Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

WITD 21. SEBUAH GERBANG DI BALIK GUBUK TUA

Mungkin sudah sebulan atau bahkan lebih, Yusril berada di kota GRATINDA yang penuh dengan kisah menyedihkan di balik kota hina sebagai julukannya. Walau sedikit menjengkelkan bila bertemu dengan orang-orang aneh yang tiba-tiba muncul seperti hantu. Bahkan, banyak hal menarik terlebih tentang hutan yang memiliki luas tak terhingga. Yusril sendiri sempat berpikir kalau hutan itu sempat menjadi tempat paling bahagia sebelum akhirnya terbengkalai karena suatu insiden di masa lalu.

Ia seakan bisa melihat dari banyaknya tulang manusia berserakan di mana-mana. Beberapa pedang klasik menancap di tanah seolah memberi kabar, kalau di dalam hutan itu pernah mengalami sebuah peristiwa besar sampai akhirnya tak ada satu pun manusia berhasil keluar dan menjadi jasad abadi.

Selama ia berada di dalam hutan, ia hanya mendapat makanan dari pohon yang memang berbuah tak banyak, beruntung di hutan itu masih memiliki perairan bersih yang sempat di temuinya ketika menyebrangi sebuah sungai kecil tersembunyi di balik goa besar sebelumnya.

Kini, dirinya hanya perlu menunggu terbitnya matahari setelah sekian lama langit selalu berwarna gelap. Yusril sendiri sampai heran, tetapi ia kembali mengingat bagian-bagian kecil ketika dirinya melintasi sebuah lubang waktu. Tak tahu harus sedih atau senang, setiap kali tubuhnya tiba dan mendarat di tempat yang keras. Bahkan terakhir dirinya muncul dari balik tembok sebuah toko kelontong yang menjual banyak benda kuno di dalamnya.

Kali ini, mungkin perjalanan menembus ruang waktu itu akan selesai, setelah ia memilih beristirahat di sebuah gubuk yang hampir rubuh. Ia sudah benar-benar lelah,  tak terkecuali penampilannya pun sudah tak terlihat seperti pemuda baik, ia lebih pantas di sebut pengemis tampan karena beberapa sobek kecil di beberapa bagian seperti lengan, bahu, dan lutut. Bahkan terlihat jelas kalau luka pada tubuhnya belum benar-benar mengering, sesekali masih mengeluarkan darah walau sudah dibalut menggunakan kain.

"Kenapa  tempat ini terasa lebih dingin dari sebelumnya? Apa mungkin tempat ini pernah menjadi pemukiman penduduk? Bagaimana bisa? Bahkan tak terlihat sedikit pun sisa bangunan atau fondasi di sini,"

Yusril diam, tetapi pikirannya seakan berbicara, tak hanya tatapan matanya yang melirik seketika, tetapi pikirannya pun selalu berusaha keras untuk tetap berpikir cara menemukan Mandala tanpa harus membuang energinya kembali.

"Saya tidak yakin, tetapi sejak tadi seperti ada yang mengintai dari jauh," gumamnya pelan.

Sejak Yusril meninggalkan goa, pemuda itu seperti diikuti oleh seseorang, bahkan ketika dirinya bersembunyi pun, masih tetap sama seakan tahu dan semua kegiatan yang Yusril lakukan sudah terbaca sempurna. Hingga akhirnya lagi-lagi sebuah panah kecil kembali menancap sempurna pada dinding gubuk yang terbuat dari anyaman bambu di belakangan ya.

Kedua mata Yusril melebar, bahkan gerakan matanya dengan cepat menangkap kalau ada seseorang yang tengah bersembunyi di balik pohon besar dengan jarak cukup dekat.  Mengingat kejadian sebelumnya, Yusril diam-diam mengeluarkan pisau kecil kesayangannya yang selalu berada di dalam saku celana. Perlahan ia pun bangkit dan melangkah maju, berniat untuk mencari tahu siapa pelakunya, Yusril justru dikejutkan oleh seseorang berpakaian serba hitam seperti jubah berdiri tak jauh dari tempatnya.

"Akhirnya kamu berhasil mencapai akhir pada hutan ini, Askara, selamat datang."

Suara sumbang, itulah yang terdengar oleh Yusril. Pandangannya tak lepas dari sosok berjubah dengan penutup kepala begitu rapat. Hanya sebuah pedang panjang yang terlihat mengkilap dengan noda merah menetes ke tanah di sebelah kanannya.

Yusril mengerutkan keningnya, ia seperti tengah mengingat sesuatu ketika melihat pedang panjang di depannya. Meski tak begitu jelas, tetapi pemuda itu benar-benar tahu siapa yang sudah memakai pedang itu sebelum hari ini tiba.

Kepalanya terasa pusing, tak heran kalau Yusril berteriak kesakitan sambil meremas rambutnya sendiri, walau begitu pandangannya masih tetap tertuju pada sosok yang kini sudah tersenyum puas dari balik tutup kepalanya.

"Bagaimana Askara? Apa kamu sudah mengingat segalanya? Apa perlu aku perlihatkan sesuatu agar kamu memahami satu hal tentang dirimu yang menyedihkan itu."

Yusril memang kesakitan, terlihat beberapa kali pemuda itu meringis, tetapi ia tak bisa diam saat sosok di depannya mulai banyak bicara. Ia pun melirik tajam sambil menunjuk penuh amarah.

"Lo yang selama ini buat DEMANIA berantakan, ternyata."

Suara sumbang lagi-lagi terdengar lebih keras dari sebelumnya, bahkan saat Yusril akan melangkah, suara yang sama kembali menginterupsi sampai pemuda itu memilih diam di tempat dan memandang tajam ke depan.

"Jangan lupakan satu hal, Askara. Setiap kata yang kamu ucapkan adalah sebuah fakta kalau kamu yang membuat semuanya berantakan. Aku hanya bisa mengingatkan," ucapnya pelan.

Di sela panasnya perdebatan, tiba-tiba seseorang muncul dari balik sosok berjubah di depannya. Kedua mata Yusril lagu-lagu melebar, ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Mulutnya terbungkam rapat saat tahu seorang gadis manis tengah menahan sakit pada kedua pergelangan tangannya. Ia terkunci akibat ikatan tali yang begitu kuat.

"Lihatlah, dia yang kamu harapkan selama ini, bukan?"

Yusril tahu, dirinya tak mampu berkata setiap kali menatap wajah teduh gadis manis yang kini menunduk sambil menahan tangis. Sesekali menggeleng untuk meyakinkan hatinya agar tidak terbujuk, tetapi sebuah jerit kesakitan berhasil membuat napasnya memburu, apalagi ketika saat darah kental keluar begitu saja dari pipi mulus gadis di depannya.

"Ups, aku lupa gadis ini yang sudah membuatmu marah, kan?"

"Jangan coba sentuh dia!"

Lantang suara Yusril membuat sosok di depannya kembali tertawa, bahkan ia sudah menarik paksa gadis yang  kini sudah terlihat pucat. Bibir tipisnya kini sudah tak berwarna, bahkan rambut indah yang biasanya diikat pun, terlihat berantakan.

"Ingat Askara, setiap kota yang kamu singgahi memiliki budaya yang berbeda, bahkan tata bahasa pun tak semuanya sama, bila hari ini kamu begitu marah, ingatlah kembali ketika kamu masih berada dalam ruangan itu."

"Bangsat!"

Teriakan Yusril tak berarti apa-apa, tetapi tindakan pemuda itu berhasil membuat satu jejak pada pergelangan tangan sosok yang sudah berpindah posisi bersama dengan gadis manis sebagai tawanannya.

"Hampir. Ternyata kemampuanmu tak ada apa-apanya."

"Oh, ya? Terus kenapa lo tertekan begitu?"

Yusril terheran, tetapi ia menemukan sesuatu dari balik gubuk yang kini ada di depannya. Terlihat jelas kalau wajah penuh amarah juga dendam itu tengah menunggu waktu. Namun, baru akan menyentuh pagar gerbang, tangannya lebih dulu disingkirkan oleh sosok berjubah menggunakan pedangnya.

"Tidak semudah itu untuk melewatinya."

"Berhenti bicara omong kosong, juga berhenti menyebut nama sialan itu kalau Lo nggak mau mati sia-sia."

"Aku hanya ingin mengatakan, kalau kamu akan menyesal."

Yusril tidak peduli, pemuda itu memilih bertarung melawan sosok berjubah, sampai ia hampir kehilangan nyawanya. Beberapa kali pedang di arahkan ke bagian jantungnya, beruntung Yusril bisa menghindar dan memilih menjauh dari pintu gerbang. Pertarungan itu  sudah tak bisa dilerai, walaupun cukup menakutkan sampai Yusril saja sempat terkena ujung pedang sosok berjubah itu. Tepat di bagian lengan, Yusril hanya memandangnya lalu kembali berlari sampai melompati beberapa batang pohon besar untuk mencapai sosok berjubah.

"Kenapa? Masih sanggup, tenagamu untuk melawan aku?" ucap sosok berjubah ketika memandang Yusril yang terlihat kelelahan.

Tetapi pemuda itu tidak peduli, meski lagi-lagi bagian tubuhnya terluka, Yusril tetap diam dan kembali memandang benci ke arah sosok berjubah. Tangannya terkepal kuat saat memegang pisau kesayangannya.

"Lo bener. Setiap rumah memiliki ciri khasnya sendiri, begitu pun dengan kota. Tapi, apa lo ingat satu hal tentang gue?" tanya Yusril. Senyum yang diberikannya tidak seperti biasa. Ia justru berbicara seakan meledeknya.

Belum sempat menjawab, Yusril kembali melemparkan pertanyaan paling jarang ia lontarkan pada siapa pun. "Kita itu sama. Begitu, kan?" lanjutnya.

Yusril tertawa, bahkan tawanya kali ini terdengar menyeramkan. Ia tidak seperti Yusril sebelumnya. Pemuda itu seolah memiliki sesuatu yang begitu mengerikan. Terlihat jelas tatapan mata yang begitu tajam.

"Enggak Yus, jangan melewati gerbang itu!"

Teriak gadis kini sudah berlari mendekat ke arah Yusril ketika pemuda itu melompat dari atas pohon bersama sosok berjubah yang tengah berdiri tak jauh di balik tubuh Yusril.

"Jangan Yusril! Berhenti!"

Teriakan gadis manis itu benar-benar tidak berpengaruh pada Yusril, tetapi membuat tawa sumbang sosok berjubah semakin puas melihatnya.

"Bagus Askara, teruslah melangkah dan kamu akan tahu sendiri, " ucapnya.

"Yusril, aku mohon kendalikan dirimu."

Sosok berjubah itu merangkul bahu gadis manis itu ketika sudah berada di dekatnya, bahkan tanpa menatapnya sosok berjubah itu sedikit menunduk membisikkan sesuatu sampai gadis manis itu berteriak memanggil nama Yusril.

"Tidak lama lagi, bukan?"

"Jahat!"

Sosok berjubah itu tertawa, tetapi enggan untuk menanggapi. Ia justru memilih diam dan membiarkan semuanya berjalan sesuai kehendaknya.

⚓⚓

Hallo, gimana nih kabarnya? Udah gak sabar kan sama kisah Yusril. Aku juga sama, penasaran sama kelanjutannya. Tapi, sebelum itu jangan lupa tinggalkan jejak agar aku makin semangat nulisnya. Dan ya, terima kasih sudah berkunjung salam manis Mas ganteng Yusril. Nyalain notifikasinya biar gak ketinggalan update terbaru dari Whisper in the dark. Setelah ini, kita jemput belahan jiwa Yusril ya, see you. 😘🥰🥰

Publish, 24 Oktober 2024

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro