WITD 14. SIAPA YANG KAMU CARI?
Malam mulai menyapa saat Yusril menyisir sebagian hutan GRATINDA. Ia begitu kesal ketika gadis bermata sipit terus mengikuti langkahnya. Padahal, sore tadi ia sudah memberi ancaman usai membidik habis pasukan berseragam karena telah menghalangi perjalanannya.
Bahkan setelah memastikan tubuh lemahnya kembali mendapat tenaga, ia langsung berlari, meski telah menggores sedikit jejak pada lengan putih dan mulus gadis bermata sipit yang kini sedang bersenandung sambil melirik ke sana dan kemari.
Yusril begitu gemas ingin sekali menarik paksa rambut panjang berkepangnya, tetapi ia ingat tujuannya masuk ke dalam hutan bukan ingin mencuri organ apalagi membuat anak gadis orang berteriak kesakitan. Beruntung gadis itu masih selamat saat dirinya meluapkan amarah, jika tidak sudah dipastikan tubuh mungil itu hanya tinggal nama.
Sesekali Yusril menoleh ke belakang, ia tidak percaya dengan gadis bermata sipit itu. Padahal tubuhnya penuh luka, belum lagi pakaiannya yang sobek di bagian bahu, serta pita merah yang kini masih bertengger manis di salah satu rambut kepangnya, membuat Yusril terdiam sejenak. Pemuda itu berbalik, memerhatikan setiap inci bagian tubuh gadis itu dengan mata tajamnya.
Sementara yang diperhatikan malah mematung karena terkejut hampir menabrak tubuh tegap Yusril di depannya. Keduanya saling pandang, membiarkan embus angin malam menerpa wajah mereka yang mulai terasa dingin.
"Ada apa?" tanya gadis itu pelan.
Gadis asing yang datang tiba-tiba membawa pasukan itu berhasil membuat Yusril penasaran. Bahkan ia hampir saja membuat goresan baru pada pipi mulus gadis di depannya.
"Kakak tidak mengenal aku?"
Kerutan pada kening Yusril membuat gadis itu menggigit bibir bawahnya, apalagi saat memandang wajah dingin Yusril yang tanpa ekspresi itu. Semakin membuatnya takut, tetapi ingin berada di dekat pemuda itu walau sebenarnya ada perasaan cemas setiap kali berdiri terlalu dekat apalagi mengobrol.
"Aku seperti pernah melihat wajahmu di suatu tempat," jawab Yusril.
Meski tidak begitu yakin, pemuda itu tetap mengutarakan rasa penasarannya lalu kembali memandang wajah gadis di depannya sekali lagi. Tak sadar kalau kakinya sudah melangkah maju perlahan, membuat tatapan mengintimidasi itu berubah menjadi penuh kebencian.
Yusril tidak pernah sekesal itu sebelumnya, apalagi saat bersama seorang gadis. Ia hanya malas meladeni. Namun, saat ini situasinya berbeda, ia sangat hafal bagaimana dan siapa orang-orang yang pernah ikut dalam pemberontakan DEMANIA malam itu. Ia begitu ingat wajah orang-orang gila yang telah merenggut dunia bahagianya. Meski malam, tetapi Yusril ingat dengan tato mawar sebagai tanda.
Kini, kedua mata itu menemukan jejaknya pada sosok gadis yang terlihat begitu takut, langkahnya perlahan mundur walau tatapannya masih tertuju pada Yusril.
"Mau apa? Kenapa wajah Kakak seperti penjahat begini," ucapnya gugup.
Keringat dingin sudah membanjiri wajah mungilnya. Sementara Yusril terus menatap tanpa berkedip sedikitpun. Bahkan sebelah tangannya sudah terulur menyentuh bahu mungil gadis di depannya. Tak hanya itu, Yusril juga memberikan sebuah peringatan lewat tekanan pada bahu yang disentuhnya sampai membuat gadis itu meringis kesakitan.
"Ah, Kakak, sakit."
Melihat wajah putus asa gadis di depannya membuat senyum Yusril mengembang sempurna terlihat jelas deretan gigi putih bersihnya. Tak hanya senyumnya yang mengerikan tawa pemuda itu juga membuat gadis di depannya hampir mati karena bahunya perlahan sobek akibat tekanan terlalu keras hingga beberapa kuku jari tangan Yusril menancap.
Gadis itu meringis, tak hanya itu darah segar pun mulai mengalir dari bahunya, sementara Yusril masih mempertahankan diri untuk tidak terbuai karena wajah menyedihkan tawanan yang sudah hampir pingsan di tangannya. Ia seakan lupa kalau orang yang berada di depannya adalah seorang gadis. Lagi dan lagi, Yusril benar-benar mengeluarkan sisi lain setelah menghabisi para pasukan berseragam. Iya juga sudah menyusun rencana sebelum benar-benar memasuki hutan.
Pikirannya hanya pada Mandala, tetapi hatinya merasa ada seseorang yang mengikuti ketika ia sudah berada cukup jauh di dalam hutan. Belum lagi saat bajunya tersangkut pada ranting pohon ketika berlari menghindari beberapa pasukan bersenjata. Ia sudah sangat lelah saat itu, ditambah luka pada lengannya,membuat tubuhnya semakin lemah.
Tak sadar gadis yang kini hampir menutup matanya membuat Yusril kembali menatap tajam. Bahkan tak sedikit pun rasa kasihan di hatinya untuk seorang gadis yang saat ini sudah benar-benar kehilangan separuh kesadarannya.
"Sebenarnya apa yang ingin Kakak cari di hutan ini?"
"Adikku. Di mana kalian menyembunyikan dia?"
Bukan menjawab, gadis itu tertawa, kedua matanya semakin menyipit membuat Yusril sangat kesal. Ia semakin menancapkan kukunya sampai gadis itu melirik tajam ke arah Yusril.
"Kamu tanya aku mencari siapa? Lihat dirimu Askara, aku sudah katakan, kota ini hanya akan menjadikanmu seperti orang gila," ucap gadis itu.
Bahkan dengan cepat tangannya terlepas begitu saja, perlahan kakinya pun melangkah mundur, tetapi sebelah tangannya sudah bersiap untuk melawan saat gadis itu menoleh memerhatikan bahunya yang sudah sobek cukup dalam. Tak lama, gadis itu kembali menatap Yusril dengan kedua tangan mengepal kuat, gadis itu pun tertawa begitu keras sambil telunjuknya mengarah pada Yusril.
"Kamu ingin cari orang itu, bukan? Kamu datang kemari untuk membunuhnya dan membawa jasad orang tampan itu kembali, kan? Tidak bisa, Askara. Tidak akan aku biarkan siapa pun menelusuri hutan ini begitu saja."
"Kenapa? Apa Karena rahasiamu terbongkar begitu cepat? "
Gadis itu menggeleng, ia pun sedikit menunduk lalu sebelah tangan yang lain mencoba meraih wajahnya sendiri. Perlahan ia membuka topeng karet yang memperlihatkan sebagian wajah yang begitu cantik di baliknya.
Yusril tidak heran, karena pemuda itu seolah tahu sejak dirinya datang dan menginjakkan kakinya di tanah GRATINDA. Entah sudah berapa lama dirinya ada di kota itu. Entah sudah berapa lama dirinya tidak mendapatkan nyaman. Hanya sepi juga ketakutan setiap kali dirinya mengingat tentang sosok Mandala.
"Sudah kuduga."
"Terkejut?"
"Tentu tidak, justru aku sangat muak melihat wajahmu berkeliaran di dekatku."
"Oh, ya?"
"Cih! Dasar gadis gila, sudah tahu terluka masih ingin melawan."
Gadis itu kembali tertawa, tetapi detik berikutnya langkah kaki yang semula pelan, justru melangkah lebih cepat dengan sebuah pedang di tangah kirinya.
Beruntung Yusril bisa menghindar, bahkan pemuda itu sudah melompat pada beberapa pohon untuk mengindari serangan gadis gila yang memiliki tato mawar di lehernya.
"Dia sudah mati, Askara."
"Siapa yang sedang kamu bahas?"
"Tidak ada pemuda bodoh yang rela berpetualang hanya untuk mencari jasad yang hilang."
Yusril terkekeh, di atas pohon besar keduanya saling berhadapan, tak hanya Yusril yang kini sudah menodongkan senjata, gadis gila itu pun kini sudah menaruh pedangnya di atas bahu dekat dengan leher Yusril.
"Yakin?"
"Tunggu apalagi?"
⚓⚓
Hai Yusril kembali jangan lupa tinggalkan jejak ya. Terima kasih sudah berkunjung.
Publish, 2 Oktober 2024
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro