Nyusahin Aja!!
(Name POV)
.
"Haahh... haaahhh..."
Nafasku luar biasa tersengal. Kepalaku menoleh kesana kemari dengan panik. Tidak terpikirkan olehku untuk sekedar berhenti agar paru - paruku yang mulai menyerah bisa istirahat sejenak. Tidak. Tidak akan. Aku harus menemukannya. Kalau tidak... kalau tidak...
"ADUH!!" Seruku refleks. Jidatku terantuk punggung seseorang. Aku mundur sedikit. Rupanya seorang lelaki paruh baya yang sedang berjalan bersama anaknya. Dia tampak mengaduh sedikit, meski menatapku banyak bingungnya.
"Mbak gak papa??" Tanyanya. Mungkin raut wajahku yang habis berlari tampak minta dikasihani atau bagaimana.
Aku mengangguk dengan cepat. Namun sedetik kemudian langsung menggeleng.
"Tidak tidak, anu, maaf. Tapi apakah bapak melihat laki - laki dengan rambut kuning yang sedang jalan - jalan sendirian??" Tanyaku langsung. Dahi bapak itu seketika mengernyit mendengar pertanyaanku.
"Anak laki - laki....??"
"Bukan. Anak SMA. Kira - kira tingginya segini." Kataku sambil memperagakan. Bapak itu tampak berpikir sejenak. Kemudian dia menggeleng sambil tersenyum sedih.
"Maaf mbak, saya gak lihat." Jawab bapak itu. Aku mengangguk tak masalah.
"Tidak apa. Makasih ya Pak. Sama, saya minta maaf telah menabrak bapak." Aku membungkuk sedikit. Bapak itu melambaikan tangan sambil bilang tak usah mempermasalahkan itu. Setelah berbicara beberapa patah kata, akhirnya aku pun kembali berkelana.
Kembali ke beberapa menit sebelumnya.
"HARUKAWA-KUN GAK ADA??!! GIMANA INI??!!" Teriakku langsung begitu menyadari bocah satu itu sudah tak terlihat di pandanganku. Yang lain sontak saling pandang khawatir. Beberapa orang di sekitar kita langsung menoleh ingin tahu mendengar teriakanku.
"Senpai, senpai tenang dulu..." Midori-kun memegang lenganku berusaha menenangkan. Aku menepisnya pelan, memijat dahiku sambil berpikir cepat.
"Ck... kemana sih dia pergi..."
"Mungkin Sora-kun terpisah saat mengantri tadi. Tidak bisa disalahkan. Tubuhnya memang kecil." Sahut Yuuta-kun. Mendengarnya aku makin meringis. Kembali memaksa otakku untuk berpikir.
"Atau kita coba ke kantornya saja?? Membuat pengumuman??" Usul Hajime-chan.
"Itu mustahil. Jalan kesana saja makin ramai. Yang ada kita makin kepisah satu sama lain." Tolak Hinata-kun langsung. Hajime-chan langsung berseru kecewa.
"Kalau gitu kita cari saja sendiri - sendiri." Usulku langsung. Seketika mata kita semua melebar.
"Mustahil!!"
"Nanti susah ketemunya lagi!!"
"Senpai, jangan paksakan diri. Harukawa-kun pasti mencari kita juga."
"Jangan cari gara - gara senpai!!"
"Ayolah!! Ini usul yang memungkinkan!!" Seruku. "Harukawa-kun takkan mendengarkan pengumuman di tempat seramai ini!! Bisa jadi dia sudah asyik mengamati akuarium di dalam. Lagipula kita bisa berpencar dalam grup. Pastikan ponsel kita menyala semua agar bisa saling komunikasi. Kita bisa mencari sampai jam 1 siang, lalu bertemu di kafeteria untuk melaporkan hasil pencarian masing - masing. Jika sampai saat itu Harukawa-kun belum ketemu juga, kita baru akan menuju kantor. Bagaimana??" Strategiku langsung. Yang lain masih saling tatap sangsi.
"Bisa sih..... lumayan masuk akal..." gumam Hajime-chan.
"Lagipula kata senpai akuarium ini tak begitu luas." Kata Hinata-kun. Midori-kun mengangguk.
"Baiklah, tak ada salahnya mencoba." Angguk Yuuta-kun. Aku menghela nafas lega.
"Baiklah. Kita pisah jadi tiga tim. Hinata dan Yuuta-kun berdua. Midori-kun dan Hajime-chan. Lalu aku. Kita akan mencari sampai jam 1, ketemu di kafeteria. Paham??" Titahku. Keempatnya pun serempak mengangguk.
Tanpa menunggu apapun lagi, serempak kami langsung berpencar menuju tiga arah yang berbeda. Dengan keramaian seperti ini kecepatan lariku memang berkurang jauh. Tapi ada untungnya dengan begini. Aku bisa bebas memilih bertanya kepada siapapun apakah mereka melihat Harukawa-kun atau tidak.
Tapi sejauh ini belum ada satupun orang yang melihatnya. Aku sampai ragu apakah aku memang benar mengajak Harukawa-kun atau tidak tadi. Untungnya pesan Yuuta-kun mengatakan kalau Harukawa-kun memang benar ikut dengan kami. Aku jadi lega. Kan gak lucu kalau aku sampai membuat cerita horror disini.
Ah tapi, gak lega juga sih. Dia belum ketemu juga. Padahal aku sudah berkeliling lumayan jauh. Tentu kemungkinan menemukannya memang kecil. Tapi apakah setidak mungkin itu menemukan dia??
Aku mendesah lagi. Berpikir cepat sedang berada dimana Harukawa-kun sekarang. Masalahnya aku tidak begitu mengenalnya. Kalau saja aku mengerti jalan pikirnya, pasti takkan sesulit ini untuk menemukannya....
"Koneko-chan??"
Sontak aku mendongak tak percaya mendengar seruan itu. Sakasaki-kun berdiri di depanku dengan tampak bingung. Ia tampak kasual dengan kaus putih dan kardigan hitam panjangnya.
"Apa yang kau lakukan disini?? Dan kenapa wajahmu keringetan parah gitu?? Kamu habis lari - lari?? Sendirian pula?? Emangnya kamu jones??"
"Kamu yang jones kali." Sindirku langsung sambil mencubit lengannya. Sakasaki-kun sontak mengaduh sambil mundur sedikit.
"Itu tidak menjawab pertanyaanku Koneko-chan." Protesnya.
"Memang. Aku kesini jalan - jalan dengan beberapa adik kelas kita. Ya, wajahku yang keringetan memang karena aku habis lari - lari. Dan aku lari - lari bukan karena aku jones. Melainkan karena aku sedang mencari Harukawa-kun." Jelasku panjang lebar sekaligus menjawab seluruh pertanyaannya. Meski Sakasaki-kun mengangguk puas, dahinya mau tak mau mengerut.
"Sora?? Kenapa kau mencarinya??" Tanyanya dengan polos.
"Kenapa?? Karena dia datang kesini denganku lalu dia tercecer dari rombongan dan sekarang aku tak bisa menemukannya!!" Seruku putus asa sambil mencengkram kerah kausnya. Sakasaki-kun menaikkan alisnya, mendorong bahuku pelan.
"Kau tak perlu mencarinya Koneko-chan." Katanya.
"Kenapa?? Kan dia menghilang!!" Seruku tak habis pikir.
Sakasaki-kun menggeleng. Dia menunjuk tepat ke belakangku.
"Sora ada disana. Dia sedang berjalan menuju tempat atraksi lumba - lumba."
Kepalaku langsung memutar bahkan sebelum kalimat itu selesai. Benar saja. Harukawa-kun tampak berjalan membelakangi tak jauh dari kami. Meski jarak kami hanya terpisah 5 meter, karena ramainya orang - orang dia tidak menyadari kami berdua.
Bukan aku namanya kalau langsung menyerah.
"HARUKAWA-KUN!!" Teriakku sambil berlari menuju ke arahnya. Sakasaki-kun yang tak menduga aku akan mengejar Harukawa-kun dengan kikuk langsung menyusulku.
"HARUKAWA-KUN!!" Seruku sekali lagi. Jarak kami tinggal 2 meter. Tidak mungkin dia tidak mendengar teriakanku. Buktinya saja orang di sebelahnya menoleh protes kepadaku.
Harukawa-kun menoleh ke belakang. Rupanya dia mendengar teriakanku. Tapi bukannya mendekatiku dengan raut bersalah layaknya yang biasa dia lakukan, dia malah terkejut luar biasa dan berlari menjauhiku.
"Tunggu!! Harukawa-kun!!" Seruku sekali lagi sambil meningkatkan kecepatan lariku. Sialnya, larinya Harukawa-kun lebih cepat lagi. Tanpa sekalipun menoleh ke belakang, dia tetap lurus berlari ke tempat atraksi lumba - lumba.
Belum sempat aku mendekatinya, tiba - tiba seseorang lewat di depanku tanpa permisi. Aku berseru panik, tak kuasa menahan diri untuk tidak menabraknya. Orang itu terjungkal bersamaku. Berseru sama kagetnya. Sakasaki-kun di belakangku langsung menghampiriku. Mengabaikan pengunjung lain yang menatapku penasaran.
Orang itu langsung bangun, mengomeliku habis - habisan. Aku tidak begitu mendengarkan. Sakasaki-kun yang meminta maaf berkali - kali dengan kikuk. Beberapa pengunjung malah dengan tidak sopannya mengambil foto kami. Namun aku juga tidak memperhatikan. Fokusku sudah menguap.
Begitu melihat lagi - lagi Harukawa-kun hilang dari pandanganku.
~~~~
"Setidaknya senpai sudah berusaha." Hibur Hinata-kun sambil menyodorkan segelas teh hangat padaku. Aku mendengus kesal. Meski tanganku tetap bergerak mengambil gelas itu. Aku menenggaknya dengan ganas. Tak peduli uapnya masih mengepul mengerikan.
Sekarang aku sudah duduk rapih di kafeteria dengan tampang kusut lelah secara mental. Bagaimana tidak. Orang yang kutabrak tadi ribetnya minta ampun. Setelah puas mengomeliku selama setengah jam lebih, malah minta ganti rugi lagi. Kurang ajar. Dia yang badannya kekar kayak atlet petinju pasti tidak dapat baret sekecil apapun. Justru aku yang kehilangan banyak. Sudah kakiku tambah sakit, aku kehilangan Harukawa-kun lagi. Kalau saja Sakasaki-kun tidak segera menarik tanganku, mungkin aku sudah digelandang ke kantor polisi gara - gara mengajak ribut pengunjung lain.
"Senpai pasti juga lapar. Makan dulu." Kata Hajime-chan sambil menyodorkan onigiri. Aku malas - malas menyambarnya, menggigitnya lagi - lagi dengan ganas.
"Berarti sekarang kita tahu Harukawa-kun dimana kan??" Sambar Midori-kun sambil mengungkit lagi topik utama kita hari ini.
Hajime-chan sontak menyikut Midori-kun tak percaya. Maksudnya--aku masih kesal luar biasa dengan kejadian tadi. Malah dibahas. Yuuta-kun dan Hinata-kun juga menatap Midori buas. Hanya Sakasaki-kun yang santai menyesap minumannya.
Aku menghela nafas. Mengingat lagi kejadian mengenaskan tadi.
"Meski aku melihat sendiri Harukawa-kun masuk ke tempat atraksi lumba - lumba, bukan berarti dia akan disana terus." Sangkalku. Ini menyebalkan. Kenapa sesulit ini mencari apa maunya Harukawa-kun??
Sekelebat bayangan Harukawa-kun yang kabur begitu melihatku tadi kembali memenuhi kepalaku. Aku menelungkupkan wajahku.
"Kenapa sih, dia kabur....."
"Sora pasti bermaksud baik." Sahut Sakasaki-kun dengan santai. Dia menepuk - nepuk punggungku. Tersenyum menguatkan.
"Sora anak yang baik. Tidak mungkin dia kabur dengan alasan yang tidak baik."
"Tapi jelas - jelas dia kabur saat melihatku!!" Seruku putus asa sambil mencondongkan kepalaku. Sakasaki-kun terperanjat. Aku tak peduli, kembali meneruskan kata - kataku.
"Kalau dia kenapa - napa gimana??!! Memangnya aku kenapa??!! Apa aku telah melakukan kesalahan padanya tanpa kusadari??!!" Jeritku tak terkendali. Melihat pengunjung lain mulai memperhatikan meja kami lagi, Sakasaki-kun buru - buru menenangkanku lagi.
"Tenanglah. Dia baik - baik saja. Dia sudah SMA."
"Tapi dia terlihat seolah akan kecebur ke akuarium!!" Seruku kalut. Sakasaki-kun menepuk dahinya.
"Setuju sih." Sambar Midori-kun. Hinata-kun menyikutnya.
Sambil menghela nafas ikutan lelah, Sakasaki-kun merogoh kantong bajunya.
"Baiklah. Biar kubuktikan padamu mari kita menelponnya." Katanya sambil memencet - mencet ponselnya. Melihat aksinya mendadak aku membeku.
"Ponsel..."
"Hmm??"
Aku menepuk dahiku tak percaya.
"Ponsel!! Benar juga!! Kenapa dari tadi aku tak menghubunginya??!!" Seruku tak percaya. Kalau tahu begini kan aku tak perlu lari - lari kesana kemari menghabiskan tenagaku dengan percuma. Mana gagal lagi. Aku jadi merasa bersalah kepada siapapun yang menciptakan ponsel.
Sakasaki-kun mengangkat bahunya tak mau tahu. "Lagipula, kau lihat sendiri kan tadi dia kabur. Kalau kau menghubunginya pasti tidak akan dia angkat." Sambarnya langsung tanpa merasa bersalah. Dia meletakkan ponselnya di telinganya.
"Benar juga ya..." gumamku kecewa. Nada dering mulai terdengar. Rupanya Sakasaki-kun memasang mode speaker. Mendadak kami semua tegang. Menunggu apa yang akan Harukawa-kun katakan dari seberang sana.
Lima nada dering. Belum diangkat. Tak heran.
Sepuluh nada dering, belum diangkat. Masih bisa diterima.
Lima belas nada dering, belum diangkat. Aku curiga jangan - jangan ponselnya sudah dia lempar ke suatu tempat.
Dua puluh nada dering, belum diangkat juga. Kalau begini sudah pasti takkan diangkat.
Sakasaki-kun dengan kesal mematikan ponselnya. Lantas menghidupkannya lagi dengan dramatis.
"Awas aja kalau dia tidak menjawab, akan kutendang dia dari unitku." Gerutu Sakasaki-kun secara refleks. Mungkin dia tadi bermaksud mengatakannya untuk dirinya sendiri. Hinata-kun yang mendengarnya segera menangkupkan tangannya. Yuuta-kun juga, ikut berdoa untuk keselamatan nasibnya Harukawa-kun. Aku menyeringai. Namun seringaian itu seketika terputus begitu mendengar suara selanjutnya.
"Shi-Shisou??"
Aku sampai terjungkal dari kursi saking terkejutnya. Untung saja Midori-kun segera menahan lenganku agar aku tidak sepenuhnya jatuh. Yang lain terkesiap. Meski sedetik kemudian menyesalinya karena pasti Harukawa-kun bisa mendengar suara mereka.
"Sora?? Kau ada dimana?? Aku mencarimu dari tadi." Tanpa basa - basi Sakasaki-kun langsung menyampaikan tujuannya. Bisa kurasakan dia pun juga takut Harukawa-kun akan kabur lagi.
Tidak terdengar jawaban apa pun. Pasti dia ragu untuk menjawab atau menutupnya karena dia tahu kami ada disini bersama Sakasaki-kun.
Terdengar suara gumaman. "Di-di Akuarium Shisou. Sora lagi jalan - jalan."
"Kalau itu aku juga tahu Sora. Aku melihatmu tadi. Masalahnya aku tidak tahu persis dimana kamu berada sekarang. Seseorang berada disini bersamaku, dan dia seolah siap mencekikku kalau dia tahu aku tak bisa menemukanmu." Lanjut Sakasaki-kun sambil melirikku. Aku mendengus tertahan. Meski selanjutnya langsung disambung dengan nafas tertahan yang cemas. Hajime-chan mengelus punggungku. Mungkin bermaksud menenangkan.
"......"
Tidak terdengar jawaban apapun. Pasti Harukawa-kun sudah tahu siapa yang dimaksud.
Selanjutnya terdengar helaan nafas. Dan terjadilah hal yang memang seharusnya terjadi.
"Maafkan Sora telah mengecewakanmu Shisou. Sora harap Sora masih bisa berada di Switch."
Tuut..... tuuut...... tuuut.....
Dan panggilan pun terputus.
Sakasaki-kun meletakkan ponselnya ke meja dengan raut wajah berpikir penuh. Aku tercengang. Meski aku sudah bisa menduga itu akan terjadi, tapi aku tak menyangka dia benar - benar akan melakukannya. Yuuta-kun dan Hinata-kun saling pandang tak mengerti. Hajime-chan dan Midori-kun sontak cemberut bersamaan.
"Sekarang..... bagaimana...??"
Tadi itu, kalimatku. Suaraku. Yang gemetaran. Mendengar suaraku yang tak seperti biasanya, bahkan Sakasaki-kun pun memberikan tatapan khawatir padaku.
"Setidaknya kita tahu dia baik - baik saja." Kata Yuuta-kun dengan nada lurus. Memaparkan apa adanya.
"Kita juga sudah bisa menebak dia dimana. Tadi dia bilang dia di akuarium. Dengan begitu kita tahu dia takkan keluar begitu saja." Hinata-kun menambahkan. Aku masih terdiam.
"Pasti Harukawa-kun kembali. Pasti." Hajime-chan berkata membesarkan. Menepuk - nepuk punggung tanganku sambil tersenyum manis.
Aku tidak bisa balas tersenyum padanya. Aku malah menggigit bibir, menahan air mataku yang entah kenapa minta untuk dijatuhkan.
"Kalau dia kenapa - napa gimana...."
"Tidak ada lagi yang bisa kita lakukan senpai." Midori-kun berkata dengan tegas. Beda dengan yang lain, justru dia menatapku lebih tajam dari biasanya.
"Aku tahu senpai mengkhawatirkan Harukawa-kun, tapi kita tahu kalau dia baik - baik saja. Dia juga tidak minta dicari. Itu berarti dia sedang menikmati waktunya sendiri. Begitu juga dengan senpai. Kita kesini dalam rangka jalan - jalan menggantikan kencan senpai yang batal. Senpai harus menikmatinya. Karena memang itu hak senpai. Jadi berhentilah menangis seolah Harukawa-kun akan dimakan harimau." Sentak Midori-kun terlalu lancar. Hingga entah bagaimana sedikit mengguncang hatiku karena dia biasanya bersikap baik atau setidaknya bodo amat padaku.
Tapi dia benar. Harukawa-kun baik - baik saja. Dia menikmati waktunya sendiri.
Dan sebaiknya aku juga menikmati waktuku disini.
Aku menghapus air mataku yang tanpa kusadari ternyata sudah membasahi pipiku. Aku menarik nafas, menatap Midori-kun greget.
"Kita ada di akuarium, mana mungkin ada harimau..." desahku. Midori-kun yang menangkap maksudku terkekeh pelan.
"Itu hanya pengandaian senpai, habisnya senpai tampak khawatir sekali."
"Sekarang sebaiknya kita keliling saja." Usul Hajime-chan sambil memegang lenganku. "Lima menit lagi pertunjukkan singa laut akan dimulai. Sebaiknya kita tonton saja!!"
"Iya juga!! Katanya tempat pertunjukkannya lebih besar daripada tempat lain!!" Seru Hinata-kun semangat sambil membolak - balik brosur di tangannya.
"Tidakkan hal lainnya lebih menarik untuk diperhatikan dibanding tempatnya??" Protes Yuuta-kun. Hinata-kun tertawa tanpa dosa.
"Yasudah kalau gitu, toh makan siang kita sudah habis. Aku boleh ikut kan??" Sahut Sakasaki-kun sambil menyesap tetes terakhir minumannya.
Aku tersenyum tipis. Midori-kun menepuk bahuku, tersenyum sama tipisnya.
"Setidaknya ayo berkeliling sampai Harukawa-kun memutuskan untuk kembali." Katanya. Aku terdiam sebentar. Sebelum akhirnya mengangguk.
"Iya!!"
~~~~
Waktu sudah menunjukkan pukul 18.00 sore.
Akuarium sudah tutup. Karena ini kota kecil, jam operasional akuarium ini memang lebih cepat dari tempat - tempat lain. Tapi kami masih dipersilahkan untuk menunggu di dalam. Terlebih setelah mendapat izin dari manajer akuarium.
Tentunya setelah sebuah pesan dari Harukawa-kun.
"Senpai." Panggil Yuuta-kun. Aku menoleh. Yuuta-kun menunjukkan ponselnya, menyerahkannya padaku.
"Pesan dari Sora-kun."
"Oh." Sahutku. Aku mengambil ponselnya, lantas membaca pesannya.
Datanglah ke tempat atraksi lumba - lumba. Ada pertunjukkan khusus untuk kalian semua!!
Pesan yang ceria. Entah kenapa membuatku merasa dilema. Aku menyerahkan kembali ponsel itu. Yuuta-kun menerimanya dalam diam, lantas dia menatapku ragu.
"Kita akan kesana??"
Aku tidak menjawab. Bukannya aku enggan atau belum terpikirkan, melainkan aku memang tidak ingin menjawab. Aku mendongak, menatap langit - langit gedung ini ragu.
Apakah aku akan datang??
Sejujurnya setelah insiden tadi siang bisa dibilang aku memang berhasil menikmati waktuku sendiri. Awalnya aku masih kepikiran ketika menonton pertunjukkan singa laut. Tapi lambat laun keceriaan di sekitarku pun membawaku untuk bisa menikmatinya juga.
Kami sudah mengelilingi tiap sudut akuarium ini. Kami menonton jam memberi makan hiu, memasuki lorong akuarium yang panjang, melihat ubur - ubur yang bercahaya di tempat gelap, menonton tingkah laku pinguin yang konyol dan minta disoraki, juga termenung di depan akuarium yang diisi ikan - ikan tropis yang warna - warni.
Bahkan kami juga menonton pertunjukkan lumba - lumba. Kami ke gift shop----belanja suvenir yang banyak, sampai akhirnya tiba - tiba Harukawa-kun menghubungi Yuuta-kun dan meminta kami semua datang.
Sejujurnya?? Aku tak tahu harus berkata apa.
Rasa cemasku sudah hampir hilang sepenuhnya. Kali ini digantikan amarah. Dan menurutku itu wajar - wajar saja. Mana mungkin aku tidak marah setelah diperlakukan seperti ini. Aku bahkan berpikir apa sebaiknya aku meninggalkan Harukawa-kun disini sendirian.
Tapi entah bagaimana aku tak kuasa mengatakannya pada yang lain. Aku tak kuasa untuk menyuarakan isi hatiku meski ingin.
Kenapa??
"Bagaimana?? Sora-kun sudah menunggu." Hinata-kun kali ini yang bersuara. Memecahkan lamunanku yang semakin ruwet. Lagi - lagi aku tidak menjawab.
Sakasaki-kun yang biasa merecokiku sepanjang waktu kali ini tidak ikut bersuara. Mungkin dia paham rumitnya perasaanku sekarang.
Tuhan, aku tak tahu harus melakukan apa sekarang.
Hajime-chan maju, memegang tanganku lagi. Sedari tadi siang dialah satu - satunya yang selalu menempel di sampingku. Kalau dia tidak memegang tanganku, pasti dia memegang bahuku atau setidaknya ujung bajuku. Dia selalu memastikan aku ada di sampingnya, tidak pergi kemana - mana.
Hajime-chan tersenyum, mengeratkan pegangannya.
"Ayo kita kesana."
Refleks aku ingin membantah. Namun lagi - lagi tak bisa keluar. Hajime-chan tersenyum lebih lebar. Sinar matahari sore menimpa wajah cantiknya.
"Harukawa-kun sudah menunggu senpai. Ayo kita kesana." Katanya dengan yakin. Memberikan suntikan pada semangatku yang sudah hilang. Aku gemetaran, menggeleng pelan.
"Tidak...."
Hanya erangan itu yang bisa kukeluarkan. Aku refleks terisak, menahan mati - matian kecamuk amarahku yang selalu siap keluar, tapi entah bagaimana tak pernah bisa keluar. Isakanku makin kencang, padahal seharusnya aku tak begini.
"Tidak.... hiks.... Ha-Harukawa-kun sudah meninggalkan kita...."
"Harukawa-kun tidak meninggalkan kita. Dia sedang menyiapkan sesuatu untuk (Last Name)-senpai, dan dia tidak ingin senpai tahu." Bantah Hajime-chan langsung. Aku cepat - cepat menggeleng. Meski sedetik kemudian malah menangis.
"Aku gak mau!! Harukawa-kun sudah meninggalkanku!!"
"Tidak. Dia tidak meninggalkan senpai."
"Iya!! Dia meninggalkanku!!"
Aku berseru kalut, bahkan terkesan sedikit membentak. Hajime-chan tidak merespons. Aku semakin terisak, mengusap air mataku perlahan.
"Aku tak mau ketemu dengannya..... dia jahat....." suaraku hilang di ujung kalimat. Aku ragu dengan kata - kataku barusan. Tapi aku sudah tidak tahan. Kembali mengeluarkan semua uneg - unegku.
"Dia jahat!! Sudah baik - baik diajak jalan malah menghilang. Saat kukira dia menghilang karena tak sengaja ternyata dia malah sengaja hilang!! Padahal aku sudah capek - capek khawatir!! Padahal aku sudah menunggu saat - saat ini!! Dia malah bikin khawatir!! Maunya apa sih??!!" Aku berseru sesukaku. Toh tak ada yang akan mendengar juga selain mereka. Lagi - lagi tidak ada yang merespon. Aku menunduk, terbatuk sedikit.
"Padahal aku sudah senang sekali kalian mau ikut....."
Tak ada yang bersuara setelah desahanku. Aku menangkupkan wajahku sambil menangis. Berpikir kenapa pula aku menangis sekarang. Padahal bukankah masalahnya sederhana. Aku cukup pergi kalau aku tak mau dan aku cukup tinggal kalau aku masih ingin bertemu Harukawa-kun.
Masalahnya aku tak bisa. Itu dia.
Aku senang sekali saat Midori-kun dan Hajime-chan tanpa sengaja ke rumahku pagi ini. Aku senang sekali saat mereka pun setuju untuk menemaniku jalan - jalan hari ini. Aku juga senang sekali saat si kembar dan Harukawa-kun setuju untuk ikut bersama kita. Aku kira mereka juga senang jalan bersamaku. Aku kira mereka juga menikmati hari ini.
Tapi saat Harukawa-kun kabur tadi, aku jadi ragu. Apakah mereka datang kesini karena terpaksa?? Apakah mereka tak suka?? Apakah mereka datang kesini semata - mata karena aku yang meminta?? Bukan karena mereka ingin??
Bagaimana kalau benar begitu??
Makanya aku jadi marah ketika Harukawa-kun justru meminta kami menemui dia. Bukankah dia yang membuat masalah ini?? Kenapa kita harus repot - repot memenuhi permintaannya. Apasih maunya. Bikin pusing saja. Kalau tak suka ya tak usah begini. Bingungin tahu.
Aku masih terisak. Langit di luar sana mulai gelap. Lampu - lampu mulai dinyalakan. Meski begitu, lorong ini masih terasa redup. Dan kita belum mengambil keputusan apapun.
Akhirnya Midori-kun yang maju, memegang bahuku.
"(Last Name)-senpai..."
Aku tidak menjawab. Tetap menunduk.
"(Last Name)-senpai."
Suaranya semakin tegas. Tapi aku enggan menjawab. Aku menggeleng pelan. Tanda kalau aku tak siap dengan apapun yang akan dia katakan.
"(Last Name)-senpai!!" Sentaknya. Dengan sekali gerakan cepat dia mengangkat daguku menghadap kepadanya.
Aku terkejut. Kukira Midori-kun akan menatapku tajam lagi. Tapi yang kutemukan malah dia tersenyum miris padaku.
"Senpai, aku senang sekali hari ini." Katanya. Nada suaranya seketika melunak.
Aku terdiam. Tak tahu harus menjawab apa.
Hatiku terkejut.
"Aku memang bukan tipe yang senang jalan - jalan dengan teman - temanku. Aku lebih memilih istirahat di rumah saat akhir pekan tiba. Sejujurnya aku agak kesal saat senpai mengajakku tadi pagi. Tapi hari ini menyenangkan sekali. Bersama senpai dan yang lain, akhir pekanku kali ini terasa beda. Dan lebih menyenangkan. Aku jadi bersyukur aku mengiyakan ajakan senpai." Lanjutnya. Aku terkesima. Masih bingung harus menjawab apa.
"A-aku juga, senang sekali senpai!!" Hajime-chan berseru, maju mendekatiku.
"Sudah lama sekali aku ingin jalan - jalan bersama senpai. Tapi susah sekali mencari waktunya. Makanya hari ini saat senpai mengajakku sejujurnya aku senang sekali!! Aku, aku menikmati setiap detiknya!! Apalagi saat mengobrol dengan senpai!!" Serunya kikuk, agak keceplosan di akhir kalimatnya. Melihat kami yang menatapnya bertanya - tanya, Hajime-chan mendadak merah wajahnya.
"Aku juga senang kok." Sambung Hinata-kun, sambil mengenakan headsetnya yang tak tersambung kemanapun. "Aku sudah lama ingin mengobrol dengan senpai di luar soal pekerjaan. Makanya aku kaget saat diajak juga hari ini."
"Aku juga, sudah lama ingin berbincang dengan senpai." Sahut Yuuta-kun. Dia tersenyum padaku. "Terima kasih telah mengajak kami hari ini, senpai."
"Aku meski tak diajak juga senang kok." Kata Sakasaki-kun sambil mengangkat bahunya. Aku menoleh padanya.
"Kau benar, aku memang jones. Hari ini aku jalan - jalan sendiri ke akuarium karena tak ada teman yang mau menemani. Tapi untunglah aku bertemu dengan kalian, jadinya akhir pekanku tidak begitu menyedihkan. Dan yah, hari ini menyenangkan." Sakasaki-kun maju, menepuk - nepuk kepalaku seolah aku kucing. Aku masih termenung, bingung kenapa mereka menjawab suara isi hatiku tanpa aku beritahu.
"Dan kami yakin Harukawa-kun juga begitu." Midori-kun kembali bersuara. Kami semua menoleh padanya, menunggu apa yang akan ia katakan selanjutnya.
"Aku yakin dia juga senang sekali diajak senpai hari ini. Meski dia tidak menghabiskan waktu bersama senpai, tapi dia menikmatinya. Dia menyiapkan sesuatu buat senpai, dan jika senpai melihatnya, bagi dia itu sudah menggenapkan kesenangannya hari ini." Lanjutnya sambil tersenyum menghangatkan. Sejujurnya daritadi aku bertanya - tanya apa maksud dari yang dipersiapkan Harukawa-kun untukku. Aku curiga mereka menyembunyikan sesuatu. Eh, sepertinya memang begitu.
Tapi, aku senang sekali.
Mendengar mereka berkata kalau mereka senang diajak olehku, membuat dadaku lega seketika. Akhirnya aku tak perlu merasa khawatir. Dengan begini, hari ini memang akan menjadi hari yang menyenangkan.
Baiklah, tak ada salahnya mencoba. Mencoba untuk percaya. Semoga, Harukawa-kun memang benar menginjakkan kakinya di tempat ini karena keinginannya sendiri.
"Jadi, kita kesana??" Midori-kun menjulurkan tangannya padaku. Kali ini, tanpa berpikir aku pun langsung menyambutnya.
"Iya, ayo kita kesana." Jawabku. Lalu tersenyum.
Tempat atraksi lumba - lumba tidak jauh dari tempat menunggu kami. Kurang lebih 2 menit kami berjalan(diantar salah satu petugasnya), kami pun sampai di tempat itu. Melewati lorong - lorong akuarium yang terasa lengang karena tak ada orang dan musiknya dimatikan.
Tempat itu luas. Terlalu luas. Seperti yang Hinata-kun bilang sebelumnya, tempat pertunjukkan di akuarium ini memang sangat besar. Makanya aku bingung kenapa gedung akuariumnya lebih kecil. Tapi tak masalah. Mungkin memang strong point mereka disitu.
Malam sudah tiba tanpa permisi. Menggantikan sinar matahari sore yang biasanya. Lampu - lampu sorot dinyalakan. Kami tidak diantar ke tempat duduk, melainkan kami diantar ke pinggir kolam dan disuruh mengintip tepinya.
Kolam itu lengang. Hampir tak ada percikannya.
Aku jongkok di pinggirnya dan mengintip ke dalamnya.
"Kolamnya dalam sekali...."
"Iya dalam ya." Sahut Yuuta-kun. Sesaat aku merasakan mereka mendekat. Begitu aku berbalik, Yuuta-kun dan Hinata-kun langsung mendorongku jatuh ke kolam.
BRRRLLF??!!!
Astaga, aku langsung menggapai - gapai berusaha muncul ke permukaan. Aku memang atletis tapi tak pernah bisa pandai berenang. Kemarin saja waktu kecebur di pantai aku merasa aku hampir mati. Untung segera diselamatkan. Panik aku berusaha mendayung kakiku. Tapi dasar kolam yang tidak tersentuh kakiku membuatku makin panik.
Sialan!! Apa yang sebenarnya mereka rencanakan sih??!!
Seolah memang bagian dari rencana, tak ada satupun dari mereka yang bergerak(meski ingin). Mereka hanya menatapku sambil berdiri. Mana tadi aku didorongnya agak jauh lagi. Aaah!! Aku tak mau mati disiniii!! Kalau aku masih hidup setelah dikeluarkan dari kolam ini akan kubalaskan dendam---
Ng??
Sesuatu menyundul punggungku dari belakang. Aku panik berusaha berbalik. Sesuatu itu membantuku, menyundulku lebih baik. Aku berpegangan padanya karena sepertinya dia bisa berenang dan berniat membantuku. Eh tunggu, jangan - jangan....
"WAAAAH!!"
Sesuatu itu mengeluarkan suaranya. Aku berseru kagum sekali lagi.
Benar!! Itu seekor lumba - lumba!! Yang dewasa!! Yang tadi siang kulihat dia lompat - lompat selama pertunjukkan!! Sekarang dia ada di hadapanku, dan aku memegangnya!! Astaga, jikalau hidupku sedang tidak terancam sekarang aku ingin sekali memeluknya dan mengelus - elusnya. Ini terlalu hebat!! Hebat!!
Lumba - lumba itu pun tanpa diminta langsung berenang bersamaku yang memegangnya sejak tadi. Aku tidak perlu begitu bersusah payah mengayuh karena dia sepertinya kuat membawaku sendirian. Aku tertawa - tawa girang. Ini hebat sekali. Aku tak pernah menyangka dalam hidupku akan sedekat ini dengan seekor lumba - lumba. Aku jadi batal dendam dengan si kembar.
Aku dibawa - bawa berenang olehnya di kolam yang luas ini. Aku memeluknya dengan girang meski agak takut(kolam ini tetap dalam oke). Mereka yang berdiri di tepi kolam berseru - seru padaku. Kalau kutilik wajah mereka sih, sepertinya mereka ingin sekali ikut nyebur ke kolam.
"Senpaaaai!!"
Suara yang kutunggu - tunggu seharian ini akhirnya muncul juga. Aku menoleh - noleh mencari sumber suara itu. Jawabannya, adalah sebuah percikan air yang begitu keras.
"Senpai!! Gimana idenya Sora??"
"Harukawa-kun??!!"
Harukawa-kun tertawa tanpa dosa. Dia yang baru saja menceburkan diri ke kolam langsung berenang mendekatiku. Lumba - lumba itu pun melepaskan dirinya. Aku langsung panik lagi. Untung saja Harukawa-kun langsung sigap memegangku.
"Gimana gimana?? Senpai suka gak??" Serunya lagi dengan lucu. Meski begitu, tanganku refleks terangkat dan menimpuknya.
"Suka ndasmu!!"
"Senpai??!!"
Harukawa-kun berseru tak terima. Aku melotot kesal.
"Enak aja!! Udah bikin khawatir kamu tuh ya!! Baka!! Baka!! Baka!! Udah menghilang tanpa izin, malah kabur saat ketemu, mana ditelepon gak jawab lagi!! Udah begitu sekarang membahayakan nyawaku dan kamu bilang aku bakal suka??!!" Seruku habis - habisan. Harukawa-kun langsung speechless. Wajar aja, dia tak pernah kumarahi. Aku mendengus kesal. Mengacak - acak rambutnya.
"Tapi makasih hadiahnya. Aku suka. Lain kali rencanakan yang nggak bikin orang khawatir ya." Lanjutku lagi. Harukawa-kun masih speechless. Mungkin dia masih terkejut atas marahku tadi. Aku melambaikan tanganku di depannya.
"Oy!!"
"I-iya senpai??!!" Serunya kikuk.
Aku tertawa melihat wajahnya. Mengelus kepalanya gemas seperti biasanya.
"Aku suka hadiahnya. Makasih." Kataku sekali lagi. Harukawa-kun memproses kata - kataku. Sebelum akhirnya tersenyum lega.
"Cerah...."
"Hmm??"
Harukawa-kun menunjukku.
"Warna suaranya senpai.... cerah." Katanya. Aku menelengkan kepalaku.
"Eh??"
"Tadi pagi, saat bertemu warna suara senpai masih gelap. Ungu - ungu hitam gitu." Jelasnya dengan murung. Namun sekejap dia tersenyum lebar. "Tapi sekarang warna suara senpai cerah!! Cerah banget!! Sora suka ngeliatnya!!" Serunya jujur. Gantian aku yang tertegun.
Oh jadi begitu....
Iya, begitu.
Harukawa-kun memang anak yang polos. Terlalu baik. Tak seharusnya aku menilainya seperti tadi. Pasti karena dia bisa melihat suasana hatiku yang suram itu, dia segera merencanakan sesuatu agar aku bisa kembali ceria. Harukawa-kun memang anak yang baik.
Aku tertawa lega. Tapi tawa itu segera putus oleh ceburan berikutnya.
"AWAAAAS!!"
BYUR!!
Aku berseru panik, refleks memeluk Harukawa-kun. Yuuta-kun dan Hinata-kun yang ikut nyebur segera memunculkan kepala mereka di dekat kami. Tertawa puas melihat wajah piasku.
"Haha!! Senpai takut sekali!!"
"Wajahnya pucat banget!!"
Aku menggeram marah, menyiprat mereka dengan air. Mereka mengaduh, balik menyipratkan air.
"Hayo coba kejar aku senpai!! Senpai gak bisa berenang kan~~??" Ledek Hinata-kun, lantas menghilangkan diri ke dalam air. Wajahku memanas karena malu, langsung berseru membantah.
"Aku bisa berenang!!"
"Buktinya sekarang cuma bisa meluk Sora!!" Hinata-kun memunculkan diri 3 meter dari kami. Meleletkan lidahnya padaku. Aku menggembungkan pipi kesal, berniat menyusulnya.
"Awas kamu yha!!"
"(Last Name)-senpai!!" Seru Hajime-chan. Rupanya dia dan Midori-kun ikut nyebur. Keduanya juga sudah muncul di dekatku, menyipratkan air dengan santainya.
Aku menatap mereka lempeng. Hajime-chan tertawa.
"Kata staffnya kami boleh ikut nyebur. Jadi kurasa seru juga." Jawab Hajime-chan yang membuatku batal marah. Aku terkekeh, meski agak kedinginan karena udara malam mulai berhembus.
Aku balas mencipratkan air dengan ganas. Hajime-chan berseru protes. Aku meleletkan lidahku, langsung berpegangan pada lumba - lumba yang kebetulan lewat di sampingku.
"Ayo kejar aku!!" Seruku menantang. Seketika semuanya langsung protes.
"Senpai curang!! Make alat bantu!!"
"Licik!! Cara licik!!"
"Memangnya senpai kira aku tak bisa??!!"
"Puka puka~"
"Tunggu, itu kan ikonnya Kanata-senpai---"
Aku sudah tertawa, melaju meninggalkan mereka bersama lumba - lumba tadi. Semuanya pun langsung menyelam dan berenang mengejarku.
Hari sudah malam. Entah apa kabar Ayah di rumah. Pasti dia tidak menyangka aku sedang berenang disini. Entah juga apa kabar Darling hari ini. Mungkin dia sedang beristirahat di kamarnya setelah melakukan urusannya hari ini.
Entah apa kabar mereka.
Yang pasti, hari ini menyenangkan sekali.
~~~~~
HEYOOOOO!! AUTHOR BALIK TEPAT WAKTU YEEEEY~~☆☆!!!
Ending macam ini, masa heroinenya diceburin. Yaudahlah ya, toh emang gak ada scene romance disini---//slap
Saatnya QnA lagi~~☆☆☆
Q: Dare buat mao isara:
Cobalah ntuk mencium (name)///plakk
(Cium pipi atau dahi aja :3)
A: Yosshaa!! Tau aja kalo author gak kuat nulis begituan, yuk Mao, (Name)-chan!! Kita mulaaai~~☆☆!!!
Mao: Cho-Chotto Author!! A-AKU BELUM SIAP---
(Name): MEMANGNYA KEBERADAAN MAEDA DISINI TUH APA---
Author: Sudah sudah banyak omong kalian, yossha~~
(Mao POV)
.
"Haaah...." desahku. Sambil melirik mejaku yang sayangnya kelewat mulus. Yang lain entah sedang ada dimana. Pasti sedang mencari (Name)-chan.
Jadi, kami baru saja main TOD. Maksudku, aku dan Trickstar. Ini idenya Subaru tentu saja. Aku sebenarnya tidak keberatan bermain itu. Aku suka permainannya. Tapi andai saja kalau Makoto sedang normal pasti tidak akan seperti ini.
Ya, ini semua salahnya. Dia yang memintaku untuk mencium (Name)-chan. Tentu saja Subaru dan Hokuto langsung mengeluarkan aura tak mengenakkan. Tapi entah kenapa, mereka semua sekarang dengan semangat mencari (Name)-chan. Benar - benar tak di percaya.
Aku mengambil tasku yang tergantung di kursi dan melangkah keluar kelas. Sebaiknya aku pulang saja. Tak mungkin aku melakukan dare itu. Itu tidak sopan. Seingin apapun aku untuk melakukannya, tak mungkin aku bisa melakukannya tanpa tulangku patah--
Eh tunggu. Aku seharusnya tidak menginginkannya.
Haah.. melelahkan. Lebih baik aku pulang saja---
"Mao-kun??" Suara itu lebih dulu menyapaku.
Aku sontak berhenti. Menoleh ke sebelah kananku. Panjang umur, dia sedang berdiri di sebelahku. Tak ada tanda - tanda kehadiran Hokuto, Subaru, ataupun Makoto. Pasti mereka belum bertemu.
"Mau pulang?? Bukannya kita mau latihan??" Tanyanya lagi sambil menelengkan kepala. Aku mengumpat dalam hati. Iya juga ya, kita kan main TOD soalnya mau nunggu (Name)-chan yang belum datang - datang. Sekarang gimana dong??
Baru saja aku mau mengarang sebuah alasan yang kira - kira cukup masuk akal untuk membuatku bisa pulang, mataku tiba - tiba tertumbuk pada plester di lututnya.
"Kakimu... kenapa??" Tanyaku di luar kesadaran. Wajahnya memerah dengan cepat, dia pelan menjawab.
"Tadi siang.... jatuh. Keliatan jelas ya??" Bisiknya malu. Aku mengangguk gamang. Kenapa pula (Name)-chan harus malu hanya karena jatuh segores gitu doang. Bukannya dia sudah jago parkour sana - sini??
Wajahnya semakin merah. Dia memintaku untuk mendekat. Aku menurut, meski entah kenapa dadaku makin berdebar.
Malu - malu, (Name)-chan berbisik padaku.
"Tadi aku dicium."
Haa??
Aku langsung melebarkan mata kaget. (Name)-chan buru - buru meralat.
"Di jidat. Di jidat diciumnya."
"Sama siapa??"
Bukannya aku tidak sadar nada suaraku tiba - tiba berubah kelam. Tapi sepertinya justru (Name)-chan yang tidak menyadarinya.
"Sama..... Sena-senpai. Tadi dia juga yang mengobati lukaku." Hati - hati dia menyebutkan nama itu. Seketika hatiku bagai diremas.
"Aku kaget sih..... makanya aku agak lama. Maaf ya Mao-kun. Dah oh iya, jangan kasih tahu siapa - siapa ya." Pintanya dengan amat sangat. Tapi fokusku sudah buyar. Aku justru memikirkan hal lain.
Sena-senpai. Lagi - lagi orang itu. Sudah merecoki Makoto, sekarang pada (Name)-chan. Seingatku, dia juga sering melakukan sesuatu pada (Name)-chan.
Menyebalkan. Sepertinya dia benar - benar serius.
"Mao-kun mau pulang?? Kenapa?? Oh iya, dimana yang lain??"
"(Name)-chan." Potongku. Wajahnya berubah kaget. Menatapku heran.
"Kenapa??"
Aku maju selangkah. Mengabaikan wajah bingungnya.
"Maafkan aku."
"Eh??"
Aku memegang belakang kepalanya, lantas dengan cepat mendaratkan sebuah kecupan di jidatnya.
Wajahnya yang tadinya sudah mereda mendadak merah lagi. Aku tersenyum sambil tertawa pelan.
"Aku tidak akan kalah dari rivalku."
"???!!!?!?!?"
Tentu saja pasti dia akan segera menimpukku. Karena itu dengan cepat aku melambai padanya dan segera lari menuju lobi sekolah.
Hey, pasti kalian tak mau pulang dengan kaki patah bukan??
Omake:
"(Name)-chan~~!! Sini, ikut kita, Sari nungguin!!"
"Tapi tadi Mao-kun udah pulang."
"Eh---"
-Tamat-
Yeeey~~☆☆ cerita macam apa ini biarin lah apes sekali (Name)-chan dicium dua cowok dalam beberapa jam. Yang penting ikemen ya gak//gk gitu woy.
Mumpung, author udah lama gak masukin beginian haha oke lanjut~~☆☆
Q: Dare buat: izumi
Bang ijum nggak boleh mendekati (name) selama sehari :)
A: Hoho~ such a tall order honey~
Izumi: WOY AUTHOR INI GAK ADIL GAK BOLEH SAYA GAK TERIMA---
Author: Yuk kita mulai~ fufu~
Izumi: WOY THOR---
(Author POV)
.
Karena author jahat, kita mulai aja yak. Biarin aja si ijum ngamuk - ngamuk. Toh dia gak ada pilihan kan hehehe~~☆☆
Pukul 07.00
.
Terlihat seorang Sena Izumi yang sedang berjalan dengan lemasnya. Malam ini, dia baru saja bermimpi didatangi oleh seseorang bejubah hitam. Orang itu memerintahnya untuk menjauhi perempuan yang dia cintai untuk sehari. Entah kenapa, hati nuraninya menuruti.
Dan disinilah dia sekarang, berjalan sambil menyesali keputusan hati nuraninya.
Nggak ketemu (Name) selama sehari, berat juga....
Batinnya dramatis. Tenang aja jum, masih ada sekian belas jam lagi sebelum hari ini berakhir.
Pukul 10.00
Pelajaran olahraga dimulai. Sena Izumi dalam keadaan tidak bagus.
Bagaimana tidak?? Dia diperintah untuk tidak menemui kamu. Tapi dia berada di lapangan sekolah yang merupakan tempat wajar untuk saling berpapasan. Izumi sudah meminta obat peluntur ke Sagami-sensei agar warna rambutnya berubah. Tapi sayangnya gak diizinin.
Izumi menggiring bola basket di tangannya dengan gesit, bersiap melemparkannya ke dalam ring.
"Oh!! (Name)-chan!!"
Refleks bola basket itu mendarat ke atas kepala Keito.
Hati Izumi langsung luluh lantak gak karuan. Ingin rasanya dia cepat berlari menghampirimu, tapi sebuah lengan buru - buru menahannya.
"Gak boleh. Hari ini belum berakhir."
"INI SIAPA ASTAGA---"
"Aku malaikat yang ditugaskan untuk menjaga hawa nafsumu."
"??!!!"
Pukul 19.00
Percayalah, chapter ini sudah 5000an kata dan hape author udah slow respond hiksu. Jadi kita lompat aja.
Sena Izumi baru saja selesai mandi di rumahnya. Mengeringkan rambut sambil menghela nafas berat.
Dikit lagi memang tengah malam. Tak heran kerinduannya sudah tidak bisa terbendung. Izumi segera berjanji, besok begitu dia melihatmu dia akan langsung memelukmu erat - erat.
Jadi, dia pun memutuskan untuk tidur lebih cepat. Siapa tahu pagi juga datang lebih cepat ya gak??
Pukul 23.57
Tidak bisa. Tidak bisa lagi.
Izumi terbangun dari tidurnya sekitar 2 setengah jam yang lalu. Dia tidak bisa menahan kerinduannya. Berat sekali seharian tidak melihat dirimu. Izumi menggigiti kukunya tak sabaran. Melirik jamnya setiap lima detik. Berharap tengah malam segera tiba.
Penantian panjangnya segera terbayar.
Pukul 00.01
Sudah. Dia berhasil.
Izumi merogoh ponselnya, mengetik sesuatu.
(Name) POV)
Hmm?? Ada pesan masuk??.
Aku yang baru saja turun untuk mengambil minum karena haus merogohnya dengan kesal. Siapa pula yang mengirimkan pesan tengah malam begini?? Operator??
Ternyata bukan. Oh, dari Sena-senpai. Sepertinya dia lagi - lagi begadang. Mari kita lihat apa yang dia tulis untukku.
Buka pintumu. Aku ada di depan rumahmu.
Haaa??
Pasti dia baru saja banting setir ganti profesi jadi stalker. Aku mendengus, memutuskan untuk segera mengambil minumku dan kembali ke kamar. Pasti dia hanya mengerjaiku. Tak mungkin dia---
DOK DOK DOK DOK
Eh??
Masa beneran sih. Karena penasaran akhirnya aku meletakkan gelasku dulu dan beranjak ke pintu depan melewati segala ruangan di rumahku yang gelap total.
Semakin dekat suara itu makin gak sabaran. Dengan dada berdebar, aku membukanya pelan.
"Plis semoga pocong numpang lewat---"
"(NAME)-CHAAAAN!!!"
Astaga Ya Tuhan----
Sena-senpai ternyata beneran di depan rumahku. Sambil berteriak ala - ala fanboy dia pun lompat memelukku kelewat erat.
"AKHIRNYA!! AAAH, AROMA (NAME)-CHANKU!! AKU TAK TAHAN. AKU TERLALU MERINDUKANMU CINTAKU!!" Jeritnya kelewat alay sambil menangis. Aku menggeliat melawan.
"AKU BUKAN (NAME)-CHANMU!! DAN TOLONG KITA CUMA TIDAK BERTEMU SELAMA SEHARI!!"
"GAK PAPA!! AKU TETAP MENCINTAIMU!!"
"Aku sih tidak." Balasku langsung.
-Tamat-
Yak so jadi ges, hape author dah slow respond. Ini terjadi kalau author udah kebanyakan wordnya biasanya.
Terima kasih kepada miraa-sama yang telah menyumbangkan darenya~~☆☆ Semoga suka yah~~☆☆
Yosshaa!! Terima kasih telah membaca dan sampai ketemu di chapter selanjutnya~~☆☆
Mata nee~~☆☆
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro