, hanya menunduk memainkan ujung sweaternya.
"S-soal itu...."
"Saking pengecutnya dirimu, kamu bahkan tidak mampu membuat satu langkah apapun untuk mendapatkan hatinya. Kau cuma berkata 'ah sudahlah', biarkan saja dia bersama tunangannya--yang omong - omong, sejujurnya aku benci sekali melihat wajahnya. Kau hanya mengatasnamakan kerelaan dan aku-tidak-pantas-baginya untuk menutupi sifat pengecutmu dan rendah dirimu. Lihatlah, bahkan selama ini Narukami yang selalu membuat jalanmu menuju (Last Name)-san bukan?? Andai saja Narukami tidak menganggapmu sahabat dan berbaik hati menolongmu, kau hanya akan selamanya terjebak dalam perasaanmu itu. Dengan kamu seperti ini saja, kamu benar - benar sudah membuktikan bahwa kamu sama sekali tidak pantas untuk (Last Name)-san."
"BERANINYA KAMU MENGATAKAN HAL SEPERTI ITU PADA MIKA--"
"Arashi. Hentikan." Mao yang mengamati dari jauh bersama anggota kelompok lainnya, mau tak mau akhirnya ikut maju dan menghentikan Arashi yang hampir saja menampar Yuzuru. Arashi menoleh terkejut pada Mao, yang mengangguk pelan.
"Turunkan tanganmu Arashi. Tidak boleh ada kekerasan disini." Kata Mao sambil menurunkan tangan Arashi. Yuzuru tetap bergeming, tidak memberikan komentar apa - apa. Arashi menggigit bibirnya marah, menoleh kembali pada Yuzuru.
"Kau!! Kau sendiri memangnya apa??!! Kau merasa lebih hebat sendiri gitu??! Lebih superior??!!"
"Jujur saja, kalian sendirilah yang membuat diri kalian sendiri terlihat menyedihkan. Bukan salahku." Lanjut Yuzuru cepat, membuat semua orang menoleh terkejut. Ia berbalik menatap Subaru dan Hokuto, yang sekarang sudah pucat menatap keduanya.
"Lihat saja Akehoshi. Bermuka dua. Berusaha setulus mungkin membantu Hidaka, membuat kesempatan untuknya, padahal sebenarnya dia tidak pernah rela melakukannya. Bagaimana dia akan rela?? Tapi dia sengaja menutupinya, karena Hidaka sendiri yang meminta bantuannya. Andai saja Hidaka tidak mengatur strategi untuk menghentikan Akehoshi yang terlalu bodoh untuk melihatnya, mungkin kalian takkan seakur ini sekarang."
Subaru langsung menoleh terkejut kepada Hokuto di sebelahnya. Hokuto sendiri tidak berani menoleh, ia menggigit bibirnya pelan, menunduk dalam.
"Hokke...."
"......"
"Hokke--apa yang Fusshi katakan tidak benar..... kan...??"
".........."
"Hok..uto...."
"........"
"JAWAB AKU!!"
Tangan Subaru cepat meraih kerah Hokuto, mencekiknya. Hokuto yang terkejut tidak sempat melawan, hanya menatap nanar sahabatnya.
"JAWAB AKU!! KAMU GAK MELAKUKAN ITU KAN??!! KALAU KAMU COWOK NGOMONG YANG BENAR!!"
"AKEHOSHI-KUN!!" Makoto yang sudah tidak tahan melihat sahabatnya dipermainkan, akhirnya maju dan berusaha melerai keduanya. Tapi Subaru langsung kasar menepisnya, membuat Makoto mundur beberapa langkah. Hokuto masih menggigit bibirnya, tidak kuasa menatap Subaru.
"HOKUTO!! JAWAB!!"
"IYA AKU MELAKUKANNYA!! MEMANG KENAPA??!!" Hokuto balas berteriak, mencengkram lengan Subaru dan menariknya kasar. Giliran Subaru yang terkejut, terpukul dengan jawaban sahabatnya itu.
Hokuto menghela napas, balas menatap Subaru sama terlukanya.
"Maaf.... a-aku... aku tidak ingin kalah... aku... aku juga tidak tahu kenapa aku menghalangimu... Akehoshi... maaf---" desah Hokuto, terperosot duduk di hadapan Subaru. Ia menggenggam tangan Subaru keras - keras, tergugu pelan. Subaru pelan akhirnya memahami maksud sahabatnya, balas mencengkram pelan tangan Hokuto yang terasa semakin dingin.
"......."
"Maafkan aku... Akehoshi---"
"HENTIKAN!!"
Jeritan lainnya keluar, namun kali ini datang dari orang tidak terduga. Mika yang tidak tahan dengan situasi yang semakin menegang, memberanikan diri untuk mengeluarkan suaranya.
"Kita disini bukan buat berantem kan... minna... kalian gak akan saling menyalahkan kan, kita disini buat study tour loh, kalau (Last Name)-san sampai tahu kita begini, pasti (Last Name)-san sedih...."
"Setuju."
Suara dari orang yang belum berbicara sama sekali hari itu juga keluar. Koga yang bersandar di pohon bersama Adonis dan Shota menegakkan badannya, menyapukan pandangannya ke seluruh penjuru pelataran kuil.
"Cukup dengan omong kosong kalian. Aku gak peduli dengan perasaan kalian, tapi kalau kalian sampai tega membuat (Last Name) tidak nyaman dengan perbuatan kalian, aku tidak akan tinggal diam."
"Aku juga." Adonis maju selangkah, berdiri di samping Koga. "Kalau (Last Name)-san terganggu karena rencana kalian, aku sendiri yang akan membalas setimpal perbuatan kalian."
"Lagian---"
Semuanya menoleh. Natsume sudah berkacak pinggang sebal, menatap semuanya tajam dengan Souma yang sudah siap berdiri dengan katana-nya di sampingnya.
"Persetan dengan urusan kalian masing - masing. Kalian pasti sudah tahu persis yang paling penting disini itu perasaan Koneko-chan sendiri. Aku gak peduli kalian mau apakan perasaan kalian itu, tapi kalau kalian sampai berani memaksakan kehendak kalian, kalian tahu persis bukan cuma kita---satu sekolah juga akan marah pada kalian."
Natsume menoleh pada Souma, seolah - olah memberikan giliran berbicara padanya. Souma mencengkram katana-nya lebih erat, memejamkan matanya kecewa.
"Maafkan aku Hidaka-dono, Akehoshi-dono, saya juga tidak bisa pura - pura tidak tahu lagi..... saya, saya tidak akan ikut campur apa - apa lagi rencana kalian. Yang penting bagi saya sekarang adalah, kenyamanan (Name)-dono. Maka dari itu, saya izin untuk tidak ikut lagi membantu kalian..."
"Zaki-san..."
"Maa maa!! Semuanya tenang yok!!" Mao akhirnya mengangkat suaranya lagi, setelah terdiam cukup lama. Ia menepukkan tangannya dua kali keras - keras, memastikan perhatian teman - temannya sudah tertuju padanya. Semuanya terdiam, menatap Mao dengan tatapan masing - masing. Mao menghela napas panjang, melipat lengannya.
"Kita sudahi pertengkaran ini. Lagipula tujuan awal kita untuk berkumpul adalah menyatukan kembali kelompok Hokuto yang terpecah. Itu saja. Bukan buat berantem. Yuzuru---jangan kau berani buka mulutmu dan berusaha untuk mengatakan sesuatu tentangku. Kesampingkan soal perasaanku, aku ini termasuk yang paling tidak akan terima kalau kalian berani menyakiti perasaan (Name)-chan." Sela Mao begitu melihat Yuzuru sudah siap membuka mulutnya, berniat mengutarakan kalimat - kalimat sinis lainnya. Yuzuru mendecih pelan, tapi menurut tidak meneruskan niatnya tadi.
"Selain itu, sekarang masih ada tamu bersama kita. Dari tadi kita sudah sangat tidak sopan dengan memperlihatkan semua kejadian ini padanya. Anu... Saegusa?? Apa kau baik - baik saja??" Mao melayangkan pandangannya pada Ibara---yang di luar dugaan sangat tenang sedari tadi sambil bersandar pada pohon memperhatikan semuanya. Ibara yang menyadari kalau dirinya akhirnya terpanggil juga membenarkan kacamatanya, menatap Mao sambil tersenyum arif.
"Tenang saja!! Jangan pedulikan saya!! Saya hanyalah orang luar yang kebetulan lewat disini. Kalian juga tidak perlu khawatir kejadian ini terekam karena kebetulan ponsel pribadi saya sedang mati, dan kebetulan itu juga alasan utama saya tidak bisa bergabung dengan rekan - rekan saya dan berakhir mengikuti anda - anda sekalian!!" Seru Ibara lantang dengan semangat penuhnya. Mao mengangguk puas, setidaknya meski ia tahu Ibara hanya bersikap sopan pada mereka, ia juga tahu kalau Ibara tidak keberatan dengan semua masalah ini.
"Sekarang sudah pukul 2 siang. Sebaiknya kita mencari tempat makan siang dan segera kembali ke penginapan. Ngomong - ngomong Saegusa, tadi katanya (Name)-chan pergi bersama---"
KRRRIIIIIIINGG!! KRIIIIINGGGGG!!
Suara dering ponsel mendadak berbunyi lantang, memotong kalimat Mao yang hendak bertanya pada Ibara. Semuanya kompak menoleh ke sumber suara. Hokuto patah - patah merogoh saku celananya. Ponselnya bergetar hebat, di layarnya terdapat panggilan masuk, dengan nomor tidak dikenal terpampang jelas di hadapannya.
"Bukan dari kontakku......"
"Jawab saja, siapa tahu itu (Name)-chan." Sambar Subaru. Hokuto menelan ludahnya, menatap layar ponselnya sekali lagi.
Tuk.
Jarinya pelan mengetuk tombol menerima panggilan.
"Halo haloo~~!!"
Untuk alasan yang tidak diketahui semuanya, Ibara langsung menoleh beringas begitu mendengar suara tersebut. Padahal mode speaker saja belum dinyalakan. Dengan langkah cepat Ibara langsung menghampiri Hokuto yang masih terkejut akan panggilan tersebut, kasar merebut ponselnya.
"DENKAAAAAA!! KALIAN ADA DIMANAAAAA!??"
"Oooh!! Ada suara Ibara, berarti ini bener dong nomornya Hidaka-kun!!"
"Ohii-san, setidaknya sapalah penerima telepon dengan lebih sopan..."
"Untuk apa!! Kita sama - sama tahu toh ini nomor anaknya Hidaka-sensei, dan sekadar informasi---jelas - jelas level kita lebih tinggi dibanding mereka, Jun-kun!! Yaho yahoo!! Hidaka-kun?? Kamu disitu??"
"Iih!! Sini mana hape-nya!! Itu udah tersambung kan?? Biar aku saja!!"
Krasak. Krasak.
Tuuut.
"Moshi moshi, Hokuto-kun??"
~~~~~~~
......
...
.
.....halo... semuanya..... author disini...
Sepertinya author kebanyakan baca manga dan webtoon yg penuh drama.... jadinya begini...... untung author gak tambah nonton sinetron... intinya.... author.... malu....
HNNGGGG (; ;)
MAA II KAA!! Semoga kalian semua bisa menikmati scene berantem mereka yaaah!! Meski penuh drama banget author ingin ngubur diri dulu akshakjsajan------
Tapi tapi di luar itu semua---author harap kalian pun suka dengan chapter kali ini jugaa~~☆☆!!
Dengan masuknya Eden, cerita jadi semakin meriah!! (Name)-chan yang udh barbar pun ternyata cepet akrab sama Eden yang juga barbar(gmn thor), apakah Eden akan ikutan nge barbar bersama kalian, atau malah gak tahunya nanti kalian musuhan karena beda sekolah dan sama - sama keras kepala?? Tunggu di chapter - chapter selanjutnya karena author sendiri pun juga tidak tahu iyeeeyy~~☆☆//PLAK
Selain itu, gak cuma cewek yang bisa membuka hati satu sama lain, para cowok yang sedang jatuh cinta pun ternyata juga bisa bicara dari hati ke hati!! Dengan diketahuinya perasaan dan niat busuk(??)masing - masing, apakah di akhir cerita perasaan mereka akan tersampaikan padamu?? Atau justru ternyata sebenarnya (Name)-chan udah tahu tapi pura - pura gak tahu?? Atau malah yang lebih ekstrim akhirnya mereka tawuran di lapangan sekolah dan nanti yang menang akan mendapatkanmu?!?! Apapun yang akan terjadi nantinya, mari kita saksikan terus bagaimana perkembangan kegalauan para cowok - cowok ini mueheheh~~☆☆
Ngomong - ngomong teruntuk Fushimi Yuzuru, juga semua orang yang mencintainya, maafkan author yang sudah membuatmu ooc to the max disini hwhhwhehhw author harap kalian semua tidak membenci author sehabis ini ;; ^ ;; 💦
Segitu dulu untuk korner bersama author kali inii!! Otsukare untuk semua yang sudah selesai ujian maupun yang masih menjalani ujiaan~~☆☆!! Mau libur tetep ada atau tidak, pastikan kalian tetap semangat menjalani hari - hari sambil nge simp enstars yaa~~☆☆
As always, terima kasih banyak sudah membaca chapter kali ini juga, dan sampai ketemu di chapter berikutnyaa~~☆☆
ADIOOOSSSS~~☆☆
.
.
.
.
Komen dong author pengen ngeliat komen kalian ehe---//PLAK
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro