Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Study Tour...??

(Name POV)

.

Pagi yang cerah pun akhirnya datang kembali mengisi hariku.

Sambil bersenandung pelan aku memasuki gedung sekolah yang tampak biasa - biasa saja di hadapanku. Setelah kekacauan serempak dan gak jelas di festival olahraga tempo hari, hari Senin yang damai ini menjadi pembuka menarik untuk minggu ini yang demi Tuhan-----kuharap akhirnya kedamaian berbaik hati menghampiri diri mengenaskan ini. Meski matahari bersinar penuh, kurasa udara khas musim gugur yang mulai dingin sejuk tak bisa ditipu.

Aku memasuki lorong rak sepatu dan dengan santai mengganti sepatu kulitku dengan sepatu dalam ruangan. Di sekitarku berseliweran idol - idol cowok yang tampak bahagia dan semangat memulai hari baru lainnya.

"Motto kagayaite~ oretachi wa~ Atsuku~ Hikaru~ Kiseki~~"

"Ah, (Name)-chan!! Pagi~~!!"

Aku menoleh. Mao-kun dengan senyum hangatnya menghampiriku dengan santainya. Aku mendadak keserimpet kaos kakiku---langsung jatuh berdebam di atas undakan kayu dan menimbulkan bunyi berderak yang sangat berisik. Semua orang langsung menoleh kaget, menatapku heran. Aku sendiri tak peduli---lebih peduli pada cowok yang sekarang sudah membungkuk khawatir menatap mataku.

"Oy, kamu gak papa??" Serunya khawatir, terdengar refleks seperti dirinya yang biasa. Aku tergagap. Bingung harus menjawab apa.

"A-ah... iya...."

"Kalo kamu pusing bilang aja. Istirahat aja dulu di UKS." Katanya dan tanpa banyak omong langsung menarik lenganku untuk berdiri. Aku tak menolak, menurut dan berdiri. Mao-kun langsung menepuk - nepuk ujung bajuku, membersihkan debu - debu yang menempel.

"Masa kemaren yak, adekku tahu - tahu mintain aku beliin coklat limited edition yang ada di supermarket. Random banget gak sih?? Trus katanya kalo aku gak berhasil beli aku gak boleh pulang ke rumah." Omelnya sambil membuka loker sepatunya yang kebetulan memang terletak berdekatan dengan punyaku. Secara kelas kami bersebelahan dan karena aku anak pindahan jadi absenku ada di paling bawah. Aku masih tergagap dan panik atas kejadian barusan. Sehingga hanya bisa ber-ah gak jelas dan menatapnya kalut. Mao-kun selesai mengganti sepatunya, menatapku heran sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Kenapa??"

"A-ah.... gak. Gak apa - apa." Gumamku. Mao-kun sekali lagi menaikkan alisnya, tapi dia langsung tersenyum tipis. Melangkah mendahuluiku.

Selagi aku masih terpana atas kejadian barusan, seruan Mao-kun kembali mengagetkanku.

"(Name)-chan~ Kalau kau diam disitu terus nanti bisa telat buat kelas lho~" serunya dengan nada greget sambil menelengkan kepala ke belakang(silahkan bayangkan sendiri). Menyadari kalau aku menghalangi murid lainnya yang ingin mengambil sepatu mereka, buru - buru aku menyusulnya.

"I-iya!!"

Koridor di pagi hari tampak lebih ramai dari biasanya. Meski begitu celoteh riang murid - murid dan suara pintu kelas yang bergeser terbuka dan tertutup entah kenapa tak bisa menyembunyikan rasa heranku. Mao-kun sendiri yang sepertinya tidak menyadari segala tingkah keherananku sejak tadi malah santai melanjutkan curhatnya soal adiknya tadi. Malah kali ini dia meneruskan curhatnya soal tugas OSIS yang makin kejam. Aku hanya mengangguk - angguk pelan sambil tetap menatap wajahnya. Kali aja aku doang yang salah paham gitu kan.

Mao-kun berhenti bercerita, sadar kalau ditatap. Tersenyum tanggung padaku.

"Err... kenapa (Name)-chan??"

"Ah... lupakan saja." Jawabku cepat. Mao-kun mengangkat bahunya santai. Lanjut bercerita. Aku memutuskan untuk menatap lantai saja. Merasakan ada yang aneh dari rentetan kejadian pagi ini.

Eh.....

Rasanya ada yang salah.....

Selagi aku bengong tahu - tahu kita sudah sampai di area kelas 2. Kakiku menginjak sebuah bayangan baru. Aku langsung mendongak kaget. Mataku bertemu dengan dua iris mata yang berbeda warna satu sama lain. Wajah si pemiliknya langsung bersemu merah.

"(La-Last Name)-san!!"

"Ah.... Mika-chan...." panggilku reflek. Wajahnya semakin memerah. Aku menoleh ke sampingku. Mao-kun sudah menghilang. Mungkin dia sudah masuk ke kelasnya duluan. Atau dia memang sejak awal tidak ada bersamaku?? Eh?? Apa karena sibuk bengong jangan - jangan semua hal itu hanyalah imajinasiku?? Eh?? Apa Mao-kun benar - benar masuk hari ini??

Menyadari raut wajahku yang sudah mulai mikir yang enggak - enggak, Mika-chan buru - buru menjawab semua pertanyaan tadi. "Kalau (Last Name)-san mencari Ikkun, tadi Ikkun sudah masuk kelas duluan kok." Jawabnya cepat. Aku ber-ah pura - pura tersenyum paham. Mengangguk pelan.

"Ma-makasih Mika-chan..." jawabku pelan. Tersenyum tanggung padanya. Mika-chan semakin memerah wajahnya. Gugup membuka mulutnya lagi.

"Pa-pagi (Last Name)-san." Sapanya dengan suara yang kelewat bergetar. Tapi aku mampu menangkap maksudnya. Aku terdiam sebentar, tak mengerti. Mika-chan membuang mukanya. Wajahnya sudah memerah max. Aku tertawa.

"Ah iya, kita belum menyapa yah. Pagi juga Mika-chan. Kamu gak demam kan?? Wajahmu merah sekali loh." Balasku sambil tertawa kecil. Mika-chan langsung panik---persis dengan diriku tadi di rak sepatu. Keserimpet ujung celananya, Mika-chan langsung jatuh berdebam menghajar lantai kayu. Aku tercengang. Teman - teman sekelas kami menoleh bersimpati. Mika-chan semakin malu, melambaikan tangannya panik.

"Ah, maafkan aku (Last Name)-san---"

"Santai, sini." Kataku sambil menjulurkan tanganku. Mika-chan tersentak, meski tetap menyambar tanganku. Aku membantunya bangun kembali. Menepuk - nepuk ujung bajunya---meniru Mao-kun tadi pagi. Mika-chan diam saja. Mungkin dia sedang berusaha agar nyawanya tidak melayang kemana - mana.

"Nah, beres!! Kalo gini kan ganteng!!" Godaku sambil menepuk bahunya. Sepertinya tepukan bahuku itu selevel sama jurus kameha meha(??)karena Mika-chan refleks jatoh lagi. Kali ini wajahnya yang kena sial, terpaksa mencium lantai kayu koridor kami. Mendadak koridor hening lagi.

"A-aku.. etto---(Last Name)-san ke kelas duluan a-aja, aku rapopo." Mika-chan patah - patah berusaha bersuara sambil mendongakkan kepalanya, yang membuat semuanya meringis karena dia sudah mimisan.

"Apanya yang gak papa, itu kamu---"

"(Last Name)-san, sebaiknya anda segera menuju kelas anda."

"Eh Ya Rabbi Ya salam---" latahku. Yuzuru-kun sendiri sang pelaku pengkagetan tidak perlu melatah sedikit pun, cukup tersenyum arif bijaksana layaknya calon presiden.

"Biar saya yang mengurus Kagehira-sama. Sebaiknya anda segera masuk kelas karena sebentar lagi bel berbunyi."

"Tapi ini masih jam 7---" protesku(kami masuk pukul 8.00). Yuzuru-kun tampak berusaha untuk pura - pura tidak tahu dan langsung mendorong punggungku tanpa banyak omong lagi. Belum sempat aku mengomel tahu - tahu aku sudah di dalam kelas, lalu tanpa ampun pintu kelas pun dibanting sekuat tenaga.

Aku terdiam kaget. Berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. Yah, meski Mika-chan memang sering malu - malu kek kucing, tapi pagi ini dia tampak lebih malu dibanding biasanya. Kira - kira kenapa aku pun tidak tahu. Masa iya, gara - gara....

"Ah!! (Name)-chan ohayou!! Tumben pagi banget masuknya!!" Seperti biasa Subaru-kun tanpa merasa bersalah selalu sukses memotong monolog indahku di pagi hari. Dengan akrabnya dia merangkul bahuku. Refleks aku menghindar karena kaget. Subaru-kun menatapku heran, sengaja menaikkan alisnya 2 milimeter lebih tinggi.

"Kenapa (Name)-chan?? Bajuku udah dicuci kok??"

"E-enggak.... bukan gitu kok..." balasku, tadinya mau bilang parfumnya kelewat wangi malah tapi ntar dia jadi pundung. Jadi demi kebaikan bersama terpaksa kutelan kembali argumenku tadi. Subaru-kun tampak masih tak terima, tapi karena hatinya memang spesialisasi ganti suasana secepat kilat, Subaru-kun langsung tersenyum lebar lagi dan merangkulku lebih erat.

"Eh tahu gak (Name)-chan?? Kemaren tuh yak, drama favoritku bla bla bla...."

"A-ah... gitu yak...." gumamku seadanya. Ini lagi orang kedua yang langsung sibuk cerita begitu bertemu denganku. Yah, bukannya aku keberatan sih. Tapi lagi - lagi aku merasa aneh. Rasanya ada yang janggal. Ada yang "hilang". Masa sih mereka----

"WAAA!!" Refleks aku berteriak begitu merasakan punggungku didorong. Hokuto-kun ikutan kaget---meski gak berteriak. Di belakangnya Makoto-kun sempat lompat, untung gak sampe jatoh. Subaru-kun terpaksa menghentikan siaran paginya. Aku mengatur nafasku sebisa mungkin, buru - buru memasang senyum ala - ala iklan pasta gigi.

"Pa-pagi Hokuto-kun, Makoto-kun---" salamku dengan nafas tersengal(karena kaget tadi). Hokuto-kun sok bersimpati menepuk bahuku. Memasang wajah paling memelas sedunia.

"Pagi (Name). Kamu tuh ya, jangan gampang kagetan. Gak baik loh."

"I-iya Hokuto-kun." Jawabku apa adanya. Ya wong mau gimana lagi. Memangnya aku yang minta apa biar jadi manusia paling mudah kaget sedunia.

"Haha, tapi (Name)-chan yang begitu selalu bisa meramaikan kelas kan??" Komentar Makoto-kun yang entah kenapa terdengar positif sekali. Aku tersenyum mengiyakan saja. Entah harus berterima kasih apa tidak. Subaru-kun yang berhasil mengenali situasi langsung ikut nimbrung gak mau ketinggalan.

"Hokkee!! Kenapa kemaren gak online sih?! Kan udah janjian mau main Fall Guys bareeng!!" Rengeknya sambil auto menempel pada Hokuto-kun. Dengan kejamnya dan naturalnya langsung ditoyor kepala Subaru-kun, tak lupa Hokuto-kun pun mendecak dengan kerennya.

"Sudah kubilang, lebih baik kau pakai waktu itu buat menghafal lagu unit baru kita!!"

"Eeeee~~ Gak mauuu~~~!! Lagipula!! Ada baiknya main game tahu!! Biar gak stress. Ntar keliatan tua kayak Hokke."

"Apa kamu bilang??!!"

"Yah, memang sih. Ayahmu saja keliatan lebih muda...." ini Makoto-kun malah nimbrung. Gak baca situasi pula. Hokuto-kun langsung melotot maksimal, gak terima dibilang keliatan lebih tua dibanding bapaknya sendiri. Subaru-kun heboh mengiyakan, yang langsung disambut toyoran kepala berikutnya dari Hokuto-kun. Berikutnya tanpa kusadari ketiganya sudah sibuk berargumen, melangkah ke meja mereka meninggalkanku berdiri takjub di depan pintu kelas.

Mungkin situasi tadi terlihat seperti keseharian biasanya. Namun jika kalian dalam posisiku---yang baru saja merasakan rasanya menjadi heroine cerita romance absurd yang saking absurdnya romancenya hampir gak kerasa, tentu kenormalan tadi malah membuat kalian was was----tak terkecuali aku. Aku masih terdiam, menatap mereka lamat - lamat. Entahlah... ini akunya yang aneh apa merekanya yang lupa?? Tapi....

Sekarang Subaru-kun sudah pindah memamerkan tas barunya---yang sebenarnya gak ada bedanya sama tasnya sebelumnya kecuali jahitannya yang masih rapih dan warnanya yang luar biasa cerah. Hokuto-kun protes, soalnya tasnya Subaru-kun gak memenuhi standar sekolah. Subaru-kun gak mau kalah, bilang selama sekolah disini gak pernah tuh ditilang gara - gara make tas kesayangannya. Makoto-kun cukup diam saja, karena tasnya sendiri pun tak memenuhi aturan.

Mungkin.... memang sebaiknya seperti ini saja. Memang kemaren sepertinya hanya imajinasiku saja---

"Yo, katanya kemaren kamu jadi rebutan satu sekolah yak??"

Kali ini reflekku mengatakan untuk loncat menghindar, maka aku loncat 2 meter menjauhi sumber masalah. Sakasaki-kun tertawa senang melihat reaksiku. Langsung berbisik kembali di telingaku.

"Gimana rasanya mbak?? Direbutin cogan - cogan."

"Gak, saya gak tahu. Yang saya tahu cuma rasa ingin menampol seseorang karena berkat dia aku harus mengingat kembali hal yang sama sekali tak ingin kuingat." Balasku sengit. Tentu saja Sakasaki-kun tidak marah. Malah semakin lebar nyengirnya melihatku yang bersungut - sungut macam orang PMS.

"Halah, gak diingetin juga bakal kepikiran kan??"

"Berisik. Yang kemaren bolos gak usah komentar." Aku tak mengindahkannya, langsung ambil langkah seribu menuju mejaku. Sial, dia malah mengikuti dengan santainya. Nyengir lebar kek abis ditarik otot pipinya.

Sepertinya gara - gara makhluk sialan satu ini ku terpaksa mengingat kembali semua kejadian memalukan kemaren. Padahal tadi aku sudah bertekad melupakan. Apalagi melihat teman - temanku yang sudah bertekad kuat untuk kembali normal dan menganggap kemaren itu cuma mimpi di siang bolong. Sempurna ilusi. Pantas saja aku merasa aneh, tak satupun dari mereka yang membahas kejadian kemaren. Tapi justru manusia satu ini yang malah tidak hadir di lokasi kemaren yang mengingatkan. Entah darimana dia dapat beritanya. Kurasa aku takkan heran kalau misalnya koran lokal sampai memuat kejadian kemaren. Tapi tentu saja itu takkan terjadi.

Sakasaki-kun menarik kursi ke hadapanku. Kali ini tatapannya berubah agak serius, mungkin prihatin melihat wajah mikirku. Aku melirik sekilas ke trio sahabatku itu. Sepertinya ketiganya aware dengan pembicaraanku dan Sakasaki-kun karena terkadang mereka melirik kesini dan tampak kelewat gugup.

Sakasaki-kun mengikuti arah pandangku, dan akhirnya mendesah pendek. "Gak baik loh lari dari kenyataan."

"Maksudmu??" Tantangku. Merasa akan bisa membahas masalah kemaren dari sisi yang berbeda(meski dengan cara menyebalkan). Sakasaki-kun mengetuk mejaku, menatapku serius.

"Sudah kubilang, mereka menyukaimu."

"Itu tidak mungkin, Sakasaki-kun. Mereka semua tahu persis aku punya tunangan." Jawabku langsung. Mengingat bagaimana mereka menyambut Darling waktu dia datang berkunjung. Sakasaki-kun mengangkat alisnya. Memancingku untuk berbicara lebih lanjut.

"Well, kecuali beberapa orang---kurasa." Kataku menyerah. Teringat insiden dengan Sena-senpai dan Mao-kun beberapa bulan lalu. Oh, jangan lupakan Morisawa-senpai juga. Sakasaki-kun tersenyum tipis, mengetuk mejaku lagi.

"Kalau mereka saja sudah membuktikan, bukan berarti sisanya tidak mungkin kan??" Katanya melempar argumen. Aku meringis. Menggeleng cepat.

"Tidak, tidak mungkin. Lagipula aku kan gak secantik dan seimut perempuan pada umumnya." Balasku mencoba dari sisi baru. Menempatkan diriku untuk diperdebatkan. Sakasaki-kun langsung menjawab tak mau kalah.

"Hey, siapa bilang kita hanya bisa jatuh cinta sama perempuan yang cantik dan imut?? Terkadang kebersamaan dan kekompakan pertemanan itu lebih dari cukup untuk membuat seseorang nyaman dan jatuh cinta--dan jelas - jelas pertemanan kalian sudah lebih dari itu." Balasnya telak. Aku menatapnya kecut. Meski dia memang ada benarnya, aku tetap menggeleng.

"No, biar bagaimanapun juga itu gak mungkin terjadi dan aku takkan membiarkan itu terjadi." Seruku tegas. Sakasaki-kun menelengkan kepala santai.

"Melarang orang lain jatuh cinta itu melanggar hak seseorang loh Koneko-chan."

"Kalau kau segitu ngototnya, berarti bukan tidak mungkin kalau kau sendiri yang jatuh cinta padaku kan??" Balasku tak sengaja terselip. Sakasaki-kun agak terkejut, melebarkan matanya sesaat. Aku juga begitu menyadari kalimatku, langsung membuang wajahku. Sejenak kami terdiam.

Sakasaki-kun menghela nafas, "Itu tidak mungkin Koneko-chan."

"Kenapa tidak??" Sambarku langsung. Sudah terkadung membahas topik ini, kita selesaikan saja sampai tuntas. Sakasaki-kun nyengir, menatapku lamat - lamat.

"Karena kamu manusia paling menyebalkan yang pernah kutemui."

"Sialan--" umpatku, bersungut membuang wajah lagi. "Harusnya aku yang bilang itu tahu."

Sakasaki-kun kali ini tertawa, menepuk puncak kepalaku. Aku tahu dia hanya bercanda(bagian aku manusia paling menyebalkan). Bagaimanapun kita berdua tetap teman yang baik. Lagipula Sakasaki-kun juga gak pernah berlaku aneh - aneh padaku jadi kurasa dia memang layak dikeluarkan dari kandidat topik memalukan tadi.

Tahu - tahu bel berbunyi---yang jarang - jarangnya menyesuaikan dengan situasi. Menyudahkan diskusi ala - ala Mario Teguh kita pagi ini, Sakasaki-kun beranjak dari duduknya dan berniat kembali ke kursinya. Tapi niat baiknya---juga niatku dan seisi kelas untuk bersiap - siap menyambut homeroom pagi, salah satu teman sekelas sudah muncul di pintu.

"Katanya anak kelas 2 disuruh kumpul di aula!!" Serunya. Kami semua berhenti bergerak dan saling tatap.

"Semuanya??" Tanyaku. Dia mengangguk. Menunjuk lorong.

"Udah ditungguin Sagami-sensei sama Kunugi-sensei."

Tuhan, ada urusan apa lagi ini.

Aku menatap heran Sakasaki-kun. Yang ditatap cuma mengangkat bahu tak peduli. Sial, padahal biasanya dia yang sok paling tahu semuanya, giliran urusan beginian aja pura - pura gak tahu. Hokuto-kun menegur kami, menyuruh untuk lebih cepat siap - siapnya. Padahal dia sendiri gak yakin buat pergi. Akhirnya di tengah - tengah keraguan dan ketidakyakinan pagi ini pun kita semua pergi ke aula.

Sama dengan murid kelas 2-A, anak - anak 2-B pun juga keluar dengan wajah setengah enggan setengah heran setengah lelah. Arashi-kun yang mendapatiku keluar kelas bersamaan dengannya buru - buru ngacir dan mengaitkan lengannya dengan lenganku. Lantas dengan hebohnya dia berbisik - bisik ala - ala mau bocorin top secret.

"(Name)-chan tahu gak kenapa kita mendadak disuruh ke aula??" Tanyanya, yang menjadi pertanyaan kita semua. Aku menyeringai tanggung.

"Kamu aja tahu kalau itu mendadak, gimana caranya aku tahu coba." Balasku sama bingungnya. Menyadari pertanyaannya kurang relevan buat ditanyakan akhirnya Arashi-kun cuma nyengir pasrah.

"Loh?? Kalian belum denger gosipnya??"

Tahu - tahu sosok Ritsu-kun muncul di belakang kami. Mau gak mau aku sama Arashi-kun langsung memekik kaget. Mengabaikan kami yang masih jantungan dengan santainya Ritsu-kun malah menyelip diantara kami dan merangkul lengan kami.

"Ku denger - denger sih katanya kita mau jalan - jalan." Lanjutnya dengan santai, mejawab pertanyaannya sendiri sebelumnya. Aku sama Arashi-kun kompak ber-ooh riang. Meski begitu sekejap kemudian pertigaan muncul di kepala kami.

"Jalan - jalan?? Kemana?? Ngapain?? Gak mungkin ngasih liburan kan??" Tanyaku dengan sangsi, mengingat betapa kejamnya sekolah ini kalau soal mengacaukan liburan kita. Ritsu-kun menggeleng kelewat natural, membuatku meringis dalam hati.

"Katanya sih study tour. Cuma ke Kyoto aja kok. Trus katanya kelompoknya campur antara kelas 2-A sama 2-B." Lanjutnya lagi. Arashi-kun manggut - manggut. Aku sekali lagi ber-ooh ria.

"Kok Ritsu-chan bisa tahu??"

"Soalnya semalem main ke rumah Maa-kun trus gak sengaja nguping pembicaraannya."

Oh, ternyata.

Kompak kami bertiga langsung menoleh ke Mao-kun, yang kebetulan jalan tak jauh di belakang kami bersama Koga-kun dan Yuzuru-kun. Melihat lirikan kami sontak Mao-kun nyengir tanggung, mungkin sadar dirinya dibicarakan.

Tak terasa tahu - tahu kita sudah sampai di aula. Mungkin karena yang datang hanya anak kelas 2 jadinya aula ini terasa kelewat lega. Tapi kesan itu cuma bertahan sebentar karena seperti yang sudah diinformasikan---Sagami-sensei dan Kunugi-sensei sudah berdiri menunggu di panggung.

"Yak, bagi yang sudah sampai harap segera berbaris sesuai kelas masing - masing. Kita hanya punya waktu 30 menit untuk ini jadi jangan buang - buang waktu kalian." Perintah Sagami-sensei yang entah kenapa tidak terdengar memerintah sama sekali. Meski begitu karena tak mau ribet aku langsung menyelinap masuk ke barisan kelasku dan menunggu yang lain dengan sabar.

Beberapa saat kemudian semuanya sudah hadir--meski masih dihiasi dengan dengung kebingungan dan tidak terima. Kunugi-sensei tersenyum puas melihat kinerja(??)kami. Tanpa basi - basi langsung mengetuk mikrofon di depannya.

"Tes.... tes... satu dua tiga. Yak, apa suara saya terdengar??" Serunya. Kami semua kompak berseru.

"Haaaa'i!!!"

"Yak, seperti yang sudah diinformasikan, kalian semua murid kelas 2 segera diminta kumpul di aula pagi ini karena ada pengumuman penting buat kalian. Tentunya, tak mungkin tanpa alasan bukan??" Mungkin ini maksudnya Kunugi-sensei berniat bercanda, tapi karena kelewat garing tak ada siapapun yang merespons. Merasa malu karena jokes nya kurang lucu, Kunugi-sensei langsung menyerahkan mikorofonnya kepada Sagami-sensei yang cuma bisa sweatdrop.

"Yak, tes tes. Baik. Mungkin beberapa dari kalian sudah tahu, dua minggu lagi kita akan mengadakan study tour ke Kyoto selama 3 hari 2 malam. Acara ini di luar dari kegiatan idol course sehingga kalian tak perlu khawatir mengejar ketinggalan. Seluruh siswa kelas 2 diwajibkan ikut, dan yang tidak ikut akan dikenakan hukuman yang sudah disiapkan Kunugi-sensei. Pagi ini kalian diminta berkumpul untuk menentukan kelompok kalian. Anggota kelompok akan ditentukan sesuai undian, tak ada protes - protes. Surat edaran akan dibagikan nanti sore sebelum pulang sekolah." Umum Sagami-sensei singkat. Seruan semangat langsung terdengar begitu pengumuman selesai. Beberapa langsung heboh berharap - harap akan sekelompok dengan temannya. Beberapa lagi kalut mengecek ponselnya, mungkin dia sudah ada jadwal lainnya 2 minggu lagi. Beberapa lagi cuma adem ayem, mungkin mereka juga ikut nguping Mao-kun kayak Ritsu-kun jadi gak kaget - kaget amat. Sisanya cuma bisa terdiam mengerjapkan mata--sepertiku yang tidak menyangka akan ada acara semacam study tour di sekolah ini.

"Semoga kita sekelompok yah, Koneko-chan." Kata Sakasaki-kun yang ternyata berdiri di sampingku. Aku cuma mengangguk tak kentara.

"Aku sih berharap kebalikannya." Kataku kelewat lancar yang membuatnya tampak sakit hati.

Sementara itu.....

"Mika-chan, kau siap untuk event ini??"

Arashi-kun tersenyum. Tapi bukan senyum manis biasanya. Melainkan senyum misterius penuh rencana yang sangat jarang ia tunjukkan. Mika-chan di sebelahnya menelan ludah. Wajahnya dengan cepat memerah.

"Un..."

"Study tour yah?? Sepertinya Bocchama akan terpaksa kesepian tanpa saya selama 3 hari."

Berlawanan dengan kalimat yang harus nya diucapkannya dengan sendu itu, wajah Yuzuru-kun tampak semangat meski dibumbui sedikit rencana dan kepercayaan dirinya yang sedikit kompleks. Matanya melirikku, yang masih sibuk berdebat dengan Sakasaki-kun.

Senyum tipis terukir di wajahnya.

"Semoga aku sekelompok sama (Name)-chan semoga aku sekelompok sama (Name)-chan semoga aku sekelompok sama (Name)-chan---"

"Akehoshi, berisik." Potong Hokuto-kun kelewat dingin. Meski begitu rasa gugupnya yang kelihatan kelewat jelas lewat wajah tersipunya dan batuknya yang gak berhenti - berhenti membuat teguran itu menjadi kosong tak berarti. Subaru-kun nyengir tanggung. Makoto-kun di belakang mereka cuma bisa tersenyum maklum.

Hidaka-kun pasti juga pengen sekelompok sama (Name)-chan....

Seperti biasa, Makoto-kun kelewat mengenal kedua sahabatnya itu.

Sementara itu, Koga-kun dan Mao-kun yang berbaris paling belakang cuma bisa melipat tangan melihat kelakuan teman - temannya.

"Kau." Panggil Koga-kun. Mao-kun menoleh. "Kau sendiri gak ada rencana apa - apa buat acara ini??"

Tentu saja Koga-kun lebih dari tahu isi hati teman - temannya yang kelihatan jelas itu. Mao-kun tertawa pelan, menatapku di barisan seberang yang sekarang lagi taruhan sama Sakasaki-kun untuk menentukan apakah kita akan sekelompok atau tidak.

"Tidak." Jawab Mao-kun santai. Membuat Koga-kun sedikit menatapnya sangsi. Mao-kun menatapku lebih baik. "Setidaknya tidak untuk sekarang."

"....terserahlah." jawab Koga-kun akhirnya. Menggaruk kepalanya tak habis pikir. "Aku hanya berharap kalian tak menggangunya lebih dari yang seharusnya."

Mao-kun tertawa lagi.

"Ayo, silahkan berbaris ambil undiannyaa~~" seru Sagami-sensei. Dengan teratur kami berbaris menunggu giliran. Aku--yang tak mengetahui sedikit pun akan rencana yang teman - temanku siapkan--dengan santainya berharap semoga aku satu kelompok dengan teman - teman dekatku. Maksudku--akan lebih nyaman dan menyenangkan untuk jalan - jalan dengan mereka kan?? Tanganku merogoh kotak undian, mengeluarkan selembar kertas kecil yang terlipat.

"Silahkan orang selanjutnya~~!!"

Aku buru - buru menjauh dari barisan, menepi ke tempat yang lebih sepi. Kubuka kertas di tanganku itu. Sebuah tulisan sederhana menyambutku.

5.

Oh, aku kelompok 5.

Aku menoleh kesana kemari, berusaha mencari siapapun yang sepertinya juga sekelompok denganku. Belum sempat aku memutuskan untuk melangkah mencari yang lain, tahu - tahu saja bahuku sudah dirangkul.

"HIYAAAA!!"

"(Name)-chan kelompok 5 ya?? Aku juga~~!!" Ternyata Arashi-kun, dengan santainya menunjukkan kertas undiannya. Benar, dia sekelompok denganku. Namun entah kenapa, nada suaranya yang seolah menyembunyikan sesuatu itu membuatku agak defensif. Aku menjauhkan wajahku beberapa senti.

"Arashi-kun..."

"Hmm?? Kenapa??"

Seperti biasa, Arashi-kun tersenyum manis padaku.

"Nggak.... nggak apa - apa..."

Mungkin hanya perasaanku saja. Ya, pasti hanya perasaanku saja.

"Loh, (Name) juga kelompok 5??"

Suara yang kelewat familiar itu menyambutku. Hokuto-kun berdiri di depanku, bersama Subaru-kun di sebelahnya. Dengan wajah girang yang mati - matian berusaha ia sembunyikan, Hokuto-kun menunjukkan kertasnya.

"Ki-kita sekelompok."

Benar, angka 5 tertulis di kertasnya.

"Aku juga kelompok 5 lho~~!!" Seru Subaru-kun memamerkan kertasnya. Baru saja aku mau mengomentari sudah disambar duluan oleh Arashi-kun.

"Hey hey~ Aku juga disini loh Hokuto-chan, Subaru-chan!! Jangan (Name)-chan doang yang dianggep!!" Katanya pura - pura kesal. Tapi efeknya telak sekali, Hokuto-kun langsung memerah malu mendengar godaan Arashi-kun.

"Ma-maafkan aku, Narukami--"

"Hokke serius amat sih." Komentar Subaru-kun tumben - tumbennya kalem. Hokuto-kun tak terima dikomentarin begitu sama Subaru-kun yang semenit lalu masih merapal doa semoga-aku-sekelompok-sama-(Name)-chan, langsung menginjak kaki sahabat kesayangannya itu dengan segenap jiwa. Yang diinjak langsung meringis, auto cemberut. Memang apa salahnya??

Aku tertawa pasrah melihat keduanya ketika dua suara lainnya menyambutku.

"Loh, (Name)-dono??"

"(La-Last Name)-san?!"

Aku dan Arashi-kun sontak menoleh.

Souma-kun, berdiri dengan tenangnya sambil menyodorkan kertasnya padaku.

"Syukurlah aku sekelompok dengan (Name)-dono dan yang lain. Kurasa ini akan menyenangkan." Katanya entah kenapa terdengar lebih semangat dari biasanya. Tapi berhubung makhluk ganteng di depanku ini gak pernah macem - macem, dengan lega aku menghela nafas.

Oke, mungkin kelewat lega sampai membuat Souma-kun menaikkan alisnya heran.

Di sampingnya, Mika-chan dengan wajah paling gak percaya-nya yang dia punya, berdiri bergetar memegang kertas undiannya. Matanya bolak - balik memandangku dan kertasnya. Lalu kertasnya dan aku. Dan kembali lagi aku dan kertasnya. Begitu terus sampai akhirnya dia mencolek Souma-kun di sampingnya, menunjuk - nunjuk kertasnya dengan panik. Souma-kun menatapku dan Arashi-kun---yang sama - sama saling tatap bingung kudu ngapain. Di belakang sana tentu saja Hokuto-kun dan Subaru-kun masih berantem.

Susah payah mengeluarkan suaranya, Mika-chan berseru pelan. "Bi-bisa kau... ba-ba-bacakan isi kertas ini..??"

Makin bingung lagi Souma-kun dibuatnya. Lagi - lagi ia menoleh meminta bantuan pada kami, yang dibalas dengan tatapan 'bacakan-saja-apa-salahnya'. Karena Souma-kun anak yang baik dan bersahaja akhirnya setelah mengernyit sebentar ia bacakan juga isi kertas itu.

"Lima...??" Katanya dengan nada sama gak yakinnya. Dengan kecepatan sekilat cahaya ia melototi kembali kertasnya. Belum puas, dia langsung menghampiriku dan Arashi-kun. Gemetar menunjuk kertasnya.

"Ini bacanya 'lima' Mika-chan. Li-ma." Jawab Arashi-kun langsung tanpa basa basi. Mika-chan makin gemeteran. Menunjukkannya padaku.

"Iya, Mika-chan. Benar kok kita sekelompok..." kataku mencoba meyakinkannya. Tahu persis alasannya sepanik itu. Begitu mendengar perkataanku nafasnya seolah terhenti, memegang dadanya sebentar.

"Kamu masih disini, Mika-chan. Masih hidup kok. Nyata kok. Bukan mimpi." Tambah Arashi-kun membantu. Mika-chan malah terkesiap, lagi - lagi menatapku dan kertasnya bergantian.

Aku tersenyum maklum sebagai balasannya.

Wajah Mika-chan langsung sempurna memerah. Matanya seketika berkaca - kaca. Sebelum ia sempat ngapa - ngapain lagi buru - buru ia kabur bergabung dengan Hokuto-kun dan Subaru-kun yang sekarang sudah kemana - mana debatnya.

Kami bertiga diam sejenak, saling tatap dengan heran.

"Ta-tadi itu apa??"

"Lupakan saja, Mika-chan hanya terlalu senang."

"???"

"Oya, ini menarik sekali."

Terakhir, suara itulah yang membuat kami semua menoleh.

Yuzuru-kun berdiri sambil tersenyum percaya diri---kelewat percaya diri sebenarnya. Tangannya merentangkan kertas undiannya sendiri, yang juga tertulis angka 5 diatasnya. Tanpa sengaja tatapan kami bertemu. Senyumnya semakin lebar.

"Mohon bantuannya, (Last Name)-san."

"A-ah iya, mohon bantuannya!!" Jawabku. Baguslah Yuzuru-kun juga ikut kelompokku. Setidaknya dengan tambahan Souma-kun aku bisa membagi kepusingan mengurus sisanya. Arashi-kun yang masih merangkulku menatap tajam Yuzuru-kun, sedikit mengernyit. Yuzuru-kun yang menyadarinya, balik tersenyum(agak tidak ikhlas) kepada Arashi-kun.

"Narukami-sama, mohon bantuannya juga."

"Yaa.... aku juga." Jawab Arashi-kun singkat benar - benar tidak seperti biasanya. Tatapannya justru semakin tajam--alih - alih menyambut teman sekelasnya itu dengan heboh seperti biasanya. Aku menatap lamat - lamat wajahnya. Sepertinya memang ada yang salah, bukan hanya perasaanku saja....

"Bagi yang sudah dapat kelompok, harap berbaris sesuai dengan nomor kelompoknya!!" Seru Sagami-sensei dari atas panggung. Selagi kita semua sapa - menyapa(??) ternyata pengambilan undian sudah selesai. Dengan cepat Arashi-kun langsung menarikku. Mengabaikan Yuzuru-kun dan Souma-kun yang menatap kami bingung.

"Yuk, (Name)-chan."

"I-iya.."

Aku mengikuti langkahnya. Bahkan setelah tidak berhadapan dengan Yuzuru-kun, Arashi-kun tetap berwajah serius. Sebenarnya ada apa?? Apa jangan - jangan mereka bertengkar?? Mungkin nanti kutanyakan saja. Mengikuti kami, Yuzuru-kun dan Souma-kun pun mengikuti sambil mengobrol soal makanan. Disusul Subaru-kun dan Hokuto-kun yang udah selesai debatnya, juga Mika-chan yang masih merah ngacir mengikuti kami.

Sagami-sensei lanjut memberikan pengarahan soal acaranya nanti. Namun pikiranku sudah kemana - mana. Aku menoleh ke samping kananku. Oh, rupanya Mao-kun dan Makoto-kun sekelompok. Agak mengejutkan, ternyata Sakasaki-kun juga bersama mereka. Begitu aku menoleh ke arah sebaliknya, kudapati Adonis-kun dan Ritsu-kun sedang mengobrol entah apa. Aku nyengir melihatnya, interaksi yang jarang sekali. Lantas.... sekali lagi aku memperhatikan anggota kelompokku, berhubung aku berdiri paling belakang.

Hokuto-kun yang entah kenapa keliatan gugup sekali.

Subaru-kun yang tetap tersenyum lebar meski aku bisa melihat tangannya mengepal.

Arashi-kun yang masih dengan tatapan tajamnya.

Yuzuru-kun masih dengan senyum kelewat percaya dirinya.

Mika-chan dengan wajah merah maksimumnya.

Juga Souma-kun dengan wajah seriusnya yang seperti biasa--takzim mendengarkan Sagami-sensei.

Aku menelan ludah. Sekelebat rasa tak nyaman muncul di dalam diriku.

Meski aku beruntung bisa sekelompok dengan teman - temanku, entah kenapa ada hawa aneh yang menggantung--yang samar - samar bisa kurasakan, dan itu membuatku tidak nyaman. Teringat percakapanku dengan Sakasaki-kun sebelumnya, aku akhirnya bisa memaksa diriku untuk mengerti bahwa ini bukan hanya perasaanku saja.

Sepertinya... acara kali ini akan sedikit "melelahkan" dibanding biasanya....

~~~~~

HALOOOOO!!!!

SEMUANYAAAAAAAAAA!!!!!!

AUTHOOOOORR!!!!!

ISSS!!!!!

BAAAAACKKK!!!!!!!

YEEEEEEYYYYYYYY!!!!

🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉

....

....

...........

Yesh!!

Ini beneran kok---

Karena ada hal penting yang mau author bahas, akan ada chapter pengumuman bersamaan dengan chapter ini!! Bagi kalian, Ya!! Kalian!! Kalian yang sudah lama setia menunggu cerita ini, juga kalian yang baru saja menemukan cerita ini entah darimana---Terima kasih banyak telah membaca chapter ini~~☆☆!!!

Yosh!!

Menuju chapter selanjutnya~~☆☆



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro