Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

WITD 3. BUKAN DIA

Dua dini hari Yusril baru kembali setelah berkelana mencari manusia kurang ajar yang selama ini ingin dia habisi nyawanya. Kaki jenjangnya melangkah masuk melewati pintu utama, dalam diam dia melangkah pelan melewati beberapa properti isi rumah itu.

Gelap, sunyi, bahkan terasa sangat dingin. Udara dari luar pun ikut menyambutnya melalui celah pintu bagian bawah. Tak ada sapa, teriak, bahkan senyum manis yang selalu membuatnya candu setiap kali tiba di rumah.  Meski begitu, tetap saja, Yusril akan terlihat dingin di luar sana, berbeda bila pemuda itu sudah sampai di rumah.

Dia  begitu menyedihkan, pakaiannya basah oleh noda amis dari penghianat masa lalu. Dia begitu marah saat menatap wajah lelaki tua yang sebentar lagi akan mati. Seakan memiliki taring, Yusril sudah seperti vampir, berbisik tanpa ragu di sebelah telinga tua itu.

"Ucapkan selamat dan  terima kasih, lalu susul temanmu ke neraka, wahai Pak Tua."

Ia menggeleng, ketika mengingat kalau beberapa jam lalu tangan besarnya cukup untuk membuat dosa. Tak hanya ucapannya yang mengerikan, tatapan, juga  cengkeramannya sangat tidak bersahabat bila tersentuh kulit.

"Dia sudah mati, Askara. Dia di terkam binatang buas malam itu. Tolong ampuni aku," ucap Pak tua dengan gemetarnya.

Tak ada ampun, apalagi memaafkan dengan mudah. Kali ini ia telah menambah list malaikat pencatat amal atas perbuatan jahatnya. Tidak peduli, ia akan di catat sebagai manusia apa nantinya. Yang diharapkan Yusril hanya satu, menemukan adiknya. Entah masih hidup atau sudah mati, setidaknya dia tahu keadaanya bagaimana.

Belum lama Yusril melamun, pemuda itu kembali tersentak karena suara langkah seseorang yang entah dari mana munculnya. Ia menyisir seluruh sudut ruang tamu yang juga terhubung dengan kamar utama di lantai dasar. Tak ada siapa pun kecuali guci besar di sudut ruangan dekat tangga.

"Keluar lo!" teriaknya.

Keras dan menyeramkan, ia tidak takut sama sekali, bahkan selalu membawa senjata andalan di saku celana belakangnya. Perlahan langkah kaki Yusril mulai melangkah, setelah diam memastikan siapa yang datang, pemuda itu dengan cepat menaruh sebelah tangannya pada saku celana belakanh di mana senjata andalan selalu ia bawa.

"Pengecut!" timpalnya lagi.

Tak tahu punya keberanian dari mana sampai musuh pun mungkin akan kabur dengan sendirinya. Sejak pulang ke rumah, Yusril tidak menemukan tanda kalau Nadeva ada di dalam, setelah kemarin bertengkar, pemuda itu juga mengusir bahkan melarang temannya untuk berkunjung dalam waktu dekat. 

Namun, suara gaduh yang berasal entah dari mana membuat telinga Yusril sakit, ia geram, bahkan kesal mendengar suara  decit pintu bersahutan dengan lantai rumah.  Tak hanya itu, suara tetes air pun mulai terdengar dari arah dapur, tak lagi seperti rumah huni, rumahnya kini bisa dikatagorikan sebagai rumah hantu rasanya.

"Kamu masih belum percaya, rupanya? Baiklah,  ikuti saja suara itu, sejauh mana nyalimu bertahan dalam gelap. Ingat, rumahmu bukan di sini, kembali dan berkumpul dengan mereka."

Yusril berbalik, seakan ada seseorang yang berbisik padanya ketika ia berdiri di depan pintu kamar Mandala. Ia mengulurkan sebelah tangannya yang kosong untuk memegang gagang pintu, gemetar, tetapi juga penasaran. Ia tak tahu ada apa di dalam sana. Meski dadanya bergemuruh hebat, nyatanya pemuda itu memilih diam di tempat setelah mengingat kalau dirinya pantang untuk memasuki kamar sang adik.

Ia telah berjanji untuk tidak mencari apa pun di dalam sana. Sudah dua tahun terakhir kamar itu tertutup rapat, tak tahu keadaannya bagaimana. Di lantai dasar memng tak banyak kamar, hanya ada kamar tamu dan kamar Mandela yang terletak dekat dekat dapur sebelah kanan tangga. Sementara kamar miliknya terletak di lantai dua, ada juga kamar tamu lainnya yang ada di pojok kiri dekat balkon.

Kini, Yusril hanya bisa menghela napas berat, memastikan kalau apa yang didengarnya sekadar kesalahan tukang ledeng dua hari lalu sedang memperbaiki salah satu keran air di rumahnya. Ia menggeleng, lalu kembali mendekati sofa kemudian menjatuhkan bokongnya di atas sana. Sambil bersandar menatap langit -langit rumah.

"Sepi. Apa Ibun dan Papa melihat saya di atas  sana? Maafkan saya karena belum bisa menjaga Mandala dengan baik, dia anak kecil ceroboh." gumamnya.

Sambil menutup kedua mata, tanpa sadar kedua tangannya sudah meremas kedua sisi kiri dan kanan celana panjang yang ia kenakan. Keringat mulai membasahi pelipis juga wajahnya. Entah dia bermimpi apa sampai bibirnya pun ikut bergetar. 

"Tidak!" teriaknya begitu kuat.

Napasnya tersengal, keringatnya begitu banyak bercucuran hingga membasahi baju yang masih belum ia ganti. Mungkin kalau Nadeva di sana, pemuda itu sudah kena amuk temannya yang begitu cinta kebersihan.

"Askara?"

Yusril melirik ke kiri dan kanannya, tak ada siapa pun. Sungguh dia sangat benci bisikkan halus di kesunyian dengan udara dingin menerpa tulang menusuk kulit.

"Tidak ada Askara di sini!"

"Kamu melupakan siapa dirimu?"

"Askara sudah mati! Dia sudah mati!"

Tawa itu terasa nyata, menggema di dalam ruangan sepi dengan begitu keras Yusril pun berteriak, ia juga melemparkan bantal sofa yang ada di sebelahnya. Sungguh, dia bukan takut, dia hanya kesal dan ingin sekali membuat sosok yang telah menganggu kehabisan napas. Ia benci, tapi sulit sekali menemukan siapa makhluk kurang ajar itu.

Ia pun beranjak, membiarkan sofa ruang tamu itu berserakan, bahkan permadani yang ada di bawahnya sudah berubah posisi, mungkin benar  Yusril tengah kesal, tetapi pada siapa?

Walaupun tidak setiap malam, tetap saja bisikan-bisikan itu membuatnya geram bahkan tak segan ia memecahkan beberapa benda atau furnitur lain yang ada di rumahnya. Sepeninggal Mandala, Yusril semakin tak terlihat, ia sudah seperti monster berdarah dingin. Memastikan setiap manusia bukan orang yang dia cari.

"Keluar lo brengsek!" Teriaknya.

Suara baratnya menggema, bahkan ia sudah berjalan dengan langkah lebar menaiki anak tangga agar sampai di lantai tertinggi rumah itu. Tepat di depan pintu kamar utama di lantai tersebut, ia menendang pintu tersebut. Melangkah lebar saat memasukinya.

"Di mana lo? Jangan jadi pengecut, brengsek!"

Tak ada sahutan, hanya suara tetes air mengalir dari arah wastafel kamar mandi di kamar itu. Yusril kembali melangkah mendekati kamar mandi yang pintunya sedikit terbuka. Tak ada siapa pun saat ia membuka sedikit lebih lebar.

"Kosong? Bukan dia?"

Namun, ketika melihat ke arah cermin, ada sebuah cahaya aneh terpantul di sana, ia mencoba mendekati cermin itu, lalu memandangnya cukup lekat.

"Bangun woi!"

Yusril terkejut, ia melihat sekeliling, dunia yang berbeda, suasana yang berbeda juga... Ia ada di tempat yang sama sekali tidak ia kenal.

"Gue, di mana?"

"Akhirnya Abang bangun juga, aku khawatir, tahu." 

Suara itu... Yusril mendengar jelas suara itu.  Lantas ia pun segera menoleh ke sebelah kirinya. Anak perempuan cantik dengan tubuh mungilnya mengenakan seragam putih biru.

"Mandala?"

Anak itu menggeleng, lalu mengusap sebelah pipi Yusril sambil tersenyum.

"Abang tadi ketabrak motor, terus Kak Al bawa Abang ke sini, ada yang sakit Bang?"

Yusril menggeleng, ia hanya diam apa yang terjadi? Kenapa dirinya ada di kota yang tidak dia kenal? Siapa mereka? Apa  pemuda itu mengenal mereka sebelumnya?

"Eh, As, udah bangun lo?"

Yusril kembali mengerutkan kening, hanya merasa pusing tapi panggilan itu seakan tak asing di telinganya.

"Apa ini Arcania?"

Diamnya seakan tengah memikirkan sesuatu, ia lupa apa yang terjadi sebelumnya. Yusril hanya ingat kalau dirinya tengah menghabisi Pak Tua di malam dingin dengan penuh kepuasan.

"Bukan Dia."

⚓⚓

Hallo, apa kabar semua semoga selalu baik. Yusril kembali lagi, ada yang kangen nggak nih? Kenalan sama visualnya yuk.  Ini opsi, kalian boleh membayangkan visual versi kalian kok 😊

Yusril Askara Yudha
Pemeran pertama kita, nih, kenalan gih

Terima kasih sudah berkunjung, salam manis Yusril. Tinggalkan jejak supaya aku makin semangat nulisnya bye bye sampai ketemu di chapter berikutnya ya 💃💃💃

Publish, 6 September 2024

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro