Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

3장: 여우 사냥꾼

"Aku tidak ingin percaya mitos, tapi kenapa aku harus terjebak dalam dunia fantasi seperti ini."

(Author **** POV)

"Jadi.... Kau datang kesini hanya untuk menghabiskan makananku saja?" Yoongi mengambil mangkuk bekas tamu tak diundang di depannya. Dengan mudahnya dia membalikkan mangkuk kosong dengan noda bumbu tanpa kuah di dalamnya.

Yoongi tidak nafsu makan dan memilih membaca manga Death note di saat dia membaca adegan L dan Light yang tidak bisa akur. Entah kenapa Yoongi merasa dia seperti dua tokoh yang saling berseberangan dengan seseorang di depannya ini.

Habis sudah mie instan di depannya, dia yang makan cukup beringas dan brutal dengan perut terisi makanan sekarang. Andai saja siluman di depannya ini punya uang dan emas, Yoongi tidak akan marah lagi atau lebih membaik di dalam hidupnya yang melarat.

"Kau tidak makan? Tata menghabiskan semuanya dengan cepat. Tuan tidak lapar?" Pertanyaan Tata membuat Yoongi memutar bola matanya malas. Saat ini, dia tidak ingin menjawab dan memilih menutup kepalanya dengan buku manga kesayangannya itu. "Aku sedang serius, tidak ingin bicara denganmu. Sudah cukup kau membuat diriku semakin melarat." Meski lirih dan tidak terima, dalam hal ini Tata hanya menganggap kalau tuannya sudah baik memberikan dia makanan.

Di bibir Tata juga ada kuah mie yang pedas, makhluk sepertinya hanya bisa menikmati kesenangan yang diberikan oleh pemiliknya. Tata seperti bayi kecil, dia butuh kasih sayang dan diurusi. Sementara Yoongi sama sekali tidak ada keahlian dalam mengurus hewan atau sesuatu. Entah seseorang di depannya ini manusia atau hewan, yang jelas wujud ditampakkan olehnya manusia setengah siluman dengan kedua telinga seperti rubah.

Yoongi melihatnya dalam lirikan mata tajam. 'Belepotan' adalah pemikiran sesungguhnya dari otaknya. Dia tidak mau peduli, tapi siapa yang tahan saat sekitar mulut seseorang ada sisa makanan. Dengan terpaksa Yoongi mengalah dan mengambil tisu di dekatnya. Tak tahan rasanya untuk dia biarkan, bagaimana kalau ada orang yang melihat dirinya dalam keadaan begini.

Orang yang waras langsung gila saat tahu kalau penampilannya seperti habis minum darah dengan sisa merah di sekitar bibir.

"Mendekat lah, melihatmu makan saja sudah membuat ku susah. Jangan lakukan hal mustahil lagi," pintanya dengan sangat. Tak ada alasan baginya untuk tidak mengijinkan siluman di depannya tinggal. Jujur Tata malah tersenyum manis seperti anak kecil yang membuat perhatian Yoongi tercengang dan bengong diam di tempat bak orang bodoh.

"Tata suka kalau tuan baik seperti ini. Aku bisa tinggal disini dong," ucapnya bahagia. Tanpa melihat keadaan sesungguhnya, dimana Yoongi kekurangan.

Home sweet home, Tata harus memahami itu semua. Tidak ada tempat selain rumah, jika Yoongi biarkan maka kehidupan di rumahnya akan terganggu. Dia sudah cukup berkelana dalam keadaan demikian. Melihat kenyataan bahwa mie instan jatah satu Minggu habis dalam sehari di perut siluman rubah, rasanya Yoongi akan menulis namanya di buku kematian supaya lega.

"Shinigami tidak akan mengambil nyawa tuan dengan cepat. Jangan berpikir seperti itu tuan, aku bisa membaca pemikiran mu."

Tata berkata demikian dan membuat Yoongi semakin putus asa dalam keadaan memelas. Dia menangkap wajahnya sendiri diantara kedua tangan. Kenapa bisa seperti ini?

Makhluk antah berantah di depannya bisa membaca apa yang dipikirkan dan apa yang tidak.

Sungguh membahayakan!

Yoongi memalingkan wajah dan berkata sial dalam lirih. Kalau seperti ini upaya melarikan diri saja percuma. Yoongi bukan dukun atau paranormal yang harus dan diharuskan merawat anak setan. Tata bukan anak setan, punya sembilan ekor dan bisa dipastikan hidup anak manusia seperti dirinya tidak akan bisa tenang.

"Jangan berpikir kalau kau ingin mengusirku tuan, aku tahu apa yang akan kau lakukan dan tidak. Ingat bukan? Aku sudah selamatkan nyawamu." Dengusan sebal dari Tata membuat sebagian gigi taringnya tampak keluar sedikit. Yoongi melihat taring terselip di bibir siluman itu menjadi merinding sendiri.

Bagaimana kalau benda ujung tajam runcing itu mengenai lehernya?

"Aku akan mati kalau membuat dia menggigit leherku. Ekornya juga membahayakan dan banyak, oh Tuhan... Dosa apa yang aku lakukan padamu. Bisakah aku pergi melarikan diri, aku berjanji tidak akan mencuri lagi." Yoongi mendelik saat dia mengatakan hal itu secara berbisik.

Telinga kanan siluman itu bergerak spontan seperti kelinci. Apakah dia bisa mendengar suara bak angin sekalipun? Entah kenapa, setelah Yoongi mengatakan kata itu juga Tata bangun dan menundukkan kepalanya tak suka. Apa yang dia tak suka? Yoongi saja tidak tahu, kepalanya mendongak dengan ludah dia telan susah.

"Kau kenapa? Sangat tiba-tiba begini." Rasanya dia ingin mampus saja. Kuku di antara sepuluh jemari tangannya saja sudah tumbuh memanjang layaknya film Hollywood yang pernah dia tonton. 'Jangan-jangan dia dengar apa yang aku katakan tadi. Apakah dia datang mencari sesuatu, ayolah Yoongi... Ingatlah apa yang pernah kau ambil darinya." Rahasia kecil ini seharusnya tidak ada boleh yang tahu.

Haruskah Yoongi menyembah kaki untuk menyelamatkan diri dari kematian di depan rubah ini? Kelihatannya sih gampang agar bisa memperhatikan diri, tapi lihat saja nanti.

Tata mengeluh udara di sekitar hidungnya dan menimbulkan uap khas. Tubuhnya sedikit menggigil dengan tatapan mata merah nyalang menyala.

'Kenapa dia malah kelihatan marah? Oh tidak mungkin aku akan mati disini. Sama saja dong aku mati, beda tempat, waktu dan cara. Apakah aku benar-benar di jebak malaikat maut?' seru dalam hati tanpa ada kata antusias untuk hidup.

Otaknya buntu sama seperti prinsipnya. Jika Yoongi bisa mengatasi masalah dengan pergi tidur selama beberapa jam. Sekarang dia punya kesempatan untuk bisa tidur selamanya tanpa ada yang mampu membuat dia bangun.

Jauh-jauh sekolah ke universitas, kenapa nasibnya seolah akan mati di tempat?

Setidaknya Yoongi bisa melihat matahari tenggelam kemarin sore untuk terakhir kali.

Aura putih bak api keluar dari tubuh Tata, dia bisa melihat kejadian ajaib. Jauh dari kata kotak musik hadiahnya saat usia Yoongi delapan tahun.

Tangan dengan kuku mengerikan itu mendekat ke arah wajahnya. Tubuh sudah terlanjur kaku dan bisu sulit berkata, dia bisa melihat mata Tata menatapnya garang. Langsung saja mata itu terpejam dengan memalingkan muka otomatis. Bukankah posisi ini salah?

Tata bisa saja menghabisinya dengan mudah saat akses di depan mata begitu mudah. Penolakan di hati Yoongi secara alih di tolak, dia bisa merasa kalau ada hembusan nafas akan membunuhnya beberapa detik lagi.

Yoongi meremat kursi di depannya, kursi makan tidak cukup untuk membuat batasan antara dirinya juga siluman mengerikan itu. "Kumohon jangan bunuh aku..." Pintanya tanpa sadar. Dia juga tidak akan mampu melihat tubuhnya kaku secara brutal kalau jadi setan gentayangan.

Demi jagad raya, Yoongi akan melakukan taubat nasuha kalau dia masih bisa diselamatkan dan-

"Tata ingin mandi. Tadi aku minta pada tuan, tuan malah menolak. Kalau tuan menolak lagi, Tata akan membuat tuan kerepotan nanti."

Well...

Suara yang di dengar Yoongi tak jauh beda dengan suara bocah. Ini adalah hari keberuntungan Yoongi, atau bisa disebut Yoongi terlalu percaya diri kalau dia mati. Rupanya Tata tidak sekejam itu dan malah meniup poni Yoongi agar tidak terlalu takut padanya.

Mata sipit terbuka, kedua manik mata telah menyaksikan kedua bola mata cokelat keemasan pada pupil nya. Siluman di depannya punya mata cantik, kalah sekali dengan kedua mata mengantuk nya.

Ada biasan cahaya di sana membuat dia kagum dan terpana akan keemasan itu.

"Tolong mandikan aku tuan, biasanya aku dibantu sewaktu mandi di sungai. Tapi tempat mandinya lucu, karena aku bisa melihat bebek mainan." Belajar kata baru lagi. Yoongi harap ini sekedar mimpi buruk. Doanya saja tidak terkabulkan, apalagi dengan lainnya?

"Janji jangan membunuhku oke."

Aslinya Yoongi merasa malu, dia tanpa sadar bicara begitu. Dia bukan pengecut atau penipu ulung, hanya saja dia tidak bisa menolak keinginan Tata saat ada senyuman disana.

,

Mugwo, gunung suci tempat para siluman dan beberapa makhluk pengganggu tinggal berdampingan. Di sini, kuil yang ditinggalkan oleh para biksu dan juga biarawan. Penjagaan tak lagi ketat seperti dulu ketika dia hidup satu abad yang lalu.

Panah di tangannya tidak punya target atau tempat untuk membidik. Hanya pohon kering, mati dan akan tumbang menimpa atap bangunan. Pria ini masih saja muda di tengah usianya yang mustahil di hitung. Tidak ada manusia yang bisa hidup lebih dari seratus tahun itupun mereka manusia yang beruntung akan usianya.

"Telah lama aku pergi, saat aku kembali tempat ini sangat kotor dan yahh.... Ini terlalu hitam." Debu tak jauh beda dengan arang yang sudah di bakar. Tempat yang dulunya cantik telah kehilangan suasana.

"Kau sudah lama tidak masuk ke tempat ini tuan Chan, apakah kau ingat saat ayahmu datang kesini dan melawan rubah itu? Aku bisa mendengar bagaimana dia kesakitan karena cakar kukunya." Rose membawa kabar menyenangkan, ah tidak... Dia memang tipikal wanita genit.

"Kau selalu saja ikut campur saat aku tengah menganalisis. Pakaian apa yang kau gunakan, kau tampak aneh. Dimana baju yang selalu kau gunakan itu?" Ini adalah komentar yang diberikan Chan padanya. Anggap saja Chan seorang bos dan tuan besar terhormat bagi seorang Rose.

Gadis cantik dengan rambut cokelat muda itu bahkan tidak menggubris perkataan sang tuan dan asyik memainkan bunga di sekitarnya.

"Lihat, bunga ini cantik seperti namaku. Mawar merah muda, bukankah ini sama seperti diriku yang sekarang?" Rose bergerak senang dengan posisi berputar. Gaun yang dia pakai bahkan seperti mangkuk bunga saat dia melakukannya.

"Kalau aku bilang cantik. Rasa percaya dirimu akan meningkat sangat drastis. Apakah kau tidak ingat? Sudah berapa banyak pria yang kau bunuh untuk kau makan?" Cara bicaranya saja sangat sadis. Kenapa bisa cocok dengan perawakan dirinya yang tampan.

"Tidak banyak, hanya 30 yang enak. Aku masih butuh darah pria perjaka muda. Kulitku harus selalu awet muda, kau tahu? Bagaimana ekorku akan sangat senang dan bergerak sendiri." Cerianya sembari menggerakan bagian belakang tubuhnya.

"Tuan Chan, kenapa anda tidak memakai baju baru. Anda tahu, baju ini sudah sangat kuno. Aku akan mencarikan anda pakaian yang membuat penampilan anda keren. Manusia menyebutnya dengan berbagai merek, seperti Gucci." Bahagianya dia saat dia pernah masuk ke pusat perbelanjaan terbesar disana.

Bos yang ada disampingnya saja tidak ingin tahu bagaimana budaknya ini mendapatkannya.

Pakaian yang Rose gunakan juga sudah berganti modern. Sangat kontras dengan yang dipakai sang penyamun itu, Chan masih menggunakan pakaian kolosal khas kerajaan masa lampau. Rose lebih muda dari tuannya dan hidup sudah 80 tahun lamanya. Wajahnya masih muda, dia memiliki indera penciuman tajam seperti anjing. Jika bukan Chan dia pasti tidak selamat dan merasakan kehidupan seperti sekarang.

Rose sadar diri dan tidak pernah keras kepala saat tuannya mengatakan iya dan tidak. Kedatangannya disini ialah membantu sang bos untuk menangkap makhluk kuat dalam legenda. Rose belum pernah melawannya, hanya saja dia pernah melihat bagaimana cara makhluk itu menyerang mengandalkan gigi taring dan kukunya.

"Kurasa setelah Shinwa tiada, rubah itu masih ada di kuil ini dalam waktu yang lama. Aku masih bisa mencium bau bulunya, dia tidak ada disini. Kemana dia? Orang kebanyakan takut masuk kesini karena mitos rubah ekor sembilan itu." Rose melihat aura di sekitarnya, bau dan bekas jejak kaki mampu dia lihat. Kedua matanya berubah warna menjadi merah dan garis matanya lebih tajam melebihi elang.

Saat dia mencium bau di salah satu tembok pembatas kuil. Dia bisa merasakan kalau rubah itu sempat bangkit dan berubah menjadi sosok lain. Aura yang kuat mengundang rasa penasaran dirinya untuk mencicipi pertarungan kecil dengannya.

"Wah, lihat. Kurasa dia benar-benar pergi dari tempat ini. Tempat kumuh dan menyeramkan, aku yakin kalau rubah itu sudah mendapatkan tumbal baru." Senyuman mengerikan queen devil. Chan melihat ada bekas cakaran juga disana, dengan tatapan mata teliti. Tangan menyentuh bekas lumut yang memudar akibat tercabut dari akarnya. "Bulu rubah ini masih baru,

"Shinwa pasti sudah mengatakan wasiat sebelum kematiannya. Seekor rubah tidak akan meninggalkan sarangnya sebelum dia menemukan yang baru. Aku yakin dia pergi turun dari gunung untuk mendapatkan sesuatu." Chan berbicara dalam bahasa tegas. Rose merasa kalau ucapan tuannya masuk akal juga.

Siluman cantik ini mengangguk dengan sedikit congkak. Kalau saja keduanya bisa datang lebih cepat, mereka pasti akan mendapatkan rubah itu. Mutiara hitam yang mereka inginkan akan digunakan sebagai penyempurna seluruh kegiatan yang mereka dapatkan. Chan menunggu begitu lama, dia mengakui kalau Shinwa adalah salah satu manusia kuat yang bisa mengalahkan ayahnya. Dirinya juga akui bahwa tahun itu dia sangat kewalahan.

"Tuan Chan, bagaimana kalau kita ikuti rubah itu. Aku sangat ingin mencabik dirinya dan menangkap siluman itu. Kau pasti akan memberikan aku hadiah bukan?" Pandangan matanya saja genit bukan main. Senyuman nakal dibalas tatapan dingin tuannya. Chan tidak ingin terlalu membanggakan budaknya, kalau dia anjing yang kuat maka dia sudah sejak dulu membuat dia bangga.

"Rose, kau tidak tahu siapa rubah itu sebenarnya. Semesta menciptakan setiap makhluk dengan alasan dan kuasanya."

"Bos takut ya, kalau kalau. Bukankah aku sudah bilang dan bersumpah akan membawa rubah itu hidup-hidup. Dia juga harus menjadi pusat perhatian semua orang, bos bisa menjadi semakin kuat dan mampu mendapatkan apa yang bos mau," ucapnya dengan membenarkan lengan baju tuannya.

Chan sangat tidak suka ribuan alasan. Dia justru mencekal tangan Rose dengan kuat dan memberikan dengusan nafas emosi.

"Kau akan mati jika sembarangan. Gunakan taktik dan pikiran, rubah itu hidup lebih lama dari ayahku, kakekku dan aku. Dia sudah sangat pengalaman dan kau bisa saja binasa di tangannya. Kalau kau ingin hidup ikuti kataku, kau harus ingat dimana asal-usul mu!" Gertaknya dengan nada keras.

Rose mundur beberapa langkah saat mata merahnya melihat safir biru sang tuan. Bukan hanya rubah yang bisa membunuh dirinya dengan mudah, tuannya juga jantung hidup dan mati dirinya. "Jangan keras kepala, mengerti!" Dibuang kuat lengan itu. Tak akan lagi menerima usulan tak masuk akal dan kebohongan semata.

Pemburu rubah seperti dirinya butuh kesabaran dan taktik. Melihat lingkungan sekitar, tidak ada lagi manusia keturunan Shinwa yang hidup dengan kuat. Manusia biasa mudah untuk dia tebas, jika semesta mendukungnya. Cepat atau lambat rubah itu akan ada di genggaman tangannya.

"Kita harus turun. Berada di dunia manusia, menemukan dirinya. Kita tidak tahu siapa keturunan Shinwa, tapi saat rubah itu berada di dekatnya. Kau bisa bunuh tuannya, rubah hanya makan tumbal dari tuannya. Rose, aku yakin kau paham aturan mainnya." Chan melirik ke belakang dalam tatapan mematikan miliknya.

Gadis itu tak ada pilihan lain selain mengangguk paham. Senang juga dia berada di dunia manusia. Takut juga saat dia membuat tuannya kecewa.

Rubah itu memang legenda dan fakta. Selain kisahnya, kekuatan yang dia punya bukan sebuah permainan semata.

"Aku akan mendapatkannya, anda tenang saja tuan. Rubah itu akan aku dapatkan walau kau merasa kemampuanku kurang."

Rose si keras kepala tidak akan pernah berubah.

Petualang ini sudah berjalan sesuai takdir Tuhan. Semesta memilih seseorang untuk menjaga dan dijaga. Apakah kalian setuju?

......

TBC...

Cerita ini akan aku buat tidak terlalu panjang tapi seru. Supaya pembaca tidak akan mudah bosan dan jariku tidak terlalu pegal hehehe...

Gimana menurut kalian dalam chapter ini? Apakah sudah masuk kualitas film? Hehehe...

Aku ingin sekali menjadi penulis Drakor atau film dengan genre begini. Tapi, kalau takdir berkata ya.

Semoga kalian suka dan jangan lupa komentar serta masukannya.

Tetap semangat dan jangan lupa jaga kesehatan.

Gomawo and saranghae ❤️💜

#ell

10/07/2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro