After School, Destination!!
(Name) POV
.
Untuk sebuah kesempatan yang sangat jarang, cerita ini pun dimulai dari sore hari.
Di bawah langit yang gak begitu cerah dan juga gak begitu berawan, aku terpaksa berjalan diapit dua cowok yang sekarang sibuk mengencangkan pegangan mereka pada lenganku. Tak lupa, keduanya juga sibuk melotot sampai orang lain pun sungkan untuk menegur mereka agar minggir sedikit---berhubung mereka dengan maruknya mengambil seluruh bagian trotoar.
Aku mendesah pasrah, berusaha membungkuk sebisa mungkin kepada orang - orang yang jalannya terhalangi oleh kami. Souma-kun dan Yuzuru-kun yang jalan di depan kami menoleh simpati padaku(kecuali Yuzuru-kun yang tampak agak masam), sedangkan Mika-chan dan Hokuto-kun di belakangku berusaha sebisa mungkin menenangkan kedua sahabat mereka yang masih kekeuh mencengkramku---siapa lagi kalau bukan Subaru-kun dan Arashi-kun yang entah kesambet apa jadi berantem begini.
Semua ini berawal siang tadi, di kelas, saat mengerjakan tugas matematika bersama.
"Eh, hari ini mau makan bareng gak??"
Aku dan Hokuto-kun sontak menoleh. Sementara itu Makoto-kun masih khusyuk mengerjakan tugasnya.
Subaru-kun dengan wajah setengah serius, menunjukkan pamflet yang dibagikan kemaren - kemaren oleh Sagami-sensei. Ternyata pamflet tentang spot wisata kota Kyoto yang terkenal. Aku dan Hokuto-kun saling tatap, berpikir apa hubungannya makan bareng dengan wisata kota Kyoto.
"Kita belum tentuin mau kemana nanti pas disana!! Kan ada satu hari bebas sekelompok!!" Seru Subaru-kun gemas. Melambai - lambaikan pamflet itu dengan greget di hadapanku. Aku menyambarnya dengan enggan, membolak - baliknya tanpa minat.
"Aku sih seharian di penginapan juga gak masalah...."
"Kan yang mau begitu (Name)-chan doang, yang lain kan maunya jalan - jalan. Ya kan Hokke??" Tanya Subaru-kun meminta persetujuan ke arah Hokuto-kun. Hokuto-kun yang ditatap akhirnya ikut - ikutan menatap pamflet di tanganku. Mengernyitkan keningnya sebisa mungkin. Aku nyengir melihatnya.
"Aku sih.... mungkin tertarik mencoba manisan tradisional disana... sudah lama aku tidak makan yang manis - manis." Katanya akhirnya. Senyum Subaru-kun semakin sumringah, sementara itu giliran aku yang mengernyit.
"Kan kamu selalu ngantongin konpeito kemana - mana??" Tanyaku bingung. Hokuto-kun berdeham malu.
"Y-ya, gak ada salahnya kan makan yang lebih mahal dikit??" Jawabnya sambil merebut pamflet itu dari tanganku, kali ini beneran serius membolak - balik kertasnya. Aku tertawa melihatnya. Makoto-kun yang rupanya sudah tamat tugas matematikanya ikutan nimbrung.
"Kalau kelompokku sih palingan cuma ke kuil - kuil terkenal. Tapi Isara-kun katanya mau nyoba make kimono gitu." Kata Makoto-kun. Aku dan Subaru-kun ber-ooh pelan. Berusaha membayangkan Mao-kun dengan kimono ataupun baju tradisional. Meski aku sudah sering melihatnya dengan outfit idol bertema tradisional, tetap saja kimono asli akan memberikan kesan segar padanya. Sambil berusaha mengusir haluku akhirnya aku kembali pada tugasku.
"Aku sih siang ini kosong... tapi yang lain gimana?? Takutnya ada kegiatan unit." Kilahku sambil berusaha memecahkan soal terakhir. Pantas saja tadi Makoto-kun khusyuk banget ngerjainnya, wong soalnya susah begini. Aku menoleh ke podium, meski langsung kusesali karena ternyata guru matematika kami sudah menghilang entah kemana.
"Tenang aja, aku udah chat di grup kok." Jawab Subaru-kun--menjawab pertanyaanku tadi. Penasaran, aku merogoh ponselku sendiri. Oh iya benar, rupanya dia sudah mengumumkan di grup chat kelompok yang dibuat beberapa hari lalu. Sepertinya yang lain pun juga kosong karena jawaban mereka segera mengisi layar chat.
"Jadi?? Makan bareng??" Tanya Subaru-kun dengan mata kira - kiranya. Kelihatan banget kalau dia lebih semangat soal makan barengnya dibanding diskusi menentukan destinasi kami nantinya. Aku menghela napas kalah, mengangguk padanya.
"Boleh. Aku izin ke Ayah dulu yah."
"YEEEEY!! (NAME)-CHAN MEMANG YANG TERBAIIIK!!" Teriaknya sambil lompat menerjangku. Aku menjerit panik, soalnya Subaru-kun duduk di hadapanku. Itu artinya dia rela melompati meja kami demi memelukku. Auto kita berdua terjengkang ke belakang, terbentur lantai kelas dengan kerasnya. Meja kami sontak terguling, membuat yang lain menoleh kaget. Selagi aku mengaduh, tahu - tahu guru matematika kami malah datang, berkacak pinggang di hadapanku.
"Kalian ini bukannya ngerjain tugas malah pacaran hah?!?! Emangnya kalian pikir sekolah apa hah?!!" Omelnya dengan gak nyante. Yang lain nyengir prihatin pada kami. Sedangkan Makoto-kun sama Hokuto-kun cuma bisa menelan ludah---menolak ikutan.
Subaru-kun nyengir malu, masih memelukku. Aku tersenyum pasrah, menatap sensei dengan segala harapan yang tersisa.
Akhirnya siang itu pun dihabiskan denganku dan Subaru-kun yang dihukum disuruh berdiri di luar kelas sambil mengangkat satu kaki kami dan menjewer telinga kami.
~~~~
Kembali ke keadaan kini.
Arashi-kun di sampingku yang sepertinya tanpa sepengetahuanku juga ikutan salah makan kayak yang lain---tersenyum manis tapi kejam kepada Subaru-kun. Sebisa mungkin memeluk lenganku dengan erat seolah aku ini bakal kabur ato gimana.
"Nanti (Name)-chan duduknya bakal di sampingku~ Ya kan (Name)-chan?? Sebagai sesama wanita ada banyak hal yang harus kita bicarakan~" katanya yang membuatku menoleh protes karena aku tak ingat apapun soal urusan wanita ini. Tentu saja Subaru-kun tak percaya, menarik lenganku sekuat tenaga tanpa memikirkan perasaanku yang mesti diremas - remas begini.
"Nggak!! (Name)-chan yang duduk di sampingku dan Hokke!! (Name)-chan kan udah sering sama kalian jadi (Name)-chan hari ini bakal sama aku!!" Serunya yang juga membuatku meragukan apakah aku sesering itu meninggalkannya berhubung Subaru-kun selalu nempel - nempel dimanapun aku berada. Arashi-kun tentu saja pantang menyerah. Memeluk lenganku lebih erat. Subaru-kun manyun, menarik lenganku lebih kencang.
Oke, pantang menyerah memang bagus. Tapi tidak untuk saat ini.
Aku menghela napas, lelah dengan kelakuan mereka yang mau - maunya menghabiskan energi mereka demi pertengkaran yang gak ada mutunya ini. Mika-chan di belakang kami makin kalut bingung bagaimana memisahkan kami. Sementara itu Hokuto-kun cukup memijat dahi, mati - matian untuk tidak menimpuk keduanya ataupun menimpuk dirinya sendiri.
"(Name)-chan?? (Name)-chan pilih aku kaan??!!"
"Enggak, (Name)-chan lebih sayang aku sama Hokke!!"
"You know what?? Aku lebih sayang sama diriku. Jadi lepas tangan kalian atau aku yang akan melepas mereka dengan paksa." Ancamku akhirnya sambil menyeringai jahat. Refleks keduanya langsung melepas pegangan mereka. Aku tersenyum puas.
"Nah, kan gini lebih enak. Oke?? Gak usah ributin aku mau duduk di samping siapa karena aku gak bakal duduk di samping kalian." Lanjutku yang membuat kedua bahunya merosot. Senyumku semakin lebar. Sebelum keduanya sempat protes aku langsung meraih tangan Hokuto-kun yang masih sibuk istighfar menahan marah dan Mika-chan yang bengong melihat pertengkaran kecil kami.
"Karena yang menang duluan yang dapet duluan."
"Eh??"
"(Last Name)-san??!!"
Hokuto-kun dan Mika-chan sontak berseru. Tanpa banyak omong lagi---berhubung lokasi restoran cepat saji langganan kami tinggal beberapa ratus meter lagi aku langsung berlari sambil menarik keduanya. Subaru-kun dan Arashi-kun menjerit protes. Yuzuru-kun dan Souma-kun yang adem ayem ngomongin alat masak sedari tadi langsung menoleh dengan kaget begitu kulewati mereka.
"Ayo dong!! Masa kalian cowok kalah sama aku??!!" Seruku sambil meleletkan lidahku. Yuzuru-kun tersenyum miring menyambut tantanganku, langsung ambil ancang - ancang untuk berlari mengejar.
"Jangan anda remehkan saya, (Last Name)-san. Jelas - jelas saya lebih kuat dibanding anda." Katanya. Sedetik kemudian dia langsung berlari mengejar kami. Souma-kun yang ditinggal cuma bisa bengong.
"Jadi (Name)-chan gitu yah!! Lihat aja aku juga kalau niat bisa ngalahin (Name)-chan!!" Seru Subaru-kun gak mau kalah, langsung lompat lari menyusul. Arashi-kun yang tertinggal dan masih baper soal siapa yang lebih kusayang, langsung ikutan tancap gas.
"Gini - gini aku juga anggota klub yang aktif tauuk!!!"
"CHO--MINNA-DONO?!?!"
Sebagai penutup, Souma-kun benar - benar berseru tak percaya kalau ia baru saja ditinggal oleh kita semua.
Aku tertawa, rasanya sudah lama tidak bercanda gak jelas seperti ini bersama teman - temanku dengan normalnya. Padahal ya--tiap hari juga sama chaosnya sih. Orang - orang di jalanan menoleh melihat keributan kami. Beberapa malah berbisik - bisik kami, mengenali sosok kami. Tapi tidak ada yang menghiraukan, semuanya sibuk dengan tawa karena keseruan mendadak yang kita buat.
Meski sesaat kemudian kita sudah duduk mendeprok di depan restoran---kelelahan karena berlari tadi. Cuma Yuzuru-kun yang berdiri kalem tanpa keringat ataupun nafas tersengal sedikit pun. Memang beda yah yang sudah pernah latihan militer. Aku duduk mengatur napas, di sampingku Mika-chan dan Hokuto-kun yang juga sama lelahnya denganku--mana mereka harus menyamakan langkah denganku lagi--duduk menyandarkan bahu mereka padaku. Subaru-kun tiba sesaat kemudian, jatuh tiduran di pangkuan Hokuto-kun. Terakhir, Souma-kun dan Arashi-kun yang rupanya menyerah berlari mengejar kami, tiba dengan napas teratur.
"Makanya jangan tiba - tiba lari gitu." Omel Souma-kun langsung begitu tiba. Aku nyengir, teringat dia tertinggal sendirian di belakang. Yuzuru-kun ikutan menggeleng tak habis pikir, padahal dia yang larinya paling cepet tadi.
"Kalau begitu mari kita masuk minna-sama. Kalau lama - lama disini kita hanya akan mengganggu pelanggan lain." Himbau Yuzuru-kun kepada kami yang masih leyeh - leyeh. Aku beranjak bangkit, disusul Mika-chan dan Hokuto-kun yang susah payah---karena Subaru-kun masih menggelayut di kakinya. Sesaat sebelum masuk restoran, Yuzuru-kun berbalik sebentar menatap kami.
"Oh iya---"
Kami semua menoleh. Yuzuru-kun tersenyum senang.
"Karena saya yang tiba duluan, saya yang akan duduk di samping (Last Name)-san." Katanya cepat. Terlihat kerling puas di matanya. Untuk sesaat aku tertegun.
"Eeeh?!?! Gantian yak sama aku~ Kan Fusshi gak ada motif(??)apa - apa buat duduk di samping (Name)-chan!!" Seru Subaru-kun yang langsung berdiri tegap dan memeluk leherku. Aku menoleh bengis padanya. Itu berarti dia sendiri memang punya motif(??)buat duduk di sampingku(meski aku tidak yakin apa motifnya)!! Yuzuru-kun hanya tertawa bersahaja, menggeleng tegas.
"Tidak bisa Akehoshi-sama, perjanjian adalah perjanjian." Katanya tumben - tumbennya kekeuh. Subaru-kun manyun, tetap tak terima. Mungkin di kepalanya muncul ide absurd seperti mengunci Yuzuru-kun di kamar mandi agar dia bisa duduk di sampingku. Aku menatap Yuzuru-kun curiga, yang dibalas olehnya dengan senyuman manis.
"Hmm?? Ada apa (Last Name)-san??"
"Hmm.... tidak apa - apa." Jawabku langsung, meski kernyit di dahiku tidak menghilang. Yuzuru-kun menatapku lama dengan tatapan yang tak bisa kuterjemahkan, sebelum akhirnya mengangguk dan beranjak menuju konter pemesanan. Sementara itu Arashi-kun langsung muncul seenaknya dan menoel pipiku dengan sengaja.
"Jangan kebanyakan mikir gitu ah. Ntar keriputan loh." Komentarnya. Aku mendengus. Menepis tangannya.
"Tenang aja masih terlalu cepat puluhan tahun bagiku untuk itu." Jawabku langsung, membuatnya nyengir. Aku menatapnya sesaat. Mendadak teringat kejadian beberapa hari lalu.
"Kamu... gak marah kan ikut makan sama kita hari ini...??" Tanyaku hati - hati. Berusaha mengungkit kejadian keduanya yang bersitatap tegang di aula. Arashi-kun menatapku bertanya - tanya. Seolah aku baru saja menanyakan hal yang sudah jelas sekali.
"Tentu saja tidak. Meski aku lebih senangnya ke kafe sih. Tapi makan makanan cepat saji sekali - kali juga tak masalah~" katanya, kelihatan jelas sekali kalau dia tahu maksudku dan berusaha mengelak topik tersebut. Aku menatapnya setengah rumit. Sementara itu yang lain sudah beranjak mencari meja kosong ataupun ikut memesan.
"Maksudku... kamu dan Yuzuru-kun... gak lagi berantem kan....??" Tanyaku lebih jelas. Sudah kadung juga, toh aku memang penasaran. Arashi-kun menatapku serius untuk beberapa detik, sebelum akhirnya kembali ceria seperti biasa.
"Hmm~~?? Di mata (Name)-chan kelihatannya kayak begitu yak?? Enggak kok. Aku ama Yuzuru-chan mah gak pernah berantem~" jawabnya langsung, meski tidak meyakinkanku. Aku cuma ber-hmm. Setengah lega karena kalau apa yang dikatakan Arashi-kun memang benar, maka aku tak perlu khawatir. Tapi sebelum aku ikutan memesan, Arashi-kun berbisik pelan padaku.
"Tapi kita hanya berada di dua sisi yang berlawanan saja."
E-eh??
Aku menoleh kaget. Tapi Arashi-kun sudah keburu kabur, bergabung dengan Mika-chan dan Hokuto-kun yang sudah main kartu dan hanya Tuhan yang tahu sejak kapan mereka membawa kartu tersebut. Aku menghela napas kesal. Lagi - lagi Arashi-kun menggantungkanku begitu saja dengan kata - katanya. Sebenarnya ada apa sih??
"(Na-Name)-dono!!"
Seruan itu membuat lamunanku buyar, segera menoleh ke sumber suara. Souma-kun berdiri sendirian di depan panel layar sentuh yang disediakan oleh restoran ini dengan wajah panik. Ituloh, yang disediakan supaya kita bisa memesan sendiri. Nanti tinggal mengambil makanan kami di kasir. Beberapa restoran cepat saji di daerah kami sudah banyak yang menyediakannya, meski masih banyak juga yang bertahan dengan pemesanan secara manual.
"Kenapa Souma-kun??" Tanyaku sambil menghampirinya yang sudah macam ketemu hantu saja. Dengan wajah pucat, dia menunjuk layar di hadapannya.
"S-se-sepertinya aku merusaknya, (Name)-dono!!" Serunya ketakutan yang membuatku menaikkan alis kaget. Aku mengintip layar yang memang tinggal putihnya. Namun ternyata ada tulisan romaji sederhana di tengahnya.
Anda belum memesan item apapun, pemesanan anda tidak bisa diteruskan ke kasir.
Refleks aku menepuk jidat.
"Ke-kenapa (Name)-dono?! Kenapa (Name)-dono menepuk jidat?!! A-apakah rusaknya parah?!?!" Serunya kalut. Entah apa yang terjadi sampai dia tidak bisa membaca tulisan di layar. Mungkin tadi dia gak sengaja pencet fitur bahasa sehingga bahasanya menjadi bahasa inggris. Aku menoleh masam padanya, meringis pelan.
"Souma-kun.... ini gawat..."
"A-APA??!!"
Mati - matian aku menahan tawa.
"Wah... ini sih, gawat banget. Beneran gawat banget. Mungkin kamu harus menghubungi orangtuamu tentang ini." Kataku menggodanya, entah kenapa jadi iseng menjailinya seperti ini. Padahal tadi Subaru-kun bersamanya jadi harusnya mereka bisa memesan tanpa masalah. Tapi sepertinya Subaru-kun pergi ke toilet---kuharap dia tidak benar - benar mengurung Yuzuru-kun disana--dan jadilah Souma-kun sendirian menghadapi layar ini. Wajah Souma-kun yang sudah pucat jadi makin pucat. Gemetaran dia menatap layar besar di hadapannya.
"A-aku sudah gagal!! Aku akan harakiri disini!!"
"T-tunggu Souma-kun---kita belum study tour loh---" seruku langsung begitu tangannya sudah merogoh katana-nya. Lupa kalau anak ini memang setengah lebay sisanya kelewat serius tapi juga kelewat polos. Souma-kun dengan wajah paling ketakutannya, sudah berlutut sambil memegang sabuk pedangnya. Pengunjung lain menatap kami penasaran, beberapa malah refleks menjerit ketakutan. Saat aku masih berpikir harus kuapakan Souma-kun(seharusnya sih aku langsung minta maaf), tahu - tahu Yuzuru-kun dan Subaru-kun muncul sambil membawa nampan penuh makanan.
"Loh?? Kenapa kalian berdua duduk disini??" Tanya Yuzuru-kun dengan wajah sahajanya seperti biasa. Subaru-kun yang udah asyik ngemil kentang sambil jalan, santai menghampiri layar yang menjadi sumber masalah, mengkliknya tanpa banyak omong. Souma-kun bengong menatap Subaru-kun. Aku serba salah menatap mereka semua.
Setelah beberapa saat, layar telah kembali seperti semula, Subaru-kun tersenyum santai sebagai balasannya.
"Udah bener lagi kok, makanya Zaki-san jangan mati dulu. Lagian kita udah mesen makanan, gak perlu mesen lagi lewat sini." Kata Subaru-kun dengan santai sambil menepuk bahu Souma-kun. Padahal tadi dia yang ninggalin Souma-kun sendirian. Souma-kun menatap Subaru-kun sesaat, sebelum akhirnya terisak.
"A-A-Akehoshi-donoooo----"
"Iya, iya, gak papa. (Name)-chan emang bandel."
"Heh kok jadi aku yang disalahin--" seruku protes. Padahal memang aku yang jail sih. Subaru-kun nge-wink padaku, yang kutanggapi dengan mendengus sebal. Awas saja, nanti kan kubalas(?). Yuzuru-kun malah tertawa, agak lebih lepas dari biasanya. Setelah berhasil menenangkan Souma-kun yang siap harakiri lagi sebagai pengorbanan atas Subaru-kun yang berhasil menyelamatkannya(??)---kita pun bergabung dengan yang lain yang sudah gantian main bekel yang sekali lagi---entah mereka dapatkan darimana.
Meski kombinasi hari ini agak aneh--acara makan - makan/menentukan destinasi pun dimulai dengan lancar.
"Baiklah, karena pada hari pertama kita sudah mengunjungi sebagian besar kuil - kuil dan spot terkenal---kurasa lebih baik kita mencari tempat yang lebih menjurus ke arah kuliner ataupun hal lainnya yang bisa kita pikirkan." Hokuto-kun segera memimpin pertemuan sambil memberikan kami pamflet kota Kyoto yang tadi ditunjukkan Subaru-kun di kelas. Kami semua langsung membungkuk maju, memperhatikan pamflet itu dengan mata menyipit.
"Aku kurang familier dengan Kyoto... aku hanya pernah manggung disana satu hari tanpa kesempatan jalan - jalan." Kataku setelah mengamati pamflet itu sebentar. Yang lain manggut - manggut. Kurasa mereka pun juga gak sering - sering amat ke Kyoto.
"Keluarga Himemiya selalu melakukan perjalanan ke luar negeri dan sudah menjadi tradisi bagi mereka untuk ke Hawaii tiap tahun.... jadi saya sendiri pun tak punya banyak kesempatan untuk keliling Jepang." Giliran Yuzuru-kun yang mengaku. Kita manggut - manggut. Memang beda yah, yang berasal dari golongan atas.
"Aku dengar di Kyoto ada pasar ikan yang besar dan panjaaaang sekali!! Aku ingin kesana!!" Seru Subaru-kun, membalik pamfletnya dengan semangat. Begitu dia memperlihatkan gambarnya, kami semua langsung berseru kagum. Suasananya memang seperti pasar di Jepang pada umumnya--jalannya tidak lebar, di sisi kiri dan kanan jalan dipenuhi toko - toko yang menjual makanan, juga ditutupi oleh atap yang terpasang tinggi sehingga terkesan seperti lorong panjang. Tapi melihat foto - foto ikan segar yang berjajar, membuat kami menelan ludah. Souma-kun bahkan sampai merebut pamfletnya Subaru-kun(padahal dia punya sendiri)dan memelototinya dengan mata berbinar - binar.
"Aku juga gak masalah. Kurasa mencari jajanan segar bersama akan menyenangkan♡." Kata Arashi-kun langsung menyetujui. Mika-chan di sebelahnya mengangguk - angguk. Meski sedari tadi dia agak lebih diam dari biasanya, terlihat jelas bahwa dia pun juga ingin kesana.
"Baiklah, destinasi pertama, Pasar Nishiki." Kata Hokuto-kun sambil me-listnya di kertas form yang dibagikan untuk setiap kelompok. Kami semua berseru riang, semakin semangat membayangkannya.
"Hokuto-chan suka konpeito kan... bagaimana kalau kita ke toko manisan jepang?? Kudengar Kyoto jagonya akan hal itu." Kata Arashi-kun sambil membalik selebarannya dengan semangat. Hokuto-kun menelan ludah kaget, tidak menyangka akan langsung ditanya begitu.
"Yah.... bukannya aku suka juga... tapi konpeito memang enak. Nenekku selalu membawakanku konpeito sejak kecil sehingga aku sendiri pun jadi punya kebiasaan untuk membawanya..." kata Hokuto-kun malu - malu. Tapi tanpa sadar sambil tersenyum. Subaru-kun tertawa melihatnya, segera memotret Hokuto-kun. Yang difoto melotot protes, langsung merebut ponsel Subaru-kun. Subaru-kun gak mau kalah, berusaha merebut ponselnya kembali. Dan sebelum meja kami berguling gak karuan dan kita diusir dari sini---buru - buru aku dan Yuzuru-kun menghentikan. Sisanya malah asyik mencari toko manisan Jepang di ponsel mereka, mencatatnya di form.
"Rasanya jadi acara makan - makan.... bagaimana kalau destinasi selanjutnya tempat buat jalan - jalan?? Untuk membakar kalori gitu." Kata Arashi-kun, tentunya mengkhawatirkan penampilan kita semua. Aku menyeruput sodaku, berpikir keras.
"Bagaimana kalau kita mencoba pengalaman jadi ninja....??"
"Itu menarik, tapi kau terdengar seperti Shinobu-dono, (Name)-dono." Komentar Souma-kun. Aku nyengir. Yah, gak ada salahnya juga kan mencobanya.
"Tapi kan Zaki-san dari keluarga samurai, masa harus jadi samurai lagi pas kita jalan - jalan??" Protes Subaru-kun dengan tidak validnya. Hokuto-kun santai menimpuknya, membuatnya berseru protes.
"Justru Kanzaki bakal lebih senang begitu baka. Dia sudah lama ingin memainkan pedangnya itu." Bela Hokuto-kun membuatku mengernyitkan dahinya. Memang sih, di sekolah kita dan keseharian kita Souma-kun jarang menemukan kesempatan untuk menggunakan pedangnya. Tapi bukan berarti dia bisa menemukan kesempatan itu pas ke Kyoto. Subaru-kun sepertinya memikirkan hal yang sama denganku karena dia cuma bisa nyengir tanggung.
"Kalau gitu kita ke kuil Kinkakuji lagi aja. Kita coba terobos masuk ke dalamnya."
"Kita mau study tour Akehoshi, bukan mau jadi kriminal." Balas Hokuto-kun cepat. Subaru-kun mengerang pasrah. Pada hari pertama kita dijadwalkan untuk mengunjungi Kinkakuji, Kiyomizudera, juga Ginkakuji. Setelah Subaru-kun tahu kalau kita tak bisa masuk ke area kuil, dia langsung kecewa parah dan berusaha keras mencari cara agar bisa masuk. Kabarnya kalau tidak salah bagian dalamnya juga dilapisi emas. Sebagai penyuka kira-kira, sepertinya itu menjadi tujuan hidupnya atau semacamnya.
"Ba-bagaimana kalau kita ke Kuil Fushimi Inari?? Kita bisa jalan naik sambil melewati gerbang Torii-nya." Mika-chan akhirnya membuka suara, mengusulkan sesuatu. Kami semua menoleh, berhenti berdebat. Saling pandang sebentar.
"Itu.... boleh juga." Kataku sebagai yang pertama memberikan respons.
"Namanya juga sama kayak Yuzuru-chan, lucu." Komentar Arashi-kun. Yuzuru-kun menatap protes Arashi-kun dengan alis turun. Tak merasa layak disamakan dengan nama kuil.
"Bisa sebagai latihan fisik yang bagus juga. Semoga cuacanya cerah, dan kita bisa menikmati daun - daun momiji yang berguguran." Timpal Souma-kun berbinar - binar. Sepertinya hal - hal ini juga menjadi kesukaannya.
"Boleh boleh~~!! Itu bisa jadi spot foto yang bagus, nanti kita foto bareng - bareng yah!!" Seru Subaru-kun sudah kembali dari persoalannya berusaha membobol masuk ke dalam kuil. Hokuto-kun mencatat ide itu ke dalam form, lantas tersenyum tipis.
Dengan ini, destinasi kita sudah sempurna.
"Ide bagus Mika-chan!! Biar kita gak gendut karena makan mulu!!" Godaku sambil menyikutnya. Mika-chan tersenyum senang. Menggaruk pipinya.
"Aku juga sudah lama sekali ingin pergi ke sana... tapi Oshi-san malah tidak tertarik untuk kesana." Keluh Mika-chan rada kecewa. Arashi-kun tumben - tumbennya mendelik, mendesah panjang.
"Kalau dia tidak mau membawamu kau bisa kapan saja mengajakku pergi kesana, Mika-chan. Itu akan menjadi kencan yang menarik dibanding biasanya." Kata Arashi-kun merangkul Mika-chan. Mika-chan hanya tertawa. Aku pun ikut tertawa juga.
"Baiklah, karena kita sudah selesai menentukan destinasi, sekarang saatnya bersantaaai!!!" Seru Subaru-kun, mencomot kentang goreng yang sedari tadi dibiarkan mendingin. Souma-kun di sampingnya hanya tersenyum tanggung, mengambil nugget di kotak satunya.
"Aku jarang makan yang seperti ini.... aku bahkan lupa apa nama makanan ini." Kata Souma-kun sambil memakannya. Hokuto-kun yang mendengarnya menoleh, ikut mengambil nugget juga.
"Kalau gitu jangan ragu untuk mengajak aku, Akehoshi, dan Yuuki untuk makan - makan, Kanzaki. Kita sudah sering makan yang seperti ini, jadi kurasa kita bisa mengenalkanmu pada makanan lainnya." Kata Hokuto-kun, tersenyum menepuk bahu temannya itu.
"Boleh boleh!! Ide bagus Hokke!! Ajak Occhan juga, oh, sama Natsume juga!! Kita jalan - jalan sekelas!!" Seru Subaru-kun ikutan. Souma-kun tersenyum malu mendengarnya, tertawa renyah.
"Arigatou, Hidaka-dono, Akehoshi-dono, lain kali ayo bersama - sama ke sini lagi."
"Tentu saja!!"
"Saya juga.... jarang bisa makan makanan yang seperti ini." Giliran Yuzuru-kun yang bercerita. Ragu - ragu memasukkan burger ke dalam mulutnya. Aku nyengir, menoel pipinya iseng.
"Padahal enak begini. Tapi kalau dipikir - pikir, untuk bekalnya Himemiya-kun pun semuanya bahan - bahan mahal dan sehat yah." Komentarku. Yuzuru-kun yang ditoel pipinya langsung memerah malu, menurunkan tanganku.
"I-itu tentu saja, (Last Name)-san... saya harus memikirkan yang terbaik demi Bocchama... dan tolong, jangan sentuh pipi saya sembarangan...." katanya, padahal biasanya pas aku rangkul atau peluk Yuzuru-kun biasa saja. Aku malah tertawa jahat, ganti mencubit pipinya.
"Habis Yuzuru-kun lucu sih!! Kapan - kapan kalau kau kosong ayo kita jalan - jalan. Aku yakin kamu juga belum pernah makan jajanan khas sini kan??" Ajakku dengan kasualnya. Yuzuru-kun keselek, buru - buru minum sodanya. Aku tertawa puas.
"Iiiih, (Name)-chan licik ah. Jalan - jalan berdua doang sama Yuzuru-kun!!" Tiba - tiba Arashi-kun menimpali, mencubit pipi kita berdua. Baik aku maupun Yuzuru-kun langsung mengaduh, berseru protes.
"Ajak kita juga dong!! Kan makin rame makin seru!!" Serunya. Sengaja benar memasang wajah ngambek. Mika-chan di sampingnya cuma menatap kami serba salah. Bingung harus menimpali apa.
"Iya iya ih. Kita jalan - jalan semua. Sekalian ajak anak 2-B yang lain kalau perlu. Kita jalan - kalan sekelas." Kilahku akhirnya. Arashi-kun tersenyum puas. Melepas cubitannya. Sekarang gantian menepuk kepalaku gemas.
"Nah, gitu dong (Name)-chan. Itu baru anak baik~"
"Maaf tapi aku paling gak ingin mendengar itu darimu."
"Apa??!! (Name)-chan curang!! Mau jalan - jalan sama 2-B!! Hokke!! (Name)-chan berkhianat sama kelas kita!!" Seru Subaru-kun seenak jidat tahu - tahu ikutan masuk ke dalam percakapan. Aku melotot sebal, langsung menimpuknya dengan burger yang belum dibuka. Enak aja dibilang pengkhianat. Salah sendiri gak ngajak aku tadi pas merencakan jalan - jalan sekelas. Hokuto-kun tertawa lebar. Menyeringai jahat padaku.
"Wah, (Name).... ini jelas - jelas pengkhianatan..."
"Terserah. Biarin aja, toh aku temennya banyak." Kataku sambil meleletkan lidah. Yang lainnya langsung tertawa. Sementara itu Hokuto-kun cuma menyeringai puas.
Acara makan - makan pun berlanjut sampai setengah jam lagi. Kami asyik mengobrol tentang apa saja. Apapun yang bisa kami pikirkan. Subaru-kun heboh bercerita tentang lemari bajunya Daikichi, Souma-kun bercerita tentang perawatan khusus pedangnya, Mika-chan bercerita tentang boneka hand made-nya, Arashi-kun heboh merekomendasikan kosmetiknya, juga Hokuto-kun yang dipaksa stand-up comedy lagi dan ditutup dengan petuah memilih menu sehat untuk bento dari Yuzuru-kun.
Hari sudah hampir malam saat kita selesai. Berhubung hanya aku cewek sendiri, yang lain pun memaksa buat mengantar aku pulang. Kubilang aku sendiri juga gak apa - apa. Tapi mereka kompak menolak, bilang setidaknya biarkan mereka berguna sebagai cowok bagiku sekali - kali. Aku nyengir, pasrah menerima keputusan mereka.
Dan setelah beberapa ronde hompimpa--ini di luar dugaan sekali--Yuzuru-kun lah yang terpilih untuk mengantarku pulang. Subaru-kun sempat protes, minta ulang lagi hompimpa-nya. Tapi Hokuto-kun buru - buru mengingatkan, kalau keterusan bisa - bisa kita kemalaman pulangnya. Akhirnya beberapa menit kemudian, jadilah aku dan Yuzuru-kun jalan berdua bersisian di trotoar sambil menikmati angin malam yang menyegarkan.
Daerah dekat rumahku memang tidak seramai di pusat perbelanjaan ataupun pusat kota, tapi malam ini entah kenapa sepi sekali. Hanya lampu jalanan dan suara - suara mobil di kejauhan yang menemani kami. Angin malam berhembus kencang, membuatku menggigil.
"Anda tidak apa - apa, (Last Name)-san?? Padahal sudah saya bilang lebih baik kita naik mobil saja... saya bisa meminta keluarga Himemiya untuk menyiapkannya. Saya yakin Bocchama pun takkan keberatan." Kata Yuzuru-kun, prihatin melihatku kedinginan. Aku menggeleng cepat, tertawa pelan.
"Gak perlu lah, toh rumahku juga dekat kok. Aku sudah terbiasa jalan kaki dari tempat tadi. Lagipula, aku sudah lebih dari senang kau mau menemaniku pulang." Tolakku sambil mengusap - usap kedua lenganku. Pintar sekali memang diriku. Sudah jelas - jelas musim gugur, udara semakin mendingin. Tapi aku masih memakai seragam musim panasku. Mungkin karena akhir - akhir ini udara memang agak hangat, jadi aku lengah. Tadi siang pun juga gak dingin - dingin amat. Sial!! Sejak kapan malam jadi sedingin ini?!?!
Yuzuru-kun menatapku lamat - lamat. Aku balas menatapnya heran, menaikkan alis.
"Ke-kenapa Yuzuru-kun??" Tanyaku takut - takut. Kuharap dia berpura - pura tidak melihat aku kedinginan dan membiarkannya begitu saja. Tapi tentu saja seorang Fushimi Yuzuru takkan melakukan hal itu. Dengan cepat dia melepas jas sekolahnya, dan memakaikannya padaku.
"Pakai saja jas saya, (Last Name)-san. Saya tak bisa lebih lama lagi pura - pura tidak melihat anda kedinginan." Katanya lurus sambil mengancingkan jasnya. Aku mengangkat kedua lenganku yang sudah terbungkus jasnya, menggoyangkannya. Meski tinggiku dan Yuzuru-kun tidak beda jauh, tapi jas ini masih terasa longgarnya. Kurasa itu wajar, mengingat aku perempuan dan dia laki - laki.
"Eh tapi.... Yuzuru-kun gak apa - apa?? Gak kedinginan??" Tanyaku. Yuzuru-kun tersenyum tenang, menepuk kepalaku.
"Tenang saja, saya masih memakai sweater saya. Lagipula saya sudah terbiasa dengan cuaca ekstrim sekalipun. (Last Name)-san pakai saja jas saya. Silahkan kembalikan kapanpun anda mau." Katanya. Tentu saja aku akan mengembalikannya secepatnya---tapi kurasa aku tak bisa menolak tawarannya juga. Aku memang kedinginan, dan sejujurnya aku senang dia mau meminjamkan jasnya.
Jadi aku tersenyum padanya, tertawa senang.
"Terima kasih Yuzuru-kun. Aku memang kedinginan. Kau menyelamatkanku."
"A-ah iya... tentu saja. Tak masalah bagi saya." Wajah Yuzuru-kun dengan cepat memerah. Ia langsung memalingkan wajahnya. Melihat wajah merahnya, entah apa yang merasukiku, tahu - tahu tanganku sudah terangkat saja. Sedetik kemudian, tanganku sudah menyentuh pipinya. Sesuai dugaanku, terasa hangat.
"Pipi Yuzuru-kun hangat. Enak." Kataku sambil tertawa pelan. Yuzuru-kun yang tak menyangka akan perlakuan tadi, langsung gelagapan. Memegang pergelangan tanganku panik.
"A- apa yang anda lakukan, (Last Name)-san?!! Kalau ada yang melihat bagaimana?!?!" Serunya panik, wajahnya sudah memerah hebat. Aku hanya terkekeh, masih memegang pipinya.
"Maaf, ternyata aku kedinginan sekali. Wajahnya Yuzuru-kun memerah sih, jadi kupikir 'ah, pasti hangat'." Kataku, tidak terdengar meyakinkan sekali untuk membela tindakanku barusan. Tapi Yuzuru-kun tidak terlihat keberatan sama sekali. Wajahnya memang kompleks(??), tapi tangannya tidak berusaha menurunkan tanganku. Sebagai gantinya, dia justru menatapku lamat - lamat. Seolah menimbang sesuatu.
Sesaat, kita berdua terdiam dalam posisi tersebut.
"(Last Name)-san.... kedinginan kan....??"
Tanya Yuzuru-kun pelan. Pelan sekali. Seolah ia berbisik. Aku menelengkan kepala. Mengangguk jujur.
"Iya... maaf ya..."
"Kalau begitu, saya permisi."
Eh??
Shp---
Tahu - tahu lengan Yuzuru-kun sudah membungkusku. Memelukku erat. Aku sedikit terlompat kaget, tak menyangka akan dipeluk. Yuzuru-kun menyandarkan kepalanya di kepalaku, berbisik pelan.
"Maaf.... tapi aku dengar pelukan bisa membuatmu hangat. Jadi aku pikir... mungkin.... maaf...." katanya tidak jelas. Suaranya yang memang terdengar enak sekarang terdengar jelas di telingaku. Membuat wajahku sendiri memanas.
"A-ah... iya... tak apa..." balasku. Entah kenapa ikut - ikutan dengan suara pelan. Yuzuru-kun tak membalas. Hanya mengelus punggungku.
Angin malam berhembus kembali. Seharusnya membuatku kedinginan lagi. Tapi entah karena aku sedang dipeluk Yuzuru-kun, atau aku memakai jasnya Yuzuru-kun, aku tidak bisa merasakan dinginnya. Alih - alih, aku justru merasa hangat sampai di titik dimana aku bisa merasa kepanasan.
Sepertinya sudah berapa menit berlalu, dan Yuzuru-kun masih memelukku. Merasa sudah kelewat malam(meski aku tidak yakin), aku melonggarkan pelukannya. Tersenyum tipis.
"Ah... Makasih Yuzuru-kun. Aku sudah merasa lebih baik." Kataku. Wajah Yuzuru-kun jauh lebih merah dibanding yang tadi. Aku bisa mendengar detak jantungnya yang keras dari jarak segini. Atau jangan - jangan, itu detak jantungku..??
"Ah, maaf... aku..." Yuzuru-kun buru - buru melepaskan pelukannya. Aku cuma tertawa pelan. Melepas tangannya yang masih menggenggam tanganku.
"Anu... rumahku tinggal belok di persimpangan depan. Jadi, sampai sini saja. Terima kasih sudah mengantarku pulang Yuzuru-kun." Kataku cepat. Yuzuru-kun terlihat seolah mau mengatakan sesuatu, tapi ia menutup mulutnya kembali dan hanya bisa tersenyum.
"Saya juga, senang sekali bisa makan bersama (Last Name)-san dan yang lain hari ini. Sampai bertemu di sekolah besok." Katanya, kembali ke cara berbicaranya yang biasa. Aku tersenyum, membungkuk pelan padanya. Dan sebelum menerima balasannya, aku sudah berlari cepat ke arah rumahku. Tak peduli angin malam justru semakin dingin berhembus.
Selagi aku berlari degup jantungku terasa semakin keras. Tapi aku abai untuk memperhatikannya. Kepalaku terlalu penuh oleh hal - hal baru sampai aku pusing sendiri memikirkannya.
Apa tadi Yuzuru-kun baru saja memelukku?? Yuzuru-kun duluan?? Yuzuru-kun yang itu?!?!
Dan tadi dia bahkan menggunakan "aku"---alih - alih menggunakan "saya" seperti dirinya yang seperti biasa. Baru kali itu aku mendengarnya berbicara seperti itu.
Aku berhenti berlari, merasa sudah jauh dan tak mungkin Yuzuru-kun mengejarku sampai sini. Aku duduk mendeprok, mengatur napasku.
Menenangkan degup jantungku---juga kecamuknya pikiranku.
Sebenarnya....
Sebenarnya apa yang baru saja terjadiiiiiiiii?!?!?!?!?!
~~~~~
YAHOOOOO~~☆☆
AUTHOR IS BACK YEEEEYYYY~~~☆☆
Fufu....
Hehe....
He...
Doki doki gak kalian--//yha
Udah lama author gak nulis scene seperti itu jadinya cengar cengir sendiri dan author harap keluarga author gak curiga atau bagaimana--
Setelah sekian puluh chapter, akhirnya (Name) and Prens nongkrong bareng lagi!! Dan seolah membuat semuanya semakin ribet(??), Arc-nya Yuzuru telah dimulai!! Akankah ada drama baru?? Masalah baru?? Atau jangan - jangan cerita baru??
Yang manapun itu, semuanya tetaplah pilihan kalian fufu~
Dari kemaren author jadi rajin banget baca event/scout storynya ensemble stars. Dan untuk membuat segalanya makin ribet, author selalu baca tengah malem---dan berakhir diomelin emak karena bangun siang tiap hari ehe--//plak
Habis habis, author kangen banget ketemu temen - temen gitu :"((
Bayangkan sudah setahun lebih author gak ketemu siapa - siapa(??), kecuali Ayah, Emak, Abang, Kakek, Nenek, Tante, dan terus begitu aja. Oh, sama kasir indomar*t kadang - kadang. Kalian sendiri gimana?? Ada kesempatan buat kumpul sama temen gak?? Jangan lupa untuk tetap pakai masker dan jaga protokol kesehatan yaah~~☆☆
Setelah baca beberapa story akhirnya author jadi lebih mengenal tokoh - tokoh ensemble stars dan berakhir suka sama tokoh - tokoh yang luar biasa.
Kayak Eichi.
Misal-----
*kohom*
Pokoknya begituu~~☆☆
Bagaimana kelanjutan petualangan (Name)~~?? Apakah dengan ribetnya situasi yang ada, (Name) dan teman - teman bisa menikmati study tour dengan sehat lahir batin(??)~~?? Ataukah justru perjalanan kali ini akan menjadi perjalanan paling chaos dalam hidup kalian~~?? Tunggu cerita - cerita berikutnyaa~~☆☆!!
Terima kasih telah membaca chapter ini, dan sampai jumpa di chapter berikutnyaa~~☆☆!!
Adiooooss~~☆☆
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro