Potongan Puzzle Kedua
(Name) POV
.
"Ayo... kita ukur baju hari ini!!"
Subaru-kun, Sakasaki-kun, dan Souma-kun sontak menoleh. Shota-kun(satu cowok lagi yang mendapat peran maid), sudah siap berdiri di belakangku.
Sekolah sudah selesai sejak 5 menit lalu. Kemarin saat makan siang Sagami-sensei memanggilku ke UKS. Kukira Arashi-kun sibuk heboh karena Mika-chan pingsan lagi. Gak tahunya Sagami-sensei memintaku mencarikan seragam maid buat festival sekolah. Karena tim maid(??)belum mendapat tugas apapun--jadi aku terima saja.
Aku sudah memeriksa baju - baju manggungku yang lama(beberapa bertema maid), tapi semuanya bahkan sudah kekecilan di tubuhku. Aku juga memeriksa seragam para maid di rumah, tapi tubuh mereka semua bahkan lebih kecil dariku.
Saat aku hampir putus asa--temanku kebetulan datang mengantarkan kue. Saat aku menceritakan masalahku, dia bilang akan membantuku. Katanya dia pandai mendesain baju. Jadilah aku diminta datang ke rumahnya.
Dan tugas berikutnya adalah mengajak ketiga cowok ini.
"Ugh...."
Hanya itu yang keluar dari mulut ketiganya. Aku speechless.
"Ayolah, jangan pasang wajah seperti itu!!" Seruku protes. Wajah mereka tetap merengut. Aku cemberut. Berpikir sejenak.
"Nanti kutraktir es krim!!"
Sejenak hening.
"Baiklah."
Jawab ketiganya langsung. Aku menghela nafas lega. Shota-kun mengacungkan jempol.
Setelah pamit pada Shinkai-senpai, Morisawa-senpai, serta Harukawa-kun kalau kita tidak bisa mengikuti kegiatan klub, kami segera keluar sekolah. Cuaca sore ini cerah sekali. Meski udara dingin mulai datang silih berganti.
Rumah temanku itu lumayan jauh dari sekolah.
"Kalau dulu (Name)-chan festival sekolah gimana??" Bosan karena hanya terdengar suara keramaian, Subaru-kun membuka percakapan. Aku ber-eh pelan. Menengok ke belakang.
"Yaaah mirip - mirip pada sekolah pada umumnya. Aku pernah membuat rumah hantu, jualan yakisoba, membuat studio foto, dan drama. Tapi biasanya grupku menampilkan live musik di aula sekolah. Biasanya bakal banyak pengunjung yang datang." Aku terkekeh. Teringat tahun lalu aku bahkan keserimpet di atas panggung saking semangatnya.
"Kalau kalian gimana??" Tanya Sakasaki-kun.
"Lah... memangnya kamu gak ikut??" Tanyaku heran. Sakasaki-kun menggeleng.
"Biasanya aku bolos."
"Oke."
"Tahun lalu kelasku bikin drama!!" Subaru-kun yang menjawab duluan. Dia berusaha mengingat. "Drama Timun Mas."
"Yang benar saja--"
"Habis, kata Ukki ceritanya harus yang beda. Hokke sempat kesulitan mencari ceritanya, tapi akhirnya kami berhasil mendapat cerita itu!! Ceritanya seru sekali!!" Dadaku serasa dihantam berkat kalimat itu.
Timun Mas?? Tentu saja aku tahu cerita itu. Ayah sering menceritakannya saat aku kecil. Kata ayah cerita itu dari negeri asalku. Dulu aku suka sekali bermain peran itu. Aku jadi timun mas dan ayah jadi raksasa. Sampai kamarku berantakan karena aku melempar berbagai benda sebagai pengganti perangkap untuk raksasa.
Entah kenapa, akhir - akhir ini banyak hal yang berhubungan dengan masa laluku. Sakasaki-kun dan buku tuanya, Subaru-kun dan drama Timun Masnya...
"(Last Name)-san, kamu tak apa?? Wajahmu pucat." Shota-kun tiba - tiba bersuara. Aku membalik badan. Keempat cowok itu sudah berhenti melangkah.
"Ah... enggak kok. Nggak papa..."
"Yakin?? Wajahmu seperti habis ketemu hantu." Kata Shota-kun. Aku mengambil ponselku. Benar saja. Kulitku bahkan jauh lebih pucat dibanding kulit Hokuto-kun.
"Mungkin (Name)-dono sedang kelelahan." Souma-kun menengahi. Aku tersenyum lemah. Dia balas tersenyum tipis. "Maafkan kami merepotkanmu."
"Nggak papa elah. Santai aja." Kataku sambil tertawa pahit. Aku melambaikan tangan, kembali melangkah. "Ayo cepetan. Rumah temenku masih jauh lho."
"Siap!!"
"Ngomong - ngomong..." sudah 14 meter terlewati tanpa percakapan. Kami sedang menunggu lampu merah. Shota-kun yang sepertinya bosan kembali membuka percakapan.
"(Last Name)-san bukan orang Jepang yah??"
"Heh??" Sontak aku berseru. Terlalu kaget dengan pertanyaan itu. Subaru-kun dan yang lain juga menoleh dengan wajah bingung. Mungkin maksud mereka, bisa - bisanya dia kepikiran pertanyaan seperti itu.
"Memang sih, (Last Name)-san bahasa Jepangnya lancar, kulitnya juga putih, dan berperawakan layaknya orang Jepang...." Seolah membaca pikiran kami, Shota-kun melanjutkan kalimatnya. Lampu merah sudah berganti menjadi hijau. Serempak bersama orang - orang lainnya, kami menyebrang jalan sambil terus bercakap.
"Tapi mata (Last Name)-san besar. Selain itu, tinggi (Last Name)-san jauh lebih tinggi dari kebanyakan wanita Jepang. Aku curiga, apa setidaknya (Last Name)-san blasteran atau bagaimana??" Lanjut Shota-kun. Aku terdiam. Skakmat. Shota-kun memang anak seperti itu. Dia berperawakan kecil dan imut, namun dia tak segan - segan mengatakan apa yang ada di pikirannya.
Soal perawakanku, Shota-kun tak salah. Aku memang beda dari kebanyakan temanku. Saat dulu masih menjadi idol, aku selalu mendapat fans paling banyak dan menjadi sorotan karena aku paling beda. Diantara teman - temanku pun aku selalu mudah ditemukan karena ciri khasku. Saat pertama kali masuk Yumenosaki aku sempat khawatir akan soal itu. Tapi sepertinya tak ada yang sadar hingga hari ini.
"Benar juga, (Name)-chan tingginya sama denganku yah!!" Subaru-kun menepuk jidatnya. Aku sweatdrop.
"Bisa aja dia pakai highheels." Seloroh Sakasaki-kun. Aku melotot.
"Maaf, tapi sepatuku sama dengan sepatu cewek SMA lainnya." Kataku. Sakasaki-kun mengangkat bahunya. Kali aja. Mungkin dia cemburu dengan tinggiku.
"Aku memang bukan orang Jepang asli sih. Ayahku blasteran Jepang-Inggris. Ibuku aku tidak tahu. Tapi seingatku Nenekku orang Indonesia. Ayahku yang memberitahuku. Tapi apapun itu, sekarang aku orang Jepang yang tinggal di Jepang dan berketurunan orang Jepang." Tegasku. Mereka manggut - manggut sambil ber-ooh ria. Aku kembali melangkah sambil tersenyum tak habis pikir. Baru saja aku pikir percakapan ini akan berjalan entah kemana, celetukan Subaru-kun berikutnya membuatku bungkam.
"Ehh, aku belum pernah bertemu ibunya (Name)-chan. Apa dia sangat sibuk??"
Seketika langkahku terhenti.
Ibuku??
"Benar juga. (Name)-dono sering cerita soal ayahnya. Tapi dia tidak pernah bercerita---"
"Kalian." Potong Sakasaki-kun. Ketiganya menoleh. Sakasaki-kun melirikku yang sudah pucat siap menangis.
"Setiap orang punya rahasia. Dan sepertinya tidak adil jika rahasia itu harus diketahui orang." Sakasaki-kun menoleh padaku, yang kubalas setengah redup. "Benar bukan Koneko-chan??"
Aku terdiam. Sesungguhnya aku sendiri tidak tahu akan jawaban pertanyaan itu. Pertanyaan umum, namun sulit bagiku untuk menjawab. Aku sangat tertolong oleh Sakasaki-kun yang menyadari lebih dulu ekspresi wajahku.
"(Name)-chan, kami...." Subaru-kun menggaruk tengkuknya. Aku tahu dia amat sangat penasaran. Tapi dia tahu, dia tak berhak untuk mengetahuinya.
"(Last Name)-san, maafkan kami--"
"Tidak apa." Potongku. Aku tersenyum. Kembali menunjuk ke depan.
"Hari semakin sore. Sebaiknya kita cepat - cepat." Kataku. Tanpa menunggu mereka menjawab, aku sudah lebih dulu melangkah cepat.
Aku tak mengingat lagi detailnya setelah itu. Yang kutahu persis, nafasku tersengal luar biasa.
Kenapa.... kali ini pertanyaan itu terasa begitu sesak....??
~~~~
"Irasshaimasse!!" Seruan itu langsung menyambut kami berempat begitu masuk butik.
Udara dingin AC langsung menyambut kami. Aku menghela nafas. Berusaha menghirup udara sebanyak - banyaknya. Mataku menyapu isi butik kecil ini. Meski kecil, butik ini diisi oleh banyak baju yang imut - imut. Amat serasi dengan apa yang kubutuhkan.
Sementara itu keempat cowok di belakangku memasang wajah ragu setengah aneh dan sebal. Bagaimana tidak. Seumur - umur mereka jarang sekali pergi ke butik perempuan. Apalagi kali ini merekalah yang akan memakai baju perempuan. Souma-kun menyolek(??)salah satu baju di dekatnya, sebuah baju terusan berenda. Meski dia sendiri yang memegangnya, dia sendiri yang langsung merosot begitu ingat kembali tujuannya. Subaru-kun menepuk - nepuk bahunya.
"(Name)-chan!! Akhirnya kau datang juga!!" Seruan itu membuatku menoleh. Seorang gadis keluar dari balik pintu dibalik kasir. Begitu melihat wajahnya aku langsung sumringah.
"Aori-chan!!" Seruku sambil menyambut pelukannya. Dia ikut berseru, balas memelukku hangat.
Inilah teman yang akan membantuku. Namanya Tetsuya Aori. Umurnya memang lebih muda dariku, tapi aku memintanya agar tidak memusingkan hal itu. Aori-chan pandai mendesain baju. Saat kemarin dia menawarkan bantuan, aku jadi senang karena desain - desain bajunya amat bagus. Meski aku tidak bilang sih, kalau yang akan memakainya adalah laki - laki tampan.
"Akhirnya kau datang juga!! Aku sudah karatan menunggumu sejak tadi!!" Serunya setengah bercanda. Aku ikut tertawa. Lantas dia celingak - celinguk, seperti mencari sesuatu.
"Jadi?? Mana teman - temanmu yang akan mengukur baju??" Dia menatapku heran. Selama ini dia memang mengenal Iwa-chan dan yang lain. Aku tersenyum kikuk, menunjuk cowok - cowok tadi yang sudah menatap kami penasaran.
"Kenalkan. Dari kanan ke kiri, Akehoshi Subaru-kun, Kanzaki Souma-kun, Sakasaki Natsume-kun, dan Shota-kun. Merekalah yang ikut mengukur baju hari ini." Jelasku. Berharap dia tidak mengusirku karena tak menduga kalau kaum adamlah yang akan memakai bajunya. Aori-chan menaik turunkan kacamatanya. Memindai keempat cowok di hadapannya.
"Hmmm. Begitu. Tak masalah. Aku punya kain yang banyak kok." Jawabnya tanpa terduga. Lantas dia sudah berjalan, melambaikan tangannya pada kami. "Ayo ikut aku tuan - tuan, kita mengukur di kantorku saja."
Subaru-kun mengangguk. Masih diam seribu bahasa. Souma-kun tanpa banyak cakap ikut melangkah. Shota-kun juga, sambil menyeret Sakasaki-kun yang tampak semakin keberatan.
Baru saja aku mau melangkah, Aori-chan sudah menghampiriku.
"Ada apa??" Tanyaku. Sangsi melihatnya yang senyam senyum sendiri. Aori-chan tertawa, mendekatkan mulutnya pada telingaku.
"Kenapa kau tidak memberitahuku punya kenalan cogan sebanyak ini??!! Skor (Name)-chan!!" Bisiknya dengan wajah berbinar - binar. Aku refleks menepuk dahi. Aku lupa, Aori-chan kan paling suka hal - hal berbau harem.
"Nggak, tenang aja. Hubunganku dengan mereka bukan apa - apa kok." Kilahku tegas sebelum dia sempat berpikir yang enggak - enggak. Aori-chan mau membantah, tapi aku sudah menutup mulutnya.
"Daripada kamu berpikir yang enggak - enggak, lebih baik kau segera menyusul mereka." Ketusku. Aori-chan terkekeh. Ikut melangkah di sebelahku. Aku menggeleng tak habis pikir. Baru saja mau melangkah, Aori-chan sudah menepuk bahuku lagi.
"Apa lagi??" Bisikku. Aori-chan tak memperhatikan nada sebalku, lanjut berbisik.
"Kenalkan aku dengan yang rambutnya oren itu yah??" Mintanya polos. Sontak aku tertawa. Mengangguk. Aori-chan memekik pelan. Lanjut berlari ke kantornya.
Meski disebut kantor, ruangan itu sederhana. Ada satu meja dengan laptop menyala di atasnya. Sepertinya Aori-chan habis melampirkan laporan. Di sebelahnya berserakan kertas - kertas sketsa setengah jadi. Di ruangan itu juga ada sofa--yang untungnya tak ada apapun di atasnya. Begitu aku masuk, yang lain sudah duduk manis diatasnya. Di depannya ada meja kecil yang juga bersih dan diletakkan lima cangkir teh kecil.
Tapi sayangnya, lantai ruangan itu penuh kain berserakan. Warna warni memenuhi pandangan. Aku tercengang begitu masuk. Aori-chan terkekeh tak berdosa. Santai melangkahi kain - kain itu.
"Maaf ya kantorku berantakan. Lagi banyak pesanan." Katanya. Tak membuatku memakluminya. Dia mencari meteran di lacinya. Lantas kembali dengan buku tulis kecil.
"(Name)-chan tak pernah bilang kalau dia punya banyak teman lelaki." Katanya. Entah kenapa mengangkat topik itu. Aku melotot. Tapi Aori-chan tak peduli. Menatap antusias cowok - cowok di hadapannya.
"Memang sih. Kita baru berteman dengan (Name)-dono saat kelas 2 SMA. Ngomong - ngomong kami semua temen sekelasnya." Jawab Souma-kun. Aku mengutuknya. Tidak bisakah dia tidak menanggapinya.
"Benarkah??!!" Seru Aori-chan kaget. Maksudku--benar - benar kaget. Dia menoleh padaku, meminta penjelasan. Aku mengangkat bahu.
"Karena beberapa hal (Last Name)-san dipindahkan ke sekolah kami." Jawab Shota-kun, jelas - jelas sama sepertiku. Tak tertarik membahas soal itu bersama Aori-chan. Aori-chan mengangguk - angguk, meski masih kaget. Lantas mengambil kertas - kertas sketsa di mejanya.
"Sejak kemarin sore (Name)-chan menceritakan masalahnya, aku sudah mencoba beberapa desain. Tapi aku tak mengira kalau kalian cowok, jadi yaah.... kalian bisa lihat - lihat dulu." Katanya. Entah kenapa nada suaranya memelan di akhir kalimat. Kami semua melihat gambar di atas kertas itu. Segera paham kenapa dia ragu seperti itu.
Dari kelima desain setengah jadi, lima - limanya terlalu imut. Maksudku--terlalu imut buat seorang lelaki. Yang lain sok serius memelototi kertas - kertas itu. Padahal aku yakin dalam hati mereka SAMA SEKALI tidak ingin memakai satupun dari kelima desain tersebut. Aku ikut memperhatikan desain - desain itu. Berusaha mencari yang pas untuk kita.
Dilihat bagaimanapun juga, semua desain ini gak bakal cocok di badan mereka semua. Aku mengambil salah satu desain yang mencuri perhatianku. Desainnya klasik. Tapi masih imut karena dipenuhi renda - renda. Bandonya juga gak dipenuhi hiasan yang bikin mata sakit. Di bagian belakangnya ada pita besar yang menambah kesan imut baju itu.
"Aori-chan, bolehkah aku meminta modifikasi??" Tanyaku. Sontak membuat keempat cowok itu kaget. Berebut mereka melihat desain yang ada di tanganku.
"(Name)-dono, pilihanmu bagus sih. Tapi... apa gak terlalu imut??" Protes Souma-kun. Agak hati - hati menempatkan kata - katanya.
"Koneko-chan, roknya terlalu pendek." Tambah Sakasaki-kun, jelas - jelas gak menempatkan kata - katanya.
"Pitanya..... besar sekali." Komentar Subaru-kun. Entah protes atau bukan.
"Sepertinya cocok kalau pakai stoking putih dan sepatu hitam." Saran Shota-kun. Tiga yang lain langsung menatap bengis Shota-kun. Shota-kun tak peduli, menatap datar mereka.
"Tentu saja boleh (Name)-chan. Kau sudah menentukan pilihan??" Jawab Aori-chan. Dia ikut melihat desain yang kupegang. "Seleramu memang bagus (Name)-chan." Pujinya.
"(Name)-chaan!! Aku gak mau yang ituuu!!" Rengek Subaru-kun langsung. Aku memutar bola mataku.
"Sampai Yumenosaki berumur seabad pun kamu gak akan pernah menentukan pilihan. Percayalah, baju ini akan cocok di badan kalian." Semburku, sekaligus membujuk mereka. Subaru-kun masih berkaca - kaca, menatapku memohon. Tapi keputusanku sudah bulat. Lagipula aku sudah memilihkan yang paling polos buat mereka.
Akhirnya setengah jam ke depan aku dan Aori-chan sibuk memodifikasi desainnya. Aku meminta agar roknya di panjangkan, setidaknya dibawah lutut. Aori-chan mengangguk. Gak masalah. Aku juga meminta agar hiasannya tidak terlalu ramai. Aori-chan mengangguk lagi. Menambahkan catatan itu di desainnya.
Sementara itu selagi kami berdiskusi, keempat cowok lainnya bergantian diukur. Sebenarnya gak sulit melakukan itu. Untungnya mereka sudah tidak banyak protes lagi. Aori-chan sendiri juga yang mengukur Subaru-kun. Sambil tertawa mengomentari wajah cemberutnya. Subaru-kun tetap cemberut. Nggak peduli Aori-chan menggodanya.
Akhirnya selesai juga agenda kami. Aori-chan mengantar kami ke depan butik. Sempat sayup - sayup kudengar Aori-chan meminta nomornya Subaru-kun. Sepertinya modusnya berhasil. Aku tersenyum geli. Aori-chan melambai tinggi - tinggi. Berjanji bajunya akan selesai seminggu lagi.
Sesuai janjiku, aku mentraktir mereka semua es krim. Meski hanya es krim batangan di mini market yang kami lewati. Tapi setelah serentetan kejadian singkat tapi melelahkan tadi, mereka semua menikmatinya dengan khidmat.
Aku menikmati es krimku dalam diam. Merogoh saku rokku. Mencari ponselku.
Biasanya saat festival sekolah Darling selalu datang ke sekolahku. Menurut jadwal yang kutahu, jadwal festival sekolah kami berbeda. Pastilah Darling bisa datang. Sekalian saja aku mengundang teman - teman yang lain. Aku mencari kontak Darling. Bersiap meneleponnya. Tapi ekor mataku sudah menangkap sesuatu.
Are?? Iwa-chan??
Tak salah lagi, itu memang Iwa-chan. Sosoknya yang mungil terlihat sedang berjalan. Eh?? Dia tidak sendiri. Ada seseorang di sebelahnya. Lebih tepatnya seorang lelaki. Aku tak banyak pikir. Berniat memanggilnya.
"IWA---"
"(Name)-chan pulang yuk. Sudah sore." Sakasaki-kun sudah menarik lenganku. Membuatku batal memanggil.
"Tunggu!! Aku ingin menyapa temanku---"
"Ayo!! Aku tak sabar ingin makan malam!!" Sambar Subaru-kun. Sepertinya dia sengaja menghalangi pandanganku. Aku menatap Subaru-kun kesal. Berniat menyingkirkan sosoknya. Tapi Souma-kun juga ikut melangkah, menarik lenganku satu lagi dengan cepat.
Entah kenapa rasanya mereka seperti menghalangiku untuk melihat Iwa-chan.
Sekali lagi aku paksakan diri menengok ke belakang, tapi sosok Iwa-chan dan lelaki itu sudah menghilang di tengah kerumunan. Aku mendesah sedih. Tak sempat bertemu sahabatku itu. Sementara itu, Subaru-kun dan Sakasaki-kun sudah asyik bertengkar mengenai game favorit mereka.
Yah, tak apa mungkin. Meski aku tak berhasil menyapanya, toh dia akan kuundang ke festival sekolah. Sama saja. Aku akan menelponnya malam ini.
Tapi aku penasaran. Iwa-chan selama ini tidak pernah dekat dengan lelaki manapun. Yang ada justru dia menjaga jarak dari anak laki - laki. Tapi tadi dia tampak dekat dengan laki - laki tersebut. Terlebih lagi, sosok orang itu tampak familiar bagiku.
Jadi siapa??
~~~~~
YAHHHOOOOOO AUTHOR IS HERE EPRIBADIII~~☆☆☆
.......
......
Eh...?? Gak ada?? :"D
Bagaimana kabar kalian setelah prank kemaren fufu~~??
AAHAHAAHAHA AUTHOR SENENG BANGET BACA REAKSI KALIAN YANG BERAGAM RAGAM GAK PAPA PERBEDAAN YANG BERAGAM ITU CIRI KHAS INDONESIA//APA HUBUNGANNYA//ya tapi di atas itu semua author seneng banget hwhwhw💖💖💖
Author merasa kalian mencintai karya ini :"D jadi author terharu sangad sekaligus ingin ketawa//SLAP
Jangan benci author yha :"D author masih cinta kalian soalnya :"D bertepuk sebelah tangan itu sakit soalnya//yha
Enough bout yesterday's prank. Lets get into the point.
Kilas balik masa lalu keduaaa!!! Saat teori - teori mulai dibangun lantas rubuh(??)lagi gara - gara banyak potongan lain yang berdatangan(????). Meski sejujurnya author gak pandai membuat teka - teki dalam cerita makanya gampang ketahuan hwhwhw
LALU ADA AUTHOR DI CERITA INI YEEEEEEE
Tenang author gak bakal ganggu kebahagiaan kalian. Author numpang lewat beberapa chapter aja kok 😂😂😂
Karena author kangen ngebuat cowok enstars nge bucin jadi mungkin chapter selanjutnya bakal penuh bucin(??).
YEEEESSSS THATS ALL FOR TODAAY~~☆☆
Ngomong - ngomong author lupa tapi tolong baca cerita temen author yaaa sia-ra dan babygils_~~~☆☆☆ Dua duanya author di wattpad dan sedang berjuang menulis cerita!! Support them okay~~??
YOSSHAAA!!! Thanks for Reading and see you next chapteerr!!!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro