The Reason Why I Love (You) - Love Confession #2
(Name POV)
.
Berkat pertemuan lancar kemarin, dan kata - kata penyemangat dari Darling(yang hanya berupa "Teman - temanmu mengasyikkan ya--[kecuali Sena-kun]."), hari ini aku izin menemani Trickstar latihan demi melihat Mao-kun menaklukkan ketakutannya.
Nito-senpai memaklumi, meski seharusnya ini jadwalku menemani Ra*bits. Hajime-chan yang sudah sembuh kembali bergabung dengan unitnya dengan wajah sumringah ademnya. Aku sempat bertemu dengannya dan dia memberiku coklat sebagai hadiah. Sebagai balasannya aku memeluknya hangat(sekaligus menutupi rasa haruku).
Dan kini, aku berdiri di hadapan Trickstar yang siap pemanasan.
"Ohayou minna!!"
(Mao's POV)
.
Hatiku terasa sakit.
(Name)-chan tertawa lebar berkat perkataan Maeda. (Name)-chan yang tersenyum berkat tingkah Maeda. Dan (Name)-chan yang melambai menyemangati Maeda.
Entah kenapa hatiku terasa sakit.
"Isara-kun?? Wajahmu kenapa??"
Aku menoleh. Makoto tersenyum, memberikanku sebotol air mineral. Aku menerimanya dengan senyum tipis.
"Dari tadi kamu memperhatikan (Name)-chan terus. Kenapa??" Ulang Makoto. Aku jadi agak malu begitu dia berkata begitu. Aku menggaruk kepalaku.
"Entahlah..... rasanya dadaku sakit ketika dia bersama Maeda." Kataku ragu. Lagi - lagi di depan sana (Name)-chan tertawa lebar. Aku mendengus.
"Aku gak ngerti."
Hening. Menatapku lamat - lamat.
"Jangan bilang kalau.... kamu suka (Name)-chan."
Ting Nong!! Aku merasa pipiku memanas. Makoto menatapku tak percaya.
"YANG BENAR??!! ISARA-KUN, KAU SUDAH GILA??!!"
"AKU TAK TAHU OKE!! AKU TAK TAHU KENAPA AKU BEGINI!!"
Nafasku terengah - engah. Aku langsung menutupi mukaku yang semakin panas. Makoto jelas - jelas makin yakin karena tatapannya sudah berubah serius.
"Isara-kun, kau menyukainya." Katanya jelas, singkat, dan padat. Aku berusaha membantahnya tapi entah kenapa dadaku makin sakit saat baru saja memikirkannya.
Apa aku.... sudah jatuh cinta??
Makoto tertawa pahit, ikut menatap ke depan. "Aku rasa kau jatuh cinta di saat dan pada orang yang salah." Komentar Makoto bersimpati. Tatapanku menerawang. (Name)-chan sedang memarahi para anggota Ryuseitai. Perlahan pipiku memanas lagi.
Sungguhkah.... aku jatuh cinta??
~~~
Sesungguhnya baru kali ini aku merasakan gugup yang amat sangat hanya karena hal sepele.
"Ohayou minna!"
Hatiku bagai dibanting. Dag dig dug dengan tidak jelas. Aku langsung memalingkan muka, tak berani menatap ke depan.
"(Name)-chan!! Ohayouu!!"
Subaru langsung loncat memeluk (Name)-chan seperti biasa. Tentu saja (Name)-chan hanya akan tertawa karena dia sudah terbiasa. Hokuto ikut menyapa (Name)-chan sambil memarahi Subaru.
Aku tetap diam di tempat, tak berani menatap ke depan. Makoto berdiri di sampingku, ikut menemani.
"Mao-kun!!" Aku tersadar, segera mendongak. (Name)-chan sudah di depanku, menatapku semangat.
"Hari ini siap??" Katanya antusias, kalau aku yang biasanya, pasti akan tertawa lelah(meski aslinya bakal teriak - teriak gaje ketika sudah mulai). Tapi hatiku mengambil alih. Pipiku memanas, aku langsung membuang muka.
"Ya, aku siap."
Jelas - jelas tadi kelihatan kalau aku bersikap aneh. Subaru langsung heboh.
"SARI!! WAJAHMU MERAH!!" Serunya dramatis. Hokuto ikut bersikap dramatis dengan melebarkan matanya. Makoto langsung gelagapan.
"Mu-mungkin Isara-kun demam!!" Seru Makoto yang justru tambah merusak. Sayangnya hatiku tak tega untuk mengutuknya meski diam - diam. Jadilah aku makin tegang.
"Mao-kun gak apa - apa?? Perlu ke UKS?? Kalau gak mau gak apa kok, kita bisa mulai pelan - pelan." Kata (Name)-chan cemas sambil memegang lenganku. Jantungku makin dag dig dug gak karuan.
Aku mengambil nafas, berusaha bersikap normal.
"Aku gak apa - apa kok. Hanya sedikit lelah." Kataku berusaha meyakinkannya dan menepuk puncak kepalanya. Nyatanya jantungku hampir loncat saat melakukan hal biasa itu. (Name)-chan menatapku lama, seolah tak percaya.
"(Name), hari semakin siang. Sebaiknya segera kita mulai." Kata Hokuto mengingatkan. (Name)-chan menoleh, akhirnya tertawa.
"Kutinggal sehari, kalian sudah kangen ya?? Yosh!! Saatnya pemanasan!!" Serunya, langsung berubah jadi mode galak. Ia langsung meraih toa-nya dan menatap kami tajam.
"Tunggu apa lagi pemalas??!! Ayo ke lapangan!!"
~~~
"Jadi, kali ini apa yang akan kalian lakukan buat Mao-kun??" Tanya (Name)-chan sedikit cemas. Kita baru saja selesai pemanasan dan latihan. Masih tersisa 4 jam sebelum waktu pulang(yang memang sengaja disisakan untukku). Hokuto tertawa santai.
"Kali ini bukan hal absurd seperti yang terakhir. Hari ini, kami hanya ingin sampai dimana Isara mampu memegang kembang api." Jelas Hokuto yang langsung membuat (Name)-chan lega. Mungkin dia masih trauma atas kejadian yang lalu. Aku sendiri masih sedikit cemas atas rencana mereka sih.
"Jaa, ayo langsung kita nyalakan!!" Seru Subaru gak sabaran. Dan dalam sedetik kembang api yang menyala sudah tergenggam di tangannya. Aku seketika pucat.
"Aku juga mau dong Akehoshi-kun." Kata Makoto santai. Lagi - lagi dalam sedetik Makoto sudah memegang satu kembang api. Hokuto dan (Name)-chan juga ikut mengambil masing - masing. Tersisalah aku sendiri. Keringat dingin bercucuran.
"Mao-kun, ayo kamu coba pegang dulu." Kata (Name)-chan sambil memberikanku sebatang(yang belum menyala). Tanganku gemetar menerimanya.
Karena mungkin mengkhawatirkanku, akhirnya Hokuto yang menyalakannya. Mungkin takut Subaru ngapa - ngapain. Tanganku makin bergetar gak karuan begitu Hokuto menyalakan korek api.
"Isara, tolong tangannya diam. Aku tak bisa menyalakannya." Protes Hokuto.
Ya memang aku gak mau kamu nyalain woi!!
Jeritku putus asa(dalam hati).
Sebelum aku menjerit beneran, Hokuto akhirnya berhasil menyalakannya. Aku terpaku, menatap kembang api di hadapanku yang menyala terang. Ini mengejutkan, aku tak merasakan ancaman.
"Wah!! Mao-kun keren!!" Seru (Name)-chan. Aku yang baru merasakan hal ini tersenyum tipis. Makoto dan Hokuto juga melihatku takjub, mungkin tak menyangka aku bakal berbaikan secepat itu.
"Heeee Sari udah bisa!! Keren!!" Tiba - tiba Subaru muncul dari belakangku, sambil membawa kembang apinya. Aku terkejut, karena kembang apinya begitu dekat dengan wajahku.
"PERGI!! AKU GAK MAU!!" Teriakku langsung. Subaru terlonjak. Hokuto dan Makoto berseru kaget. Aku melempar kembang apinya sembarangan(yang sudah mulai mengecil) dan langsung kabur.
"CHOTTO!! MAO-KUN!!" Teriak (Name)-chan lamat - lamat. Aku sudah tak mendengarkan lagi. Kakiku berlari cepat, membawaku ke sebuah balkon tersembunyi, yang menghadap langsung ke laut.
Aku.... gagal.
(Name POV)
.
Aku tercengang, menatap punggung Mao-kun yang menghilang di balik pohon. Merasa sedih sendiri. Di belakangku, Subaru-kun langsung kena omelan pedas.
"OY!! BAKAKEHOSHI!! KAMU INI GIMANA SIH??!!" Teriak Hokuto-kun kesal sekesal kesalnya sambil menendang kepala Subaru-kun. Subaru-kun terisak, langsung protes.
"HOKEE JAHAT!! NENDANG KEPALAKU--"
"KAMU YANG BEGO WOY!!" Sekali lagi Hokuto-kun menendang kepala Subaru-kun. Makoto-kun seperti biasa berusaha menenangkan mereka berdua. Aku terdiam, menatap tempat terakhir kali Mao-kun terlihat sedih.
"Kamu itu ya!! Kan bagus Isara sudah bisa pegang--loh!! (Name), mau kemana??!!" Hokuto-kun berseru, melihatku yang juga berlari. Aku tak menjawab, membiarkan mereka bingung.
Kakiku melangkah sembarang arah. Dalam hati aku merutuki diri sendiri.
Ayolah!! Aku saja bisa menemukan Tsukinaga-senpai yang polisi aja gak bisa. Pasti menemukan Mao-kun tidak sesulit itu!!
Aku merapal sumpah serapah, terus berlari.
Samar - samar, aku melihat bayangan seseorang di depan, aku langsung berteriak.
"HEY KAMU!! YANG DISANA!! LIAT--HWAAAA---" Kakiku terperosok ke dalam lubang, membawaku merosot masuk ke dalamnya.
Sementara itu, diatas, Yuuta-kun menoleh ke belakang. Heran sendiri siapa yang memanggilnya barusan.
~~~
5 detik kemudian tubuhku terbanting keluar, jatuh dengan mulus di atas beton. Aku mengaduh. Namun, begitu aku melihat ke depan, aku langsung terkesiap.
Laut biru terbentang indah di hadapanku. Belum lagi sekarang musim panas, laut terlihat lebih menggiurkan. Matahari bersinar terik, namun aku sama sekali tidak merasa kepanasan karena angin laut bertiup menyenangkan, melambai - lambaikan rambutku.
Sepertinya ini balkon rahasia, dan sangat luas. Aku mendekati pagar, melihat ke bawah. Di bawah sana jurang menganga dan ombak yang terus menerus menghantam dinding jurang. Aku tersenyum. Ini pemandangan spektakuler.
Aku menoleh, untuk mendapati ternyata 25 meter di sampingku, Mao-kun berdiri gelisah di depan pagar.
Aku menghampirinya perlahan. Semakin dekat semakin aku yakin kalau dia memang gelisah. Dia menatap lautan dengan tatapan yang sulit kumengerti.
"Lautnya.... indah ya." Kataku memecah keheningan. Sekalian dia menyadari kalau ada aku disini. Mao-kun menoleh terkejut. Tapi tidak berteriak. Aku tersenyum, menatap laut lepas di hadapan kami.
Mao-kun akhirnya mengikutiku, ikut diam sambil menatap laut. Kami berdiri bersisian, sibuk dengan pikiran masing - masing.
Hatiku seketika merasa tenang. Suara debur ombak, angin laut, dan langit yang bersinar cerah namun tidak silau. Aku tersenyum, memejamkan mata sejenak.
Nyamannya.
"Kau tahu.... kenapa aku mencintai kembang api??" Tanyaku tiba - tiba. Aku ingin menguak kembali kenangan itu. Salah satu kenangan indah yang kupunya. Mao-kun menoleh, menatapku lama.
"Apa kau bertemu Maeda saat festival musim panas??" Tanyanya. Aku tertawa, menggeleng.
"Aku dan Maeda dijodohkan. Kami dipertemukan di rumahnya." Jelasku singkat. Sepertinya Mao-kun merasa malu karena wajahnya memerah. Aku tersenyum, menatap kembali lautan.
"Aku bertemu... dengan sahabatku saat festival musim panas."
Hatiku berdesir, mengingat kembali kejadian itu.
~~~
Malam itu, festival musim panas. Kaki kecilku berlari - lari riang di sela - sela orang dewasa. Saat itu umurku masih 5 tahun, masih lucu - lucunya.
"Ayah ayah!! Aku main itu boleh ya??" Tanyaku sambil menarik - narik baju Ayah. Tangan kecilku menunjuk stand ikan mas. Ayahku tertawa santai.
"Tentu saja boleh sayang. Sana, mainlah!!" Kata Ayah. Aku langsung berseru riang, berlari menghampiri stand tersebut.
5 kali mencoba, 5 kali gagal. Aku tak berhasil menangkap seekor ikan pun. Aku menangis keras, memeluk paha Ayah. Ayah memelukku, mencoba menenangkanku.
"Tak apa sayang, lain kali pasti (Name) bisa. Gak apa - apa." Kata Ayah lembut sambil mengusap kepalaku. Aku terus menangis, sambil sesekali mengusap ingusku.
"Wah!! Anak itu keren!!"
"Lihat!! Ikannya banyak sekali!!"
"Berbakat sekali!!"
Seruan orang - orang terdengar di sekitarku. Tangisku mereda, agak tertarik dengan seruan orang - orang itu. Rupanya mereka memperhatikan seorang anak kecil seumuranku, yang dengan lihainya menangkap ikan.
"Yeeeyy!! Aku dapat ikan mas!!" Serunya riang. Seorang wanita muda menepuk kepalanya bangga, mungkin ibunya. Mata anak itu berbinar - binar, mengamati ikan mas dalam genggamannya.
Aku yang berdiri di dekatnya menatapnya iri. Saat itu aku ingin sekali ikan mas. Rupanya dia menyadari tatapanku. Dan entah apa yang dia pikirkan, dia menyodorkan satu plastiknya yang berisi 2 ikan mas padaku.
"Ini!! Buat kamu!!" Serunya sambil tersenyum ramah. Giginya yang tanggal dua membuat wajahnya semakin menggemaskan. Aku terperangah, merasa senang sekali.
Dan aku tak menyangka, gadis ramah itu akan menjadi sahabat baikku hingga sekarang. Dan aku sama sekali tidak menyesal menerima ikan masnya.
~~~
"Begitu ceritanya... hehe."
Aku menggaruk pipiku malu - malu. Mao-kun menatapku cengo setengah tidak percaya.
"Ano.... (Name)-chan... kurasa cerita tadi tak ada hubungannya dengan kembang api..."
"U-URUSEEE!! I-ITU KAN TERJADI SAAT FESTIVAL MUSIM PANAS. D-DAN ADA BAGIAN KEMBANG APINYA KOK..." Teriakku malu.
"Jaa, apa ceritanya??" Tanyanya. Aku menelan ludah.
"Dia bilang kita teman..... saat kembang apinya dimulai."
"(Name)-chan, aku tak tahu harus berkata apa..."
"KALAU GITU GAK USAH NGOMONG!!"
Aku berteriak kesal. Mao-kun akhirnya tau kalau dia gak peka dan menutup mulutnya. Aku menghembuskan nafas, kembali menatap laut(setengah kesal).
"Kau tahu kan, perasaan itu. Ketika seseorang bilang kau adalah orang yang spesial, maka kau juga merasakan hal itu." Kataku setengah ambigu. Mao-kun ikut menatap laut.
"Tapi aku masih gak mengerti kenapa kamu suka kembang api." Kata Mao-kun. Aku tertawa.
"Aku percaya."
Mao-kun menoleh, aku tersenyum yakin.
"Aku percaya Mao-kun akan menemukan orang yang spesial bagi Mao-kun bersamaan dengan kembang api melesat ke langit." Kataku yakin. Mao-kun menatapku.... entahlah. Tapi entah kenapa aku yakin. Hatiku mengatakan hal serupa.
BYAAR!!
Kami sama - sama menoleh. Rupanya kembang api melesat, entah dari mana. Padahal hari belum sore. Mataku terpaku, menatap kagum.
"Nee, (Name)-chan."
(Mao's POV)
.
"Nee, (Name)-chan."
Dia menoleh. Wajah polosnya membuatnya terlihat cantik. Jantungku kembali berdegup. Ya, tak salah lagi.
Kali ini aku tak takut mengakui, kalau aku jatuh cinta.
"Kau bilang aku akan menemukan orang yang spesial bagiku saat kembang api melesat ke langit kan??" Kataku lengkap, mengutip kalimatnya barusan. (Name)-chan tak mengangguk tak menggeleng. Dia menatapku sabar, seolah siap mendengar semua kata - kataku.
Makoto salah. Aku jatuh cinta pada orang yang tepat. Pada waktu yang tepat. Makoto salah. Dan jika seluruh dunia bilang begitu, aku tak peduli.
Aku takkan menyesalinya.
"(Name)-chan."
BYAAR!! Kembang api sekali lagi memancarkan cahaya indah. Wajahnya terbasuh sinarnya. Aku tersenyum.
"Daisuki dayo."
Aku telah mengatakannya. Sekali lagi, aku takkan menyesalinya.
Di depanku, wajahnya terkejut luar biasa. Menatapku tak percaya. Dan perlahan, wajahnya juga ikut memerah.
~~~~
YAHO YAHHOOO!! AUTHOR KEMBALI HAHA!!
Apa - apaan chapter ini--author malu sendiri nulis bagian akhir---//*mojok*
Sekali lagi (Name)-chan mendapatkan pernyataan cinta!! Dan tak terduga, Mao sang idola(?)yang melakukannya!! Luar biasa!! Ini cerita hebat--//apasih thor
Semoga joke receh author berhasil menutupi kebaperan kalian uhuk. Hayooo~~☆☆ Siapa yang malu sendiri di depan handphonenyaa~~//itu mah kamu thor--
Yah, apapun itu, semoga kalian menikmati ceritanya!!
Selamat bertemu di latihan(?)berikutnyaa~~☆☆
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro