Dress Up Time!! #Part2
(Name POV)
.
Subaru-kun dengan wajah ngambek dan merah padam, berusaha berpose dan mengangkat ujung roknya.
"Ka-kawaii desu ka♡??" Subaru-kun mencicit, berusaha mengeluarkan setidaknya kata - kata yang imut. Tubuhnya gemetaran dan matanya berkaca - kaca.
Sontak saja kami semua langsung terbahak - bahak.
"ASTAGA AKEHOSHI!! ASTAGHFIRULLAH, TENANG DIRIKU TENANG." Hokuto-kun langsung ribut sendiri sambil teriak - teriak. Subaru-kun makin ngambek, menoleh kepada Makoto-kun.
Makoto-kun berjengit kaget. Menelan ludahnya ragu. "Ba-bagus kok, Akehoshi-kun..." jawabnya pelan sambil gemetar menahan tawa. Subaru-kun tampak tak puas, meminta harapan pada Adonis-kun.
Adonis-kun malah santai mengacungkan jempolnya dengan wajah datar. "Manis kok, Akehoshi."
Sudah cukup. Subaru-kun sambil menangis langsung menghambur memelukku.
"(NAME)-CHAAAAN!! KENAPA AKU HARUS MENGENAKAN BAJU INI??!! AKU KAN MAUNYA KELIHATAN KEREN DI DEPAN (NAME)-CHAAN!!" Jeritnya sekuat tenaga. Aku tertawa, berusaha melepaskan pelukannya.
"Nggak papa!! Subaru-kun kelihatan manis banget kok!!" Seruku jujur. Di luar soal ini sangat ngakak sekali, Subaru-kun memang terlihat manis dengan baju maidnya. Apalagi dia pakai jepitan berpita alih - alih bando renda sepertiku. Subaru-kun menggeleng kuat - kuat. Tak percaya dengan perkataanku.
"(Name)-chan bohong!! Aku kelihatan jelek!!"
"Nggak!! Subaru-kun manis banget!!" Seruku berusaha meyakinkan. Kenapa pula tiba - tiba nih bocah yang biasanya gak masalah ke sekolah make sendal jepit butut sekarang malah malu - malu kucing cuma gara - gara pakai baju cewek. Aku meraih bahunya, merangkulnya erat.
"Ayo Aori-chan!! Foto kita berdua!!" Seruku langsung. Aori-chan mengacungkan ponselnya.
"Siaap~~!!"
"TU-TUNGGU---"
Cekrek.
Foto telah terambil. Terlambat. Subaru-kun dengan wajah kepiting rebusnya langsung jejeritan histeris.
"(NAME)-CHAN JAHAAAAT!!!"
Sret.
Suara tirai bilik yang terbuka membuat kami semua berhenti menjerit - jerit ria. Sontak kami semua menoleh, mencari si sumber pemecah keributan barusan.
Benar dugaanku. Dengan mata sembap, pipi basah, wajah merah, tubuh lunglai gemetaran, rambut lurus silky tapi berantakan(mungkin dia mengacak - acaknya di dalam sana lantaran kaget setengah mati), tak lupa suara erangan tak jelas bagaimana maksudnya, Souma-kun keluar dari bilik dan meremas roknya erat - erat.
"A-Adonis-dono... to-tolong sampaikan wasiatku pada keluargaku...."
"Tunggu Souma-kun jangan mati dulu!!" Cegahku buru - buru sebelum dia berniat mengambil katananya atau bagaimana. Souma-kun langsung jatuh, buru - buru kutangkap. Wajahnya pucat, aku jadi tak tega.
"Ma-manis kok Kanzaki-kun!! Apalagi roknya panjang!!" Bela Aori-chan. Mungkin sekarang dia menyadari kalau perbuatannya termasuk hal - hal terlarang di dunia ini. Aku memperhatikan kostumnya. Memang benar sih, dibandingkan kostumku dan Subaru-kun, bisa dibilang kostumnya Souma-kun jauh lebih sopan. Roknya hampir menyentuh mata kakinya. Tapi sepertinya bagi manusia samurai macam dia yang elegan dan tampan itu memakai baju cewek semanis ini adalah hal tabu. Sekali lagi dunia, aku merasa kasihan.
"Haha.... iya, manis sekali..." desah Souma-kun berlebihan.
"Enggak kok!! Ma-maksudku, iya kamu manis!! Ta-tapi bertahanlah!!" Seruku gak karuan lantaran mukanya sudah berubah abu - abu(??). Kalo sekarang saja dia sudah mau mati begini gimana nanti pas festival coba. Mau bilang manis si doi malah makim depresi. Mau bilang ganteng susah bohongnya. Trus masa mau bilang jelek??
Selagi aku berusaha menggendongnya(dia sudah lunglai, tak punya tenaga untuk berdiri), tahu - tahu suara kamera terdengar.
Cekrek.
Aku menoleh tak percaya. Dan makin gak percaya saat tahu yang memotret kami adalah Adonis-kun. Dengan wajah datar tampannya, santai sekali dia memotret kami. Bahkan bersenandung pelan memperhatikan hasil foto tadi.
"A-Adonis-dono...." panggil Souma-kun menyedihkan. Mewakili diriku, mungkin dia sudah sedih plus putus asa lantaran teman setianya itu malah menistakannya di saat - saat begini. Adonis-kun mendongak, lantas tersenyum lebar.
"Kanzaki manis sekali. Kan jarang aku melihatmu begini. Jadi sekalian saja kusimpan." Jawabnya tanpa dosa. Terlihat jujur sekali senangnya. Aku bengong. Souma-kun bengong. Yang lain gak denger. Dunia hening.
Karena aku merasa bajuku udah mau robek, aku menoleh ke bawah. Souma-kun yang sepertinya terselamatkan dari masa kritis tadi sudah mencengkram pinggangku erat - erat dengan wajah memerah hebat. Sepertinya dia malu. Aku makin bingung harus ngapain.
"A-ano, Souma-kun.... tak apa??"
"I-iya, aku tak apa (Name)-dono." Jawabnya gemetar. Pelan dia melepaskan pelukannya. Aku menelengkan kepala. Lebih merasa kagum atas perubahan sikapnya ini. Sambil membuang muka, dia bergumam kecil.
"Ku-kurasa, kostumnya tak seburuk itu. Akan kuusahakan memakainya."
Wah, Terima kasih Adonis-kun. Kau baru saja menyelamatkan krisis kelas kami.
Aku langsung menghela nafas lega. Souma-kun akhirnya meski masih malu - malu memperlihatkan kostumnya pada yang lain. Yang lain langsung menyambut heboh. Subaru-kun mencak - mencak protes. Hokuto-kun dan Makoto-kun sama - sama memuji. Morisawa-senpai dan Tenshouin-senpai malah santai mengomentari video mereka. Karena haus, akhirnya aku pun meminum botol air mineralku. Baru seteguk, bilik selanjutnya terbuka.
Sret---
"Adakah yang mau bertanggung jawab dengan ini??" Suara berat nan seram itu langsung terdengar. Namun bukan itu yang membuatku kaget.
"PUAAAH!!" Aku langsung menyembur air minumku dan tanpa dicegah mengenai wajah Tenshouin-senpai yang kebetulan lagi di depanku. Morisawa-senpai refleks berseru kaget. Entah karena wajah basahnya Tenshouin-senpai atau pemandangan naudzubillah yang baru saja disuguhkan di hadapannya. Hokuto-kun dan Subaru-kun yang sedang berebutan ponsel sontak menjatuhkan benda malang itu yang langsung pecah berserakan. Makoto-kun, Adonis-kun, Aori-chan, dan Souma-kun sontak membeku dan tak tahu harus bagaimana.
Sakasaki-kun dengan wajah terseramnya yang pernah dia miliki, mengangkat ujung roknya meringis dan menatap kami semua sinis.
"Sekali lagi, adakah yang mau bertanggung jawab dengan semua ini??"
Seandainya aku bisa tertawa, maka aku akan tertawa. Tapi aku terlalu kaget. Sasaki-kun yang keluar bukanlah sosok congaknya yang biasanya jalan mondar - mandir bikin orang greget liatnya. Yang muncul adalah sosok cewek manis memakai baju maid yang roknya sepertinya sengaja dipendekkan, stoking hitam panjang, dan---dan, bando nekomimi yang sukses membuatku kembali berpikir sebenarnya kafe apa yang kita buat.
Aori-chan mencicit. Refleks mengirim kode padaku untuk melindungi nyawanya. Aku menggeleng. Itu mustahil. Langsung dia melompat ke balik punggung Adonis-kun sambil merapal doa.
Sakasaki-kun tanpa banyak omong langsung mengambil langkah seribu menyerbu Aori-chan. Untunglah sebelum terjadi peperangan misalnya mereka saling menjambak sampai botak misalnya---Hokuto-kun dan Souma-kun buru - buru menahannya.
"Te-tenanglah Sakasaki, kostummu masih bisa diperbaiki--"
"DIPERBAIKI GUNDULMU!! LEBIH BAIK AKU PAKAI KAIN KAFAN!!"
"Sakasaki-dono kelihatan cocok kok!! Sungguh!!"
"DAN KENAPA PULA AKU HARUS MERASA SENANG DENGAN ITU??!!"
Terciptalah keributan baru. Sakasaki-kun yang kehilangan kendali langsung menjambak keras - keras Souma-kun. Souma-kun menjerit histeris, balas menjambaknya. Hokuto-kun segera memisahkan diri dengan panik. Tapi sayangnya baru selangkah dia kesandung kabel, sehingga dirinya terjatuh. Disusul Sakasaki-kun dan Souma-kun yang ikut terjatuh sambil bergumul kuat.
"ENAK SAJA MENJAMBAK RAMBUTKU!! AKAN KUBUNUH KAU!!"
"COBA SAJA KALAU BISA!! AKU SANTET KAMU DULUAN!!"
Duh, kenapa jadi begini sih??!!
Menyadari situasinya sudah tidak rekam-able, Morisawa-senpai segera mengamankan Tenshouin-senpai dan membawa serta Aori-chan bersamanya. Mendadak situasi kelas berubah menjadi siaga 1. Salah satu anggota dekorasi langsung menutup pintu, khawatir keributan ini sampai di telinga Kunugi-sensei atau bagaimana. Keduanya pun masih bertengkar hebat di tengah kelas.
"Mi-minna!! Tenanglah!!" Mungkin karena ngeri, Makoto-kun takut - takut maju hendak melerai. Tapi sialnya wajahnya malah kena tampar sepatu Souma-kun yang tanpa sengaja terlempar. Aku menjerit kaget melihatnya.
Sepertinya situasi mulai berimbang, Sakasaki-kun berhasil menjatuhkan Souma-kun. Bersiap menjambak rambut panjangnya lagi. Sebelum keributan makin merambat dengan kehisterisan Souma-kun yang akan melihat rambut panjangnya terpotong mengenaskan, dengan sekali gerakan cepat aku menendang wajah Sakasaki-kun. Berhasil, Sakasaki-kun terpental. Souma-kun masih shock, langsung diungsikan oleh Adonis-kun menuju pojok ruangan.
Sekarang tinggal aku dan Sakasaki-kun yang masih bangun. Orangnya sendiri mengerang, mungkin tendanganku barusan terlalu keras. Begitu matanya terbuka, aku langsung menjatuhkannya sekali lagi.
Gantian Subaru-kun yang menjerit histeris. Anak - anak kelas terdiam bingung harus ngapain. Menguasai Sakasaki-kun, aku menjerit - jerit diatasnya.
"SADAR WOY!! SADARLAH!! KAU HAMPIR SAJA BERBUAT KRIMINAL!!"
"GAK MAUUU!! AKU GAK MAU PAKAI KOSTUM INI!!" Jeritnya berontak. Aku gak kuat, langsung terpental oleh tendangannya. Secepat kilat dia bangun. Mendadak aku baru sadar kalau matanya sudah sembap habis menangis. Meninggalkanku yang terbengong, dia langsung ambil langkah seribu menuju pintu kelas.
"Pokoknya gak mau!! Aku mau pergi!!"
"Tunggu--Sakasaki---"
Begitu dia membuka pintu, sosok Aori-chan yang ketakutan langsung menyambutnya. Dihadapkan dengan mangsa empuk yang bertanggung jawab atas semua ini, mendadak hawa membunuhnya keluar lagi.
"Kau!! Akan ku--"
"KUBILANG TUNGGU SAKASAKI-KUN--"
BREEET---
Suara tadi langsung memecah keributan dalam sekejap.
Sakasaki-kun otomatis terhenti, bingung darimana suara itu berasal. Aku juga bingung, meski selanjutnya langsung terkesiap melihat potongan kain di tanganku. Aori-chan juga terkesiap kecil, bingung harus berkata apa. Yang lain yang menyusul dari kelas juga langsung menyadarinya dan kehilangan kata - kata.
"A-anu, Sakasaki-kun...."
"A-apa??"
"A-anu... itu..."
Belum sempat aku mengutarakan kata - kata yang pas untuk memberitahunya, tiba - tiba sebuah kepala sudah nongol dari balik dinding.
"Daritadi kelas kalian ribut sekali, kelasku jadi gak tenang sekali mempersiapkannya. Karena keributan kalian sudah tidak bisa ditoleransi jadi sebaiknya aku kesini saja dan are---"
Itu Itsuki-senpai. Yang tampak marah - marah dengan mademoiselle-nya. Di belakangnya menyusul Sena-senpai yang sudah kembali normal dan juga Hakaze-senpai. Ternyata tak hanya itu saja, Hibiki-senpai, Mashiro-kun, dan beberapa anak lain juga mengintip penasaran. Mungkin lebih tepatnya ngeri setelah mendengar suara - suara tadi.
Aku langsung membuang kain di tanganku.
"Sakasaki, kenapa kau tidak pakai celana??"
Andaikata aku bisa teleportasi, maka aku akan teleportasi saat itu juga. Sakasaki-kun sepertinya mulai menyadari apa yang terjadi dan mengintip bagian bawah tubuhnya yang sudah tidak proper lagi untuk dibahas di karya ini atau karya ini akan diblokir. Aori-chan sudah menutup matanya, sementara yang lain sudah membuang muka malu sepertiku. Menyadari dirinya baru saja dipermalukan di depan sekolah, Sakasaki-kun kembali mendongak.
"Se-senpai--" suaranya bergetar, begitu juga tubuhnya. Yang lain masih berbisik - bisik. Tanpa bisa dicegah siapapun, tubuhnya langsung oleng dan jatuh.
"Sakasaki-kun!!" Seruku kalap, tapi sudah terlambat.
Lantas begitu saja, Sakasaki-kun pun jatuh pingsan. Entah karena shock atau karena kelelahan lahir dan batin. Koridor lengang. Angin sore hari pelan masuk mengisi celah - celah diantara kami. Aku menelan ludah bingung.
Untuk mempersingkat urusan, akhirnya Tenshouin-senpai angkat bicara.
"Aku akan berpura - pura tidak melihat semua ini. Jadi kalian kembalilah ke kelas masing - masing dan untuk kelas 2-A, tolong rapihkan semua sisa keributan ini sebelum Kunugi-sensei mengetahuinya. Selamat Sore, ditunggu karya kalian saat festival nanti."
Begitu mengatakannya, Tenshouin-senpai langsung angkat diri dari situ. Mengikutinya, dalam diam yang lain juga pelan kembali ke kelas masing - masing. Makoto-kun yang kacamatanya sudah pecah beserta Hokuto-kun yang sudah bangun sejak tadi bergerak cepat menyeret Sakasaki-kun kembali ke kelas. Meninggalkanku yang serba bingung di koridor, Aori-chan pelan menghampiriku dan menepuk bahuku.
"A-aku duluan ya. Kostum Sakasaki-kun yang baru akan segera kukirim sebelum festival."
Barulah aku sadar akan apa yang terjadi.
~~~~
Hari sudah berubah sore, belum petang sih. Atas apa yang terjadi hari itu, Hokuto-kun selaku ketua kelas dengan bijak segera memulangkan kita secepat mungkin. Yang lain rupanya setuju sehati satu suara karena semuanya langsung sibuk berkemas - kemas dan cepat - cepat pergi dari TKP. Sedangkan diriku yang baru dilanda rasa shock dengan pelan merapihkan barang - barangku dan mengganti bajuku kembali dengan seragam.
Begitu sampai loker sepatu, pikiranku masih berkecamuk. Lebih tepatnya, ngeri membayangkan hari festival nanti. Tapi sepertinya tidak akan seheboh ini sih kurasa. Semoga. Ya, semoga saja. Bisa - bisa Yumenosaki masuk ke daftar sekolah paling buruk di negara ini. Daripada memikirkan itu, lebih baik aku menghubungi---ah!!
Kepalaku tertahan oleh sesuatu. Refleks aku mundur ke belakang. Rupanya pegangan payung. Payung yang disodorkan ke wajahku oleh seseorang. Dan seseorang itu adalah Mao-kun.
"Masih trauma??" Adalah kata - kata pertama yang keluar dari mulutnya. Aku menghela nafas.
"Kurasa begitu." Jawabku. Dia tidak bereaksi. Aku mengambil sepatuku lalu memakainya.
"Aku sedang tidak ingin membicarakannya. Rasanya mengerikan."
"Kalau begitu bagaimana kalau kita bicarakan hal lain??"
Aku mendongak. Mao-kun menggaruk tengkuknya ragu. Wajahnya sudah berubah merah. Payungnya dia sampirkan di sampingnya.
"Kutraktir. Ada yang ingin kubicarakan bersamamu. Berdua saja. Boleh??" Tanyanya malu - malu. Sekilas mencoba menebak reaksiku meski dia langsung membuang pandangannya. Sepertinya benar - benar ada sesuatu.
Aku melirik jam di dinding. Masih sore, belum malam - malam banget. Kurasa takkan masalah kalau dia mau mengajakku makan dulu. Sekalian menyegarkan pikiranku setelah kejadian tadi. Maka dengan ringan hati, aku tersenyum kepadanya.
"Tentu, kenapa tidak??"
Wajahnya langsung berubah senang.
Sepanjang jalan Mao-kun mengajak ngobrol tentang apa saja. Tentang cuaca, tentang Ritsu-kun, tentang bunga di depan rumahnya, tentang adiknya yang ternyata khianat malah jadi fansnya UNDEAD, tentang sepatu barunya, tentang OSIS yang makin kacau, juga tentang macam - macam. Saat aku bertanya kenapa dia mencari topik random seperti itu, dia menjawab,
"So-soalnya aku kangen (Name)-chan.... jadinya terlalu semangat, hehe...."
Oke, aku jadi rada menyesal telah bertanya.
Tak terasa tau - tau kita sudah sampai di sebuah kafe. Oh, rupanya ini kafe favoritnya Tsukasa-kun yang tempo hari kami kunjungi. Enggak sih, sebenarnya udah bukan tempo hari. Udah lama. Tapi lupakanlah ya. Kukira aku akan bertemu Kirya-san disini. Tapi sepertinya dia sedang cuti. Mao-kun dengan bijak memilih meja di tengah - tengah, dan mempersilahkanku duduk.
"(Name)-chan boleh pesan apa saja kok. Asalkan dibawah 500 yen ya." Katanya. Aku menaikkan alis.
"Memangnya kenapa??" Tanyaku penasaran. Dia santai melepas jepit rambutnya.
"Lagi bokek soalnya." Jawabnya dengan wajah santuy.
Oh, dikirain apaan.
Karena tak tega, akhirnya aku pun hanya memesan segelas es teh. Lain halnya dengan Mao-kun yang memesan milkshake. Pelayannya mencatat dengan maklum setelah mengintip tas Mao-kun yang rada tipis, lalu setelah itu meninggalkan kami berdua. Aku iseng memainkan kotak tusuk gigi di hadapanku.
"Jadi...." pancingku memulai pembicaraan. "Apa yang ingin kau bicarakan??"
Mao-kun baru saja selesai menata kembali rambutnya. Melihat wajah seriusku sepertinya dia paham kalau dia tak bisa melanjutkan kembali prolognya tadi. Sambil berdehem gugup, dia akhirnya membuka suara.
"(Name)-chan.... saat festival ada waktu luang kah??" Tanyanya. Aku menopang dagu, berpikir sejenak.
"Shift-ku saat hari pertama hanya saat pagi sampai siang. Lalu hari kedua baru siangnya sampai sore. Diluar itu kurasa kosong. Ada apa memangnya??" Tanyaku balik sambil memajukan badan. Mao-kun berjengit. Mempersiapkan diri untuk menjawab alasan yang sebenarnya.
"Ka-kalau tidak keberatan, maukah kau keliling bersamaku??" Ajaknya, dengan suara pelan yang hampir tak terdengar. Begitu aku menelengkan kepala, wajahnya langsung ia palingkan. Sepertinya dia benar - benar serius mengajakku. Apalagi tadi dia bilang kalau dia kangen padaku. Agak tersentuh sih sebenarnya. Akhirnya aku mengalah, duduk kembali di kursiku dengan rapih.
Tapi----
"Maafkan aku Mao-kun." Jawabku segera, yang membuat ia menoleh cepat. "Aku tak bisa pergi bersamamu."
"Are---"
"Aku berencana mengajak Maeda datang pada hari pertama." Lanjutku. Mao-kun ingin menyambar, tapi buru - buru aku potong.
"Dan aku ingin mengajak teman - temanku pada hari keduanya." Sambungku. Mao-kun menahan bantahannya, menatapku nanar. Aku terkekeh pelan. "Maafkan aku Mao-kun. Seharusnya aku bisa meluangkan waktuku."
Mao-kun mengusap wajahnya, tersenyum kecewa. "Tak masalah, toh aku tak punya hak untuk menginterupsi. Ka-kalau gitu, selamat bersenang - senang." Lanjutnya sambil menatap mataku. Aku jadi ikutan sedih kan jadinya. Untuk mencairkan suasana, tanganku langsung terjulur mencubit pipinya.
"Itta-tat-ta!! Nandayo (Name)-chan??!!"
"Haha!! Canda ding!! Aku bisa kok luangkan waktuku." Kataku sambil tertawa. Mao-kun mengusap pipinya, menatapku bingung. Aku nyengir.
"Tak hanya kamu, kurasa Trickstar juga ingin jalan bersamaku. Ralat, kurasa satu sekolah ingin mengajakku jalan bersama." Kekehku. Membayangkan betapa kacaunya nanti saat festival. "Tapi kalau kau bisa mengajakku lebih dulu daripada yang lain, kurasa aku bisa meluangkan waktuku." Kataku akhirnya sambil tersenyum.
Mao-kun tak berkata - kata. Refleks ia jatuhkan wajahnya ke atas meja.
"Kamu terlalu baik (Name)-chan. Kau harus hati - hati." Gumamnya, lebih kepada diri sendiri. Aku mendengus.
"Nanti saat aku menikah kau dan adikmu kuundang kok."
"Jangan jatuhkan harapanku begitu saja dong." Protesnya. Aku refleks tertawa. Bertepatan dengan itu, pesanan kami ternyata sudah jadi. Aku dan Mao-kun sama - sama ringan menerimanya.
Setelah itu kami sama - sama asyik mengobrolkan proyek kelas kami. Rupanya kelas sebelah membuat semacam tempat meramal yang membuatku mengira jangan - jangan Sakasaki-kun ikut andil di dalamnya. Tapi Mao-kun segera menenangkanku dengan bilang bahwa mereka hanya meramal abal - abal seperti di majalah remaja.
Sebenarnya aku senang sekali diajak Mao-kun. Tapi aku juga ingin mengajak Darling dan teman - temanku. Toh sudah lama juga aku tidak bertemu mereka. Selain itu Ayah juga ingin berkunjung di hari kedua. Lagipula agak tidak adil juga jika aku hanya jalan dengan Mao-kun. Pasti ntar ada saja yang nyantet eh salah maksudnya ada saja yang ngambek dan sebagainya.
Hari terakhir juga akan ada api unggun kurasa. Jadi waktu bersama teman - temanku takkan terganggu.
Selagi kami asyik mengobrol, tahu - tahu ponselku tanpa izin bergetar begitu saja. Tanganku meraihnya dari saku rok, dan langsung tersenyum lebar melihat notifikasi yang muncul.
Menyadari perubahan raut wajahku, Mao-kun berhenti tertawa.
"Kenapa??"
Aku menggeleng pelan, enggan menjawab. Sebagai gantinya, jemariku bergerak cepat membalas pesan yang masuk tadi.
Me: SERIUS BENERAN??!! BESOK JALAN YAH??!
Darling: Iya beneran, masa boong. Aku udah luangkan waktu nih!!
Me: Bagus!! Dasar tunangan tak tahu diuntung!! Sudah berapa kali kau batalkan kencan kita!!
Darling: APA KAU BILANG??!!
Me: AHAHAHAHAHA
Oh iya, besok aku mau ngasih tahu sesuatu. Ditunggu ya~~
Darling: Sesuatu?? Apa itu?? Eh tunggu--JANGAN MAIN GANTUNGKAN PERCAKAPAN WOY---
[(NAME) offline]
Aku meletakkan kembali ponselku, lantas menghadap lagi ke Mao-kun.
"Tadi kita sampai mana??"
~~~~
HAE HAEEEE AUTHOR BALIK GAES UHUY!!
Rasanya lebih cepat dari biasanya yah!!//buagh//yak!! Untuk mempersingkat waktu, kita lanjutkan QnA kemaren. Langsung saja!!!
Q: Dare buat arashi : jadi gentle selama sehari, suara harus berat, gak boleh manggil karakter lain pake '-chan', penampilan harus cowok banget
A: Wah wah!! Darenya boleh juga tuh. Sebenarnya menurut Author Arashi juga ganteng sih. Tapi sisi melambainya baik juga sih sebenarnya. Yaudah yuk cop cop!!
Arashi: TUNGGU AUTHOR-CHAN HAYATI BELUM SIAAP---
(Author POV)
Matahari menyapa hari baru. Lagi - lagi disapa matahari. Gak bosen apa ya. Yah, bagus sih. Daripada gak disapa lagi, kiamat dong ntar. Amit - amit deh. Yaudah, sekarang masalahnya bukan itu. Melainkan ini(ini tuh apa woy).
Seorang Kagehira Mika sedang bengong sebengong - bengongnya di kursi kelasnya. Bukan soal apa sih, cuma ada sesuatu yang mengganjal hatinya pagi ini(ceilah). Dan hal itu tak lain tak bukan berasal dari sahabat tersayangnya yaitu Narukami Arashi.
Iya, cowok melambai itu. Kurasa---mungkin---
Mencoba mentralisir rasa khawatirnya, Mika pun mencoba menyapanya. "Pa-pagi Naru-chan..."
"Ou, Mika. Pagi juga."
Gusti nih anak ada masalah hidup apa----
Diam - diam tangan Mika terangkat untuk menenangkan bulu kuduknya sambil membatin sendiri. Maklum, suara berat ala - ala ASMR yang tak ingin didengarnya justru meluncur keluar kelewat lancar dari bibir sahabatnya itu. Merasa kupingnya salah fungsi, Mika pun bertanya lagi.
"Naru-chan udah ngerjain PR belom?? Kalau udah boleh ajarin gak??"
Arashi yang biasanya pasti akan tersenyum lebar dan mengibaskan tangannya. Lantas dengan kemampuan lari sambil lenggak - lenggok ala model catwalk Arashi dalam sekejap akan mengeluarkan alat tulisnya dan siap menceramahi Mika karena tidak mengerjakan tugas. Iya, ceramahin doang. Gak dibantuin. Namanya juga emak - emak. Tapi Arashi yang sekarang justru kalem menarik kursi dan balas bertanya.
"Bagian mana yang tidak kau mengerti??"
Refleks Mika langsung bangun dari kursinya dan lari menuju meja Koga. Koga yang menyambut hanya menaikkan alis tanda tak mengerti. Mika sebenarnya pengen jelasin, tapi udah kadung mual jadi yasudahlah ya. Sementara itu Arashi tidak bereaksi di tempatnya, hanya bergumam bingung apa salahnya.
Sebenarnya banyak sih salahnya. Gak salah(??). Sembari lupakan soal Mika yang sudah berjanji untuk mengecek kembali kalendernya begitu sampai rumah nanti, Arashi duduk kalem di bangkunya dan membaca buku.
☆☆☆☆
Siang sudah datang. Matahari asyik - asyiknya gantung di atas sana.
Seorang (Name) keluar dari kelasnya sambil berbincang ringan dengan Makoto dan Souma. Sepertinya mereka ingin ke kantin untuk makan siang. Sial tapi tak sial, tau - tau (Name) kesandung kakinya sendiri hingga lantai siap memeluk menyambutnya.
Sret---
Sepertinya ada yang gak rela (Name) dipeluk sama lantai. (Name) menoleh cepat untuk melihat siapa si penolongnya, sebelum akhirnya tersenyum semringah melihat siapa sosoknya.
"Arashi-kun!!"
Arashi tidak balas menyapa, hanya mengangguk penuh karisma dan membantu (Name) untuk berdiri sempurna. Meski merasa bingung, tapi (Name) selayaknya teman yang baik tetap melanjutkan percakapan.
"Arigatou Arashi-kun!! Mau makan siang juga??" Tanyanya ceria. Arashi tidak segera menjawab.
(Name) menelengkan kepalanya. Mungkin di kepala kecilnya sedang terpikirkan kalau - kalau Arashi mungkin lagi kesambet. Arashi gak bilang apa - apa. Hanya tangannya terangkat dan menepuk bahu gadis di hadapannya.
"Lain kali hati - hati ya kalau jalan. Bahaya."
Mengulang tragedi, langsung (Name) berjengit sambil buru - buru menarik kedua sohibnya itu angkat kaki dari TKP. Mungkin rada merinding juga mendengar suara baru(??) Arashi. Sempat berbalik untuk pamitan, sebelum akhirnya melesat pergi seperti dia yang cuma singgah. Eh lah kok curhat. Lagi - lagi Arashi ditinggal sendirian.
Merasa semakin bingung, Arashi membersihkan debu dari bajunya dan melanjutkan perjalanan.
☆☆☆☆☆
Tau - tau sudah sore, dan Matahari pun mulai lelah bersinar. Maklum, energinya gak abadi. Mana nanti malem harus bantuin bulan lagi. Ah sudahlah.
Sebenarnya sore ini Knights harus latihan untuk DreamFes nanti. Nantinya itu maksudnya kapan - kapan. Izumi maksa semuanya buat latihan karena ia tahu kalo gak disuruh semuanya pasti bakal ogah bahkan hanya untuk sekadar melirik ruang latihan. Berbaik hatilah dia. Tapi lagi - lagi kawanku semuanya---seorang Izumi pun bisa menyesal telah melakukan suatu kebaikan.
Izumi sekarang sibuk mengagumi dirinya yang terkejut, sambil duduk bertopang dagu di sudut ruangan. Matanya membelalak lebar, sibuk mengamati makhluk pirang yang sekarang sedang elegan menari di tengah ruangan.
Siapa lagi kalau bukan Arashi. Dirinya yang sudah membuat dua orang hari ini heran diri(??), kini dengan tenang dan penuh karisma memesona seorang kakak kelasnya yang galaknya bisa mengalahkan guru tersadis manapun. Arashi yang biasanya pas latihan cuma sibuk bermonolog sambil curhat dan ghibah sana sini, yang bisanya cuma ngeramein keadaan, kini justru berkeringat paling banyak dari yang lain. Bahkan Tsukasa si tukang sembur pun sampai bingung mesti ngapain. Karena ya... Arashi sudah basah kuyup(??).
Menenangkan hatinya yang gelisah luar biasa, Izumi pun menyudahi kekagumannya dan menghentikan musik.
"Cukup Naru-kun. Kau bisa membuat lantai ruangan basah." Perintah Izumi prihatin menatap lantai kayu. Ia berani bertaruh kalau dia melewatinya dapat dipastikan 100% dia akan terpeleset. Arashi menurut, menyudahi pertunjukkannya dan mengelap keringatnya.
"Ada apa senpai??" Tanya Arashi, sukses membuat Izumi tidak stay cool dan bergidik ngeri. Izumi menggeleng. Seumur hidupnya, baru kali ini Arashi memanggilnya "Senpai" dengan suara yang cowok banget. Menguasai dirinya, dia pun lanjut berkata.
"Aku tahu kau amat bersemangat hari ini. Tapi gerakanmu kurang lentur dari biasanya. Biasanya kau bisa berputar tanpa kesulitan, tapi kali ini kenapa kamu tidak seimbang??" Kritik Izumi pedas seperti biasa sambil mendorong bahu Arashi kasar. Ia kira ia akan mendengar lolongan histeris, tapi yang ia dapat hanya desahan tertahan.
"Tak apa. Hanya sedikit kurang fokus saja." Jawabnya. Izumi menganga. Arashi lalu menatap Izumi lurus - lurus.
"Senpai juga sebaiknya ikut latihan, jangan hanya di pojokan saja." Suara yang keluar dari bibir itu tajam, berat, dan bertenaga hingga Izumi meragukan seluruh indra yang dimilikinya. Singkat kata, Izumi langsung undur diri.
Tanpa banyak prolog(??), Izumi langsung meraih barang - barangnya dan berderap menuju pintu. Tsukasa ingin mencegah, tapi langsung ditepis. Kasian dia. Izumi langsung berjanji pada dirinya sendiri. Ia kira ia akan senang jika Arashi bertingkah seperti cowok, tapi sepertinya impian seperti itu harus dibumi hanguskan sejak kejadian hari ini. Sambil menata hatinya, tau - tau sosok Izumi pun sudah menghilang di balik senja.
Arashi yang ditinggalkan lagi - lagi mengangkat bahunya, cuek lanjut menari lagi. Tsukasa sang saksi kejadian tadi menutup mulut dan sok - sokan latihan di pojokan biar gak ditegur sama Arashi. Serem cuy. Mending dihukum Eichi lah klo gini mah.
Leo dan Ritsu?? Lupakan, mereka sibuk dengan dunia masing - masing.
~TAMAT~
Yeeeey!! Selesaai!!! Uhuy!! Serem gk sih klo Arashi galak tapi galaknya cowok. Klo galak emak2 malah lucu hwhwhwh. Amanat yg bisa diambil adalah, cintailah dirimu apa adanya. Kalo mau berubah silahkan, tapi jangan yang enggak - enggak--//gk gitu.
Oke~~☆☆!! Lanjut ke pertanyaan berikutnya~~☆☆!!!
Q: Dare buat (Name) : cuekkin semua karakter enstars selama sehari
A: Poor our syed boi. Sudahlah. Nggak usah banyak capcus. Kuy lah~~
Simply semua tokoh enstars: AUTHOOOOOOOOORRRRR
(Author POV)
.
KREEEK---
Pintu kelas terbuka. Subaru dan Hokuto yang sibuk bertengkar di kursi mereka langsung menoleh. Makoto yang sedang rame bareng Natsume main H*go bareng juga nengok. Souma dan Adonis yang lagi bahas menu 4 sehat 5 sempurna juga berhenti berbicara. (Name) berdiri di depan pintu kelas. Dengan wajah datar.
"(Name)-chaan!!! Ohayouu~~☆☆!!" Seperti biasa, Subaru sok akrab sok nempel langsung menerjang (Name) dengan pelukan supernya. Tapi (Name) seolah tak melihat apa - apa, lanjut jalan menuju kursinya.
Subaru yang disambut angin, berbalik dengan wajah sebal.
"(Name)-chan!! Aku disini tauk!!" Serunya kesal sambil mengiringi langkah (Name). Diulurkannya tangan untuk menghalangi jalannya (Name). Gadis itu tidak berhenti. Dia menabraknya sebentar, lantas menepisnya pelan.
"Apaan dah tadi, kek palang aja ngalangin." Gumamnya pelan. Cuek bebek meneruskan perjalanannya yang tinggal selangkah.
Subaru membeku, tidak percaya dia baru saja tidak dianggap.
"(NAME)-CHAN!!"
BRAK!!
Gak tanggung - tanggung, dia gebrak meja (Name). Mungkin Subaru pikir kuping (Name) belum dikorek makanya gak kedengeran dia manggil. Atau mungkin matanya kehalang sesuatu jadi tidak melihat Subaru yang ngebet banget pengen nyapa (Name). (Name) sendiri hanya mengerjapkan mata, lantas menatap mejanya heran.
"Apaan sih, kok mejanya gerak sendiri."
Langsung, Subaru K.O.
Merasa ada yang gak beres, Makoto yang prihatin ikut nyamperin (Name).
"O-ohayou (Name)-chan. Gimana kemaren acara TVnya?? Seru gak??" Sapanya kasual. Berusaha mengangkat suatu topik agar gadis itu membalasnya. Namun harapannya segera dipatahkan karena gadis itu malah mengeluarkan ponselnya beserta earphone dan langsung memakainya. Merasa sakit hati, Makoto jatuh di samping Subaru.
"So-sonna...."
"Biar aku saja."
Souma unjuk diri. Rupanya yang lain pun sudah mengelilingi mereka. Souma jongkok di sebelah (Name). Menarik napas pelan.
"AWAS!! ADA ULAR DI KEPALAMU!!" Teriaknya kencang. Auto yang lain terperanjat. Sekalian membatin, sepertinya kali ini (Name) akan merespon. Gak mungkin dia cuma pura - pura budeg kan??
Tapi (Name) tetap anteng. Seolah teriakan tadi cuma angin yang numpang lewat. Santai dia bersenandung mengikuti lagu yang didengarnya. Membiarkan teman - temannya sakit hati berjamaah dan terdiam pahit.
"A-apa kita dilupakan..."
"Jangan berpikiran negatif gitu dong." Bujuk Hokuto-kun prihatin. "Nanti kan Sagami-sensei dateng. Kali aja kalau sama beliau dia merespon."
Akhirnya waktu mendebarkan itu datang. Sagami-sensei datang, memulai kelas seperti biasa.
"Yak!! Hari ini petugas piket adalah Yuuki-kun dan (Last Name)-san. Mohon bantuannya ya!!" Serunya. Makoto berdiri.
"Ba-baik sensei!!"
(Name) masih tetap diam di kursinya.
"(Last Name)-san??" Panggil Sagami-sensei. (Name) tak merespon.
"Kamu tak enak badan kah?? Kok diem aja." Tanya Sagami-sensei sambil mendekati mejanya (Name). (Name) tetap diam membatu. Menerawang ke luar jendela sambil bertopang dagu.
"Bagaimana ini, dia tidak merespon...."
Desah Souma cemas. Hokuto pun setuju. Butir keringat mencemaskan jatuh mengalir di atas pipinya.
Tahu - tahu (Name) menurunkan tangannya. Yang lain langsung semangat, mengira akhirnya dia akan merespon. Tapi yang keluar hanyalah....
"Apaan sih anginnya, dari tadi ganggu banget."
Sagami-sensei langsung---
Hokuto: TUNGGU AUTHOR!! Rasanya mustahil kalau seperti itu. Dan lagipula, memangnya itu bisa dihitung sebagai nyuekin??
Author: Hehehe namanya juga receh. Lagian author kan juga gak jago nyuekin orang :"))
Koga: Dasar emang kamu gak berguna yah. Ah sudahlah, kita lanjutkan saja. Ya gak (Last Name)??
(Name): ..........
Subaru: Loh?? (Name)-chan??
(Name):.......
Hajime: (Last Name)-senpai??
(Name):.......
Makoto: GAWAT (NAME)-CHAN BENERAN NYUEKIN KITA!!
Author: EEEEH??!! SERIAL INI KAN BELUM SELESAI??!!
Souma: TE-TENANG AUTHOR!! KAN HANYA UNTUK SEHARI!!
Adonis: Me-memangnya sehari itu seberapa lama?? Kan ceritanya kepotong.....
(Name):.......
Izumi: SUDAHLAH!! SUDAHI CHAPTER INI SAJA!! KALAU CHAPTERNYA SUDAH BERLANJUT DIA PASTI BAKAL BUKA MULUT LAGI!! AYO AUTHOR!!
Author: A-AH iya!! Baiklah!!
Makasih semuanya sudah mengikuti serial ini~~☆☆!! Jangan lupa untuk klik tombol bintang di bawah dan bagikan cerita ini di sosmed~~!! Weyt tunggu---KENAPA AKU JADI PROMOSI BEGINI--
Mak-maksudku!! Terima kasih telah membaca!! Sampai jumpa di chapter berikutnya!! Babai~~~☆☆!!!
(Credit untuk gambarnya: Author sendiri. Iya. Hehe)
.
.
.
(Name):..........
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro