Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Trip to Hell #2 - Siapa Cepat Dia Dapat

(Name POV)

.

"Subaru-kun, aku tahu kamu kedinginan tapi klo kamu nempel - nempel gini yang ada kita sama - sama kegerahan."

"Tapi aku mau sama (Name)-chan!! Kita udah lama gak jalan bareng kan!! Jadi hari ini ayo kita nikmati waktu kita bersama~~!!"

"Ralat Akehoshi---waktu KITA SEMUA bersama. Jangan lupakan kehadiran kami." Tangan Hokuto-kun bergerak cepat menarik tudung jaket Subaru-kun. Yang membuatku ikut tertarik karena Subaru-kun tak mau melepaskan pelukannya. Arashi-kun tertawa memotret kami. Sementara itu Souma-kun dan anak - anak lain memeriksa barang bawaan kami.

2 jam berlalu dengan cepat. Meski tidak ada kegiatan berarti selama perjalanan tadi---itu tetaplah perjalanan yang menyenangkan. Kami berbagi kudapan, mengobrolkan hal - hal yang terlupakan karena sibuknya aktivitas masing - masing, dan tentunya berusaha mengelak dari gangguan lainnya(sudah kubilang Sakasaki-kun takkan tinggal diam membiarkanku, dia menggangguku selama 2 jam penuh perjalanan). Sagami-sensei dan Kunugi-sensei yang ikut sebagai wali kami sibuk berusaha menertibkan(meski cuma Kunugi-sensei sih, Sagami-sensei udah keburu tidur duluan), tapi mana ada kasusnya kami mendengarkan. Bahkan Adonis-kun aja yang biasanya kalem - kalem asyik mengobrol dengan Mika-chan(yang hampir tak bisa kuajak ngobrol berkat intervensi Sakasaki-kun). Jangan tanya keadaan yang lain. Andai saja tidak dihentikan Mao-kun dan Hokuto-kun mungkin Subaru-kun akan menyeret Makoto-kun bersamanya menuju gerbong terdepan dan berusaha membajak keretanya.

Matahari sudah beranjak naik, menyinari peron stasiun Kyoto yang megah dan luas. Meski hari kerja, stasiun Kyoto dipenuhi orang - orang, termasuk turis - turis asing yang udah sibuk foto - foto padahal baru nyampe. Beberapa rombongan lainnya dengan seragam sekolah tampak melirik - lirik kami. Mungkin mereka fans idol - idol ini, berbisik heboh sambil diam - diam berusaha memotret kami. Subaru-kun tentu saja tidak peduli, masih berusaha sebisa mungkin meminimalkan jarak diantara kita.

"Nee nee, (Name)-chan, mau makan siang apa??" Tanyanya lagi yang membuatku geli sendiri mendengar pertanyaannya yang terdengar ala - ala orang pacaran baru 2 minggu.

"Gak ada gunanya nanya begitu, lagipula jadwal dan restorannya sudah ditetapkan." Seperti biasa Hokuto-kun selalu setia menyambar perkataan Subaru-kun. Siap dengan segudang tsukkominya. Subaru-kun manyun, protes pada Hokuto-kun yang mengganggu waktunya bersamaku(??). Aku cuma bisa tertawa, sebelum akhirnya ditoel - toel sama Arashi-kun.

"(Name)-chan, (Name)-chan." Bisiknya sambil menarik sweaterku. Aku menoleh, segera melepaskan lengan Subaru-kun yang masih mengapitku. Subaru-kun tentu saja tak rela, ingin menggaetku kembali. Tapi aku sudah keburu kabur, segera menarik Arashi-kun sedikit menjauh.

"Kenapa?? Kamu lupa bawa skincare??" Tebakku sembarangan. Wajah Arashi-kun langsung mengerut. Tangannya mencubit pipiku gemas.

"Gak mungkin. Nee-chan kan selalu siap sedia dengan segala perawatannya. Bukan itu---gini (Name)-chan. Nanti pas makan siang duduknya bareng aku yah??" Pintanya dengan nada manis sambil merangkul lenganku. Aku menaikkan sebelah alisku, mendorong wajah antusiasnya yang entah kenapa lebih dekat dari biasanya.

"Boleh aja sih.... kenapa emangnya?? Kalo ada masalah curhat sekarang juga gak apa - apa kok." Tebakku lagi. Maksudku, kali aja Arashi-kun ada masalah apa gitu jadinya pengen ngobrol berdua. Lagi - lagi Arashi-kun mengerut, kali ini menepuk pipiku greget.

"Bukan masalah, hanya persoalan strategi." Katanya yang sama sekali tidak terdengar masuk akal di telingaku. Sebelum otakku sempat berkakulasi, Arashi-kun sudah melambaikan tangannya tinggi - tinggi, berseru pada Mika-chan yang masih sibuk membantu Souma-kun menghitung tas dan barang bawaan.

"Mika-chaaaan!! Nanti siang aku sama (Name)-chan mau duduk bareng, gosip - gosip ria. Mika-chan ikut kita aja, biar makin seruu~~!!" Serunya yang membuatku menoleh bengis. Gosip - gosip apaan nih. Memangnya arisan. Tapi sepertinya Mika-chan tidak sependapat denganku karena wajahnya juga memerah antusias. Ia menatapku ragu - ragu.

"Eh, erm.... aku takut ganggu, kalian berdua aja---"

"Udah Mika-chan ikut aja, gak usah ngeyel. Udah ditetapkan kok." Kata Arashi-kun yang jelas - jelas memang sejak awal sudah merencakan apapun itu yang ada di pikirannya. Aku menatapnya curiga, yang dibalasnya dengan kedipan cantiknya itu.

"Bakal seru kok, (Name)-chan tenang aja."

"Bukan itu maksudku...." bantahku bingung. Lebih bingung lagi kudu jawab apa. Arashi-kun cuma tersenyum misterius lalu menepuk pipiku gemas untuk kesekian kalinya.

"Thank you (Name)-chaaan, pokoknya nanti makan siang bareng yah!!"

"O-oke...." kataku, pasrah ikut saja dengan rencananya apapun itu. Arashi-kun sendiri malah ngacir kembali bersama Mika-chan, langsung bisik - bisik heboh. Tapi entah kenapa sesaat wajahnya menjadi sangat serius sehingga membuatku bertanya - tanya sebenarnya ada apa dengan teman - temanku hari ini.

Tuk tuk.

Aku menoleh, mendapati Souma-kun sudah menusuk - nusukkan katananya padaku(dengan tertutup rapat sarungnya). Ia menoleh pada Arashi-kun dan Mika-chan sebentar, sebelum akhirnya menatapku kembali.

"(Name)-dono habis janjian sama mereka??"

"Gak janjian juga sih..... wong kita emang sekelompok kan. Tapi yah, keknya Arashi-kun ada perlu sesuatu jadi pengen ngomong berdua samaku." Kataku berbohong. Souma-kun manggut - manggut, tak sedikitpun menaruh curiga padaku, membuatku nyaris terharu. Lantas tiba - tiba dia tampak malu, menggaruk belakang kepalanya.

"Se-sebenarnya.... aku juga mau duduk sama (Name)-dono..."

"Eh??"

Aku menatapnya was was secara reflek. Pelan - pelan mundur sejauh 20 cm. Entah kenapa sepertinya radarku langsung menyala begitu melihat ada cowok malu - malu kucing di radius 2 meter di sekitarku. Souma-kun menaikkan alisnya sebentar, bingung melihatku yang ketakutan dan lantas merogoh sakunya.

"Aku mau nunjukkin ini pada (Name)-dono."

"Hmmm??"

Aku menurunkan pengamananku sejenak, mengintip tangannya yang tampak menyembunyikan sesuatu.

Tangannya yang putih itu memegang beberapa lembar kertas yang sudah dilipat - lipat rapih. Aku menarik salah satunya yang sedikit mencuat keluar. Seekor burung bangau menyambutku. Berikutnya seekor kelinci bermotif bunga sakura sudah melompat - lompat di tanganku. Rupanya mereka kertas origami---dengan motif yang belum pernah kutemukan di toko buku manapun.

"Ibuku melukis dan membuat kertas ini beberapa minggu terakhir. Ia berpesan untuk memberikannya padamu---sebagai tanda terima kasih telah menjadi teman baikku." Jelasnya yang membuatku menatapnya tak percaya. Souma-kun meletakkan sisanya di tanganku. Ada kodok, bunga, kupu - kupu, bahkan ikan koi. Setelah itu dia merogoh tasnya dan mengeluarkan dua pak kertas origaminya dan menumpuknya di atas hewan - hewan tadi.

Oke, pemberiannya memang manis sekali tapi kuharap dia tidak menghancurkan hewan - hewan lipatannya tadi.

"Makasih Souma-kun.... aku juga senang bisa menjadi teman baikmu." Jawabku akhirnya, kali ini beneran terharu. Souma-kun juga tersenyum senang, menepuk bahuku ringan.

"Aku juga terbantu sekali sejak (Name)-dono datang ke yumenosaki. Lain kali jangan segan - segan untuk selalu meminta tolong padaku."

"Yah.... tentu saja. Tapi daripada itu---"

"Hmm??"

"Harus sekarang banget gitu ngasihnya??"

Souma-kun menelengkan kepalanya. Masalahnya, kita lagi berdiri di stasiun, dalam acara study tour sekolah, dan masih dalam keadaan mode perjalanan. Pemberian seperti ini kan cocoknya kalau lagi perpisahan atau gimana(meski aku belum bisa membayangkannya dan belum mau membayangkannya). Souma-kun menggaruk kepalanya, kali ini menatapku balik sama herannya.

"Habis.... aku ingin langsung memberinya??" Jawabnya yang sangat tidak terdengar jawaban. Berhubung nada suaranya menunjukkan kalau dia sendiri juga bingung. Aku akhirnya tertawa. Yah, Souma-kun memang manis dan apa adanya. Jadi kurasa itu tak masalah.

"Oke deh kalau gitu. Makasih banyak pemberiannya. Nanti aku akan berikan kamu balasannya begitu kita pulang oke??" Kataku sambil memasukkan pemberiannya tadi ke dalam tasku. Rasa - rasanya jadi seolah aku sudah mendapat oleh - oleh padahal acaranya belum dimulai. Mana premium dan limited edition pula. Kuharap saat pulang Ayah takkan berniat untuk melelangnya begitu ia menemukannya. Souma-kun tersenyum senang, mengangguk cepat padaku.

"Dengan senang hati!!"

"KOHOM!!"

Aku membeku, menoleh ke Yuzuru-kun yang sudah berdiri tegak dengan tatapan paling mengerikannya yang ia punya. Matanya yang menyipit menatap tajam tanganku dan Souma-kun yang masih sama - sama terjulur, menatap kami satu - satu. Aku menyeringai tanggung. Pasti di mata Yuzuru-kun kesannya seolah kita mau berpegangan tangan.

"Kelompok 1 sampai 3 sudah naik bis, jadi saatnya kita yang kelompok 5 juga naik bis. Sebentar lagi makan siang, jadi jangan membuang waktu anda sekalian dengan berbicara berdua saja disitu." Katanya dengan penekanan paling hebatnya yang pernah kudengar. Aku sweatdrop, menoleh pada Souma-kun yang tentu saja----tidak menaruh curiga apapun terhadap siapapun.

"I-iya.... ini juga mau naik. Ayo Souma-kun, kita duduk bareng aja." Kataku sebelum entah siapa lagi kan menginterupsiku dan menyeretku entah untuk apa lagi. Belum sempat Souma-kun berkomentar apa - apa aku sudah keburu menarik tangannya dan berjalan cepat menuju bis. Bisa kulihat Hokuto-kun dan Subaru-kun yang sudah masuk dan duduk bersama. Begitu aku dan Yuzuru-kun berpapasan, segera kujauhkan padanganku darinya. Berharap dia takkan mengajakku bicara lagi atau bagaimana.

"(Name)-dono, Fushimi-dono tidak diajak juga??" Tanya Souma-kun yang tentu saja amat perhatian dengan teman - teman sekelompoknya. Sebisa mungkin aku berusaha memasang wajah natural, tersenyum singkat dan menggeleng.

"Dia mah mandiri dan bisa diandalkan. Disuruh jalan kaki sendiri juga bakal nyampe duluan kok."

"(Name)-dono, kejam pada teman sendiri juga ada batasnya."

"Yah pokoknya---aku percaya pada Yuzuru-kun, dia bakal baik - baik saja." Kilahku sekali lagi, lantas aku mendudukkannya di kursi samping jendela, lalu mendudukkan diriku sendiri di sebelahnya.

"Nah, sekarang---"

"Iya??"

Aku tersenyum, memegang tangannya erat - erat.

"Coba ceritakan bagaimana keadaan kudamu!!"

Dan begitulah, perjalanan yang menandakan dimulainya study tour ini menuju destinasi pertama yaitu rumah makan, diawali dengan aku dan Souma-kun yang dengan senang hati bercerita mengenai pertumbuh kembangnya kuda kesayangannya itu, sambil ku merapal dalam hati semoga takkan terjadi apa - apa selama perjalanan ini.

Kau bilang aku paranoid?? Jangan salahkan aku. Kalau kalian hidup bersama cowok - cowok absurd ini tentu kalian akan memikirkan hal yang sama denganku.

~~~~~~~~

Restoran tempat tujuan kita cukup sederhana, meski tidak bisa dibilang murah karena kita sedang berada di pusat kota Kyoto. Mereka menyediakan nasi kotak mewah lengkap dengan lauk, sayur, dan sup miso. Kursi - kursinya dibagi dalam bilik - bilik ruangan kecil, jadi sudah bisa dipastikan----satu kelompok mendapatkan satu bilik makan.

Sesuai janjian kami tadi, aku, Arashi-kun, dan Mika-chan jadi duduk bersama. Saat kukira aku akan diapit oleh keduanya, ternyata Arashi-kun menyuruh Mika-chan untuk duduk di sampingku. Dia sendiri malah mengambil posisi di sebelah Mika-chan, jadilah aku dan Arashi-kun mengapit Mika-chan. Souma-kun yang terus kugeret sejak dari bis mendapatkan layanan spesial dengan menduduki kursi di sebelahku juga. Sementara itu Subaru-kun, Hokuto-kun, dan Yuzuru-kun masih berdiri, saling tatap satu sama lain.

"Hmm?? Kalian gak duduk??" Tanya Mika-chan, menyadari ketiga temannya itu masih bergeming, menatap satu kursi kosong tepat di hadapanku. Subaru-kun menatap Hokuto-kun sebentar, sebelum akhirnya menyambar kursi yang sedari tadi dipelototinya itu.

"Ayo Hokke kamu bisa duduk di sini---"

"Maaf, Akehoshi-sama."

Tangan Yuzuru-kun tanpa dilihat siapapun ternyata sudah menarik kursi itu terlebih dulu, kentara sekali ia berusaha menariknya sedekat mungkin dengan posisi berdirinya. Subaru-kun tanpa sengaja menggeram, tak rela kursinya diambil. Aku menatap keduanya dengan setengah bingung setengah cemas. Maksudku---itu cuma kursi makan, mereka bisa mendapatkan kursi dengan kualitas sama baiknya tanpa harus berebutan.

Geraman Subaru-kun makin mengeras, ia menunjuk kursi itu.

"Hokke yang harus duduk di situ. Fusshi bisa duduk di kursi yang satunya."

"Tidak bisa begitu Akehoshi-sama, saya yang menarik kursi ini lebih dulu. Saya yang berhak mendudukinya." Jawab Yuzuru-kun setengah memaksa, berusaha tersenyum selebar mungkin. Subaru-kun jelas - jelas mana mau menyerah, tidak ada kata itu di dalam kamusnya sekalipun itu soal memperebutkan botol minum. Menyadari kalau situasi bakal berubah jadi sinetron beneran kalau tidak segera bertindak, Hokuto-kun langsung menyambar jaket Subaru-kun, menariknya menjauh.

"Sudahlah Akehoshi, aku bisa duduk di kursi sebelahnya."

"Tapi Hokke---"

"Aku gak apa - apa, lagi pula, kalau kamu gak mau jadi anak baik dan segera duduk bisa - bisa kita baru selesai makan habis maghrib." Sambar Hokuto-kun, dengan senang hati menarik kursi kosong di hadapannya. Subaru-kun tampak masih tidak rela, tapi daripada terus - terusan dipelototin dua cowok bertatapan dingin itu mungkin instingnya mengatakan ia lebih baik menurut, jadi ia menurut. Ditariknya satu kursi kosong di samping Hokuto-kun dan mendudukkan dirinya sendiri disitu.

Yuzuru-kun sendiri tampak puas, duduk dengan rapih di hadapanku. Tanpa sengaja tatapan kita bertemu.

"Hmm?? Ada apa (Last Name)-san??"

"Eh, gak papa.... udah, udah, yuk mending kita mesen makanannya." Kataku berusaha mencairkan suasana. Untungnya Souma-kun dan Mika-chan di sampingku mau bekerja sama karena mereka langsung serius menatap buku menu. Sisanya pun juga ikutan melihat menu masing - masing. Berusaha menentukan pilihan mereka.

Untunglah menu yang disediakan tidak begitu banyak, jadi dengan cepat kita langsung menentukan pilihan masing - masing. Dari bilik - bilik lainnya pun samar - samar terdengar suara tawa kelompok lain. Sepertinya pesanan mereka datang lebih dulu. Aku nyengir, yah tentu saja tidak akan ada drama di kelompok mereka yang akan menunda waktu makan seperti disini.

Selama menunggu makanan datang, Arashi-kun seperti yang dibilangnya tadi akan acara gosip - gosip ria, berusaha sebisa mungkin mengajakku bicara. Ia juga sebisa mungkin memasukkan Mika-chan dalam percakapan kami, membuatnya terus mengalir. Terkadang aku lupa karena sudah terlalu biasa mengobrol dengannya, tapi skill komunikasi Arashi-kun memang hebat sekali. Sesekali Souma-kun di sebelahku juga ikut menimpali, memberikan sebaris komentar. Arashi-kun tampaknya tidak keberatan, dengan senang hati mendengarkan. Hanya ketika Subaru-kun berusaha mengintervensi dia tampak lebih menyeramkan, langsung membungkam Subaru-kun dengan perkataan apapun yang bisa ia pikirkan. Aku menatapnya khawatir dari posisiku, beberapa kali tampak wajahnya mengerut sebentar, seolah ia sedang berpikir keras. Meski sepersekian detik kemudian langsung hilang digantikan senyumnya yang biasa, dan lanjut mengobrol lagi.

Tak berapa lama kemudian pesanan kami pun datang. Berhubung perut kita semua sudah keroncongan, tanpa menunda ataupun menciptakan drama baru lainnya, acara makan siang pun langsung dilanjutkan.

"Ah---"

Tak sengaja suaraku terselip keluar. Yuzuru-kun dan Souma-kun yang sedari tadi makan dengan khusyuk dan terhormat langsung menoleh. Mika-chan sendiri di sampingku terlalu sibuk makan sampai tidak memperhatikan. Tanganku bergerak dengan naturalnya, mengambil beberapa butir nasi yang menempel di poni sampingnya. Rupanya tindakanku barusan membuatnya tersadar dengan situasi tidak terduga ini karena wajahnya langsung memerah.

"Eh??!?! (Last Name)-san?!?!? Kamu ngapain---"

"Ah, enggak. Itu, ada nasi di rambutmu." Jawabku santai sambil merapihkan rambutnya lagi. Mika-chan dengan sangat tidak santainya mundur ke belakang, menabrak Arashi-kun yang lagi meminum sup misonya dan membuatnya langsung keselek.

"Ta-tapi kan gak usah gitu juga!!" Serunya entah kenapa malah mengomeliku. Aku nyengir tanggung, mendadak jadi merasa bersalah.

"Maaf Mika-chan, reflek soalnya. Udah dong jangan jauh - jauhan gitu, kayak musuhan aja." Candaku. Siapa tahu dia terhibur gitu dengan candaan garingku. Mika-chan menatapku penuh perhitungan, sebelum akhirnya kembali ke posisi duduknya tadi dan lanjut menyumpit makanannya. Arashi-kun di sebelahnya masih terbatuk - batuk gara - gara keseleknya tadi, dibantu Hokuto-kun yang berbaik hati memberinya minum.

"Eh, ada debu nempel di bajumu---"

"(LAST NAME)-SAN??!?!!"

PRANG!!

Tangan Mika-chan yang menghindar dengan super tidak kalemnya tanpa sengaja menyenggol mangkuk sup misoku. Isinya sendiri langsung tumpah membasahi pangkuanku. Rokku yang apa boleh buat cuma mencapai dua senti di atas lututku langsung basah kuyup. Aku berseru kaget, dan langsung meringis karena sialnya kuah miso tadi masih hangat padahal sudah kudiamkan beberapa saat.

Mika-chan rupanya juga sama kagetnya karena dengan panik dia langsung mengambil beberapa lembar tisu.

"Ma-maaf (Last Name)-san!! Aku gak bermaksud---"

"Enggak gak papa beneran kok---"

Tangannya dengan panik langsung mengelap pahaku yang basah, menghiraukan perkataanku yang berusaha menenangkannya. Mika-chan justru malah makin panik, meracau panjang lebar.

"Duh mana kulitmu jadi melepuh, (Last Name)-san cepat buka rokmu biar aku cuci----"

"Eh??"

Seruan tidak wajarku tadi segera menghentikan aktivitasnya. Serentak yang lain pun juga menoleh dan menatap Mika-chan speechless. Tentunya dengan reaksi masing - masing. Hokuto-kun langsung memerah meski tidak mengatakan apa - apa. Subaru-kun mau ketawa tapi gak tega. Arashi-kun hanya bisa menutup mulutnya, tersenyum jail. Souma-kun mengedipkan matanya pelan - pelan, berusaha memutar waktu kembali di kepalanya. Mungkin memastikan ia tidak salah dengar. Sementara Yuzuru-kun sudah menjatuhkan sumpitnya, menatap Mika-chan kaget.

Mika-chan menatap kita semua bingung. Aku mengerjapkan mata, tak bisa berkata - kata juga.

Sedetik.

Dua detik.

Poff!!

Wajah Mika-chan langsung memerah hebat, baru menyadari perkataannya tadi.

"A-ANU!! MAKSUDKU!! MAAFKAN AKU (LAST NAME)-SAN!!"

"I-IYA GAK PAPA!! KAN MIKA-CHAN GAK BERNIAT BURUK!!" Seruku entah kenapa jadi ikut - ikutan panik juga. Mika-chan yang masih memerah tampak ingin sekali kabur dari situ, berusaha mencari jalan keluar. Arashi-kun tentunya sudah setia dengan kamera ponselnya, memotret keadaan kami.

"Mika-chan ternyata nakal juga yah~"

"NA-NARU-CHAN?!?!"

"Kohom kohom---le-lebih baik kita lanjut makan saja---"

"Hokke itu mangkokku, mangkokmu yang di sebelah sana."

"Kagehira-sama... tenang saja, saya tidak mendengar apapun sejak tadi."

"YUKKUN??! KAMU JUGA!!??"

"Sebentar (Name)-dono!!"

Souma-kun dengan panik meraih lenganku. Aku juga menoleh panik, makin panik melihat wajahnya yang udah serius menatapku.

"Kagehira-dono benar, lebih baik (Name)-dono melepas roknya!! Kulitmu sebaiknya disiram air dingin, nanti biar kamu pakai celanaku saja!!"

"HEH?!?! BENTAR - BENTAR---" Seruku semakin kacau. Berusaha mencerna perkataannya barusan atau mungkin lebih tepatnya berusaha untuk tidak memercayainya. Souma-kun mana ada mendengarkan, sudah bersiap melepas celananya.

"Jangan pedulikan saya (Name)-dono!! Saya akan baik - baik saja---"

"(NAME)-CHAN GAK BOLEH LIHAAAT!!" Seru Subaru-kun panik langsung menutup mataku. Aku berseru kaget untuk kesekian kalinya, tanpa sengaja menyenggol gelas minum Souma-kun yang tentu saja jatuh dengan indahnya membasahi pangkuanku lagi.

"HIYAAA!!"

"Oy Akehoshi!! Kamu apakan (Name)??!"

"(NAME)-CHAN GAK BOLEH LIHAT ZAKI-SAN BUKA CELANAA!! TIDAK BAIK!!"

"Kanzaki-sama, tolong jangan buka celana anda disini---"

"Tapi (Name)-dono membutuhkannya--"

"Gak apa - apa Yukkun!! Kanzaki-kun bisa pakai celanaku!!"

"Nanti kamu sendiri make celana siapa??!!"

"(Name)-chan!! Ayo sini kuantar ke toilet daripada buka rokmu disini---"

"Oooyyy, kalian ini berisik banget loh daritadi sampai kedengeran dari pintu depan. Ada apaan??" Sagami-sensei tahu - tahu muncul dari balik pintu, melongok masuk. Di belakangnya Kunugi-sensei mengikuti, ditemani beberapa anak lainnya yang mengintip penasaran.

Kami semua serentak menoleh. Subaru-kun masih setia berusaha menutup mataku, meski jari - jarinya tak kuasa menyembunyikan semuanya. Souma-kun sudah setengah jalan membuka celananya, ditemani Mika-chan yang baru melepas gespernya. Hokuto-kun di belakang Subaru-kun, berusaha melepaskannya dariku. Yuzuru-kun berdiri bingung di dekat Souma-kun, sementara Arashi-kun yang paling dekat dengan pintu langsung menyeringai tanggung.

"Ermm.... ada sedikit kecelakaan...." kata Arashi-kun, sebisa mungkin mencari kata - kata paling pas untuk keadaan ini. Sagami-sensei sendiri tercengang, menatap ruangan kita yang ternyata sudah berantakan parah dengan gelas dan mangkuk yang tumpah sana - sini.

Akhirnya aku bisa bebas dari pegangan Subaru-kun, menatap guru - guruku itu yang sama kehilangan kata - katanya dengan kami.

"Anu... itu....." sebelum aku sempat menjelaskan, Sagami-sensei sudah menatap pangkuanku, yang dilihat bagaimanapun sudah sangat basah kuyup berkat kekacauan sana sini. Ditatapnya Souma-kun dan Mika-chan yang masih berdiri canggung. Yang lain menelan ludah panik, saling tatap cemas satu sama lain.

Sagami-sensei menghela napas sebentar, menepuk bahu Kunugi-sensei yang berdiri terpaku di belakangnya.

"Akiyan, tolong panggil polisi setempat. Ada kejadian pelecehan seksual disini--"

"TUNGGU SENSEI!! INI TIDAK SEPERTI YANG KALIAN PIKIRKAAAN!!"

~~~~~~

"Haaahh....."

"(Last Name)-san gak apa - apa??"

Aku bersandar pada pagar yang membatasi jalan setapak dengan kolam jernih di hadapanku. Ikan - ikan koi berukuran super besar berenang - renang semangat di hadapanku. Mungkin berharap bakal dikasih makan atau belas kasih lainnya dari pengunjung kuil. Aku merosot jongkok di tempatku, menoleh dan tersenyum lelah kepada Mika-chan di sampingku yang benar - benar tampak khawatir.

"Gak papa, cuma sedikit capek aja kok."

"Errmm...." Mika-chan tentu saja mana mau percaya, menatapku lebih khawatir dari sebelumnya. Aku tertawa lelah, melambaikan tanganku.

Kembali ke kejadian makan siang, untungnya Sagami-sensei tidak jadi beneran memanggil polisi setempat setelah Subaru-kun dan Arashi-kun jejeritan menghentikan sambil menggelayut di kaki Sagami-sensei(dan Kunugi-sensei khusus untuk Arashi-kun). Yuzuru-kun dan Hokuto-kun susah payah berusaha menjelaskan keadaan kita yang tampak salah dalam berbagai level. Tak mudah mendapatkan kepercayaan keduanya, tapi yang aku tahu jauh lebih tidak mudah mengeringkan rokku dengan pengering di toilet restoran. Berkat itu kelompokku terpaksa menunggu selama satu jam lebih lama sebelum akhirnya bisa lanjut ke lokasi berikutnya.

Sayangnya insiden tadi ternyata memakan waktu lebih lama dari dugaan kita, karena begitu kita sampai tidak ada lagi tanda - tanda kelompok lainnya disana. Kunugi-sensei yang berbaik hati menemani kami, mendapati dompetnya ternyata dicopet sejak sekitar satu jam lalu. Dengan uang terbatas, akhirnya kita bisa membeli tiket kereta lokal dan terkatung - katung di dalamnya selama sekitar sejam lebih lagi sebelum akhirnya sampai di destinasi terakhir kita hari itu---kuil Kinkakuji.

Jujur saja, perjalanan tidak terduga itu membuat tenagaku terkuras banyak. Meski Kunugi-sensei tampak lebih lelah sih dibanding aku dan yang lain. Subaru-kun yang akhirnya kesampaian bisa mengunjungi kuil Kinkakuji langsung kembali ke model full 150% energi, menyeret - nyeret Hokuto-kun di sebelahnya yang sudah terkulai lemas. Yang lain sepertinya cukup normal dan waras untuk memilih menyantaikan diri, berjalan dengan pelan - pelan. Aku sendiri langsung terkulai di depan kolam, berharap udara sore hari yang segar dapat membantuku. Mika-chan ternyata mengikutiku, kali ini diluar dugaan tanpa Arashi-kun mengikutinya.

Mika-chan masih tampak tidak yakin dengan jawabanku, memutar - mutar jarinya sambil sibuk berpikir. Seakan teringat sesuatu, ia mengeluarkan sebotol teh dari tasnya. Sebelum aku sempat menduga apa yang akan ia lakukan dengan botol tehnya, tangannya sudah terjulur memberikannya padaku.

"Maaf aku cuma punya ini... tapi!! Moga (Last Name)-san mau meminumnya!!" Serunya sambil ikutan jongkok di sampingku. Aku mengerjapkan mataku. Mika-chan benar - benar tampak khawatir di sampingku, menatapku seolah aku ini baru saja sembuh demam tapi kepengen hujan - hujanan lagi. Aku tertawa kecil, menerima teh dari tangannya.

"Makasih Mika-chan, aku beneran gak apa - apa kok. Tapi trims buat tehnya." Aku meneguk tehnya beberapa kali. Mika-chan tampak senang sekali melihatku menerimanya. Tapi raut wajahnya langsung berubah bingung begitu dengan kasualnya aku menyerahkan botolnya lagi ke Mika-chan. Ia menatapku dengan alis naik sebelah.

"Mika-chan juga, minum aja." Kataku, meletakkan botol itu di tangannya. Tersenyum tipis.

Wajah Mika-chan langsung memerah. Menatap tanganku terkejut.

"EH-EH ENGGAK!! ITU BUAT (LAST NAME)-SAN AJA!!"

"Iya emang, tapi ini kukasih lagi buat Mika-chan. Ini minum aja, lagian daritadi kamu udah keringetan parah." Balasku sambil menepuk - nepuk kepalanya. Mika-chan tentu saja tidak menduga hal tersebut karena wajahnya semakin memerah. Setelah menimbang - nimbang sebentar, akhirnya diterima juga botol teh itu dan diteguknya.

"Gimana?? Enak kan?? Aku suka rasa jeruknya." Kataku padahal yang beli tehnya tadi Mika-chan. Mika-chan tidak berkomentar apa - apa, hanya mengelap bibirnya dalam diam. Aku mendongak menatap dedaunan kering yang gugur di sekitar kami. Angin sore pelan berhembus, memainkan rambut kami yang sudah acak - acakan berkat rentetan kejadian hari ini.

Sayup - sayup kudengar suara Subaru-kun di belakang yang berteriak - teriak kegirangan padahal jaraknya masih 50 meter dari kuil. Hokuto-kun di sebelahnya berseru - seru menyuruh Subaru-kun diam atau dia akan digelandang petugas setempat karena membuat keributan tidak berguna---belum menghitung dihukum Kunugi-sensei selama sisa tahun pelajaran karena mengacaukan acara study tour. Tidak perlu ditanya apakah Subaru-kun mendengarkan atau tidak. Sudah jelas jawabannya. Terdengar juga suara Souma-kun yang memberi aba - aba, sementara Arashi-kun dan Yuzuru-kun asyik berfoto berdua. Aku bangkit dari jongkokku, sedikit meregangkan tubuhku.

"Kita juga jalan - jalan yuk, mumpung gak begitu rame." Ajakku. Sore itu memang area kuil Kinkakuji tidak seramai biasanya. Turis - turis lokal maupun asing yang datang tidak begitu banyak, dan rombongan sekolah yang ada disitu hanyalah sekolah kita. Seluruh kelompok sudah hadir disana, sibuk bermain atau menikmati pemandangan yang ada. Beberapa sibuk mencatat tugas yang diberikan, belum sempat dikerjakan karena sedari tadi terlalu menghayati acara jalan - jalannya. Mika-chan juga berdiri dari jongkoknya, tapi tangannya menggenggam ponselnya erat. Tampak seperti menimbang - nimbang sesuatu.

"(Last Name)-san...."

"Iya??"

"Anu.... kita...." Wajah Mika-chan sudah memerah maksimal, tangannya terjulur ke depan, menyerahkan ponselnya padaku.

"Kita foto bareng yuk!!"

Seruan Mika-chan rupanya kelewat keras karena beberapa orang di sekitar kami langsung menoleh. Beberapa anak kelompok lain menunjuk - nunjuk kami, cengar cengir sendiri. Arashi-kun dan yang lain yang melihat kami langsung heboh berbisik - bisik, menabok - nabok punggung Souma-kun yang tidak bersalah. Souma-kun keselek. Yuzuru-kun hanya menatap kami lurus.

Mika-chan masih setia dengan posenya, tidak berani menatapku.

Aku terdiam sebentar, tanganku terjulur. Tapi bukan meraih ponselnya, melainkan meraih lengannya. Mika-chan tersentak, berseru bingung. Aku sendiri sudah mengeluarkan ponselku, mengarahkannya pada kita berdua.

Cekrek!!

"Kalo mau foto - foto mah gak usah ijin kayak gitu Mika-chan, langsung foto aja." Jawabku sambil terkekeh pelan. Mika-chan masih membeku kaget, tidak bereaksi atas kejadian tadi. Aku tidak menghiraukannya, menggeser layar ponselku untuk melihat hasil foto tadi.

Wajah Mika-chan di foto tampak kaget, sedangkan wajahku tersenyum senang. Di belakang kami Kuil Kinkakuji berdiri khidmat, diterpa sinar matahari sore. Untuk ukuran tanganku yang kelewat amatir kurasa ini hasil yang cukup bagus.

"Mika-chan??"

Karena Mika-chan tidak jawab - jawab juga, kutengok cepat wajahnya--yang langsung kusesali karena wajahnya yang memerah malu sudah menatapku setengah menangis. Jarak wajah kita yang terlalu dekat dari biasanya(karena kita masih berdiri menempel), mendadak membuat jantungku berdebar gak karuan.

"Ah---anu, maaf----" mendadak aku ketularan malunya, segera menoleh cepat ke arah lain. Mika-chan juga mengambil keputusan sama karena ia langsung memisahkan diri dari rangkulanku.

"I-iya, aku juga---"

"(Name)-chan curang!! Masa fotonya sama Mikki doang!! Aku juga mau foto sama (Name)-chan!!" Subaru-kun tahu - tahu nyelonong masuk ke dalam TKP, langsung menyerbu kami berdua yang masih canggung. Aku memekik pelan, terkejut atas pelukan Subaru-kun yang terlalu tiba - tiba dari belakangku. Sialnya kakiku entah menginjak apa---sepertinya daun kering yang agak lembab---langsung kepeleset hebat dan membuatku oleng. Mika-chan di depanku berseru kaget, hendak menangkapku. Tapi karena Tuhan berkata ia juga harus kepeleset, maka kepelesetlah dia. Ponselku terlepas dari genggamanku, terjatuh keras mengenai bebatuan di sepanjang pagar kayu.

"Ah----"

Pagar kayu di belakang Mika-chan rupanya tak kuasa menahan beban kita bertiga, aku memeluk Mika-chan panik, yang balas memelukku sambil berteriak kencang. Subaru-kun membelalakkan matanya. Dan sebelum kita sempat berbuat apa - apa, suara ceburan yang keras langsung memecah keramaian di kuil Kinkakuji.

BYUUR!!!

"(Last Name)-san!!" Seru Yuzuru-kun pertama yang bereaksi. Yang lain langsung mengikuti, panik memanggil petugas atau guru - guru.

"Cepat panggil Kunugi-sensei!!"

"Kunugi-sensei tadi ke toilet!!"

"Sial!! Panggil Sagami-sensei!!"

"Sagami-sensei tadi ke luar entah buat apa---"

"Ada apa ini??!"

"Ah, Pak Polisi---tolong ada yang kecebur di kolam---"

"PUAH!!" Aku memunculkan diri dari dalam kolam, mengambil napas. Di sampingku Subaru-kun masih berjuang berenang ke atas, sementara Mika-chan terbatuk - batuk berenang ke arahku.

Matahari sore semakin tenggelam ke arah barat, menyinari kita semua dengan sinar oranyenya. Andai saja tidak dengan semua kejadian ini, tentu saja pasti akan menjadi pemandangan yang spektakuler.

Kami bertiga akhirnya sudah bisa berenang dengan stabil. Saling tatap satu sama lain. Aku menghela napas pelan.

Sepertinya..... kesialan kita hari ini masih jauh dari akhirnya.


~~~~~~~

(Name): Nee... author...

Author: Iya beb??

(Name): Kenapa sih kamu seneng banget bikin aku sial disini??

Author: ..........

(Name): ..........

Author: ...................

(Name): ..........................

Author: ..............soalnya---

(Name): ????

Author: Seru aja :D

(Name): .........

Author: (Name)-chan???

(Name): *gulung lengan baju* *ambil kuda-kuda*

Author: *panik* *kabur*

(Name): HEH MAU KEMANA LU THOR---

Author: HIYAAAAAA!!! AMPUN (NAME)-CHAAAAAAAAAN!!!

Hokuto: Akehoshi... gimana ini penutupannya??

Subaru: Entahlah, author sama (Name)-chan malah berantem. Apa kita aja yang penutupan??

Hokuto: Boleh deh, daripada chapter ini makin chaos---

Subaru: Yaudah kalo gituuu, halo halo semuanyaa~~☆☆ Idol paling kira kira sejagat raya, Akehoshi Subaru disini untuk menemani kaliaaan~~☆☆

Makasih banyak yah udah baca chapter ini juga!! Meski baru hari pertama, tapi jangan bosan dengan keseruan kita semua yah!!

Hokuto: Mungkin lebih tepatnya dengan keabsurdan kita semua--

Subaru: Soalnya kalo kalian berhenti baca disini, nanti kalian gak bakal ngeliat Hokke---MPPHH?!??!

Hokuto: AKEHOSHI JANGAN UMBAR UMBAR AIB ORANG--- *nutup mulut Subaru*

Subaru: MPHH MPP MPHHPHH??!! (Memangnya itu aib??!!)

Arashi: Udah udah, ish kenapa kalian malah berantem juga---udah sini biar onee-chan aja yang tutup.

Mika: Naru-chan... aku... kedinginan.... *menggigil*

Yuzuru: Yang sabar Kagehira-sama, nanti author bakal buat kamu lebih hangat kok *pat pat Mika*

Souma: Ngomong - ngomong kita dimana??

Arashi: *menghela napas ekstra lelah* yah pokoknya----terima masih banyak telah membaca chapter inii~~!! Petualangan kita masih jauh dari akhirnya jadi jangan lupa untuk baca chapter - chapter berikutnya yaah!!

Karena (Name)-chan udah gelut sama author kita semua pamit dulu yah mau misahin mereka---

(Name): AUTHOR JAHAAAT!! AKU BENCI AUTHOR!! *kocok - kocok author*

Author: AKSHAKA QKSHWHXBZKAK QISHAKAKA (AMPUNI AKU (NAME)-CHAN IM SORRY---)

Arashi: Oke kita semua pamit dulu--Sampai jumpa di chapter berikutnyaaa!!!

OY (NAME)-CHAN UDAH KASIAN AUTHORNYA JANGAN DISIKSA GITU----

(Name): *gak dengerin*

Author: *makin tersiksa*

.


.





.










.











.



Souma: Hey jadi ini dimana??!?!




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro