Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Realized

(Name POV)

.

"Mencari teh beras merah??" Ulangku dengan nada bertanya dibumbui keheranan menanyakan makhluk apa itu beras merah. Hokuto-kun mengangguk semangat sekaligus dengan raut wajah seriusnya. Aku menelengkan kepalaku.

"Memangnya ada benda seperti itu??"

"Ada kok (Name). Kalau gak ada gak mungkin aku menyuruhmu untuk mencarinya." Jawab Hokuto-kun tak habis berpikir. Aku nyengir tak berdosa, menggaruk belakang kepalaku.

Festival sekolah yang semakin dekat memang memaksa kami semua untuk semakin semangat mempersiapkannya. Termasuk kelas kami yang diluar dugaan sangat bersemangat. Hokuto-kun selaku ketua kelas selalu memastikan setiap segmen mengerjakannya dengan baik. Saat ini pengerjaan kelas kami sudah 70% siap.

Masalahnya, Hokuto-kun ingin kelas kami menghidangkan makanan yang agak unik. Jadilah dia mencari - cari makanan yang jarang dihidangkan dalam sebuah kafe. Sebut saja pisang goreng. Jangan tanya bagaimana dia mendapatkan menu itu.

Berhubung sepertinya tim membuat menu sudah terlalu sibuk dengan permintaannya yang makin hari makin aneh, akhirnya aku yang tergabung dengan tim maid pun dipanggil olehnya.

Aku menerima permintaannya sambil tetap menatapnya bingung.

"Hokuto-kun."

"Iya??"

"Kamu punya ide dimana sebaiknya aku mencari teh itu??" Tanyaku. Gantian Hokuto-kun yang menelengkan kepalanya.

"Bagaimana aku harus tahu??" Jawabnya dengan nada polos.

Ya kalau gitu jangan minta orang lain untuk mencarikannya dong.

Ingin rasanya aku menimpuk jidat mulusnya itu. Tentu saja aku tidak melakukannya. Sebagai gantinya aku tersenyum palsu dan berseru ceria.

"Baiklah!! Akan kuusahakan untuk mencarinya~~!!"

Dan dari situlah, petualanganku dimulai.

~~~~~

Pulang sekolah aku menggaruk kepalaku sendiri di depan gerbang sekolah. Layar ponselku menyala, menampilkan hasil pencarianku atas teh beras merah di sebuah browser internet. Masalahnya, menurut ponselku ini teh itu ada di sebuah kedai kopi yang ada di Bali. Masa iya aku harus terbang ke Bali dulu demi mencari teh itu??

Baiklah, ganti pencariannya. Mungkin sebaiknya aku mencari toko di sekitar sini yang menjual bubuk teh. Iya, sebaiknya aku mencari itu saja.

Dalam hitungan detik, ribuan hasil pun segera keluar. Aku memencet beberapa artikel paling atas dan mencatat alamatnya di notes ponselku. Untunglah semuanya masih ada di perfektur ini. Meski aku tak pernah mendengar nama toko itu sih.

Selesai mencatat, aku pun memantapkan tekad untuk mencari. Bagaimanapun juga aku harus mempersiapkan diri kalau - kalau teh itu tak ada. Kemungkinannya besar loh. Bisa - bisa aku harus membuat sendiri tehnya di rumah demi kelasku.

Baiklah. Aku mengambil nafas, lantas maju selangkah.

"(Last Name)-chin??"

Astaga. Aku refleks terjungkal saking kagetnya. Untung saja si pelaku pengejutan itu sigap menarik lenganku. Sepertinya aku harus memeriksa jantungku suatu saat. Terlalu banyak kaget atas hal - hal kecil tidak baik untuk masa depanku.

"(Last Name)-chin gak apa - apa??" Tanyanya lagi. Aku menoleh. Sosok Nito-senpai yang imut menyambutku. Maksudku---sosoknya yang khawatir. Iya, yang khawatir. Bukan yang imut. Untung saja aku tidak menyuarakannya secara keras.

"Iya, aku tidak apa kok senpai. Makasih sudah menolongku." Kataku merasa aneh. Padahal kan dia juga yang mengagetkanku?? Ah sudahlah.

"Maaf ya tadi mengagetkanmu. Aku cuma ingin menyapa (Last Name)-chin. Soalnya sudah lama kita gak ngobrol." Katanya lagi sambil menyesal. Owalah. Akhirnya aku tertawa. Entah kenapa akhir - akhir ini banyak yang bilang ingin mengobrol denganku. Jangan - jangan aku pilih kasih selama ini.

"Nggak papa kok senpai. Aku juga keseringan kaget gak jelas kok. Haha~" balasku. Nito-senpai ikut tertawa, sebelum akhirnya melirik ponselku yang masih menyala.

"Heee?? (Last Name)-chin suka teh??" Tanyanya. Aku menaikkan alisku bingung. Sebelum akhirnya mengerti maksudnya dan menggeleng.

"Enggak gitu sih. Anu, ini buat kelasku. Hokuto-kun ingin aku untuk mencari teh beras merah buat kafe kelas kami nanti." Jawabku lebih jelas. Mendadak mendengar aku menyebutkan kata 'kelas' matanya langsung berninar.

"(Last Name)-chin mau nyari teh??!!"

Mendengar seruannya yang kelewat antusias mukaku makin bingung.

"Anu.... iya senpai. Buat kelasku." Jawabku ragu. Nito-senpai langsung memegang tanganku semangat.

"Kalo gitu aku ikut ya!!" Serunya. Langsung saja aku kaget.

"Eh?!! Gak perlu senpai!! Aku sendiri aja!!"

"Nggak papa~~!! Aku juga sekalian nyari sesuatu!! Aku juga mau beli barang - barang yang kubutuhkan!!" Balas Nito-senpai tak keberatan. Aku ingin membantah lagi, tapi dia keburu menarikku duluan.

"Ayo (Last Name)-chin~~!! Nanti hari makin sore loh!!"

Ini sebenarnya yang mencari teh siapa sih??

Yah, tapi tak masalah sih. Toh sepertinya Nito-senpai senang sekali bisa jalan bersamaku. Sambil mati - matian menahan rasa senangku yang meluap, aku mengikuti langkahnya yang mungil dan segera menyusulnya.

Angin sore menghembus pelan. Mengibas - ngibaskan rambut kami yang sama - sama panjang. Kami berjalan di sepanjang jalan yang anehnya sore ini tidak begitu ramai. Padahal biasanya distrik pembelanjaan ini selalu ramai setiap saat.

Kami berjalan dalam lengang, menuju toko pertama yang ada di list pencarianku. Nito-senpai juga tidak banyak bicara. Sesekali hanya menceletuk sana - sini kalau melihat sesuatu yang menarik.

Baru setengah perjalanan, tiba - tiba Nito-senpai menepuk bahuku.

Aku menoleh dari kesibukanku mengamati GPS, menatapnya menunggu.

Nito-senpai menunjuk minimarket di sebelah kami. "Ada yang harus kubeli. Bolehkah aku membelinya dulu??"

"Tentu saja senpai." Jawabku langsung. Bagaimanapun Nito-senpai sudah sukarela menemaniku, jadi kan gak sopan kalau aku keberatan kita berhenti karena dia hanya ingin membeli sesuatu.

Nito-senpai menyuruhku untuk menunggu di luar sebentar karena katanya dia tidak akan lama. Aku mengangguk, kembali membuka ponselku dan memastikan kalau kita ada di jalan yang benar.

Aku menutup ponselku, lantas memasukkannya ke tasku. Aku mengamati jalan yang ada di depanku. Orang - orang tampak berlalu lalang. Entah belanja atau hanya melihat - lihat. Daerah ini memang strategis, dekat dengan sekolah dan perkantoran. Jadi banyak orang yang sehabis sekolah atau kerja ke sini untuk belanja. Makanya tidak heran kalau bertemu teman sekolah disini.

Hmm?? Mataku menangkap blazer sekolah yang familiar. Oh, rupanya ada murid Yumenosaki juga yang sedang jalan - jalan disini. Aku mengamati gerak - geriknya. Sepertinya dia berniat mencari sesuatu, tapi tampak kebingungan. Kepalanya dia tolehkan kesana kemari. Mencari - cari entah apa. Begitu dia menoleh ke arahku, mata kita pun tanpa sengaja bertemu.

Ah.

Aku melambaikan tanganku padanya, tersenyum kecil.

"Mika-chan?? Sedang belanja juga??" Sapaku. Mika-chan yang kaget karena bertemu pandang denganku malu - malu menghampiriku yang sedang berdiri ini.

"(Last Name)-san.... sedang apa disini??" Tanyanya begitu dia sampai. Dia menoleh kesana kemari. Mungkin dia mengira aku sedang menunggu seseorang.

Aku menunjuk ke dalam minimarket, tersenyum lebar.

"Aku sedang mencari sesuatu buat kelasku. Ditemani Nito-senpai juga. Mika-chan juga sedang mencari sesuatu ya??" Tembakku. Mika-chan tidak menjawab. Dia memerhatikan wajahku setengah melamun.

Entah kenapa aku jadi tegang. Apalagi matanya kan cantik. Jadi aku mencubit pipinya pelan, menyadarkannya agar segera menghentikan lamunannya entah tentang apa.

"Ooy!! Mika-chan!! Dengar tidak??" Seruku agak dikeraskan. Mika-chan segera tersadar. Begitu sadar kenapa aku memanggilnya dan posisi tanganku, wajahnya dengan cepat memerah.

"Ah.... anu. Iya!! Aku lagi cari sesuatu!!" Jawabnya kikuk sambil menurunkan tanganku cepat. Aku tertawa melihat wajah merahnya.

"Gitu?? Kalau gitu mau bareng??"

(Mika POV)

.

"Kalau gitu mau bareng??"

Suaranya yang lembut itu masuk ke telingaku. Membuatku susah fokus untuk memproses kalimatnya barusan. Apalagi sekarang wajahnya dekat dengan wajahku. Yah, tidak dekat - dekat amat sih. Tapi, maksudku---

Aku menelan ludah gugup. Membuang muka.

"Boleh saja." Gumamku pelan. Tapi rupanya dia mendengarnya. Dengan segera seulas senyum manis terbentuk di wajah mungilnya.

"Yatta~~!! Kalau gitu kita bareng - bareng ya~~!!" Serunya girang, membuat entah kenapa wajahnya terlihat lebih cantik. Bisa kurasakan wajahku memanas.

Sejak kapan ya?? Jadi begini??

Padahal dulu - dulu aku melihatnya perasaan biasa saja. Tak kenapa - napa. Kalau berbicara juga seperlunya saja. Tapi entah kenapa akhir - akhir ini kalau ketemu dia aku jadi gugup. Fokusku jadi buyar, jantungku juga berdegup lebih keras dari biasanya.

Kenapa ya?? Hmmm....

"Lho?? Mika-chin juga disini??" Sebuah suara familiar masuk ke telingaku. Aku dan dia sama - sama menoleh. Nazuna-nii baru saja keluar dari minimarket, menatapku bingung.

Aku buru - buru melambai, tertawa garing.

"Nazuna-nii!! Kebetulan ya!!"

"Mika-chan sedang mencari sesuatu juga, dia boleh ikut ya senpai??" Pinta (Last Name)-san langsung. Dadaku bagai diremas begitu dia menyebutkannya. Nazuna-nii memperhatikanku sebentar, sebelum akhirnya kembali tersenyum normal.

"Tentu saja!! Kenapa tidak??"

Hmm?? Apa tadi cuma bayanganku aja ya??

(Last Name)-san langsung berseru senang, menyerukan soal apa gitu. Tiba - tiba saja dia sudah menarik tanganku.

"Ayo, Mika-chan!! Nito-senpai!! Kita cari tehnyaaa!!" Serunya keras. Belum sempat aku mengambil ancang - ancang, dia sudah menarikku duluan sambil berlari. Kaget aku berusaha menyamakan temponya.

"(Last Name)-san!! Pelan sedikit!!" Seruku berusaha mengimbangi suara keramaian. Sesuai dugaanku, dia sama sekali tidak mendengarkan. Entah bagaimana kabar Nazuna-nii. Pasti dia kesulitan mengejar kami. Aduh, kalau lari - lari begini bisa - bisa kami jatuh.

Tahu - tahu kami sudah tiba di ujung jalan, menuju perbatasan dengan jalan besar. Lampu menyebrang ternyata sedang merah. Kukira (Last Name)-san akan berhenti, tapi tidak.

Sebuah mobil melaju dari sebelah kiri. Orang - orang sudah berhenti. Mobil itu tetap melaju, sementara (Last Name)-san tetap berlari. Astaga, masa dia tidak sadar juga??

Di luar kesadaranku, tanganku langsung terjulur menarik lengannya, menyentaknya ke belakang dengan keras tepat saat mobil itu melintas. Tubuhnya tertarik ke belakang, terantuk dadaku agak keras. Aku langsung memeluknya panik, melihat mobil itu melintas seolah tidak terjadi apa - apa.

Nafasku sudah tersengal. Ngeri melihat apa yang baru saja terjadi. (Last Name)-san di pelukanku masih membeku. Entah terkejut karena aku menariknya atau karena dia sadar karena hampir saja ditabrak.

Lampu menyebrang berubah menjadi hijau. Orang - orang pun mulai menyebrang. Meninggalkan kami yang masih kaget. Aku gemetar melepas sebelah tanganku, mencoba menengok wajahnya.

"(La-Last Name)-san baik - baik saja??" Tanyaku gemetar. Cepat dia menoleh, agak tersentak. Jeda lima detik, dia pun mengangguk pelan.

"I-Iya... aku baik - baik saja....... Makasih..." jawabnya juga tersendat - sendat. Aku mencoba menghembuskan nafas. Ah, setidaknya kami berdua baik - baik saja.

"Ooyy!! Mika-chiin!! (Last Name)-chiiin!!" Seruan Nazuna-nii akhirnya terdengar juga. Kami berdua menoleh. Nazuna-nii yang berlari tampak menghampiri kami.

"Kalian larinya cepet banget!! Aku hampir kehilangan kalian!! Eh, kenapa kalian menempel begitu??" Tanyanya sambil menunjuk posisi kami. Menyadari aku masih memeluknya, buru - buru aku melepaskannya. (Last Name)-san tampak agak kaget, tapi dia berhasil menguasainya.

"Maaf senpaai!! Tadi aku semangat sekali, maaf ya senpai!!"

"Aaaa moou!! Lain kali jalan sajha dong!! Aku kan tidakh bisha mengikyutii!!" Teriak Nazuna-nii marah. Kata - katanya pun juga berubah ancur. (Last Name)-san meminta maaf lagi, benar - benar bersalah.

Aku berdiri di samping mereka, mengamati mereka bertengkar. Lampu menyebrang lagi - lagi berubah merah. Aku menyentuh dadaku pelan, teringat bagaimana tadi posisi kami sangat dekat. Bahkan hangatnya masih terasa. Aku menelan ludah.

Mendadak, wajahku pun kembali menghangat.

~~~~~

Tahu - tahu saja kami sudah sampai di sebuah toko.

Jalan di depan toko ini agak sepi. Beda dengan distrik lagi. Toko ini juga terkesan tua dan antik. Pencahayaannya juga agak redup. Wangi yang menyenangkan langsung tercium begitu aku masuk ke dalamnya.

Sepertinya toko ini menjual berbagai macam jenis teh karena judulnya memang begitu. (Last Name)-san langsung meluncur menuju meja konter, meninggalkanku dan Nazuna-nii yang terjebak diantara sampel - sampel teh ini.

Wajahku masih terasa hangat.

"Nee, Mika-chin??"

Panggilan Nazuna-nii itu membuatku menoleh. Nazuna-nii ternyata sudah mengamati wajahku lekat - lekat, menaikkan satu alisnya.

"Daritadi kamu diam saja. Ada apa??" Tanyanya. Aku menggeleng pelan. Berusaha tersenyum senormal mungkin.

"Ah, enggak!! Nggak papa kok!! Aku cuma kepikiran sesuatu aja!!" Jawabku setertutup mungkin. Gelagat Nazuna-nii tampak tidak percaya. Lagi - lagi dia memperhatikan wajahku.

"Wajahmu juga merah."

"HEEEH??!!" Seruku kaget. Aku meremas - remas pipiku. Benar, rasanya panas sekali. Duh, malu banget ketahuan Nazuna-nii/////💦💦💦

"Mika-chan?? Kenapa??" Tahu - tahu (Last Name)-san memanggilku. Aku menoleh kaget. Duh, aku menyesalinya!! Wajahnya tampak begitu dekat, menatapku bingung.

"Benar, wajahmu merah sekali." Katanya. Tangannya terjulur mencubit pipiku. Refleks aku memekik.

"KYAAA!! MA-MAKSUDKU, AKU BAIK - BAIK SAJA!!"

"Mananya." Bantah Nazuna-nii. (Last Name)-san juga menaikkan alisnya tanda setuju.

Aku menutup mukaku malu, berjalan sembarang arah.

"Tuh, lihat (Last Name)-san!! Tehnya wangi sekali!!" Seruku coba - coba. Kali aja (Last Name)-san langsung teralihkan fokusnya. Dia kan gampang digituin.

Benar saja, wajah (Last Name)-san langsung berubah cerah, melesat menghampiriku.

"Benar sekali!! Tehnya wangi - wangi!!" Serunya girang. Kelewat girang malah. Matanya langsung menyapu tiap papan nama sampel teh itu. Tiba - tiba seseorang memunculkan diri diantara kami. Oh, rupanya pemilik teh ini adalah seorang nenek tua. Beliau tampak rapih dan menyenangkan, tersenyum mengamati tingkah kami yang meramaikan tokonya.

"Selamat datang, yang itu teh jahe Jou-chan." Jelasnya. Mata (Last Name)-san makin berbinar. Dia menoleh kepada nenek itu antusias.

"Berarti, disini ada banyak jenis teh ya??!!" Serunya semangat. Nenek mengangguk dengan tenang.

"Iya, kalau mau silahkan lihat - lihat sampelnya, nanti saya suguhkan secangkir juga." Jawab Nenek sambil tersenyum lembut.

Mendengar kalimat itu (Last Name)-san makin semangat. Tanpa menunggu lagi, (Last Name)-san langsung menggamit lengan Nazuna-nii yang sejak tadi melamun dan membawanya mengelilingi toko.

Tinggallah aku dan si Nenek itu. Aku menghembuskan nafas yang tertahan di dadaku sejak tadi.

Ternyata dia mengambil Nazuna-nii.

"Gadis yang manis bukan??" Nenek itu membuka percakapan. Tidak selayaknya pemilik toko pada umumnya, yang biasanya akan mengikuti si calon pembeli dan menjelaskan bermacam hal, Nenek ini malah memilih untuk menemaniku yang ditinggal sendirian. Entah kenapa firasatku mengatakan beliau sengaja melakukannya.

Aku kembali teringat pertanyaannya, mengangguk kikuk.

"A-ah, iya.... dia memang cantik." Jawabku mengiyakan pendapatnya. Sebenarnya aku agak malu untuk mengatakannya, tapi kan harus bersikap sopan.

Nenek itu tersenyum misterius padaku, menatap (Last Name)-san dan Nazuna-nii yang sudah sibuk berargumen akan satu teh.

"Aku yakin banyak lelaki yang bermimpi menjadi pasangan hidupnya." Lanjut si Nenek, kali ini agak dalam. Dadaku mendadak panik. Jantungku mulai bereaksi lagi. Sambil menelan rasa pahit yang entah datang darimana, aku menggaruk belakang kepalaku.

"Yaah... begitulah. Tapi dia sudah punya seseorang." Jawabku. Mau tak mau mataku mengikuti gerakan (Last Name)-san. Tubuhnya yang tinggi, rambut hitamnya yang sebahu, gerakannya yang mengentak, juga tawanya yang begitu manis. Hatiku mencelus melihat tawanya. Menggerutu sendiri.

Kukira nenek itu akan memberondongiku dengan pertanyaan siapa si seseorang ini, tapi beliau malah mendesah kecewa.

"Sayang sekali ya." Katanya sambil tersenyum kecewa. Aku menatapnya ragu.

"Ke-kenapa sayang sekali??"

Sial, kata - kataku agak tersendat.

Nenek itu menatapku bingung, pura - pura menyikutku layaknya remaja biasanya.

"Bukankah kau menyukainya?? Sayang sekali bukan??"

Eh Astaga---

Aku langsung kikuk, tersandung tali sepatuku sendiri karena kaget. Untung saja Nenek langsung menahanku agar tidak jatuh. Aku berusaha meredam detak jatungku yang begitu keras. Melirik keduanya di ujung sana. Oh baguslah, sepertinya mereka tidak mendengarnya.

Buru - buru aku merapihkan ekspresiku, membantah sedikit keras. "Aku ti-tidak menyukainya!! Aku hanya teman sekolahnya!!"

"Ah, jangan bohong. Aku bisa melihat segalanya." Bantahnya dengan santai. Dia mencubit pipiku gemas. Tersenyum lembut. "Aku sudah hidup lama, tentu aku tahu bagaimana rupa seseorang yang sedang jatuh cinta." Katanya.

Aku?? Jatuh cinta?? Dengan (Last Name)-san??

A-ah, gak mungkin!! Aku hanya terlalu mengaguminya!! Itu saja!! Pasti si Nenek salah mengartikan. Ya, pasti.

Baru saja aku mau menjawab balik, suara (Last Name)-san sudah memotong situasi terlebih dahulu.

"Ah!! Ketemu!!"

Tangannya mengambil mangkuk sampel yang berisi bubuk berwarna merah. Dia berbalik, menghadap si Nenek dengan senang.

"Ini teh beras merah kan?? Aku ingin membeli ini!!"

Nenek itu menyudahi percakapan denganku, lantas tersenyum hangat pada (Last Name)-san.

"Tentu saja, akan saya siapkan."

~~~~~

Hari sudah senja saat kami keluar toko.

(Last Name)-san tampak senang sekali. Katanya dia tidak perlu berkeliling ke toko - toko lainnya untuk mencari teh yang diinginkannya. Selain itu begitu dia mencicipi teh beras merah itu, dia langsung menyukainya. Selain membeli untuk keperluan kelasnya, dia juga membeli sekantong kecil untuk di rumahnya.

Kami beneran dijamu oleh Nenek itu. Ternyata Nenek pandai membuat kue juga. Karena kami rupanya pelanggan terakhir di toko itu, beliau tanpa ragu menyuguhkan berbagai macam kue untuk kami. (Last Name)-san dengan senang memakan semuanya. Nazuna-nii juga memakannya dengan lahap. Sementara aku menyisip tehku pelan - pelan sambil sesekali mencomot kuenya.

Kukira Nenek akan melanjutkan percakapan tadi denganku. Tapi beliau terlihat seolah sudah lupa dan sibuk membahas baju bersama (Last Name)-san. Keduanya hanyut dalam diskusi yang panjang. Meninggalkan aku dan Nazuna-nii berdua yang sibuk dengan kue.

Setengah jam--akhirnya kami memutuskan untuk segera pulang. Lagipula aku belum mendapatkan apa yang kuinginkan. Nenek itu mengantar kami hingga depan toko. Melambai senang, tersenyum begitu (Last Name)-san bilang dia berjanji akan kembali ke tempat ini esok lusa.

"Tunggu."

Seruan Nenek yang kecil itu hanya terdengar olehku, yang berjalan paling belakang. (Last Name)-san dan Nazuna-nii tidak mendengarnya, tetap berjalan. Tapi sepertinya Nenek itu tidak berniat memanggil keduanya karena beliau langsung menatapku penuh.

"Aku punya pesan untukmu." Katanya. Aku menaikkan alis, namun tetap mengangguk sopan. Nenek tersenyum puas.

Pandangan beliau sejenak pindah ke (Last Name)-san, lantas kembali padaku.

"Tolong, jujurlah pada dirimu sendiri." Katanya lugas, penuh misteri, tidak jelas apa maksudnya, namun memberikan efek luar biasa bagiku.

Aku tertegun. Meski tidak tahu kenapa. Nenek itu tersenyum, menepuk - nepuk bahuku sambil tertawa.

"Kenalilah dirimu dengan baik, mengertilah apa maumu. Niscaya kamu tidak akan menyesalinya." Suaranya yang tua terdengar menenangkan di telingaku. Tersenyum menyemangatiku.

Sesuatu memberitahuku kalau Nenek benar. Tubuhku memberikan reaksinya. Aku setuju dengan kalimat Nenek, tapi tetap tak mengerti apa maksudnya.

"Ooyy!! Mika-chin!! Mau ditinggal??!" Seruan Nazuna-nii membuyarkan segala teoriku. Aku gelagapan berbalik.

"Tu-tunggu!! Aku akan kesana!!" Jawabku. Aku menghadap Nenek dulu, lantas membungkuk dalam - dalam.

"Terima kasih atas jamuan Anda hari ini." Kataku. Nenek itu tersenyum.

"Tak masalah. Aku senang kalian datang."

Aku bangun, lalu akhirnya menyusul keduanya. Sejenak, kudengar Nenek itu berkata,

"Semangat!!"

Kakiku sudah berlari membawa diriku pergi.

Lampu - lampu jalan sudah menyala. Ramainya malam hari mulai terlihat. Matahari sudah sepenuhnya tenggelam saat kami mulai kembali ke distrik pembelanjaan tadi. Orang - orang makin ramai berdatangan. Kami berjalan bersisian diantara lautan manusia.

"Oh iya, Mika-chan mau kemana??" Tanya (Last Name)-san. Rupanya dia masih mengingat alasanku ikut bersama mereka. Aku menggaruk tengkukku sambil tertawa malu.

"Hehe... ke toko mainan."

Aku tidak berbohong. Oshi-san meminta aku untuk membelikan boneka beruang ukuran sedang. Katanya dia ingin mencari inspirasi untuk membuat karya selanjutnya. Aku sih tidak keberatan.

(Last Name)-san mengerjapkan matanya. Kukira dia akan mengejekku atau menggodaku, tapi dia malah tersenyum lebar.

"Imut sekali!! Khasnya Mika-chan!!"

Dan seketika itu juga aku menyadarinya.

Oh... oh.

Senyum (Last Name)-san yang sekarang begitu lebar, tampak berkilau di mataku. Tatapan matanya yang tulus, nada suaranya yang memaparkan apa adanya, juga responnya yang ramah, mendadak menjadi satu dengan gambar - gambar figurnya selama ini, membentuk suatu kesimpulan di hatiku.

Jadi ini maksudnya dengan mengenali diriku sendiri.

Aku, baru saja mengetahui diriku.

Senyum lebar pun tersungging di wajahku. Rasa panas memang menjalari setiap sudut wajahku, tapi kali ini aku bisa menikmatinya.

"Terima kasih!!"

Dia tertawa begitu lebar.

Aku tidak menghabiskan waktu lama di toko mainan. Hatiku yang sedang berbunga - bunga dengan cepat memilih boneka beruang cokelat berpita merah kotak - kotak. Aku juga memilihkan satu boneka beruang lagi. Yang satu lagi berwarna putih dengan pita biru di lehernya. Dengan semangat aku membayarnya dan kembali kepada mereka.

"(Last Name)-san!!" Panggilku dengan suara paling imutku. (Last Name)-san yang sibuk dengan ponselnya menoleh dengan kaget.

Aku tersenyum, menyodorkannya boneka beruang putih itu.

"Buat (Last Name)-san!!" Seruku. Dengan gugup menantikan reaksinya. Matanya mengerjap kaget. Menolehku ragu.

"Serius ini buat aku??" Katanya pelan. Mendengar nada suaranya harapanku mulai turun. Sambil tetap mempertahankan senyumku, aku mengangguk.

"Iya!! Soalnya waktu liat bonekanya mendadak aku inget (Last Name)-san. Soalnya warna jepit rambutmu dan pita bonekanya sama." Jelasku. (Last Name)-san menatap boneka itu dengan wajah tercengang. Lantas menatapku penuh penghargaan.

"Makasih Mika-chan!! Akan kujaga baik - baik!!"

Tuhan, lengkap sudah kebahagiaanku hari ini.

Sambil tersenyum lebar (Last Name)-san memeluk boneka itu erat. Mendadak ingin rasanya aku memeluknya yang tampak imut sekali dengan mata berbinarnya. Ah, tapi kutahan dulu. Tak boleh tak boleh.

Kami pun berjalan menuju stasiun kereta. Rumahku dan Nazuna-nii jauh dari sini. Pemandangan (Last Name)-san yang tampak girang dengan boneka barunya menjadi penutup hari ini yang sempurna.

Tak perlu waktu lama bagi kami untuk tiba di stasiun kereta. Aku dan Nazuna-nii sama - sama mengambil jalur kereta yang searah. (Last Name)-san mengucapkan banyak terima kasih pada kami. Dia berjanji akan segera pulang setelah ini. Aku berjalan melewati peron stasiun dengan keceriaan luar biasa. Bahkan ketika aku sudah masuk ke gerbong, (Last Name)-san yang melambai di gerbang stasiun tadi masih terbayang - bayang di benakku.

"Aku suka bonekanya!!"

Ah, jadi gak sabar untuk bertemu dengannya lagi.

Tatapanku jauh menerawang langit malam yang bertabur bintang. Melewati jendela gerbong yang membawaku kembali ke rumah. Besok, kunikmati kehidupan sekolahku lebih baik. Aku memejamkan mataku.

Musim gugur ini.


Aku jatuh cinta.

~~~~

YAHHOOO AUTHOR BALIK EPRIBADI UWUWUWUWU

Heheh udah lama author gak nulis sesuatu yg fluff beginian, jadi author rada - rada kyun kyun excited gajelas gimanaaa gitu~ Apalagi author emang suka pantengin ship author dan waspadalah kalian karena author sudah nge ship kalian dengan tokoh enstars--///SLAP

Mika!! Kagehira Mika memasuki arena pertempuran(??)!! Di luar dugaan, cowok2 yang mengantri untuk jatuh cinta dengan (Name)-chan ternyata masih banyak!! Dunia harem pun makin harem, musim gugur pun jadi baper//apa hubungannya.

Maaf klo agak mendadak kemunculan Mikanya hehe dan semoga kalian yang suka Mika bisa menikmati cerita ini dan menantikan yang berikutnya~~☆☆

Yosshaa!! Saatnya another QnA~~☆☆

Q: Dare untuk makoto :^
Makoto sehari nggak boleh lari dari bang ijum dan harus menerima segala kasih sayang(?) bang ijum :^

A: Sebenarnya ini juga dari miraa-sama cuma ketinggalan hehe maklum author kemarin belum ngerapihin soalnya. Oke, tanpa banyak capcus langsung dimulaai~~☆☆!!

(Author POV)

.

Pagi itu, seorang Makoto Yuuki berjalan lemas menuju sekolah. Entah apa pasalnya, kemarin dia dapat tantangan dari penggemarnya, yaitu tidak boleh menghindari seorang Sena Izumi setidaknya selama sehari.

Terkejut?? Tentu. Bukannya gimana, tapi menghindari makhluk kripi berwajah tampan itu memang sudah makanan sehari - harinya Makoto. Nah, sekarang dia disuruh untuk menghadapinya. Lah?? Gimana atuh?? Tapi karena rasa sayang Makoto yang besar kepada para penggemarnya membuatnya entah bagaimana menuruti kemauan si cewek manis itu.

Cu-cuma sehari ini!! Aku pasti bisa!!

Makoto menekadkan hatinya. Mengepalkan tangan tanda dia siap.

Pagi ini Makoto akan ke sekolah dengan ojek online. Entah kenapa profil si tukang ojeknya tidak begitu jelas, sehingga membuat Makoto rada merinding. Ah, tapi kasian si Bapak kalo Makoto cancel ordernya, ntar si Bapak makan apa atuh??

TINTIIIN!!

Akhirnya, datang juga.

Makoto yang semringah langsung mengangkat wajahnya lega. Namun begitu melihat siapa si pengendara mendadak wajahnya berubah horror.

"I-Izumi-san??!!"

Si pengendara yang tak lain adalah senpainya sendiri---Sena Izumi---juga membelalakkan matanya kaget.

"LOH??!! YUU-KUN??!!"

"I-Izumi-san sejak kapan jadi supir g*jek??!!" Seru Makoto ngeri. Diantara semua pekerjaan sampingan yang bisa Izumi pilih, pria itu malah memilih jadi ojek!!

"Hmm?? Gk tahu. Habis motor nganggur di rumah. Kata emak suruh narik aja gitu deh." Jelas Izumi sambil mengelus motor hitamnya dengan sayang. Makoto makin tercengang.

"Yaudah,yuk Yuu-kun, kita ke sekolah bareng~♡." Izumi dengan penuh kasih sayang menyerahkan helm pada Makoto. Makoto menerimanya dengan sedikit takut.

"Y-yuk...."

Sambil kembali meneguhkan hatinya, Makoto pun menaiki motor itu. Begitu duduknya mantap, Izumi menarik lengannya melingkari pinggang Izumi.

"Hiik!!" Pekik Makoto refleks.

"Pegangan yang erat yha~ Aku gak mau Yuu-kun-ku jatuh dan terluka~♡." Nada suara Izumi terdengar semakin menggelikan, tapi Makoto harus tahan.

"Oke...." Makoto pun mengeratkan pegangannya.

Sedetik kemudian, motor hitam itu pun meluncur melewati jalan raya.

Selagi di jalan Makoto berpikir, akankah dia kuat menahan ketakutannya selama seharian??

Izumi tiba - tiba mencolek lengan Makoto. Makoto mendongak.

"???"

"Nanti gak usah bayar yha. Anggap aja aku lagi gak narik. Aku udah bahagia Yuu-kun mau naik motor bareng aku."

"??!!"

♡♡♡♡

Jam pelajaran berhasil Makoto lewati dengan selamat sentosa. Meski katanya dia tidak berniat menghindari, dia memang tidak bertemu Izumi sama sekali. Entah berkah atau tidak, Makoto belum tahu.

Saat ini, sudah jam makan siang. Makoto sendirian. Subaru baru aja habis berantem(??)dengan Koga, jadinya lagi disidang di ruang guru. Hokuto lagi - lagi sedang "sibuk" dengan (Name). Mao?? Pasti OSIS. Emang apa lagi??

Tapi kaki Makoto membawanya menuju kantin yang begitu ramai. Makoto membawa bakinya dengan cemas, mencari - cari bangku kosong untuk dia duduki.

"Duh.... gak ada tempat kosong nih..."

"YUU-KUN!!"

Entah kenapa kepala Makoto refleks menengok begitu suara membahana itu terdengar. Izumi melambai tinggi - tinggi dengan wajah kelewat bahagia, dengan segera dia menendang Arashi yang duduk di sebelahnya dan merentangkan tangan.

"Yuu-kun~~!! Ada tempat kosong!!"

Bagaimanapun juga, Narukami-kun yang duduk disitu!!

Hati Makoto menjerit - jerit gak karuan. Tapi tantangan adalah tantangan. Sambil tersenyum miris Makoto pun duduk di sebelah Izumi.

"Pe-permisi..."

"Sudah, sudah~~!! Gak usah formal gitu sayang~~!!"

Kenapa tiba - tiba panggilannya jadi "sayang"??!!

Makoto duduk dengan rapih. Sambil meredam gemuruh hatinya, dia meraih sumpitnya dan menangkupkan tangan.

"Itadakimasu."

"Yuu-kun."

Makoto menoleh. Dengan segera dia menyesalinya. Izumi dengan muka "kyun-kyun!!" sedang menyodorkan karage ke wajahnya.

"Ayo Yuu-kun!! Bilang 'aah~'"

TUHAAAAAN NALEJAODMCJZIC akwjaodn bxkandkansakma

Gemeteran, Makoto maju perlahan. Benar - benar membuka mulutnya, lantas dalam sekali lahap dia menyantap karage itu.

Mengunyah karage mendadak menjadi pekerjaan terberat dalam hidupnya. Susah payah gigi Makoto bekerja, sebelum akhirnya menelan karage itu dibawah tatapan Izumi yang agak meneror dalam makna lain.

"E-enak.... makasih.... I-hik!!-Izumi-san...." gumam Makoto. Izumi berseru puas, menyumpit makanan lainnya.

"Syukurlah~~!! Aku yang buat sendiri bekalnya!! Ayo lagi~~♡♡!!" Dengan semangat Izumi langsung meraup setumpuk makanan lainnya dari kotak bekalnya.

Ingin rasanya Makoto meminta maaf pada Ibu kantin karena akhirnya makanan yang dia beli sama sekali tidak termakan. Tapi demi Izumi--bukan!! Maksudnya demi penggemarnya, dia pun memakan semua yang disodorkan Izumi.

Pada akhirnya, menu set yang dia beli akhirnya dihabiskan oleh Subaru yang mendadak muncul.

♡♡♡♡

Sudah malam. Seharusnya sekarang Makoto sedang asyik main game dengan PS tercintanya, tapi lagi - lagi ada serangga pengganggu yang mendadak bertamu ke rumahnya.

"Yuu-kun!! Grafik game ini terlihat menarik sekali~~♡♡!!"

Siapa lagi kalau bukan Izumi. Kemunculannya di depan pintu rumah Makoto maghrib ini sudah tidak bisa disalahkan. Mungkin harapannya jadi ketinggian gara - gara Makoto tidak menolak segala "kemanjaan"nya hari. Jadi kalau main ke rumah pujaan hati gak masalah dong??

Mendadak juga Izumi jadi expert game. Mengomentari segala permainan yang Makoto punya. Kalau kalian gamer dan tertarik berbincang dengan Izumi, dijamin dia bakal membuat kamu merasa jadi kentang lagi. Entah apa yang dia perbuat pada otaknya itu.

Makoto sudah tidak bisa menahan kesalnya. Padahal setidaknya dia berharap bisa bermain game semaleman tanpa diganggu siapapun. Tapi demi sopan santun dia harus menutup keinginannya untuk mengusir senpainya itu dari rumahnya.

CKLEK.

Oh, rupanya Ibu Makoto. Beliau membawa dua gelas teh dan beberapa kue.

"Oh, Sena-kun suka game juga??" Tanya Ibu Makoto begitu melihat Izumi sudah serius melototin kaset - kaset gamenya Makoto. Izumi yang merasa terpanggil langsung tersenyum penuh karisma.

"Iya tante. Saya suka banget."

Boong banget. Padahal hobinya aja apaan.

Sambil menahan gerutuannya, Makoto cuek menyalakan PSnya. Ibu Makoto selesai meletakkan semua kudapan, lantas menoleh kepada Makoto.

"Nanti mau tante bawakan futon??"

"???!!!!"

Demi mendengar kata terkutuk itu, Makoto langsung mengalihkan pandangan dengan horror pada ibunya. Sebelum dia sempat mencerna apa maksudnya itu, Izumi sudah keburu jawab duluan.

"Oh, gak usah tante. Insya Allah kasurnya Yuu-kun muat kok." Jawab Izumi. Makoto makin panik. Menoleh pada Ibunya dan Izumi bergantian.

Ibu Makoto tertawa renyah, lantas mengucapkan sesuatu seperti jangan tidur terlalu malam atau apa, dan akhirnya pun menutup pintu kamar.

Makoto gemetaran lagi, memberanikan diri bertanya pada Izumi.

"I-Izumi-san mau menginap disini??"

Izumi menoleh, lantas tersenyum malu - malu.

"Iya, heheh💦💦💦 tadi udah izin sama ibumu kok, katanya boleh/////" Izumi menggaruk pipinya tak berdosa, terkekeh pelan.

LANTAS BAGAIMANA DENGAN PENDAPATKU??!!

Ingin rasanya Makoto menjedotkan kepalanya saat itu juga.

Membayangkan semalaman makhluk di depannya ini akan menempel padanya dalam jarak yang tidak diinginkan oleh lelaki manapun di dunia ini, ingin rasanya Makoto menghilang. Tapi yang terjadi maka terjadilah. Makoto tak punya kuasa apa - apa.

Makoto berjanji, besok dia akan melupakan nama Sena Izumi.

-Tamat-

YEEEEYY APA INI HAHA MENDADAK MIRIP FF SHOUNEN AI//SLAP

Ngomong - ngomong ide bang ijum jadi supir ojek onlen author dapet dari meme yang di instagram heheh. Kalian pasti lihat lah di opening animenya.

Moga suka yah~~☆☆(Awas imajinasinya dijaga uhuk//slap)

Lanjut~

Q: Buat natsume : kucing kamu boleh buat aku ? Hehe ^.^ kamu aja deh yg buat aku :v //loh?

A: Natsume disini~ Hmm?? Kucingku?? Bagaimana yaa~~?? Bukankah kamu sendiri sudah menjadi kucingku~♡

Author: KRIPI KRIPI TOLONG TREAT (NAME)-CHAN LAYAKNYA MANUSIA DASAR KAU MAKHLUK BERAMBUT TAK JELAS MAUNYA!!

Natsume: Bercanda thor!! Astaga--ini yang dinamakan fanservice ekhem, tentu saja boleh~ Maksudku, baik kucingku maupun diriku~

(Sial, gegara author menyebalkan itu line ku jadi berantakan kan!!)

Author:.........

*setelah ini gaji Natsume pun dipotong*

Q: Buat ritsu : dere kamu apa sih? Penasaran aku tuh :")

A: Dere?? Aku?? Hmmm.... aku juga penasaran. Sedikit. Mungkin. Aku tak begitu peduli sih. Aku ya... aku. Itu saja.

Yang penting kalian tetep suka kan♡

Author: ........

Kenapa mendadak cowok enstars jadi jago ngegombal---

Q: Buat author : ngefandom apa aja selain enstars? Kayak hypmic, idolish7, utaite, dsb

A: Wah ada pertanyaan lainnya buat author!! A-aku terhura--//berisik

Ekhem!! Author tentunya sama seperti kalian multifandom dong ehe tapi gak banyak - banyak amat sih. Author masuk fandomnya On Air!--game yang baru rilis tahun lalu. Gamenya bagus and I think its a worth to try. Author juga suka utaite, tapi gk semuanya sih eheh 💦💦 author suka Mafeng a.k.a. Mafumafu, Mamat a.k.a. Amatsuki, dan author juga suka(BANGET)Sutopuri alias Strawberry Prince, dan lumayan suka USSS.

Di luar itu author juga suka TWICE(Kpop)dan mungkin bisa dibilang ONCE?? Author juga suka Aikatsu Stars, Honeyworks(terutama Dolce), daaan.... begitulah//maksud.

Author coba main Idolish7 tapi gak ngerti hwhw tapi author pengen nonton animenya~~☆☆

Kalau kalian mau ngobrol soal fandom dan sebagainya, author selalu terbuka di IG author!! @tetsuya_ri

Atau kalau mau minta nomor juga boleh, tapi pastikan langsung test ya!! Biar author bisa simpen nomor kalian!!

Yosshaa!! Segitu dulu QnA kali ini~~☆☆

Terima kasih untuk miraa-sama dan raaayyiiii yang telah menyumbangkan pertanyaan!! Tenang aja, pertanyaan raaayyiiii sisanya bakal dijawab kok~~☆☆

Oh iya, ilustrasi di atas hasil karya author!! Berikut2nya author juga bakal banyak masukin ilustrasi lainnya hehe moga suka~~☆☆

Yess!! Terima kasih telah membaca sampai sini dan sampai jumpa di episode(??)berikutnyaa~~☆☆!!

.

.

.






.








.










Maaf utangku banyak :"))












Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro