Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Maaf ya

(Name POV)

.

Malam semakin larut.

Dari ruangan ini suara hujan sudah tidak terdengar lagi. Sakasaki-kun mengeluarkan semua makanan yang tadi dibawanya. Sementar itu aku menjatuhkan diri di atas sofa merah itu.

"Uwaaaah!! Empuk sekali!!" Seruku spontan. Sakasaki-kun yang sedang menyeduh kopi melirikku judes.

"Katanya tadi gak suka." Cibirnya. Aku terkekeh pelan.

"Iya deh, suka kok. Ruangannya nyaman sekali." Kataku lantas memeluk bantal kecil yang ada disana. Sakasaki-kun malas menanggapiku yang sedang goler - goleran dan memutuskan untuk meminum kopinya sambil membaca buku di sudut ruangan.

Setelah puas goler - goleran, akhirnya aku bangkit dan mengambil satu cup ramen instan lalu menyeduhnya. Selagi menunggu ramennya matang, aku memutuskan melakukan inspeksi kecil - kecilan di ruangan ini.

Aku menghampiri sudut lemari dimana Sakasaki-kun menyimpan semua hasil eksperimennya. Ada yang berupa bubuk, cairan, bahkan semacam bola bola kecil. Aku mengambil sebuah toples kaca yang di dalamnya terdapat serbuk biru. Baru saja aku mau membukanya, suara Sakasaki-kun langsung terdengar.

"Jangan dibuka, nanti kamu pingsan." Katanya sambil tetap fokus membaca. Aku nyengir, sedikit merinding meletakkan kembali toples itu. Sebenarnya apa sih yang dibuat cowok itu?? Memangnya dia semacam peneliti di lab universitas seberang lautan??

Memutuskan untuk tidak mengambil resiko, aku pun berpindah ke rak buku. Buku - buku disini semuanya hard cover, dengan kertas lusuh kuning. Hampir semuanya ditulis dengan bahasa Inggris. Hanya lima buku yang ditulis dengan bahasa Jepang. Dan ada satu yang...

"Ah." Seruku refleks.

Ada satu buku tipis yang benar - benar lusuh di ujung rak. Namun bahasanya bukan Jepang maupun Inggris apalagi Prancis. Aku sepertinya mengenali bahasanya, karena tanganku refleks mengambilnya. Pelan sekali lidahku membaca judulnya dengan lancar.

Benar. Buku ini ditulis dengan bahasa Indonesia.

Aku menoleh pada Sakasaki-kun, yang ternyata juga sudah memperhatikan diriku.

"Kamu.... bisa bahasa Indonesia...??" Aku tidak sadar kalau suaraku bergetar, apalagi aku menggunakan bahasa ibuku.

Sakasaki-kun sedikit kaget, mengerjapkan matanya. Lantas tersenyum samar. "Sekarang kamu tahu."

Aku terperanjat. Dia menjawabnya dengan bahasa Indonesia.

Aku mengambil ramenku yang sudah matang dan duduk di sampingnya sambil membawa buku itu. Sakasaki-kun menutup bukunya dan ikut memperhatikan buku yang kubawa.

Aku mengusap sampulnya. Meski buku ini lusuh, tapi tak ada setitik debu pun yang menempel. Aku membukanya, lalu membaca judulnya dengan suara pelan.

Habis Gelap Terbitlah Terang.

"Ibuku mendapatkannya dari ibunya." Kata Sakasaki-kun mulai bercerita. Aku masih menatap buku itu, membalik halamannya lagi. "Entah darimana nenekku mendapatkannya. Buku ini sudah tua sekali."

Aku mengangguk setuju.

Buku ini sudah tua sekali. Samar - samar sepertinya aku ingat akan buku ini. Sepertinya Ayah pernah menyebutkan buku ini di suatu waktu. Aku membalik halamannya lagi. Mulai membaca.

Buku ini isinya lumayan berat. Tapi entah kenapa aku masih bisa memahaminya. Sejujurnya isinya sangat bagus. Kami berdua membaca dalam diam. Sesekali aku menyeruput ramenku sambil tetap fokus membaca. Sakasaki-kun mendekatkan bahunya padaku. Ia tampak serius membaca bukunya. Maklum. Kami sama - sama sudah lama tidak menggunakan bahasa Indonesia.

Sepertinya sudah tiga jam kami membaca buku ini. Sesekali baik aku maupun Sakasaki-kun menguap. Sepertinya kami tak akan tamat membaca malam ini. Kepala Sakasaki-kun sudah terantuk - antuk. Akhirnya ia mengalah, merebahkan kepalanya di bahuku.

"Sakasaki-kun, kalau mau tidur jangan di bahuku." Kataku risih. Sakasaki-kun terbangun, mengucek matanya.

"Maaf koneko-chan, aku sudah ngantuk." Katanya. Aku tersenyum tipis, menutup buku itu. Lantas menuntunnya bangun.

"Ayo, kalau mau tidur di sofa saja. Lebih nyaman." Ajakku. Tapi dia menggeleng.

"Jangan ah, koneko-chan aja. Aku bisa tidur di karpet."

"Aku belum mengantuk. Lagian aku tamu disini. Aku bisa kok tidur di karpet." Elakku. Tiba - tiba dia mengerjap sebentar, lantas tersenyum jail. Aku yang mendapat firasat gak enak, langsung bergidik.

"Apaan sih, gak usah pasang muka gitu dong!!"

"Gimana kalau kita tidur berdua aja di sofa?? Biar adil gitu--aduh!!" Aku langsung menginjak kakinya tanpa belas kasihan. Enak saja dia bilang begitu. Sampai kapan pun aku gak bakal mau tidur di atas sofa atau kasur yang sama dengannya.

"Nggak makasih. Yaudah sana kamu tidur di karpet. Aku tidur di sofa." Putusku akhirnya. Sakasaki-kun menyerah menggodaku, beranjak menata karpet untuk ditidurinya. Aku meletakkan buku tadi ke rak. Lantas merapihkan sisa makanan kami tadi.

Aku meredupkan lampu. Lalu merebahkan tubuh di atas kasur. Aku melepas jaketku dan menjadikannya selimut. Aku melirik ke bawah, Sakasaki-kun sudah terlelap.

Sepertinya hari ini melelahkan juga baginya. Apalagi kita gak bisa pulang ke rumah kita yang nyaman. Aku tersenyum tipis, dan akhirnya memejamkan mataku.

"Oyasumi nasai, Sakasaki-kun."

~~~~

Aku terbangun.

Nafasku tersengal. Buru - buru kurogoh tasku untuk mencari ponselku. Begitu kutemukan, aku langsung menyalakannya dan melihat jam.

02.31

"Hwaaaah..." aku langsung berseru lega, merosot dari sofa ke lantai. Nafasku masih tersengal. Bahkan tubuhku sampai berkeringat banyak.

Pasalnya tadi aku bermimpi seram. Aku bermimpi aku dan Sakasaki-kun tiba - tiba masuk ke dunia sihir. Begitu aku keluar dari ruangan ini, kami diculik oleh penyihir dan dimasukkan ke dalam panci untuk disembahkan kepada raja mereka. Agak konyol memang. Sepertinya ini karena tadi saat istirahat siang Mao-kun menceritakan ulang manga yang dibacanya. 

Aku lega karena mimpi tadi terputus. Baru saja aku mau melanjutkan tidur lagi, tiba - tiba aku tersadar akan sesuatu.

Eh?? Dimana Sakasaki-kun??

Buru - buru aku memeriksa tempatnya tidur tadi. Namun tidak ada sosoknya disana. Aku menoleh kesana kemari. Ruangan ini kecil. Jadi harusnya tak susah bagiku untuk menemukannya. Well, atau tak menemukannya.

Aku langsung panik. Kemana dia pergi?? Masa ini masih di mimpiku?? Aku menoleh ke pintu lorong. Karena curiga, aku menyalakan senter di ponselku dan mengarahkannya ke mulut lorong. Benar saja. Pintu di depan sana sedikit terbuka.

Sial!! Kemana anak itu pada jam segini??

Aku langsung mengenakan jaketku dan masuk ke lorong. Bagaimanapun juga, aku harus mencarinya. Well, bisa saja dia pergi ke toilet karena kebelet misalnya. Atau dia tiba - tiba terbangun dan memutuskan untuk keliling sekolah layaknya orang gabut. Tapi dari kondisi TKP(??)tadi sepertinya dia sudah lama meninggalkan ruangan. Dan entah kenapa dadaku dipenuhi rasa tidak enak.

Karena rasa cemasku yang berlebihan, dalam waktu 5 detik aku sudah keluar dari lorong. Aku menyorot perpustakaan. Sepertinya mau tak mau aku harus mulai dari sini. Ruangan ini besar. Siapa tahu dia membaca buku diam - diam disini.

Aku tahu bahwa semua kemungkinan yang kupikirkan itu tak masuk akal. Tapi entah kenapa aku tetap mencarinya. Aku menyusuri rak - rak buku dalam gelap. Sesekali menyorot di sela - selanya. Siapa tahu dia jatuh pingsan di antara rak buku kan?? Tapi pencarianku nihil. Aku bahkan sampai mengintip di kolong - kolong meja. Kali aja dia bosen tidur di dalam sana. Tapi aku tidak menemukannya.

Oke, di perpustakaan tak ada. Kemungkinan kedua: toilet. Diantara kemungkinanku ini yang paling masuk akal sih. Jadilah sambil menahan rasa takutku, aku berlari menyusuri koridor menuju toilet terdekat.

Jujur, memasuki toilet sekolah di malam hari yang sunyi adalah hal paling menakutkan dalam hidupku. Kalau pergi ke rumah hantu kan kita tahu ada para hantu di dalam sana. Tapi di sekolah kan gak ada. Yang justru malah membuatnya makin seram. Aku pelan - pelan membuka satu per satu bilik toilet. Tapi sosoknya tak ada. Aku malah menemukan dua ekor kecoa. Yang diam memojok ketika aku menyorotnya.

Oke, toilet sini tak ada. Apakah aku harus mencari di toilet lainnya??

Detektif manapun pasti gak akan mikir begitu. Karena kemungkinannya kecil. Hei, untuk apa orang ribet - ribet ke toilet lain jika toilet terdekatnya tidak ada masalah?? Tapi aku kan bukan detektif. Karena lelah, aku berjalan cepat menuju toilet - toilet lainnya.

Sayangnya inspeksiku selama setengah jam ke depan juga sia - sia. Aku sudah menyelidiki semua toilet di sekolah ini, tapi tak menemukannya. Aku menghela nafas. Tak menduga mencari anak itu bakal sesusah ini. Well, mungkin akunya saja yang terlalu bodoh mencarinya.

Baiklah!! Tak ada kata menyerah!!

Aku memperbarui semangatku. Memikirkan kemungkinan lainnya. Mungkinkah dia ke ruang klubnya?? Atau bahkan kelas?? Kakiku pun melangkah ke dua ruangan itu.

Meski dengan bulu kuduk yang berdiri, aku pun tetap melangkah menuju ruang klub terkutuk itu. Begitu aku masuk, keadaannya yang masih berantakan menyambutku. Aku menghela nafas. Baru saja aku mau balik badan, mataku menangkap sesuatu janggal.

Eh??

Pojok situ agak berbeda dari yang kuingat. Aku pelan - pelan melangkahi semua kekacauan di lantai dan berhasil sampai pojokan. Aku menyorotkan senterku baik - baik. Memperhatikannya dengan cermat.

Rasanya ada yang hilang.... tapi aku lupa. Aku menelengkan kepalaku. Memperhatikan gantungan baju di hadapanku.

Mari kita ingat - ingat diriku. Kemarin sore saat aku masuk kesini ada apa saja yang tergantung disini?? Hmmm.... jaketnya Harukawa-kun, kabel - kabel tak berguna, ponco entah milik siapa, dan...

AH!! PONCO!!

Ponconya sudah hilang dari gantungan. Tak ada kemungkinan lain. Pasti Sakasaki-kun yang mengambilnya. Aku menoleh ke jendela di luar koridor. Perasaan di luar langit sudah cerah. Ngapain pula dia ngambil ponco dari sini?? Dengan heran aku keluar ruangan dan menutup pintunya kembali. Setidaknya aku sudah memiliki petunjuk. Sakasaki-kun mengambil ponco. Itu berarti dia mau keluar. Entah buat apa.

Aku kembali melangkah menyusuri koridor. Sekarang sudah jam setengah tiga dini hari. Hawa dingin menyergapku dengan kejam. Aku merapatkan jaket. Dengan petunjuk tadi, apa aku masih harus memeriksa kelas?? Kan sudah jelas dia mau keluar. Apa aku harus...

Tiba - tiba langkahku berhenti. Menyadari sesuatu. Aku menyorotkan senterku ke jendela. Dan mataku seketika melebar.

Jendelanya masih basah. Buru - buru aku menghampirinya dan mengintip keadaan di luar. Benar saja. Meski sudah tidak hujan, genangan air masih tersisa banyak. Aku menyorotkan senter ke semak - semak. Benar saja, daun - daunnya masih tampak basah kuyup.

Itu berarti... hujan baru berhenti saat aku bangun. Dan kalau Sakasaki-kun mengambil ponco di ruang klub...

Itu berarti dia sudah bangun jauh sebelum aku terbangun!!

Kemana dia pergi?? Dia hujan - hujanan?? Buat apa?? Apa yang mau dilihatnya di luar??

Kalau sekarang sudah tidak hujan, itu berarti dia sudah di dalam. Sudah hampir satu jam juga aku mencari. Gak mungkin dia berjam - jam di luar. Baru saja aku memantapkan hati untuk memeriksa kelas, tiba - tiba...

DUK!!

Suara itu terdengar tepat di atasku.

Aku memekik pelan, menenangkan diriku. Tenang (Name), tak ada hantu di sekolah ini. Tak ada hantu...

Eh, tunggu. Kalau tak ada hantu, berarti.... Sakasaki-kun??

Langsung kupacu lariku menuju tangga. Suaranya tepat di atasku. Itu berarti dia masih dekat. Suara apa tadi?? Jatuh?? Dia kepeleset?? Atau dia membawa sesuatu dan sesuatu itu yang jatuh??

Dalam hitungan detik aku sudah di lantai dua. Aku menyorot kesana kemari, dan langsung termangu.

Jendela di sampingku terbuka.

Aku langsung menghampirinya. Panik dengan kemungkinan - kemungkinan yang terlintas di kepalaku. Tenanglah diriku. Tenang. Pikirkan dengan jernih. Mungkin saja ada maling.

Oke, bukannya aku tidak tahu kalau kemungkinan itu malah jauh lebih buruk. Tapi aku hanya tak mau membayangkan Sakasaki-kun lompat dari situ. Aku pelan mengintip dari jendela. Senterku kusorotkan ke bawah.

"SAKASAKI-KUUUN!!"

Sungguh, aku lebih berharap menemukan tangga yang digunakan maling dibanding menemukannya nyangkut di semak - semak tepat di bawah jendela. Tapi kelihatannya dia baik - baik saja. Dia mengangkat tangannya.

"Ah, koneko-chan. Aku baik - baik saja kok."

"Tunggu disitu. Aku akan kesana." Perintahku langsung. Aku langsung berderap menuruni tangga lantas berlari menuju pintu lobi. Begitu aku keluar, aku langsung menuju TKP.

"Ah, koneko-chan. Cepat sekali--"

"KAMU GILA YA??!!" Semprotku langsung membuatnya terdiam. Nafasku terengah - engah.

"PANIK TAU GAK SIH??!! AKU BANGUN - BANGUN KAMU UDAH GAK ADA. AKU KHAWATIR TRUS LANGSUNG NYARI KAMU KEMANA - MANA. PERPUSTAKAAN!! TOILET!! RUANG KLUB!! BAHKAN AKU MAU CEK KELAS JUGA!! UNTUNG AKU BELUM CURIGA KAMU LAGI DI RUANG OSIS MERENCAKAN KEJAHATAN BARU MISALNYA!! WAKTU NEMUIN JENDELA KEBUKA PANIK TAU GAK SIH AKU!! APALAGI NEMUIN KAMU NYANGKUT DI SEMAK - SEMAK, KAMU NGAPAIN?!! JANGAN BUAT ORANG KHAWATIR NAPA!! UNTUNG AJA TADI AKU CARIIN KAMU. COBA KALAU ENGGAK UDAH KEMANA KALI KAMU--"

"Koneko-chan." Potongnya. "Tenang dulu."

Aku menatapnya nelangsa. Tapi mataku langsung basah dan tubuhku bergetar.

"Tadi aku udah takut ngeliat jendela yang kebuka... ponco yang diambil dari ruang klub... ku-kukira kamu mau keluar. Makanya aku mau cari kamu. Ta-tapi waktu ngeliat jendela aku langsung takut. Takut kamu jatoh, takut kamu lompat, takut kamu... kenapa - napa." Akuku akhirnya. Aku terisak ketakutan. Masih terbayang jelas tadi kemungkinan dia lompat dari jendela. Aku takut. Mengerikan hanya dengan membayangkannya saja.

Dia tidak memotongku. Hanya terdiam di semak - semak.

Sekitar 15 menitan aku menangis. Sebelum akhirnya aku ingat tujuanku kesini.

"Ayo, aku bantu kamu." Isakku sambil menghampirinya. Aku tak tahu pasti apa yang dilakukannya tadi, tapi dia tersangkut. Aku membantunya bangun, membersihkan daun - daun yang menempel di bajunya.

"Ada yang sakit??" Tanyaku. Sakasaki-kun terdiam.

"Kakiku saja sih. Sepertinya tadi agak terkilir ketika tersangkut di jendela." Katanya. Aku bergumam tak jelas. Melepas daun dari rambutnya.

"Jadi.... kamu ngapain ke sini??" Tanyaku lebih tenang. Sakasaki-kun menatapku. Tapi tiba - tiba perhatiannya langsung tercurah ke langit.

"Koneko-chan!! Lihat ke atas!!" Serunya. Karena penasaran aku reflek menengok ke atas. Dan seketika aku terkesiap.

Puluhan bintang jatuh terbentang di depan mataku.

Ah kalau aku bilang gitu mungkin terdengar agak hebat. Tapi bintang jatuhnya tidak sebanyak itu. Meski begitu, masih terlihat indah sekali. Aku menahan napasku selagi menyaksikan itu semua.

"Di radio kemarin malam ada." Katanya. Aku masih menatap takjub langit. "Fenomena bintang jatuh akan melewati kota kita. Aku mendengarkannya sesaat sebelum aku pulang kemarin. Makanya aku memeriksanya malam ini."

Aku menatapnya bergantian. Lantas akhirnya tersenyum mengerti.

"Oh, begitu."

Sekejap semuanya sudah selesai. "Hujan" bintangnya sudah selesai. Aku menoleh ke Sakasaki-kun, yang sudah tersenyum.

"Aku penasaran." Katanya, memulai penjelasan. "Sebenarnya aku tidak ingin tidur semalam. Makanya aku minum kopi. Tapi karena kita baca buku, aku jadi mengantuk. Mau gak mau aku akhirnya tidur."

Ah, aku ingat. Semalam dia memang tidak makan apa - apa. Di kepalaku terbayang kembali ketika semalam aku membereskan cangkir kopinya.

"Tapi sepertinya aku terbangun di tengah malam. Mengingat berita di radio tadi, aku pun memutuskan untuk memeriksa keluar. Tapi sayangnya masih hujan. Karena aku gak yakin, jadinya aku keluar gedung untuk memastikan. Makanya aku ambil ponco dari ruang klub. Waktu aku masuk ke gedung lagi, hujannya malah reda. Aku pun ke atas buat memastikan langit. Tapi karena aku lupa mengganti sepatu, lantainya jadi licin dan aku terpeleset. Seperti yang kau lihat, aku memang terjatuh dari jendela. Tapi untungnya semak - semak di bawah mampu menahan tubuhku. Dan akhirnya kamu datang dan kita bisa melihat bintang jatuh bersama." Jelasnya panjang lebar. Lantas dia tersenyum manis.

Sungguh--kalau dia orang normal, mungkin aku takkan mengampuninya. Tapi hey, dia kan salah satu dari "Five Oddballs". Lagipupa, alasannya cukup masuk akal. Daripada semua kemungkinan yang tadi kupikirkan--ini lebih baik.

"Maaf ya, aku gak ngajak kamu buat liat." Katanya lagi, membuatku kembali menatapnya. "Soalnya keliatannya kamu nyenyak banget sih."

"A-ah... gak papa kok. Lagipula, kita toh berhasil melihat bareng - bareng kan??" Kilahku. Sesungguhnya aku lega bukan main. Selain berhasil menemukannya dalam keadaan baik - baik saja, aku jadi bisa melihat pemandangan yang jarang kutemukan. Justru aku yang merasa bersalah karena tadi memarahinya.

"Anu... Sakasaki-kun..."

"Tapi aku baru tahu."

He??

Mendengar nada jailnya, aku refleks membeku. Lantas dia maju, lalu menepuk kepalaku pelan.

"Koneko-chan bisa cemas sama aku segitunya ya~ Ah!! Bahkan koneko-chan sampai nangis lama--"

"U-URUSAI!! LAGIAN NGILANG GAK BILANG - BILANG!!"

"Yaiya orang hilang emang gak bilang - bilang."

"Ta-tapi kan--" Senyum jailnya Sakasaki-kun makin lebar. Membuatku kehabisan kata - kata. Aku menunduk malu, memikirkan kata - kata yang pas.

"La-lagipula...."

"Hmm??"

"Sa-Sakasaki-kun kan teman sekelasku. Jadi.... aku gak boleh, khawatir akan teman sekelasku...??"

Sungguh, rasanya malu sekali mengatakan itu. Habis, selama ini kan aku selalu kasar padanya.

Sakasaki-kun mengangkat tangannya, membuatku menoleh.

"Koneko-chan... kamu jangan manis gitu dong.."

"MUKAMU!! MERAH!!" Seruku. Sakasaki-kun langsung menutup wajahnya sambil mengerang pelan. Aku terdiam. Sebelum akhirnya tertawa.

"Ahaha!! Mukamu lucu deh!!"

"Koneko-chaan!! Yamete!!"

Aku tertawa lagi, lantas menggamit lengannya.

"Yuk kita balik. Aku gak ngantuk sih. Jadi.... mau lanjut baca??" Tawarku. Sakasaki-kun mengerjap pelan, lantas akhirnya mengangguk.

"Ayo. Aku juga penasaran."

Kami pun kembali ke gedung sekolah sambil bertengkar ria. Sesekali Sakasaki-kun memeluk lenganku jail, yang langsung kubalas dengan toyoran di kepala indahnya.

Ah, setidaknya malam ini langitnya indah. Dan acara bermalamku di sekolah bersama Sakasaki-kun, ternyata tak seburuk itu.

~~~~

HIYAHIYAHIYA

Author tertular virus hiyahiya sepertinya. Tapi gak masalah. Author emg gitu orangnya//oke

ECIEEEEE YANG BAIKAN AMA NATSUME UHUY ntar habis ini kalian makin deket lho~~☆☆ Hayo hayoo~~☆☆ Yang husbunya Natsume mana suaranyaaa??!!!

Eh btw btw. Bagi kalian yang suka nonton anime harem, kalian biasanya tim menang apa kalah??

Author sih selalu tim kalah *nangis*. Dari Nisekoi, Re:zero(padahal gak nonton animenya haha), Gamers!, Watashi ga motete dousunda, bahkan sampe webtoon aja kalah mulu author. Sedih akutu--

Nah, di fanfic ini kalian tim siapa?? Tim Izumi?? Mao?? Subaru?? Maeda?? Atau malah Natsume??

Tenang, gamenya aja harem. Maka fanfic ini juga. Kalian bebas milih tim siapapun kok//slap

Yosssha yosshaa~~☆☆!! Selamat menikmati weekend kalian~~☆☆ Bagi kalian yang juga baru selesai UTS mari kita nikmati weekend ini sebaik - baiknya~~☆☆

JAA NEEE!!


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro