www.xnxx.com ... dimulai dari situs kecintaan ini, gue, Megantara Arden, langsung mengambil posisi paling enjoy dalam kamar gue yang lengkap dengan semua fasilitasnya. Bersandar nyaman pada sebuah kursi gaming yang empuk karena memang dijual untuk para gamers yang doyan banget berlama-lama duduk di kursi, sambil menghadap ke komputer, begitulah kondisi gue saat ini.

Tapi bedanya gue sama mereka, rumah gue jelas lebih bagus lah. Jauh banget malah. Jauhnya kalau gue boleh gambarin kayak harus jalan dari Anyer sampai panarukan. Buset, gue Deandles apa gimana ini? Bisa-bisanya kasih gambaran sejauh itu. Tapi serius, gue mana pernah bohong. Gue emang benaran kaya. Lebih tepatnya dari bokap gue yang emang udah kaya raya dari jaman dia kecil dulu. Terus setelah bokap gue meninggal, mungkin diracunin sama nyokap, baru deh kekayaan itu turun ke gue. Cuma yah, gue sih orangnya se chill itu. Enggak kepengen banget yang namanya pamer. Tapi paling orang-orang langsung bisa paham sekaya apa gue dari barang-barang mahal yang gue beli.

Sama deh halnya kayak kalian kalau beli cimin di depan sekolahan, langsung minta dua bungkus sama abang-abangnya juga oke. Enggak perlu takut atau bingung bayarnya pakai apa. Karena kalian ngerasa kaya raya kalau beli jajanan itu.

Loh ... loh, kok gue sampai sedetail itu tahunya?

Karena gue sadar, gue bisa jadi kelihatan sekaya ini karena banyak orang miskin semodel kalian? Enggak percaya? Sama ... jangan percaya sama gue. Gue bukan Tuhan!

Kembali lagi ke layar monitor gue yang warnanya udah biru, gue melihat beberapa tagline yang pengen gue tonton malam ini. Sebelum-sebelumnya gue selalu tonton yang berbau school. Mungkin fetish gue lebih ke sana, yak! Lihat anak sekolah, dengan seragamnya, dibuat telanjang sama lawan mainnya. Beugh, langsung banjir peju gue.

Ingin mencoba tontonan dengan video lain, diluar kebiasaan gue, gue coba cari kata hole dalam kolom search di website tersebut. Dan Boom! Gue bereaksi dengan senyum-senyum mupeng melihat isinya.

Kalau dari kalian ada yang penasaran apa isinya, coba dicari aja sendiri. Tapi ingat, beli VPN dulu woi! Mau sange tapi enggak mau modal! Brengsek namanya.

Tanpa pikir panjang, mengklik salah satunya, setelah iklan bedebah gue berhasil skip, video itu akhirnya muncul. Dalam sebuah tempat, sebut aja tempat free sex, kalau yang enggak paham, macem indomei gitu, di sana ada kasir yang menjual karcis kepada pengunjung. Karcis itu untuk apa? Jelas buat akses untuk mencicipi semua cewek, yang memamerkan hole mereka.

Tapi ingat, jangan kalian pikir, kalian para brengseks ini bisa melihat muka cewek-cewek itu secara jelas, tentu aja enggak akan semudah itu. Karena mereka itu, si cewek-cewek yang memamerkan hole mereka, berada di balik bilik kayu. Jadi ketika ada pengunjung yang datang, misalkan kayak gue deh kalau ke sana, cuma bisa mencium, menjilat, mencolok, mengocok, hole cewek-cewek itu aja. Kalau kalian cari bibir mereka untuk kissing, enggak akan nemu. Yang ada bibir bawah mereka yang bisa lo isep-isep kayak permen.

Hayo, udah kerasa jijik belum?

Gue sih belum, ya. Yang ada 5 menit gue nonton ini, si PB yang tinggal dibalik sempak gue ini, udah ngebet banget minta dikeluarin. Katanya sih pengen dielus-elus, biar cepet crot gitulah kira-kira. Tapi masalahnya, kalau enggak pakai yang licin-licin, lecet banget kulit gue.

Karena itu buru-buru gue ambil sesuatu, eits, tenang aja. Enggak pakai sabun loh. Itu mah buat orang-orang pinggiran yang suka banget ngocok pakai sabun. Kalau gue, punya cara sendiri.

Keluar dari wardrobe sambil senyum-senyum napsu, gue duduk lagi di atas kursi gaming yang harganya hampir-hampir mirip dengan harga mobil LCGC. Tahu kan harga mobil LCGC berapa? Yah, kalau buat mobil sih, harganya MURAH BANGETZ! Tapi kalau untuk sebuah kursi gaming, gue yakin kalian bisa sakit kepala kalau lihat harganya.

Mencoba fokus kembali dengan video hole yang kebanyakan menjeritnya doang, lebih-lebih dari bokep Jepang, gairah gue datang lagi. Kali ini serangannya dadakan waktu gue lihat salah satu hole yang bolongnya sempurna banget. Kayak pas gitu sama si PB. Makanya saat mata gue ngelihat itu hole, si PB yang bereaksi. Langsung tegang sempurna, macem tiang sutet. Tinggi menjulang, dan gede dibagian kepala. Nah si PB kebanggaan gue ini mirip banget kayak gitu. Tapi kan enggak mungkin gue namain sutet. Jadilah gue kasih nama dia PB, alias portobello.

Jangan bilang kalian enggak tahu lagi, apa itu portobello?

Hei, punya HP mahal-mahal, tapi kegunaannya cuma dipakai buat ngehate orang, atau nonton bokep, buat apaan? Mendingan kalian pada pakai HP mixtren aja! Dari pada logonya apel, tapi kegunaan cuma dipakai pamer di kaca kamar mandi. Enggak guna, sumpah!

Tapi its okay, semua itu hak kalian semua. Kayak hak gue, namain aset kebanggaan dengan nama PB. Karena gue suka, gue mau, dan gue enjoy. Jadi lakuin aja.

Back to PB, karena udah tegang banget, berdiri tegak, enggak ada bengkok kanan atau kiri, gue buru-buru ambil senjata pelampiasan untuk menyelesaikan semua ini.

Bakekok ... sebuah kaos kaki, yang masih baru. Karena gue orangnya sterill banget-banget. Dengan ujung karet masih ketat, susah banget buat gue engkek, gue mulai berimaginasi kalau kaus kaki ini adalah hole si cewek yang lagi MAEN di dalam video itu.

Perlahan-lahan gue coba masukin si PB ke dalam kaus kaki, gue sempet-sempetnya ngeringis waktu gesekan dan rasa sempit mulai menyentuh kulit si PB yang warnanya satu tone dibawah kulit tangan gue. Bahkan disaat gue sengaja menjepretkan kaus kaki itu ke kulit si PB, sensasi nikmat luar biasa bikin bulu kuduk berdisko. Sumpah demi apapun, gue enggak butuh cewek yang jago mendesah. Gue enggak butuh cewek cantik buat bikin si PB puas. Cukup yang hole nya pas sama si PB, pasti bakalan gue cinta mati sama dia. Aneh, kan? Emang aneh. Tapi memang begitu kalau udah bahas cinta dan kepuasan. Semuanya beti alias beda tipis.

"Akh ...."

Kenikmatan ini .... janganlah cepat berlalu. Hati gue kayak nyanyi gitu waktu menikmati kesempitan dan gesekan yang lagi gue buat sendiri. Mata gue sampai merem melek, dan udah bener-bener enggak fokus sama video hole yang terus aja muter di layar monitor.

Kurang ajar! Kenapa bisa jadi seenak ini kaus kaki hitam yang baru gue beli dari aplikasi online? Padahal harganya enggak seberapa. Bahkan gue biasanya pakai yang harganya sampai 100 kali lipat dari ini. Cuma kok si PB lebih suka sama yang murahan. Apa mungkin karena bahannya kasar, bikin si PB ngerasain tekstur baru dikulitnya. Atau emang barang murah lebih menggoda.

Wah, gue jadi paham. Kenapa orang-orang lebih suka sama barang diskonan, alias barang murah. Karena sensasinya emang beda banget. Dan ternyata, harga enggak bisa membeli kenikmatan.

Eh, ini bukan karena fetish gue yang salah, kan?

Hampir mencapai klimaks, dengan sengaja gue mempercepat gerakan tangan gue layaknya maling yang sering bergentayangan di tempat umum. Terus dan terus gue gesek si PB, sampai kulitnya kebas. Mulai merasa mabok dan meracau enggak jelas, sedikit lagi peju gue bakalan keluar, eh ... pas baru ngecrit dikit, hp gue bunyi. Dongkol dong, jelas! Pengen ngamuk sih kalau bisa. Cuma masalahnya yang nelepon itu tunangan gue, Shella. Si cantik jelita, yang pengen banget gue ewita tapi belum kesampaian, bisa-bisanya telepon diwaktu yang enggak tepat. Berasa anaknya dakjal tuh cewek, langsung aja gue angkat panggilan telepon itu, terus gue ajakin video call. Biar dia tahu, lagi seberapa tegang nih si PB sekarang ini.

Tapi untungnya, belum sampai tuh kamera gue ngarah ke si PB, gue malah dengar suara nyokap gue manggil-manggil. Bukan cuma dari dalam panggilannya Shella, suara nyokap gue menggelegar. Tapi kayaknya juga dari dalam rumah gue ini.

Ah? Dari dalam rumah gue. Maksudnya gimana?

Jangan bilang ....

"Halo, Yang. Sayang. Kamu masih di kamar? Aku ada di ruang makan nih sama mama kamu. Kamu enggak mau join?"

"Gan ... gantengnya mama. Turun yuk."

"Tuh, mama kamu udah manggil. Turun ke ruang makan keluarga ya, Sayang. Kamu enggak mau lihat tampilan muka baru aku, nih? Aku baru selesai tarik benang loh. Biar kamu makin ketarik sama kecantikan aku, makanya aku jaga banget nih. Yuk, buruan turun. Aku tunggu, ya."

Amat sangat membagongkan, bahkan enggak bisa berkata-kata, video call yang sebelumnya udah berhasil gue pencet, kini masih terarah ke atas paha gue. Gue yakin mereka enggak lihat apa-apa. Gelap gulita. Karena kameranya sengaja gue teken kenceng-kenceng, biar enggak kelihatan apapun.

Tapi masalahnya ada satu hal yang luput dari pikiran gue. Gue lupa matiin video bokep yang lagi muter dari tadi. Bahkan gue nontonnya pakai speaker aktif, karena gue tahu kamar ini kedap suara.

Bodoh!

Mengamuk enggak pakai jeda ke diri gue sendiri, gue percaya baik Shella atau nyokap gue pasti dengar suara jerit-jerit dari video bokep yang lagi gue tonton.

"Gan ... Ganta. Kamu enggak lagi selingkuh sama cewek lain, kan? Kok mama dengar suaranya."

Desahan bangsat dari video yang lagi gue tonton malah menyebabkan masalah baru. Nyokap gue mikir, gue lagi sembunyiin cewek lain di dalam kamar. Padahal kenyataannya enggak begitu. Karena, gue enggak mungkin macem-macem sama cewek yang gue temuin dengan susah payah setelah kesalahan fatal yang pernah gue lakuin ke Shella.

"Sayang, kamu beneran selingkuh?"