Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Curhat Session

(Name POV)

.

Akhirnya, setelah kehebohan yang Ayah buat karena tiba - tiba datang ke sekolah dengan bercucuran air mata, sebagian besar teman - temanku pun memutuskan untuk menginap. Salah siapa?? Salahin Ayah lah. Kan dia yang mengusulkan.

Ayah: HUACCCHI---

Namun, di luar dugaan, yang datang ternyata lebih banyak. Aku yang sudah merasa bodo amat dengan penampilanku malam itu---hanya memakai kaos lengan pendek dan celana kain panjang---menerima tamu pertama dengan wajah tertekuk maksimal.

"Good night Koneko-chan~~!!"

Siapa lagi kalau bukan Sakasaki Natsume.

Sosoknya datang sendirian, padahal setahuku dia tidak diundang. Dan seingatku--Subaru-kun mengajak Hokuto-kun dan Makoto-kun untuk datang bersama.

"Ya, malam tamu tak diundang."

"Koneko-chan jahat!! Aku diundang kok!!"

"Hilih, bohong mulu kerjaannya."

"Beneran!! Kamu gak baca grup??" Protesnya dengan nada sok putus asa. Merasa ada yang tidak kuketahui, buru - buru aku mengecek ponselku.

Benar saja. Dengan huruf capslock ala - ala orang ngegas Subaru-kun mengumumkan pada anak kelas 2-A bahwa dia akan menginap di rumahku. Tentu saja yang lain jadi tersulut. Aku mengintip. Hmmm.... sepertinya yang menyahut hanya Sakasaki-kun, Souma-kun, dan Adonis-kun.

Subaru-kun sayang. Akan kuhukum kau begitu sampai nanti.

"Yasudah kalau begitu, masuklah. Belum ada yang datang sih."

"Koneko-chan.... suaramu terdengar pasrah sekali."

"Yaiya, masa aku ngusir kamu??" Gertakku sambil melotot. Seperti biasa Sakasaki-kun cuma nyengir. Sambil membawa ranselnya dia masuk ke dalam rumah yang memang sepi.

Begitu masuk ruang keluarga, Ayah yang sedang asyik menonton acara masak segera menoleh.

"Oh!! Sudah ada yang datang??" Tanyanya sambil bangun dari duduknya.

"Sudah. Baru satu orang sih. Ayah, ini Sakasaki Natsume-kun. Dia teman sekelasku."

"Salam kenal paman." Kata Sakasaki-kun sambil membungkuk. Ayah balas membungkuk.

"Salam kenal juga Natsume-kun. Terima kasih telah menjadi teman baik (Name) selama ini." Kata Ayah sambil tersenyum. Natsume balas tersenyum sopan.

"Tentu saja paman. Akan saya jaga (Last Name)-san dengan baik---"

"Emangnya aku pacarmu apa - apaan kalimatmu itu. Dan lagi gak usah sok sok merubah panggilanmu deh." Potongku langsung sambil merengut. Sakasaki-kun hanya mengedipkan sebelah matanya padaku. Dih. Menyebalkan.

Ayah yang menatap kami bersitegang hanya mengeluarkan tanda tanya imajiner di atas kepalanya.

Ting tong!!

Tamu kedua sepertinya telah datang.

Meninggalkan Ayah dan Sakasaki-kun yang tiba - tiba sudah ngomongin soal keramik lantai rumahku, buru - buru aku ke pintu depan. Sepertinya yang datang kali ini adalah rombongan karena suara mereka sudah terdengar bahkan sebelum aku mencapai pintu. Begitu aku buka pintunya, sebuket bunga menyambut pemandanganku.

"(Name)-chanku tercintah yang manis dan cantik!! Pangeranmu datang membawakan sebuket bunga spesial hanya untukmu!!" Seru seseorang dengan suara beratnya. Aku menoleh ke balik buket bunga. Segera aku langsung menyemburkan tawaku keras - keras tanpa belas kasih begitu melihat siapa pelakunya.

"KYAHAHAHA!! SENA-SENPAI, APA - APAAN KALIMATMU BARUSAN!!"

"U-urusai!! A-aku sudah berusaha tahu!!" Seru Sena-senpai kembali seperti biasa dengan wajah malunya. Yap, si pemberi bunga dengan kalimat alay barusan tadi memang Sena-senpai. Sepertinya dia galau begitu tahu Ayah mengundang Knights untuk datang menginap. Aku melirik anggota yang lain. Benar saja. Arashi-kun dan Ritsu-kun mati - matian menahan tawa mereka. Tsukasa-kun dengan wajah polosnya melambai sumringah padaku. Sementara itu Tsukinaga-senpai asyik mengamati bintang.

Aku kembali menatap Sena-senpai yang masih bersikeras menyodorkan buketnya padaku. Meski kali ini dengan caranya sendiri.

"Kau tak mau?? Aku sudah memilihkan susah payah sebelum ke sini lho." Katanya sambil membuang muka. Wajahnya yang pucat sudah memerah habis. Baiklah, karena aku adik kelas yang baik, aku mengambil buket itu dan memeluknya.

Memeluk buket bunganya---maksudku.

"Terima kasih senpai. Bunganya cantik sekali. Pasti senpai sudah berusaha." Balasku sambil tersenyum. Sena-senpai tersentak, meski menatapku lama.

"(Name)...."

"Iya??"

"Boleh aku.... menciummu??"

"He--"

"NGGAK BOLEH!! SENA-SENPAI MESUM!!" Teriak Tsukasa-kun segera sambil memeluk leherku erat - erat. Arashi-kun dan Ritsu-kun yang mendengar kalimat barusan sontak menyoraki kami. Tsukinaga-senpai sepertinya juga mendengar karena dia ikutan menghalangi Sena-senpai dan aku.

"Nggak boleh!! Jadi kamu gitu ya sekarang!!"

"Gitu gimana??!! La-lagian aku cuma bercanda tadi--"

"Aree~~?? Yakin Secchan cuma bercandaa~~??"

"Untung kita datang ya gak Ritsu-chan. Bisa - bisa (Name)-chan hamil besok. Ara ara Tsukasa-chan, kamu lucu sekali sampai menangis begitu--"

"ARASHI-KUN TUTUP MULUTMU DAN JANGAN PERNAH KATAKAN HAL SEPERTI ITUUU!!" Teriakku malu. Astaga apa yang dia bilang?? Hamil?? Aku ini cewek SMA yang baik - baiik!! Bisa - bisanya dia berkata seperti itu. Akan kuhukum dia beserta Subaru-kun nanti.

Arashi-kun masih dengan watadosnya masuk ke dalam rumah sambil memanggil Ayah. Ritsu-kun dengan wajah segar mengikuti sambil ditempelin sama Tsukinaga-senpai.  Baru saja aku mau ikut masuk Sena-senpai tiba - tiba menahan pintu.

"Apaan sih senpai, lepasin dong. Dingin tahu...."

"Kamu beneran gak mau??"

Hmm??

Astaga. Aku baru nyadar dia mengkabedonku. Aku melirik ke sana kemari. Tsukasa-kun sang penyelamatku sepertinya sudah ikut masuk bersama yang lain tadi. Aah!! Saat - saat seperti ini justru aku membutuhkanmu Tsukasa-kun!! ><

Sebelum cerita ini berubah jadi cerita romansa menjijikan aku langsung menyodok perutnya sekuat tenaga. Sena-senpai mengerang kesakitan, lantas dengan dramatis jatuh ke lantai.

"Ingat senpai. Aku hanya adik kelasmu." Kataku tak berusaha terdengar dingin tapi jadinya malah kelewat dingin.

"Gak papa.... aku tetap uhuk--menyukaimu...." erangnya benar - benar terdengar kesakitan.

"Are?? Kenapa Sena-kun terjatuh begitu??"

Aku menoleh. Rombongan selanjutnya datang. Kali ini ada Rei-senpai beserta Koga-kun, Mika-chan, Yuzuru-kun, dan tak terduga---Himemiya-kun.

"Ah!! Selamat datang!! Maaf kalau penyambutannya begini!!" Seruku kikuk begitu menyadari posisiku dan Sena-senpai yang aneh. Rei-senpai seperti biasa tertawa watados ala kakek - kakek sambil melambaikan tangannya.

"Tak masalah (Last Name)-san. Aku yakin Sena-kun habis berniat melakukan sesuatu padamu. Kalau begitu, mohon bantuannya malam ini." Katanya mewakili semuanya. Aku tersenyum.

"Mohon bantuannya juga!! Dan Rei-senpai, tolong lipat payungmu dulu. Nanti saja dibukanya pas di dalam." Pintaku sambil tersenyum sedikit tegas. Maksudku--aku tak mau dia merengek di sini karena payungnya rusak misalnya. Rei-senpai sontak memasang wajah sedihnya.

"Nggak boleh??"

"Nggak. Nggak boleh." Balasku tegas. Rei-senpai mengalah. Sambil menepuk kepalaku, dia pun masuk dengan payungnya yang terlipat. Koga-kun mengekori. Aku melambai padanya. Dia balas dengan dua jari. Mika-chan menghampiriku sambil melompat kecil.

"(Last Name)-san!!"

"Iya, kenapa Mika-chan."

"Jangan panggil aku begitu!!" Katanya sambil memberengut lucu. Aku tertawa.

"Kan lucu. Gak mau??"

"Gak!! Gak mau!!"

"Iya, jadi kenapa??"

Mika-chan memainkan ujung jaketnya. Dia menggaruk pipinya malu.

"Aku senang sekali bisa main ke rumah (Last Name)-san!! Bolehkah aku merasa senang??" Katanya dengan wajah malunya. Mendadak aku terkena serangan jantung mini(mungkin). Ya Tuhan kenapa temenku bisa selucu ini sih??!!

Aku mencubit kedua pipinya gemas. Dia berseru pelan, melebarkan kedua matanya kaget.

"Tentu saja boleh!! Aku juga senang Mika-chan mau main ke rumahku!!" Balasku ceria. Mika-chan mendadak bungkam, wajahnya memerah. Dia menurunkan tanganku. Kemudian tanpa bilang apa - apa, dia berlari ke dalam.

"Eeh??!! Mika-chan!! Kenapa??" Seruku kaget. Terlambat, Mika-chan sudah menghilang di ujung lorong.

"Mungkin Kagehira-sama malu." Timpal Yuzuru-kun tiba - tiba. Entah kenapa, Himemiya-kun juga menempel lekat di sebelahnya.

"Malu?? Malu kenapa??" Tanyaku bingung.

"Karena (Last Name)-san mencubit pipinya."

"???"

"Ngomong - ngomong, Bocchama minta ikut. Tidak apa kan??" Yuzuru-kun menunjuk sebelahnya. Tampak Himemiya-kun yang merengut sebal padaku sambil mencengkram sweater Yuzuru-kun kuat - kuat.

"Tentu saja. Halo Himemiya-kun!! Bagaimana kabarmu??" Tanyaku seolah aku bertanya pada anak kecil. Padahal dia kan hanya adik kelasku. Himemiya-kun manyun, membisikkan sesuatu.

".......jahat."

"Iya, Himemiya-kun bilang apa??" Tanyaku sekali lagi, pura - pura tak mendengar. Himemiya-kun meledak, langsung mencak - mencak di antara aku dan Yuzuru-kun.

"(Name)-chan jahat!! Kok Yuzuru diajak nginep aku enggak??!! (Name)-chan gitu!! Pilih kasih!!" Serunya dengan mata basah. Aku tertawa, pura - pura menyesal.

"Maaf ya Himemiya-kun, kalau gitu aku janji nanti aku masakin sesuatu lagi." Kataku.

"Beneran??!!" Teriaknya, meski mulai melunak. Aku mengangguk. Wajahnya langsung sumringah.

"(Name)-chan memang yang terbaiiik!!" Serunya sambil lompat memelukku. Belum sempat lengannya menyentuhku, Sena-senpai yang ternyata masih disitu buru - buru menahannya.

"Dilarang meluk - meluk (Name) malam ini kecuali dia yang minta." Perintah Sena-senpai sok arogan. Himemiya-kun meleletkan lidahnya, menoleh memohon padaku.

"(Name)-chan mau kan meluk aku?? Mau kan??" Katanya sambil melompat - lompat kecil. Aku tertawa.

"Boleh kok." Aku mengangguk. Merentangkan tanganku. Himemiya-kun buru - buru membalasnya sebelum Sena-senpai berubah pikiran.

"Heee~~~?? Ada apa ini?? Pesta berpelukan??" Seru seseorang. Akhirnya suara familiar itu. Alias rombongan terakhir.

Aku menoleh. Subaru-kun melambai heboh - heboh. Di belakangnya Hokuto-kun dan Mao-kun sedang berdiskusi entah tentang apa. Sementara itu Makoto-kun, Souma-kun, dan Adonis-kun asyik berbagi pisang yang Adonis-kun bawa.

"Belum kok. Pestanya masih nanti." Balasku ngasal. Himemiya-kun melepas pelukannya, lantas pamit masuk duluan. Dia menyeret Sena-senpai dan mengikuti langkah Yuzuru-kun juga.

"Akhirnya!! Aku akan masuk rumah (Name)-chan!!" Seru Subaru-kun dengan mata cerah. Aku mengerjapkan mataku.

"Kalau kau mengatakannya dengan wajah sesenang itu aku bisa menilaimu sebagai mesum loh." Kataku tanpa belas kasih.

"(Name)-chan jahat!! Bukan begitu!!"

"Tapi kalau dipikir memang aku belum pernah masuk sih." Tiba - tiba Hokuto-kun menceletuk. Dia mengamati interior pintu dengan kagum.

"Aku pernah sih masuk. Tapi sebatas ruang tamu saja." Timpal Mao-kun. Ingatanku segera terlempar balik. Ah iya. Waktu itu dia dan UNDEAD dan juga Ritsu-kun menjemputku disini.

"Kalau aku ngajak (Name)-chan ke sekolah bareng. Jadi cuma di seberang doang." Timpal Makoto-kun juga sambil asyik ngemil pisangnya.

"Itu namanya belum masuk dong." Balas Mao-kun. Makoto-kun nyengir.

"Sejauh ini cuma Knights yang berhasil masuk sampai kamarku." Jelasku. Mereka ber-oooh. Berniat tidak bertanya. Padahal aku yakin isi kepala mereka sudah penuh dengan asumsi.

"(Name)-dono, mau pisang??" Tiba - tiba Souma-kun menyodorkan pisang. Aku menggeleng.

"Nggak usah Souma-kun. Yaudah, kita masuk aja yuk--"

"(NAAAAAMMEEEEE)-CHAAAAAAAAAN!!!"*

(*penyebutannya tolong dipanjang - panjangin)

Mendengar teriakan membahana itu sontak kita menoleh ke langit. Terdengar suara itu lagi. Oh bukan. Sepertinya asalnya bukan dari langit.

"(Name)-chan!!" Seru Morisawa-senpai yang tiba - tiba muncul dari belakang kami semua. Mendadak kami menjerit.

"CHII-CHAN SENPAI ASTAGA DATENG DARI MANA---"

"Aku masuk dari jendela belakang?? Gak nyadar??" Tanyanya tak bersalah.

"Enggak!! Sejak kapan senpai masuk ke rumahku lewat jendela??!!" Seruku gak terima. Morisawa-senpai tertawa membahana.

"Bercanda!! Aku masuk rumahmu lewat pintu belakang dengan anggota Ryuseitai lainnya!! Ayahmu mengizinkan!!"

"Oh... begitu...."

"Yaudah yuk masuk. Udah malem juga dingin tahu." Kata Morisawa-senpai. Dipikir - pikir sejak menyambut Knights aku belum masuk - masuk sih.

"Yuuuk!! Ayo kita bersenang - senaaang!!" Seru Subaru-kun duluan. Sambil berlari dia pun masuk. Menyusul yang lainnya yang sibuk mengobrol satu sama lain.

Karena aku tuan rumah aku pun menutup pintu. Sambil menutupnya, pikiranku segera melayang.

Akan jadi apa malam ini??

~~~~

"FWAAAH!!! LEGANYA DIRIKU!!"

Tsukasa-kun dengan wajah merah membanting gelasnya ke meja dengan dramatis. Meski yang lain langsung tersentak, orangnya sendiri malah ketawa - tawa. Aku sendiri menggeser dudukku ke Arashi-kun dan berbisik pelan.

"Arashi-kun, Tsukasa-kun minum jus apel kan??"

Hanya memastikan. Dia masih di bawah umur ya tuhan.

"Hmm?? Gak tahu persis."

Jawabnya dengan wajah polos. Ingin rasanya aku menginjak kakinya hingga hancur. Senpai macam apa sih dia??!!

Oh ya, dan tuan rumah macam apa aku.

"Ayo!! Ayo!! Makan yang banyak ya~~!!"

Dan tebak siapa yang paling semangat. Yah. Tentu saja Ayah. Dia dengan wajah paling bahagianya memasak makanan yang sangat beragam dan banyak dan tanpa lelah menyuguhkannya di hadapan kami. Karena yang datang belasan orang tentu meja makan rumahku tak kuat menampung kami semua. Maka kami duduk melingkar di ruang keluarga dan menghampar begitu saja.

"Terima kasih paman, makanannya enak sekali." Jawab Midori-kun sambil mengamati piringnya yang sudah tiga kali ganti makanan. Mata Ayah langsung berbinar, meletakkan nampannya.

"Mau paman masakkan apa lagi??!! Puding boleh, kue boleh, semuanya---"

"Cukup ayah, nanti makanan ini akan terbuang sia - sia." Cegahku buru - buru. Selain aku khawatir listrik rumahku diputus karena kebanyakan memakai kompor(listrik), bisa - bisa Yumenosaki bangkrut karena para idolnya menjadi gendut.

Well, masakan Ayah memang enak - enak. Dan makanan di hadapan kami masih menggunung.

Ayah menyerah, meski tetap tersenyum. Dengan santainya dia mengambil tempat di antara Souma-kun dan Rei-senpai dan mengambil satu piring.

"Paman ikutan makan ya?? Laper soalnya."

Duh, ayahku gini amat yak.

Mungkin karena melihatku refleks memijat dahiku, sebuah tangan mengacak rambutku pelan. Aku menoleh. Morisawa-senpai yang memakai kacamatanya tersenyum padaku.

"Sudahlah. Biarkan Paman bergabung dengan kita. Kalian tak keberatan kan??" Seru Morisawa-senpai pada yang lain. Yang lain hanya mengangguk - angguk tak protes. Di seberang sana Tsukasa-kun makin menjadi "mabuk"nya. Mulai menarik - narik baju Ritsu-kun yang sebenarnya sudah melar.

Aku menghembuskan nafas pelan. Kembali mencomot potongan makanan di piringku. Tsukinaga-senpai yang mungkin bosan menghampiriku dan tanpa izin mulai bermain dengan rambutku.

"Paman boleh tanya??" Sela Ayah.

Sontak semuanya terdiam. Midori-kun yang khidmat mendengarkan Tetora-kun, Shinobu-kun, dan Mao-kun mengobrol menoleh. Shinkai-senpai yang asyik mengamati Mika-chan sok sibuk menjahit juga menoleh. Himemiya-kun yang bersitegang dengan Sena-senpai juga mengunci mulutnya. Subaru-kun yang sempat memaksa Yuzuru-kun untuk jungkir balik juga menghentikan niatnya. Memberikan perhatiannya pada Ayah.

Aku menelan ludah. Menatap Ayah was - was. Apa gerangan yang ingin Ayah tanyakan pada teman - temanku??

Ayah sok memasang wajah serius. Berdeham dua kali. Sontak semuanya memasang wajah tegang. Kali ini giliran aku menyeringai tanggung. Duh ayah. Jangan kasih tekanan dong pada mereka.

Seolah tahu semuanya sudah merasa takut, Ayah malah tersenyum.

"(Name) di sekolah gimana??"

Bahkan aku bersumpah melihat Sena-senpai menjedotkan kepalanya ke tembok.

Sisanya saling tatap. Lega karena ternyata nggak ditanya macam - macam. Bingung karena apa yang harus mereka jawab.

Seseorang mengacungkan tangan. Orang itu adalah Subaru-kun.

"(Name)-chan sangat galak di sekolah om!!" Serunya. Refleks aku mengangkat piringku dan berniat melemparkannya ke wajah tampannya. Buru - buru Morisawa-senpai menahan lenganku.

"(La-Last Name)-san sangat baik paman!! Suka memberikan permen!!" Seru Mika-chan. Kali ini dia menyerukannya dengan wajah memerah.

"Penuh semangat anak muda, amat pengertian." Siapa lagi kalau bukan Rei-senpai yang jawab.

"Kadang (Name)-chan bisa seram kalau sedang marah, tapi dia selalu bisa diandalkan." Jawab Arashi-kun dengan senyum normalnya. Sebagai gantinya dia mencubit pipiku pelan.

"(Name) sangat cantik dengan seragam sekolahnya."

Kami semua sontak menoleh menatap si empunya suara. Sena-senpai----santai memperhatikan gelasnya, meneguknya sedikit.

Tanpa ditahan siapapun aku melemparkan sendal rumahku ke kepalanya.

"Uwa--(Name)??!!" Serunya protes. Aku menjulurkan lidahku. Menatapnya galak.

"Nggak usah bilang hal yang gak penting bisa??!!" Bentakku. Sena-senpai sedikit menggerutu. Lantas dia melirik Ayah yang sedikit membeku melihat kejadian yang baru saja terjadi di depannya.

Sedetik kemudian, Ayah tersenyum penuh pengertian.

"Ternyata kamu menaruh perasaan spesial pada putriku, Izumi-kun." Begitu saja. Kalimat itu keluar dengan normalnya dari mulut Ayah.

Ya tuhan, mau ditaruh dimana wajahku. Aku menarik lengan Arashi-kun, mengerang sekuat tenaga di baliknya. Arashi-kun tersenyum, mengelus kepalaku sambil tertawa greget.

"Tapi om, kita semua sayang (Name)-chan!!" Seru Subaru-kun protes. Dia bangun dari duduknya dan menghampiriku. Hokuto-kun yang melihatnya juga bangun dari duduknya.

"Itu benar paman, memang (Name) adalah bagian penting dari kami." Suaranya terdengar dekat. Aku mendongak. Senyumnya segera menyambutku.

"Meski tak bisa dipungkiri---diantara kita rasa sayang kita memang ada yang berbeda." Kata Mao-kun. Mungkin dia merasa tertantang dengan manuver Sena-senpai tadi. Aku menghadiahinya tatapan tajam. Mao-kun segera membuat kode minta maaf padaku.

"Meski Master galaknya minta ampun." Tiba - tiba wajah Ritsu-kun muncul di dekat kakiku. Aku memekik. Rupanya dia berbaring di depanku.

"Meski (Name)-chan kalau lari suka ninggalin." Sindir Arashi-kun. Aku mencubit lengannya.

"Meski keras kepala." Sahut Koga-kun.

"Meski terkadang tidak peka." Sambung Yuzuru-kun.

"Meski masakannya terlalu enak..." gumam Himemiya-kun.

"Meski suka bikin aku malu gara - gara sering meluk..." ternyata Tsukasa-kun sudah kembali dari "mabuk"nya.

"Meski menyebalkan." Sena-senpai gak mau ketinggalan.

"Meski lumayan membenci payungku." Rei-senpai pura - pura nangis.

"Meski ternyata kekuatannya mengalahkan kami para lelaki." Sahut Mika-chan.

"Meski terkadang terlalu semangat." Makoto-kun terkekeh.

"Meski cengengnya kadang muncul." Sakasaki-kun tersenyum penuh arti padaku. Aku mendelik.

"Meski kadang suka menolak daging pemberianku." Adonis-kun sedikit muram.

"Meski kadang bikin rusuh ruang klub." Curhat Souma-kun.

"Tapi (Last Name)-san selalu menemaniku yang tak bisa berenang..." Shinkai-senpai tersenyum.

"Selalu ada saat aku menangis!!" Shinobu-kun berseru.

"Meski kadang membosankan juga." Tetora-kun tertawa.

"Tapi senyumnya selalu membuat kita semangat." Morisawa-senpai mengelus kepalaku.

"SELALU SIAP SEDIA MENERIAKIKU!!" Seru Tsukinaga-senpai gak nyelo. Aku mengusap telingaku. Pasalnya dia berteriak di telingaku.

"Apapun itu, kita semua sayang (Last Name)-senpai." Kata Midori-kun di luar dugaan.

Tak ada yang berkata setelah itu. Aku menatap Midori-kun kaget. Aku sama sekali tidak menduga dia yang akan mengatakan kalimat itu. Midori-kun menyadari tatapanku, membuang mukanya yang sudah memerah.

Seketika hatiku menghangat.

Menyadari perubahan wajahku, Tsukinaga-senpai segera melompat, mengecup pipiku pelan.

"Aku juga sayang sekali (Name)-chan!!" Serunya---dengan volume suara normalnya yang jarang dia gunakan.

Aku merinding seketika. Memegang bagian yang tadi diciumnya. Bisa dipastikan wajahku sekarang memerah maksimal. Ayah di seberang sana(karena semuanya pindah menempel padaku)juga terbelalak kaget sambil menyeringai aneh.

"Kalau gitu aku juga, sayang sayaaaang sama (Name)-chan!!" Seru Arashi-kun sambil mengecup pipiku satu laginya. Aku terkesiap. Berniat menamparnya. Tapi tanganku sudah diraih seseorang.

"Tak masalah kan??" Kata Yuzuru-kun, lantas dia mengecup tanganku. Aku tambah merinding. Pasti sekarang mukaku sudah horror.

Khawatir akan dicium lagi, aku bangkit berlari, berniat menghampiri Ayah dan berlindung di baliknya, tapi pinggangku keburu dipeluk. Belum sempat aku menoleh, Mao-kun sudah meletakkan dagunya di bahuku.

"Aku juga, makin sayang sama (Name)-chan." Katanya santai. Kali ini aku beneran menginjak kakinya, beranjak ke pelukan Ayah dan merengek.

"Ayaaahhh...."

Ayah tertawa melihat wajah merahku, lantas jail menatap para cowok itu.

"Hayo, yang tadi macem - macem sama (Name) harus menghadapi hukuman dari Paman." Kata Ayah setengah serius setengah bercanda. Aku ingin sekali mencubitnya. Tapi takut dikira durhaka :"((

Tsukasa-kun memelukku dari belakang. Aku makin nempel sama Ayah, menatapnya dengan mata basah.

Tsukasa-kun tertawa, wajahnya sudah kembali normal.

"Janji deh, gak bakal ngapa - ngapain lagi." Katanya memohon. Aku menatap Ayah minta tolong. Sial. Ayah hanya tertawa santai.

"Yasudah, karena kasian (Name)-channya, kita main tepok nyamuk aja yuk." Kata Makoto-kun sambil mengeluarkan kartu yang entah sejak kapan disiapkannya.

"Boleh boleh, nanti kita adakan ronde penyisihan, semifinal, sama final. Oke, semuanya ayo---"

"KALIAAN!!" Jeritku gak habis pikir. Tidakkah mereka mau meminta maaf atas yang tadi mereka lakukan??!! Kenapa malah santai ngusulin main tepok nyamuk sekarang??!! Semuanya tertawa melihat wajah marahku.

Well, meski aku berjanji dalam hatiku akan menghukum mereka yang sudah "macam - macam" padaku malam itu, tetap saja pada akhirnya aku diseret untuk bermain bersama. Meski awalnya aku refleks memukul tangan mereka yang mendekat, pada akhirnya aku tertawa - tawa juga sambil santai mengacak rambutnya Shinobu-kun yang menangis karena kalah. Ayah yang terbawa euforia anak muda ikut bermain dan berhasil memenangkan permainan malam itu sambil tertawa jumawa.

Menjelang tengah malam kami menggelar futon ramai - ramai di ruang keluarga. Karena masih takut aku meminta tidur di pojok dengan Ayah di sebelahku. Ayah mengangguk, tentu saja menyanggupi. Meski pada kenyataannya kita baru tidur jam dua karena saling tak habis bercerita.

Malam yang menyenangkan. Meski harus dibayar oleh mereka yang berlari 100 putaran lusa hari sebagai hukuman dariku. Tapi, siapa yang peduli??

Toh aku sangat senang malam itu.

~~~~~

HALOOOOO!!!

IYEEEYYY AUTHOR BALIK UHUY!!

Kenapa author updatenya sekarang adalah misteri. Apakah karena liburan author jadi banyak waktu?? Ataukah karena niat saja?? Entahlah. Yang pasti mumpung chapternya selesai dalam seminggu dan karena author kebelet ingin melakukan "sesuatu", jadilah updatenya sekarang hehe

Acara menginap keduaaaa!! Yang pertama kan pas di sekolah yang bareng - bareng itu, sekarang jumlahnya mendikit dan di rumah (Name)-chan!! Malam yang aneh tapi tetap menyenangkan~~☆☆

Padahal kalau di dunia nyata mah kalau seabrek cowok minta nginep ke rumah auto di blacklist ama bapak haha. Yah, namanya juga cerita absurd :>

Tadinya author mau skip bagian malem ini, cuma karena sepertinya kalian looking forward ke malam ini, dan gak ada salahnya kan bikin fanservice, akhirnya terciptalah chapter ini dan secara amazing---lancar banget nulisnya hwhw

Sibuk idol boleh, tapi keseharian sekolah gak boleh dilewatkan. Itulah motto author 😎😎//trus

Yossh!! Keseharian remaja normal kalian masih berlanjuut!!

Oh, dan jangan lupa baca dua chapter tambahannya yah♡

Jaa ne~~~☆☆☆


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro