Taking Care Of
(Name) POV
.
Sekali lagi kawan - kawan. Pagi yang indah kembali datang.
Setelah sekian pagi aku menjomblo, akhirnya pagi ini ada yang menemaniku juga dari rumah.
Dan yang menemaniku tak lain adalah seorang....
.
.
..
.
(Author: Eciee yang penasaran--//dilindes//)
.
.
.
.
.
.
Sakuma Rei.
Yah, memang tak terduga.
Katanya sang adik tercintah-nya sudah berangkat sendiri duluan. Padahal biasanya sang teman masa kecil akan menemaninya. Lalu dia berhasil ke rumahku selama perjalanan ke sekolah. Jadinya dia pun yang menjemputku dari rumah.
Selama perjalanan pun hanya diisi dengan curhatan seorang Sakuma Rei yang selama ini haus akan cinta dari sang adik yang secara kebetulan tidak mengakui abangnya. Sang pen-curhat sendiri bercerita tentang pancake yang dimasaknya untuk sang adik tercintah tapi malah dikasih ke anjing milik sang wanko-chan oleh sang adik sendiri sehingga dia hampir bunuh diri di pohon cabe sambil menangis. Yah, miris memang.
Berkat curhatannya itu, tak terasa kami sudah sampai sekolah. Air mancur megah itu kembali menyambutku. Entah mengapa kembali mengingatkanku akan hari pertamaku masuk ke sini. Padahal setiap hari juga aku bertemu dengan air mancur itu.
"Senpai, terima kasih telah menemaniku." Kataku sambil membungkuk. Sakuma-senpai langsung mesem - mesem. "Ah, kau tak perlu seperti itu (Last Name)-san. Aku sendiri senang sekali kau mau mendengat curhatan orang tua ini." Katanya lebay sambil mengusap matanya yang entah sejak kapan sudah basah. Aku nyengir. Langsung berlari memasuki gedung setelah melambai singkat.
Saat aku sedang mengganti sepatuku, Mao-kun datang.
"Ah, Ohayou Mao-kun." Sapaku. Yang disapa tidak memberi respons. Racauan keluar dari mulutnya tanpa kentara. Kantung matanya tampak terlihat jelas.
"Etto... Mao-kun??" Panggilku sekali lagi sambil menepuk bahunya. Mao-kun langsung melompat.
"Ah--(Name)?? Ah--Ohayou.." sapanya balik. Aku mengernyit.
"Kau tak apa?? Kau tampak lelah..." kataku khawatir. Yang dikasih simpati malah menguap.
"Ah.... hoaaam... aku tak apa kok. Hanya sedikit lelah.." jawabnya yang justru makin membuatku khawatir. Ia meregangkan lengannya sambil berjalan sempoyongan. Karena khawatir, akhirnya aku mengikutinya. Untuk memastikan dia sampai ke kelasnya dengan selamat.
"Ohayou!!" Serunya sambil menggeser pintu lalu masuk. Langkahku terhenti. Tapi bukan hela nafas yang keluar, tapi seruan bingung.
"Haa!??" Seruku. Ini kan kelas 3-A?? Kenapa Mao-kun masuk ke sini?? Sebelum Mao-kun melangkah lebih jauh seperti mengambil kursi seorang senpai misalnya--aku langsung menyusulnya.
"Mao-kun--"
"Isara!! Ohayou!!"
Oh Tuhan, kumohon agar kekhawatiranku tidak terwujud.
"Eh??" Balas Mao-kun menoleh ke kiri. Padahal Morisawa-senpai ada di depannya. Sweatdrop besar muncul di kepalaku, tapi langsung kutampik dengan kecemasanku.
"Isara!! Sudah lama ya tidak bertemu!!" Serunya sambil menepuk punggung Mao-kun.
Tiba - tiba Mao-kun jatuh.
"MA-MAO-KUN??!!" Seruku panik menghampirinya yang tidak bangkit - bangkit. Ku angkat tubuhnya sedikit. Ternyata dia pingsan. Aku memegang dahinya--meski sedetik kemudian langsung kutarik.
"Isara kenapa??" Tanya Morisawa-senpai dalam mode serius. Aku menggeleng - gelengkan kepala.
"Ma-mao-kun.. demam.." kataku terbata - bata. Mataku tiba - tiba saja basah. Seisi kelas sudah mengerubungi kami.
"G-GARA - GARA SENPAI SIH, NEPUK PUNGGUNG MAO-KUN!!" Seruku pada Morisawa-senpai.
"EEH??!!" Protes Morisawa-senpai tak terima.
Pagi itu, Mao-kun jatuh pingsan di kelas 3-A. Untung saja Hasumi-senpai cepat tanggap. Saking cepatnya dia langsung menelpon ambulans dan Mao-kun dibawa ke rumah sakit.
Aku?? Jangan tanya. Aku sudah menangis sambil mengguncang - guncangkan Morisawa-senpai yang juga terlihat panik dengan keadaan Mao-kun. Akhirnya, kami berdua yang menemani Mao-kun.
Pagi itu, Mao-kun jatuh sakit.
~~~
"Euuh...." gumam Mao-kun tiba - tiba. Aku yang terkantuk - kantuk di kursi langsung terbangun. Menoleh ke satu - satunya ranjang di ruang rawat itu.
Mao-kun perlahan membuka matanya. Ia berusaha menoleh ke sana kemari. Ketika matanya bertemu dengan mataku, dia langsung memicingkan mata.
"(Na-Name)??" Sengaunya. Buru - buru ku menghampirinya.
"Mao-kun sudah bangun?? Aduh, jangan paksakan diri dulu--" seruku khawatir bergitu melihatnya berusaha duduk. Akhirnya aku pun membantunya untuk duduk bersandar.
"Mao-kun sudah baikan?? Bagaimana perasaanmu??" Tanyaku. Mao-kun menatapku lama.
"Tadi..... aku pingsan??" Tanyanya. Tampak benar - benar tak tahu. Aku tersenyum. "Tadi pagi kau pingsan di sekolah. Untung saja kau langsung dibawa ke rumah sakit. Tekanan darahmu sangat rendah. Sekarang bagaimana?? Sudah merasa mendingan??" Ceritaku sambil sekali lagi bertanya. Mao-kun mengerjapkan matanya, lalu mengamati seisi ruangan.
"Yaah... sepertinya kepalaku masih sedikit sakit." Katanya. Aku kembali tersenyum lembut. "Istirahat saja Mao-kun--"
"OH IYAA!! Aku belum mengerjakan tugas OSIS!! Lalu kemarin Hokuto memintaku untuk bertemu!! Lalu--"
"Lupakan saja dulu." Kataku sedikit ditegaskan. Mao-kun berhenti berseru. Aku memegang tangannya. "Sekarang yang terpenting kau sehat dulu. Lupakan sejenak segala tugas - tugasmu. Oke??" Pintaku. Mao-kun tampak sangsi. Meski akhirnya dia mengangguk pelan. Aku tersenyum senang.
"Nah sekarang, Mao-kun makan dulu yah. Sudah ada bubur nih. Tadi diantarkan suster." Aku mengambil mangkok di atas meja. Mao-kun tidak banyak berkomentar ketika aku membuka tutup mangkuknya.
"Kau... yang menemaniku??" Tanyanya lagi. Pergerakan tanganku terhenti. Lalu mengangguk pelan. "I-iya... tadi Morisawa-senpai menemaniku sih. Tapi tadi dia kembali ke sekolah lagi." Kataku. Ku sendok bubur itu lalu menyodorkannya. Mao-kun tanpa banyak komentar memakannya. Tepat ketika dia memakannya, wajahku mendadak panas.
A-apa aku baru saja menyuapi i-idolaku..??
Tanganku mendadak gemetar. Ditambah mataku yang tiba - tiba blinger, aku jadi tidak bisa menyuapi Mao-kun dengan baik. Rupanya Mao-kun menyadari pergerakanku karena ia langsung menatapku heran.
"(Name)?? Kau kenapa??" Tanyanya. "Hmm!!" Seruku. Meski sedetik kemudian menyesalinya. "Errgh... etto... aku gak papa kok." Kilahku kelewat putus - putus. Aku menyendok bubur lagi tapi lagi - lagi bubur itu tumpah sebelum sempat menyentuh Mao-kun.
Mao-kun menatap datar bajunya yang penuh tumpahan bubur berkat tanganku yang terkutuk. Baru ketika aku mau mengutuk tanganku lagi, Mao-kun langsung angkat bicara.
"Kenapa kau gugup (Name)??" Mendadak aku terkesiap kelewat lebay. Aku langsung ketar ketir begitu menyadari Mao-kun sudah menatapku lamat - lamat. Ku beranikan diri untuk membalas tatapannya.
Duh--kenapa aku begini sih??!! Perasaan ketika aku berinteraksi dengan anggota Trickstar lainnya, aku gak sebegininya!!!
Setelah berusaha mengatur ekspresiku, akhirnya aku bisa menjawab.
"So-soalnya... Ma-Mao-kun kan idolaku.... a-aku selalu memimpikan--sa-saat - saat seperti ini..." kata - kataku langsung hilang. Aku langsung membuang muka. Bisa dipastikan wajahku sudah memerah tidak keruan. Mao-kun masih menatapku lamat - lamat.
"Jadi... kau merawatku karena ku idolamu??"
"Eh??" Sahutku bingung. Mao-kun sudah tidak menatapku. Matanya sudah menerawang jauh di balik jendela. Aku menelan ludah.
"Bukankah kau dan yang lain sudah akrab?? Dengan Hokuto.... Subaru... Makoto.. bahkan dengan anak kelas lain pun kau akrab..." curhatnya tiba - tiba. Mendadak aku jadi menatapnya tak yakin.
"Tapi... kenapa kau masih tidak bisa memperlakukanku seperti mereka..??" Lanjutnya lalu kembali menatapku. Aku balas menatapnya.
"Maafkan aku Mao-kun.... aku juga tidak tahu..." kataku benar - benar menyesal. "Tapi... aku merawatmu bukan hanya karena kau idolaku..." lanjutku.
Mendadak suasana menjadi hening. Ku beranikan diri tersenyum padanya. "Sekarang Mao-kun istirahat saja dulu. Mao-kun tidur saja lagi. Tekanan darahmu masih rendah." Kataku berusaha meyakinkannya. Mao-kun masih menatapku dengan tatapan sedihnya, meski akhirnya dia mengangguk lalu beranjak tertidur.
Aku menatap wajahnya yang sudah tertidur. Saat dia berkata kalau aku merawatnya karena dia idolaku, entah mengapa, aku merasa ada yang kurang tepat dengan itu. Aku merasa.... itu bukan alasan yang tepat.
Aku merogoh saku rokku. Mengeluarkan handphone ku. Menekan sederet nomor.
"Moshi moshi. Sumimasen, Hokuto-kun, bisa aku meminta sesuatu??"
"Tentu saja (Name). Apa yang bisa kubantu??"
~~~
"Hoaam..." Mao-kun menguap lagi. Mengusap matanya. Ketika dia menoleh, dia mendapatiku sedang menutup panggilan.
"(Name)??" Panggilnya. Aku menoleh. "Ah!! Kau sudah bangun??" Aku menghampirinya lagi. Mengambil duduk di bangku lagi.
"Bagaimana tidurmu?? Nyenyak??" Tanyaku. Mao-kun menatapku lama, lalu akhirnya terkekeh. "Yep. Nyenyak sekali." Jawabnya. Aku tersenyum senang lagi.
"Nee... aku sadar kalau kau selalu membantu teman - temanmu.." kataku akhirnya. Mao-kun mengernyit.
"Padahal kan, kau selalu bilang kau tidak suka hal - hal yang menyusahkan..." lanjutku lagi. Mao-kun menelan ludah. Tampak salah tingkah sedikit.
"Me-memangnya apa yang salah dengan membantu teman - temanku?? Kan... aku.... juga....." kata - katanya terputus. Semburat merah muncul di pipinya. Aku menyeringai jail.
"Jugaa...??" Godaku. Seringaiku semakin lebar. Mao-kun semakin salah tingkah.
"Menyayangi mereka...??" Katanya akhirnya. Mao-kun langsung membuang muka begitu kalimatnya selesai. Aku tertawa pelan melihat wajahnya yang sempurna memerah.
TAK. TAK. TAK.
BRAK!!
"SARIIII!!! KAU TAK APAA!!??"
"A-Akehoshi-kun!! Jangan berteriak - teriak di rumah sakit!!"
"Oy!! Bisakah kalian berdua tenang sedikit??"
Subaru-kun yang baru saja membanting pintu kamar rawat langsung melompat memeluk Mao-kun yang wajahnya masih memerah. Subaru-kun langsung menangis di pelukannya. Menyusul di belakangnya Makoto-kun dan Hokuto-kun.
"Sariii!! Aku benar - benar khawatir begitu mendengar kau dirawaaat!!" Tangisnya. Mao-kun masih tampak terkejut. Makoto-kun menghela nafas lega di belakangnya.
"Tadi begitu mendengar kabar kau pingsan, aku panik sekali Isara-kun. Untung saja Hidaka-kun masih bisa tenang. Tadi (Name)-san juga menghubungi kami untuk meminta kami mengumpulkan tugas - tugasmu." Cerita Makoto-kun sambil mengusap dahinya. Hokuto-kun di sampingnya juga lega.
"Aku juga kaget tadi." Aku Hokuto-kun. Mao-kun menatap mereka terharu.
"Minna..." desah Mao-kun. Aku tersenyum.
"Dan bukan mereka saja." Kataku. Sedetik kemudian, pintu kamar kembali terbuka(terbanting).
"MAO-CHAAN!!" Teriak Arashi-kun heboh. Anak - anak kelas 2-B masuk beserta anggota OSIS.
"Bagaimana kabarmu Isara-kun?? Aku sudah menelepon dokter pribadiku untuk merawatmu. Fufu~" kata Tenshouin-senpai tumben - tumbennya baik//slap.
"Amazing!! Baru kali ini kulihat kunjungan ke rumah sakit yang sehangat ini☆☆!!" Seru Hibiki-senpai sambil tebar burung merpati. Tunggu--sejak kapan dia juga ikut??
"Isara-sama, kami juga membawakan anda sekeranjang buah - buahan. Semoga anda menyukainya." Kata Yuzuru-kun dengan senyumannya yang paling lembut sambil mendorong punggung bocchama-nya. Himemiya-kun merenggut sebentar. Ia meletakkan keranjang buah dengan wajah sengit.
"Jangan salah paham ya!! Aku gak akan mau menjengukmu kalau tak disuruh oleh Kaichou!!" Kata Himemiya-kun ketus sambil membuang muka. Mao-kun sweatdrop.
"ISARAAAAAAAA!!!" Seseorang berteriak lagi. Suaranya bahkan sudah melebihi suara toa meski orangnya belum muncul. Sedetik kemudian, Morisawa-senpai muncul dengan pintu yang kembali terbanting. Di belakangnya menyusul Sengoku-kun dan anggota Ryuseitai lainnya.
"ISARA!! ASTAGA!! MAKANYA KAMU JANGAN KEBANYAKAN NGERJAIN TUGAS!!" Teriak Morisawa-senpai gak nyante. Mukanya juga gak nyelo sih. Mao-kun makin sweatdrop.
"Buchou.... kau jangan berteriak - teriak. Kasian pasien sebelah...." kata Mao-kun sedikit cengo. Mungkin baru keluar dari keterkejutannya.
"Saat aku dengan Isara-dono sakit... aku langsung.. *sniff*... langsung... *sniff*!!" Isak Sengoku-kun setengah mati menahan tangis. Sedetik kemudian air matanya langsung membuat air terjun. Midori-kun sweatdrop. Shinkai-senpai malah santai meluk Sengoku-kun sambil puk - puk. Sementara Tetora-kun berusaha menenangkan Morisawa-senpai yang sekarang udah teriak - teriak sambil ikut - ikutan meluk Mao-kun bareng Subaru-kun.
Aku terkekeh pelan.
Dan hanya dalam beberapa menit kedepan, semua unit datang menjenguk Mao-kun. Ada yang datang dengan buah tangan, ada yang hanya sekedar datang, bahkan ada yang datang malah ngomel - ngomel. Yah--siapa lagi kalo bukan Kunugi-sensei--//slap. Tapi diluar itu semua, mereka semua datang benar - benar untuk menjenguk Mao-kun dan menghiburnya.
Sorenya--setelah semuanya pulang, kecuali Trickstar, Morisawa-senpai, Midori-kun, Sengoku-kun, dan aku. Ruangan rawat kembali sepi.
Mao-kun menatap kami benar - benar berterima kasih.
"Arigatou minna, kalian baik sekali mau menjengukku.." kata Mao-kun.
"Wahahah!! Tentu saja aku menjengukmu Isara!! Kan aku senpai yang baik!!" Seru Morisawa-senpai sudah kembali dari ke-OOC-annya tadi. Midori-kun tambah sweatdrop.
"Oh iya--kok kalian bisa tahu kalau aku dirawat disini??" Tanya Mao-kun tiba - tiba. Mereka semua saling pandang.
"Karena (Name)-chan menelpon kita." Jawab Subaru-kun. Mao-kun melotot, lalu menoleh kepadaku. Aku hanya bisa cengengesan.
"Jangan salahkan aku. Aku hanya menelpon Trickstar dan Arashi-kun. Aku menelpon Trickstar untuk meminta mereka datang dan mengumpulkan tugasmu. Sedangkan Arashi-kun, aku memintanya untuk memberitahu guru - guru. Tak kusangka, ternyata mereka memberitahu yang lain. Dan mereka semua pun sepakat untuk datang." Jelasku. Mao-kun masih melotot. Sekejap, seringaiku berubah menjadi senyuman. Aku beranjak menggenggam tangannya.
"Mao-kun tadi bertanya padaku, apa aku hanya merawatmu karena kau idolaku, dan aku menyangkalnya. Kini, aku tahu alasannya." Kataku. Semua yang di ruangan itu mendengarkanku. Suara pendingin ruangan terdengar mengisi keheningan.
"Karena aku menyayangimu." Lanjutku. Mao-kun langsung keselek. Hokuto-kun dan Subaru-kun langsung berubah jadi pilar garam. Makoto-kun langsung merah mukanya. Morisawa-senpai terjengkang ke belakang. Midori-kun sama Sengoku-kun melongo.
"Mak-maksudmu??" Tanya Mao-kun dengan wajah memerah. Aku terkekeh. "Iya, aku menyayangimu. Kita semua menyayangimu." Lanjutku. Mendadak mereka semua menatapku serius.
"Kita...??" Tanya Subaru-kun. Aku mengangguk. "Kalian semua menyayangi Mao-kun kan?? Karena itu kalian menjenguknya. Kalian mau menyisihkan waktu kalian. Dan itu juga kenapa aku mau menungguimu meski harus membolos. Karena aku menyayangimu Mao-kun. Aku mau Mao-kun cepat sehat kembali dan berkumpul dengan kita. Aku menyayangi Mao-kun sebagai idola, juga teman." Jelasku akhirnya. Tersenyum lebar. Yang lain akhirnya paham, dan ikut tersenyum lebar.
Mao-kun akhirnya tertawa. "Arigatou (Name)-chan. Kau memang teman yang bisa diandalkan." Katanya--sambil menekan kata "memang".
"Nah, sekarang Mao cepet sembuh ya!! Jangan memaksakan dirimu. Cukup author aja~~☆☆" kata author tiba - tiba muncul. Yang lain langsung kaget.
"Oy, Aori, kau ini mengganggu momen tahu." Sewot Hokuto-kun. Author menggembungkan pipi.
"Hokuto jahat!! Aku kan cuma ngingetin Mao!!" Protes author. Aku terkekeh sambil menepuk puncak kepala author.
"Sudah, jangan bertengkar." Kataku menengahi author dan Hokuto-kun. Jangan sampe author jadi baperan dan akhirnya memecat Hokuto-kun dari cerita ini. Kita bahkan baru memulai musim panas.
"Baiklah Mao-kun, kita pamit dulu ya. Cepet sembuh. Kita akan setia menunggumu di sekolah." Kataku akhirnya menutup pertemuan. Mao-kun tersenyum lebar.
"Yup. Terima kasih atas hari ini semuanya. Author juga." Kata Mao-kun. Kami mengangguk.
Sore itu, kami pun pulang dari rumah sakir bersama author yang terus - terusan fangirlingan di bus.
~~~
Yeyy~~☆☆ Musim panas dimulai kawanku~~☆☆
Musim panas yang dimulai dengan sakitnya Mao. Author hebat kan~~☆☆//slap
Ciee yang menyatakan cintanya ke Mao~~☆☆ Uhuk--//dilindes
Yah--abaikan author. Dan juga bagian author tiba - tiba muncul. Author pengen ikutan muncul juga soalnya--//wink
Author udah gak sabar sama kelanjutannya ssu~~☆☆ Meski bilang begitu, author juga kadang males lanjutin sih--//slap
Yah, diluar itu semua, author harap Reader-san masih mau membaca cerita ini ssu~~☆☆ Author bahagia banget kok kalau kalian mau menyisihkan waktu demi cerita ini... *ngusap air mata ke baju Reader-san*
Makin lama ceritanya makin serius ya... ehe... tenang, di chapter selanjutnya bakal diusahakan lebih garing kok(?)~~☆☆
Yoshh~~☆☆ Sampai jumpa di chapter selanjutnya~~☆☆
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro