Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

WITD 5. JELAJAH LORONG

Yusril kembali melangkah, kali ini gedungnya berbeda, ia sempat melihat nama tempat yang tertera di papan jalan saat berbelok di persimpangan. Tulisan kuno dengan font cukup besar sangat mencolok di mata Yusril. Pemuda itu juga sempat berhenti, membaca perlahan tulisan yang ia lihat di sana.

"Matriana?"

Setelahnya, tulisan itu menghilang, meninggalkan jejak merah dan berbau. Tak hanya itu, ada beberapa penari pria juga wanita dengan pakaian Roma kuno yang tengah menari di depannya, mengikuti lantun instrumen saint saéns menjadi salam pembuka ketika Yusril membalik tubuhnya. Di sana ia bisa melihat beberapa orang dengan alat musik tradisional mereka masing-masing.

"Mau menari?" tanya seorang gadis muda dengan senyum anggun mengulurkan tangannya di hadapan Yusril.

Pemuda itu tampak diam cukup lama, bahkan tanah yang sebelumnya tandus berubah seperti lantai dansa, di tengah keramaian, para musisi jalanan mulai, ia melihat kembali sekitarnya. Kota kering seketika hidup dan penuh dengan penduduk yang berjalan kaki, naik sepeda bahkan berkendara seperti di kotanya, DEMANIA.

"Bagaimana Tuan? Musik melantun, bahkan para pemuda tampan sepertinu, sudah menari di sana, hanya dirimu yang tersisa," ucap gadis muda yang masih berdiri di depannya.

Kedua mata Yusril menyipit, memerhatikan setiap sudut kota tempatnya berpijak. Tak ada yang mencurigakan, tapi ia ia masih asing dengan tempatnya saat ini. Ada yang aneh, tapi apa? 

Yusril pun melangkah perlahan, ia bahkan tak sadar kalau sebelah tangannya sudah ditarik oleh gadis muda yang kini berlari sambil menggandeng sebelah tangannya. Ia bahkan sudah seperti penyihir tampan dengan pakaiannya saat ini.

"Ikuti langkah kakiku, pegang pinggangku dengan tangan kirimu, dan yang kanan pegang tangan kananku, ikuti iramanya, lalu berputar sesekali mengikuti irama. Kau tampan Tuan, dari mana asalmu?"

Gadis muda yang sama sekali tidak asing dilihat Yusril sama seperti gadis berkepang saat dirinya berada di Arcania, apa manusia bisa membelah diri, pikir Yusril. Pemuda itu tetap diam, mengikuti lantun musik dengan irama berbeda.

"Ini musik romantis, ketika sepasang kekasih sedang berkencan. Di bawah rembulan, sambil menikmati indahnya kota Matriana. Kota cinta dengan banyak rahasia, apa kau percaya Tuan?"

Tidak tahu, Yusril tidak mengerti, tapi ia menikmati sejenak lantun musik seperti kota cinta dari Paris sana. Melangkah ke kiri dan ke kanan, sambil memutarkan tubuh mungil gadis muda yang masih setia menemaninya menari. Diiringi salah satu alat musik klasik seperti biola, di sana Yusril tampak, bahkan tatapan matanya berubah hangat. Sesekali ia memeluk gadis muda itu dari belakang mengikuti irama musik. Di letakkan ya kepala di bahu sebelah kanan gadis muda itu, Yusril pun berbisik pelan.

"Katakan, siapa yang mengundang iblis cantik sepertimu?"

Gadis itu terkekeh, ia bersandar pada dada bidang Yusril yang begitu nyaman. Kedua tangannya justru memegang tangan Yusril yang masih melingkar pada pinggang rampingnya.

"Aku ada untuk menuntun kau berjalan, memberi petunjuk agar kau tak tersesat, bagaimana Tuan, apa sudah lelah?"

Yusril menggeleng, ia kembali diam, bahkan tatapan tajamnya sudah beralih pada salah satu penari pria di sudut ruko dekat kafe lama. Sejak tadi, pria itu menatap ke arah Yusril, bahkan pria itu sudah memberikan kode melalui seringai yang di sembunyikan di balik topi somˈbɾeɾo.

"Tuan, apakah kau ingin minum sesuatu?"

Yusril diam sejenak, kemudian melepaskan peluknya lalu membalik tubuh gadis muda yang tidak diketahui siapa namanya.

"Apa iblis cantik sepertimu akan mengikuti apa yang aku mau?"

Senyum anggun lagi-lagi terlihat jelas di wajah gadis muda itu. Ia semakin cantik apalagi dengan rambut terurai sampai  sepinggang, hanya jepit hitam yang menghiasi di sebelah kiri rambutnya.

"Sejak tadi, kau mengatakan aku iblis cantik, apa aku tidak salah dengar? Kau ini kenapa Tuan? Kau mencari siapa di sini?"

"Adikku, dia lelaki kecil yang tampan dan jelas bukan seperti dirimu yang berpura-pura ini. Katakan, apa yang kau mau? Aku tidak akan membunuh gadis dengan sembarang," ucap Yusril.

Seketika wajah anggun itu menunduk, tanpa rasa sesak telah menyakiti, Yusril hanya diam di tempatnya, hanya bibirnya saja yang tersenyum miring menatap gadis muda yang kini tengah menangis.

Isaknya terdengar di telinga Yusril, tak peduli sedang berada di keramaian atau tidak, pemuda itu memilih melangkah mundur sedikit demi sedikit hingga ia kembali memasang wajah serius sama seperti sebelumnya.

"Aku sudah katakan, lebih baik menari bersamaku, Tuan. Di sini sepi, mereka hanya boneka kayu yang dimainkan dengan sesuka hati. Hanya aku yang paling cantik di sini."

Gadis muda itu berbicara tetapi kepalanya sudah tertunduk, membiarkan rambut indahnya menutupi seluruh wajah, kedua tangannya terbuka lebar di sisi kiri dan kanan tubuh gadis itu. Yusril bisa melihat kalau yang ada di hadapannya bukan manusia.

"Ke mana kekasihmu, mati dibunuh?" tanya Yusril. Gadis muda itu diam.

Yusril tidak yakin, tapi ia bisa menyaksikan penari pria yang sejak tadi menatap tajam ke arahnya tengah mengarahkan sebuah senapan tajam tepat di balik tubuh gadis di depannya.

"Kotamu terlalu indah, tapi sayang, aku tidak ingin menetap walau sebentar."

"Begitu, ya?". pelan suara gadis itu membuat Yusril mengangkat sebelah alisnya.

Ia sudah kesal, karena tertahan oleh gadis muda entah siapa namanya. Bahkan gadis itu tampak menyeramkan saat mengangkat kembali kepalanya. Tatapan luka juga bibir pucat membuat Yusril terdiam kembali.

"Katakan, Matriana, di mana Mandala?"

"Kau pintar Tuan. Kotaku adalah namaku, adikmu tidak di sini. Lihat mereka sudah jatuh, tanah yang kau pijak hanya lumpur merah berbau, kali ini tidak ada siapa pun yang bisa kau temui, kan?"

"Pembohong," ucap Yusril keras.

Tetapi tatapan matanya benar-benar tertuju pada pria yang sama, dengan gerak cepat Yusril mengarahkan satu peluru dari pistol yang ia rampas beberapa detik lalu dari gadis muda yang kini sudah terbujur kaku tak bernyawa.

"Sudah aku katakan, kalau Mandala sudah mati, kota ini terlalu rahasia untuk kamu lintasi. Bahkan, tak ada satu pun napas yang dapat kamu lihat kecuali seekor anjing liar yang tengah menjilat tulang di bawah pohon di sana."

Seketika langkah Yusril terhenti saat bisik itu kembali terdengar, ia pun berbalik, menatap sekitar dengan penuh amarah. Lagi, dia kembali terjebak dalam lorong waktu. Dan sudah beberapa kali melintasi kota mati dengan cerita yang berbeda.

"Keluar lo!" teriak Yusril. Pemuda itu bahkan mempercepat langkahnya saat melihat seseorang melewati pohon tumbang ke arah barat. Di mana ia berdiri sebelum akhirnya kota itu berubah.

"23 Agustus,  kamu sudah melewati lorong waktu hanya untuk menemukan jasad, bahkan tulangnya saja sudah dimakan anjing liar mungkin."

"Di mana lo? Keluar bangsat!

Tak peduli, Yusril tetap berteriak di sepinya suasana malam, kota busuk dengan cinta tragis. Matriana, nama itu seakan tak lepas dari sosok Rubi. Apa... Tidak, Yusril menggeleng, ia tak ingin membuat praduga sebelum menemukan Mandala. Tujuannya hanya Mandala dan manusia kurang ajar yang harus dia habisi nyawanya.

Tanpa sadar sebelah lengannya tertusuk benda tajam, ia memutar tubuhnya, memindai seluruh penjuru tempat itu, hingga tepat di dekat pohon besar di sebelah tiang besi yang hampir rubuh di sana matanya menatap manusia yang sama.

"Siapa dia," gerutunya. Meski menahan sakit, Yusril kembali melangkah. Menyisir kota dengan bangunan runtuh tak berpenghuni. Ia tidak yakin dengan langkahnya sendiri.

"Matriana? Apa itu... Mungkin?"

Tebak Yusril ketika tubuhnya ia sandarkan pada salah satu tembok pada bangunan kusam yang dilewatinya. Bahkan ia memilih duduk dengan menyandarkan kepala yang kembali pusing.

"Mandala, saya tahu kamu ada dan mendengar saya, kan? Tapi kamu di mana?"

Gerutunya sambil memejamkan kedua mata karena menahan penat di kepala. Sampai tak sadar kalau tertidur.

"Ril, Yusril!"


⚓⚓

Halloo apa kabar? Semoga baik-baik aja ya. 😊 Yusril balik lagi nih, siapa yang kangen Tuan tampan kata mbak mbak iblis cantik, katanya.  🤭 Jangan lupa tinggalkan jejak supaya aku makin semangat nulisnya.  😉

Bonus pict Yusril deh 😚

Sampai jumpa di chapter berikutnya bye bye

Publish, 11 September 2024

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro