Let's be Festive!! - #1
(Name) POV
.
Pagi yang cerah kembali menyambut hariku.
Tapi apa dikata, tak ada lagi pagi damai dalam kehidupan keseharianku.
"CHOTTO!! Tsukinaga-senpai!! Jangan goyang - goyang dong diatas sana!!"
"WAHAHAHAAH☆☆☆☆!!! MENAIKI PUNGGUNGMU SERASA MENAIKI PESAWAT TERBANG!!"
Tsukinaga-senpai merentangkan tangannya dengan heboh. Membuatku oleng dan hampir saja jatuh ke jalan raya.
"Ini senpai dibilangin!! JANGAN GOYANG - GOYANG BAMBANG!!"
"Are?? Bambang?? Bambang siapa??" Balas Tsukinaga-senpai yang ingin sekali membuatku membantingnya saja sekalian ke jalan raya. Mumpung di radius 500 meter di depan kami ada truk semen yang mau numpang lewat. Siapa tahu takdir hari ini berbaik hati menjemput Tsukinaga-senpai ke dunia sana dan tidak merepotkan kita semua lagi. Tapi yah, masa iya aku melakukan itu. Yang ada malah masa depanku yang suram dihabiskan di penjara.
Selain gak tega sih. Aku masih menyayangi Knights kalau masih ada yang bertanya.
Tsukinaga-senpai masih sibuk bermonolog di atas punggungku. Mengarang cerita kalau Bambang adalah kapten alien yang akan menyerang kami. Aku sudah menyerah menanggapinya. Kulirik arlojiku. Astaga!! Sudah jam 7.45!! Jam 8 nanti festival akan dibuka dan kita masih sangat jauh dari sekolah!!
Oke. Biar kujelaskan dahulu.
Pagi tadi sebenarnya aku sudah berangkat tepat waktu. Menikmati pagi hari dengan damai dan sedikit peregangan tubuh. Aku bahkan menyelesaikan sarapanku di rumah dengan santai dan teratur(??). Ayah melepasku berangkat sambil berjanji akan menelponku nanti sore. Aku berjalan santai menuju sekolah, sekalian olahragalah itung - itung.
Tapi tetapi akan tetapi tapi tapi---
Di tengah jalan aku bertemu dengan Tsukinaga-senpai. Dan sayangnya---itu bukan pertemuan biasa. Dia tampak terduduk kesakitan di trotoar, sementara di sampingnya berdiri seorang gadis manis yang mirip dengannya tapi dengan kadar keimutan 500 kali lipat dibanding Tsukinaga-senpai. Karena penasaran akhirnya kusamperinlah mereka berdua. Ternyata Tsukinaga-senpai keseleo kakinya. Gadis manis itu ternyata adiknya. Was wes wos was. Nggak tahu kenapa tiba - tiba saja Tsukinaga-senpai sudah kugendong di punggungku dan kita kembali melanjutkan perjalanan menuju sekolah bersama.
Sayang seribu sayang. Sisi penuh karismanya tadi saat kita bersama adiknya ternyata hanya bertahan sebelum sinar matahari pagi menyiram habis semuanya. Tsukinaga-senpai kembali sengklek--maksudku heboh, dan menyulitkanku selama perjalanan. Dia mau jungkir baliklah, mau turunlah, mau kesana lah, kesitu lah, bahkan menggendong anak orang tidak akan sesulit ini!! Untung saja aku ingat kalau aku harus tetap waras untuk festival nanti karena kalau tidak aku akan membuat hari impianku sendiri kacau.
Tsukinaga-senpai kali ini asyik bersenandung. Melupakan soal Bambang-dan-seluruh-planet-tempur-aliennya. Aku mendesah lega. Kuharap dia terus begini sampai kita nanti tiba di sekolah. Meski aku tahu harapan itu hanyalah wacana karena keadaan seperti ini hanya akan bertahan 5 menit paling lama. Iya. Ngenesnya diriku.
Selagi aku berusaha mengambil kembali nafasku yang tadi terbuang sia - sia, tahu - tahu bunyi klakson mengagetkan kami. Untung saja Tsukinaga-senpai menarik rambutku---kalau tidak kita berdua akan jatuh beneran ke jalan raya meski aku sama sekali tidak berterima kasih atas jambakannya tadi.
Sebuah limusin hitam mengkilap merek luar negeri berhenti di samping kami. Jalan raya memang tidak ramai sepagi ini tapi aku tahu berhenti seenak jidatnya adalah tindakan tidak sopan. Baru saja aku mau menegur si pembawa mobil tak tahu diri ini, sebuah kepala bersurai emas--maksudku, bersurai pirang menghentikan niat baikku lagi mulia.
"Ohayou, (Last Name)-chan, Tsukinaga-kun."
"Cih, gak usah sok akrab lu dasar bocah sultan." Tsukinaga-senpai yang menjawab. Dengan segala sarkasme-kekejaman-pembalasan-dendam-masa lalunya. Lagi - lagi kepribadiannya tersiram habis oleh matahari pagi dan tergantikan oleh yang baru. Meski tidak sama baiknya. Tenshouin-senpai---si pelaku salam pagi tadi---hanya tertawa adem layaknya seorang bangsawan. Tidak mempermasalahkan jawaban tajam tadi karena niat tobatnya. Aku yang jadi nyamuk diantara keduanya cuma bisa tertawa garing. Berharap tak ada perang baru yang akan menghancurkan pagiku yang sudah rusak.
"Pagi juga senpai. Apa kabar??" Tanyaku basa - basi. Sebenarnya sedikit bingung sih. Tumben si sultan ini agak telat dateng ke sekolah.
"Baik. Sangat baik. Aku tak sabar menanti festival hari ini." Jawabnya jujur sambil tersenyum manis. Lantas menatap kami berdua yang masih berdiri tak jelas tak menentu arah. "Sepertinya kalian sedang kesusahan??"
Situ kalau punya mata gak usah nanya lagi napa. Batinku sadis, untung dalam hati.
"Situ kalau punya mata, gak usah nanya lagi napa." Justru Tsukinaga-senpai tanpa belas kasih menyuarakannya. Demi itu aku langsung menjatuhkannya tanpa ampun ke trotoar. Tsukinaga-senpai mengaduh.
"Haha. Baiklah, ayo lekas naik. Sebentar lagi festival dimulai." Jawab Tenshouin-senpai. Sebelum aku sempat memproses, pintu limusin telah dibuka---untungnya gak otomatis---oleh supir pribadi tersayang keluarga Tenshouin. Hawa - hawa orang mewah langsung terasa begitu kita melihat bagian dalamnya. Bahkan aku sampai menelan ludah.
"Gak papa nih senpai??" Tanyaku ragu. Padahal kan seharusnya aku bertanya kenapa tahu - tahu kita ditawarin tumpangan meski aku tahu itu akan sangat membantu karena rasanya aku sudah takkan sanggup mengangkut Tsukinaga-senpai sampai ke sekolah. Mungkin sebenarnya Tenshouin-senpai jauh lebih peka dibanding yang seharusnya.
Tenshouin-senpai tertawa pelan, langsung melambaikan tangan.
"Pak Miyamura, tolong bawa keduanya masuk."
"Siap Tuan Muda." Jawab supir tadi---yang ternyata sudah berdiri di belakangku. Aku memekik kaget, membuat beberapa orang di sekitar kami juga menoleh kaget. Tanpa banyak omong Pak Miyamura langsung mengangkut Tsukinaga-senpai dan mendorong bahuku. Lantas dengan tidak teganya memasukkan kami ke dalam limusin. Sedetik kemudian, meluncurlah rombongan kami menuju tujuan sebenarnya yakni sekolah Yumenosaki tercinta kita semua.
Hening. Itulah keadaan nyata di dalam mobil begitu kami berangkat. Aku duduk rapih di kursiku, takut mengotori apa - apa yang ada di dekatku. Barang mahal semua cuy.
Sementara itu Tsukinaga-senpai di sampingku menggerung - gerung macam macan salah tempat dan menatap buas Tenshouin-senpai di depan kita yang justru asyik menatap brosur - brosur di hadapannya. Sepertinya dia sentimen. Tsukinaga-senpai maksudnya.
Akhirnya karena gak tahan diem - dieman begini, akupun sok - sokan berdeham.
"Ekhem."
"Iya, (Last Name)-chan?? Ada yang ingin ditanyakan??" Jawab Tenshouin-senpai kalem. Aku ber-ah gak jelas. Bingung kudu jawab apa.
Adalah Tsukinaga-senpai yang akhirnya menjawab.
"Ngaku kamu!! Kamu mau nyulik kita kan??!!" Serunya gak nyante. Lagi - lagi tanganku bereaksi, menepuk kepalanya kelewat keras. Tsukinaga-senpai mengaduh. Tapi tak bisa balas memukulku dan menatapku dengan mata berkaca - kaca. Aku mendengus. Dia tahu sendiri aku takkan pernah terpesona oleh keimutannya. Kecuali saat manggung mungkin.
Tenshouin-senpai sedikit membelalak melihat tingkah berdua. Aku menghela nafas, akhirnya menyampaikan pertanyaan Tsukinaga-senpai dengan cara yang lebih halus bin sopan.
"Senpai, kenapa tiba - tiba mengajak kami naik mobilmu ke sekolah??" Tanyaku. Tenshouin-senpai menelengkan kepalanya polos.
"Memangnya gak boleh??"
Dia ada benarnya juga.
Aku menyerah. Aku bingung juga bagaimana mau bertanyanya. Kalau dilihat, memang aneh. Tapi kalau dipikir lebih baik, tak ada juga yang melarang Tenshouin-senpai untuk mengajak temannya naik mobilnya. Yang ada malah aku yang aneh, bertanya hal yang sudah jelas.
Lebih baik, aku duduk manis disini, lalu berterima kasih padanya begitu turun nanti.
Tenshouin-senpai tertawa pelan. Aku mendongak.
"Aku mengerti pertanyaanmu (Last Name)-chan." Katanya, yang membuatku malu sendiri. "Aku memang kebetulan melihat kalian berdua kepayahan di jalan. Selain itu, kita hampir telat. Aku yakin kau takkan bisa sampai di sekolah tepat waktu apalagi dengan menggendong Tsukinaga-kun." Jelasnya. Aku merasa sedikit keki, pasalnya dia lumayan meremehkan kekuatanku. Meski yah, dia ada benarnya juga.
"Jadi, akhirnya kuajak kalian. Lagipula, takkan ada yang memarahimu begitu sampai kalau kau diantar olehku." Katanya lagi sambil mengedipkan mata. Aku menaikkan alis, bertanya - tanya akan tingkahnya barusan yang agak tidak biasa.
Tenshouin-senpai lagi - lagi tertawa.
"Aku diajari oleh Chiaki. Katanya untuk cadangan manggung nanti."
"A-aah... begitu..." gumamku. Membayangkan Tenshouin-senpai jingkrak - jingkrak di panggung. Terdengar sangat mustahil. Entah apa yang ada di kelapa Morisawa-senpai, menunjuk Tenshouin-senpai yang lemah gemulai ini sebagai cadangan tim manggung(??). Malah masih lebih baik Hasumi-senpai kurasa. Yah, itu kan urusan kelas mereka. Tak ada gunanya juga aku ikut campur.
Meneladani Tenshouin-senpai, aku pun menikmati pemandangan di luar mobil. Cahaya matahari pagi dan langit yang cerah menjanjikan hari yang menyenangkan. Tatapanku menerawang menuju langit diatas sana. Jauh dibalik awan - awan. Selagi mobil limusin ini terus melaju mulus tanpa halangan.
Kira - kira..... drama apa yang akan menantiku??
~~~~
"UKYAAAAA!!! UKKI!! TOLONG AKUUU!!"
"Akehoshi-kun, kita hampir buka loh...."
Kurasa, drama yang ini.
Kini aku sudah di kelas. Sampai di sekolah tadi pagi tepat waktu---berkat Tenshouin-senpai dan Pak Miyamura yang bermurah mengantar kami. Sebelum ke kelas, aku menggendong Tsukinaga-senpai dulu ke UKS. Berhubung si doi tidak rela ditandu oleh Pak Miyamura karena katanya itu "orang - orangnya Eichi". Baru setelahnya aku berlarian sepanjang koridor dan tiba di kelas persis saat mereka berganti baju berjamaah. Alhasil, aku pun diusir.
Tapi sekarang semuanya sudah rapih. Bagi yang mendapatkan shift pagi sudah berganti baju semua. Tim dapur juga sudah siap di posisi masing - masing. Sementara itu yang belum mendapatkan shift dan mendapat jatah promosi pun sudah keluar kelas, melanglang buana menjerat calon pelanggan. Kuharap mereka tidak sekejam itu ketika promosi.
Tentu saja, tak mungkin tak ada masalah sebelum memulai.
"MASA AKU HARUS MAKE INI SIH??!!"
"Akehoshi-kun, kau kan sudah memakainya waktu itu...."
Siapa lagi kalau bukan Subaru-kun. Sudah mewek di tempat, menolak untuk memakai kostumnya(padahal sudah dia pakai sejak aku tadi masuk). Makoto-kun yang rapih dengan kostumnya bingung bagaimana membujuk Subaru-kun. Membujuk untuk tenang dan berlaku profesional maksudnya. Kan dia udah make bajunya. Sebentar lagi festival dimulai, pelanggan akan berdatangan. Dan sama sekali tidak lucu kalau Subaru-kun masih mencak - mencak mewek disini begitu mereka masuk.
Aku menghela nafas. Simply sudah menyerah harus bagaimanakan teman - temanku di hari penting ini.
Seseorang menepuk bahuku. Aku menoleh. Souma-kun yang hari ini bekerja sebagai tim dapur, dengan tampang tak berdosanya mengacungkan jempol.
"Semangat (Name)-dono!! Aku yakin kamu pasti bisa!!"
"Kamu bilang begitu karena melihat perjuanganku meladeni kalian kan." Balasku dingin sambil mencolok matanya. Souma-kun mengaduh, tapi tidak membalasnya.
"Aku yakin Akehoshi-dono hanya belum menerima kenyataan." Balas Souma-kun. Aku menaikkan alisku tak puas.
"Di saat begini?? Di detik terakhir??"
"Yaa......"
Kurasa dia hanya ingin membela teman sekelasnya. Atau harus kubilang, teman cowok senasibnya. Sebagai sesama cowok, dia ingin membagi simpatinya. Yah. Mari kita anggap saja begitu.
TENG TENG TENG!!
Bunyi bel yang beda dari biasanya terdengar menggema di seluruh kelas. Kami semua berhenti dari kegiatan kami. Menoleh ke langit - langit atau kemana saja. Bertanya - tanya atas bunyi tadi. Makoto-kun mewakili kita semua, segera meninggalkan Subaru-kun yang masih menangis banjir dan menatap ke luar jendela. Segera matanya yang sudah lebar berkat efek lensa kontak menjadi lebih lebar tak keruan karena keterkejutannya.
"MINNA!! GAWAT---"
"Festival Sekolah Yumenosaki Gakuen yang ke-sekian resmi dibukaaa!!"
POP!!
Bunyi petasan kecil memenuhi sekolah. Kami semua langsung terperanjat.
"Minna-dono!! Cepat ke posisi masing - masing!! (Name)-dono dan Yuuki-dono bersiap di depan pintu. Akehoshi-dono, berhenti menangis atau kusabet dengan katanaku. Yang lain, jangan berdiri diam saja, ayo bergerak!!" Seru Souma-kun mengambil alih situasi. Kami semua langsung berlarian gak tentu arah. Panik ingin kembali. Untung saja Makoto-kun langsung menarik lenganku. Sedetik kemudian, semuanya pun sudah siap di posisi masing - masing.
Bersamaan dengan itu, para pengunjung pun langsung memenuhi setiap sudut sekolah. Termasuk koridor lantai dua. Hanya selang satu menit lebih sejak bel berbunyi, orang - orang mulai menampakkan diri. Aku merapihkan poniku, langsung menampakkan senyum cerah.
Yosh!! Saatnya berusaha!!
"Permisi, silahkan kunjungi Maid Cafe kami!! Maid kami imut - imut loh~~!!" Seruku sambil menyerahkan brosur kami kepada seorang pengunjung yang lewat. Dua siswa SMP, tampak santai dengan kaos mereka. Keduanya berhenti sejenak, lantas balik menatapku dan brosur di tangannya bergantian.
"Tadi kakak bilang....... maidnya imut??" Tanya salah satu dari mereka. Ia mengenakan kacamata, tampak menatapku sangsi. Sebagai gantinya aku langsung tersenyum manis.
"Tentu dong~~!! Kakak imut kan??" Seruku imut sambil memasang pose. Keduanya tercengang. Makoto-kun di sebelahku hanya bisa memasang wajah memaklumi.
Akhirnya temannya yang satu lagi menelan ludah.
"Ka-kalau begitu... kita akan memesan meja. Untuk dua orang." Katanya dengan wajah merah. Ohoho?? Sepertinya dia terkena pesonaku(??). Aku tersenyum manis, mengambil menu dan langsung membukakan jalan untuk mereka.
"Selamat datang, Goshujin-sama!!"
Akhirnya aku membawa keduanya masuk sebagai pelanggan pertama kami. Subaru-kun yang masih membereskan sisa - sisa tangisnya, langsung tersenyum lebar dan menghampiriku. Lebih tepatnya merangkul lenganku sih.
"(Name)-chan!! Kamu sudah dapat pelanggan saja!!" Serunya riang. Aku menyeringai.
"Tentu saja Subaru-kun. Aku ini pekerja keras." Kataku sekaligus menyindirnya. Subaru-kun tampak kena, menggenggam tanganku lebih keras dengan kesal.
"Oh iya?? Aku juga lebih pekerja keras dibanding (Name)-chan!!" Serunya tak mau kalah. Aku meleletkan lidah. Coba saja. Subaru-kun menggerutu. Dengan langkah lebar - lebar dia keluar kelas dan langsung bergabung dengan Makoto-kun. Makoto-kun yang masih berusaha menjerat pelanggan berikutnya, langsung terperanjat dengan kehadiran Subaru-kun.
"Su-subaru-kun??!! Sudah baikan??!!" Tanyanya yang ragu sendiri. Subaru-kun tidak mengindahkan. Dia menatap tajam tiap orang di koridor. Serombongan mahasiswi lewat. Subaru-kun tanpa pikir panjang langsung lompat menghadang mereka.
"Silahkan kunjungi Maid Cafe kami~~☆☆!! Khusus untuk kakak - kakak cantik akan ada fanservice~~!!" Serunya berusaha seimut mungkin. Para mahasiswi itu berhenti karena terkejut. Meski selanjutnya langsung memekik kesenangan.
"Ini Subaru-kun kan??!! Subaru-kun yang Trickstar itu??"
"Waah!! Kamu imut bangeet!! Cocok kostumnya!!"
"Foto bareng ya~~??"
Subaru-kun tersenyum puas. Memegang tangan mahasiswi itu. Mahasiswi-nya terkejut, agak malu tiba - tiba dipegang begitu saja. Meski sedetik kemudian dia langsung memerah padam wajahnya begitu bersitatap dengan Subaru-kun.
"Tapi kakak janji makan di kafe kita dulu yah~~??" Tanyanya dengan raut wajah paling memelas yang dia punya. Para mahasiswi itu langsung menjerit girang dengan wajah merah. Langsung mereka berseru - seru heboh. Selanjutnya yang kuketahui mereka sudah masuk ke kelas kami dengan senang hati. Aku sedang mengobrol dengan dua anak SMP itu. Tahu - tahu tatapanku dengan Subaru-kun bertemu. Dia tersenyum meremehkan padaku.
Heh!!
Rasa kesalku langsung tercongkel. Anak SMP itu membaca menu dengan serius. Lantas dia menjatuhkan menunya ke atas meja.
"Kalau begitu, saya pesan 'Nyanko♡Choco Parfait'-nya satu." Kata si kacamata. Temannya yang satu lagi langsung gugup. Merasa tiba saatnya bagi dia untuk memesan juga.
"Sa-saya, 'Healthy☆Power Tomato Juice' saja..." gumamnya. Rasa isengku dan egoku seketika bercampur. Iseng aku merangkul lengannya erat. Panik dia gelagapan. Aku masih mode tersenyum lebar, berseru sekali lagi.
"Sama 'Cheese☆Happy-py-py Pie'nya yaa~~?? Enak banget loh!! Ada diskon untuk pelajar SMP dan SMA!! Khusus hari pertama!!" Jelasku sekaligus promosi. Anak SMP itu terlihat mau menolak. Tapi demi melihat mata kira-kira ku dan senyumku yang membuatku bahkan bisa mendengar jelas degup jantungnya, akhirnya dia mengangguk pasrah. Aku tersenyum puas. Lantas mengambil kembali menu - menu mereka.
"Terima kasih!! Mohon ditunggu ya Goshujin-sama♡♡!!" Seruku riang lantas ngacir ke dapur. Subaru-kun yang juga baru selesai mendapat pesanan menatap tajam padaku.
"(Name)-chan curang!! Make kekuatan cewek!!" Serunya protes. Aku mendelik. Cuek menyenggolnya.
"Kekuatan cewek gimana!! Kamu juga crossdressing begitu harusnya bisa!!" Balasku tak mau kalah. Subaru-kun manyun. Melihat pelanggan baru masuk, ia langsung mengambil buku menu lagi dan tancap gas keluar dari dapur.
"Akan kuperlihatkan pada (Name)-chan kekuatanku!!" Serunya mendeklarasikan perang. Aku mengibas rambut ala - ala iklan sampo. Tersenyum miring.
"Lihat saja!! Tak ada yang bisa mengalahkanku!!" Sinisku. Subaru-kun sudah keluar. Mengeluarkan strategi barunya. Souma-kun yang melihat tingkah kami berdua sontak ikut nimbrung.
"Kalian jangan membuat kafe ini jadi R-18 ya."
"Tenang saja. Ini masih batas semua umur kok." Balasku kalem sekaligus curiga. Yah, terlepas dari kompetisi gak jelas kami yang dadakan, festival sekolah Yumenosaki memang diperuntukkan untuk umum. Jadi mau tak mau semua atraksi(??)yang ada di dalamnya harus family-friendly dan sebagainya.
Festival pertamaku di Yumenosaki dimulai dengan "baik". Dengan kompetisi yang "sportif", juga pertunjukkan - pertunjukkan yang "menarik", aku yakin kerja keras yang kita curahkan untuk festival ini akan membawa hasil yang membanggakan. Apalagi Yumenosaki kan sekolah terkenal, pasti akan ada banyak orang yang datang, dan tentu saja, pemasukan pun juga banyak yang datang.
Makoto-kun berseru memanggilku. Sepertinya ada pelanggan baru. Aku yang sedikit melamun agak meloncat menghampirinya, lantas dengan tergagap menyambut pelanggan baru.
"I-irasshaimasse!!"
Yah, kurasa semuanya akan baik - baik saja.
Tanpa kuketahui, tak ada satupun notifikasi di ponselku.
~~~~~
HAI HAI HAI SEMUANYAAA~~☆☆!!
AUTHOR KEMBALI IYEEEEY!!
*POP*
Kali ini beneran kok ehe. Author akan kembali lagi seperti biasanya dan menemani kalian ngehalu tiap bulan iyeeey~~☆☆
Terima kasih atas dukungan kalian yang mau menunggu author hiksu. Tanpa kalian, author bukan apa - apa!!
Rencananya kemarin memang author berencana kembali bulan Mei. Tapi karena karantina dan berbagai musibah yang menimpa kita semua, akhirnya author putuskan untuk kembali sekarang. Tadinya author mau menunggu selesai ujian sekolah, tapi karena ujian sekolah pun juga dibatalkan, jadi author kesini deh iyeeey~~☆☆
Daritadi iyey iyey mulu dah oke maaf--
Ekhem.
Jadi!!
Mulai dari update ini, author akan tetap kembali update tiap dua minggu sekali, di akhir pekan!!
Selain itu, cerita sudah sampai bagian festival!!
Ternyata ada gunanya hiatus man teman//heh//selagi author hiatus author kebanyakan baca manga harem jadilah ide mengalir fufu~~
Tapi karena dah lama gk nulis jadinya nulisnya jadi tumpul huhu ( ;∀;) maaf ya kalau ceritanya agak aneh kata2nya, author akan berusaha lebih baik lagi!!
Yossh!!
Selagi kita dikarantina, ternyata (Name)-chan sudah sampai di viva musim gugur yaitu festival sekolah!! Apakah festival mereka akan berjalan lancar?? Ataukah ada drama baru?? Masalah baru?? Atau bahkan permusuhan baru??!! Para lelaki yang selama ini baru sampai titik mengawasi tahu - tahu menyatakan perang??!! Bagaimana reaksi yang lainnya?? Akankah (Name)-chan menyadari ketidakpekaannya??!!
Tunggu di episode berikutnya--//buagh
Akhir kata(??), terima kasih atas dukungan kalian yang sabar mau menunggu kisah ini berlanjut. Ke depannya pun, mohon bantuannya!!
Yossha~~☆☆!! Karena spesial baru balik author akan update dua chapter sekaligus~~☆☆!!
Arigatou dan sampai ketemu lagii~~~☆☆!!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro