Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1. Pertemuan

Kamu tidak akan pernah paham bagaimana konsep takdir bekerja. Tugasmu, hanya harus bersiap-siap dengan segala kejutannya.

-when you love someone-

💕💕💕

"Laporan siaga satu! TKP sedang ramai-ramainya, umpan sudah siap? Ganti lapor!" suara pelan dengan sedikit bergetar terdengar keluar dari handphone Wicaksono membuat cowok bertubuh kecil itu tersenyum miring.

"Lapor! Umpan sudah siap saji. OTW ke TKP lima menit lagi. Yang mau ikut ekspedisi berkumpul di depan TKP, segera!" balasnya dengan semangat, seraya melirik Lana dari ujung matanya.

Lana yang mendengar hal itu jadi mendelik tak terima, "Dasar Cicak, aku bukan umpan--" belum sempat Lana menuangkan kekesalannya sahutan terdengar dari bibir Wicaksono lagi.

"Ssst!"

"Siap laksanakan!" senyum semakin merekah, dan dengan cepat panggilan di matikan. Sejurus kemudian Wicaksono menunggu jawaban telphone, anggota Crocodile Club.

"Baiklah, Lan. Mulai sekarang kita lakukan ekspedisi ini. Jadilah umpan yang berkualitas! Cahaya kan udah ngajarin segala bentuknya," tutur Wicaksono dengan tegas dan penuh wibawa. Lana yang mendengar perintah Wicaksono hanya mendengus kesal.

Satu hal yang paling tidak di sukai cowok ganteng sekelas Lana adalah, di jadikan tumbal. Yah dia sih cukup percaya diri akan kadar ketampanannya yang kata orang diatas rata-rata, bahkan dirinya yakin lima persen cewek di sekolah ini naksir dia, dan sembilan puluh lima persennya nasir berat sama dia. Yah, namanya cowok ganteng gimana lagi? Namun, hal itulah yang membuat Lana kesal, karena sering di jadikan pancingan cewek untuk melihat kearah Club--yang dinamankan 'Crocodile Club' atau bahasa indonesianya 'Club para buaya' atau bahasa kasarnya 'Kumpulan para cowok brengsek yang suka mainin hati para cewek,' jelas bukan--Yah meskipun ujung-ujungnya yang di taksir dia sih, tapi tetap saja Lana nggak suka di jadikan tumbal.

"Are you ready?" tanya Wicaksono kepada seseorang. Kini langkahnya sudah sangat dekat dengan TKP, bahkan kumpulan cowok ganteng sudah membentuk barisan untuk melaksanakan ekspedisi--kata kunci di club itu, padahal toh arti katanya tetep TP-TP alias Tebar Pesona--yang sudah di rencanakan masak-masak sejak satu minggu sebelum jadwal masuk sekolah setelah liburan panjang, sangat niat memang club ini. Niat mejeng!

"Ready!" jawaban dari ujung telephone, dan hal selanjutnya yang terjadi adalah....

"Jarang pulang

abang jarang pulang

Tiap malam suka kelayapan ...."

Langkah tegas dengan penuh wibawa milik anggota Crocodile Club terhenti, semua mata terarah pada mereka, tidak-tidak jelasnya sound system yang kebetulan berada tepat diatas anggota Crocodile Club, sih. Semua yang ada di kantin seakan tersentak dan menoleh kearah sound tersebut, mereka kaget, kenapa tidak ada angin- tidak ada hujan tiba-tiba terputar lagu dengan sendirinya. Dan mirisnya, lagu itu melenceng dari rencana awal Crocodile Club. Dan Wicaksono bersumpah akan mencekik Ferdian--anggota ekstrakulikuler Radio--yang saat ini berpotensi menjadi biangkerok kegagalan misi Club-nya.

"Maaf salah lagu," ungkap Ferdian tiba-tiba setelah lagu jarang pulang itu terhenti. Wicaksono yang awalnya percaya diri, saat ini terlihat meringis malu. Dalam hati cowok itu misuh-misuh.

"Ooh, the way that you pop, girl
Makes me go cray, show me what you got, girl
You could be my new thang"

"Oh, the way that you move
Makes me go cray, pick it up now drop girl
You could be my new thang"

Akhirnya lagu yang mereka rencanakan terputar lancar, semua mata yang pada awalnya menatap sound system tiba-tiba turun kearah tujuh cowok ganteng most wanted SMA Astra International.

"Hah! Siapa itu?!"

"Subahanallah gantengnya!"

"Ya allah para cogan?"

"Eh, yang depan itu namanya siapa?!"

Teriakan histeris dan bisik-bisik yang sangat keras--entahlah maksud dari sang empunya suara berteriak atau berbisik author nggak tahu--dari tadi terdengar riuh dari segala penjuru kantin. Mereka benar-benar terpesona atau tepatnya tergila-gila dengan anggota crocodile club atau sebenernya malah wajah tampan ala artis korea, Lana? Entahlah, yang pasti semua mata hanya tertuju pada satu arah, pintu masuk kantin dan tempat pengeras suara itu berpijak, setelah sempat terhenti kini langkah mereka bertujuh bergerak maju dengan penuh percaya diri membuat semua gadis di kantin menjerit histeris.

Bahkan saat ini tidak hanya adik kelas saja yang terpesona atau menjerit heboh saat Lana menoleh dengan gaya andalannya merapikan jambulnya ke belakang dengan gerakan menyisir menggunakan tangan, kakak kelas pun ikut bersiul- siul menyambut dirinya. Pandangan semua perempuan itu langsung beralih mengikuti Lana yang saat ini berjalan memasuki sebuah warung kecil bermenu nasi goreng dengan segala macam gorengan dan sosis yang di beri nama 'MAMI UMAMI' entahlah, tidak ada satupun siswa atau siswi yang berusaha menanyakan perihal terbentuknya nama aneh tersebut. Tak terkecuali tujuh cowok yang saat ini tengah asik memesan tujuh porsi nasi goreng.

"Duduk sana aja!" ucap Yuana memerintah kedua temannya seraya mendorong-dorong Lana duduk di samping dua perempuan yang asik bercerita tanpa memperdulikan kehadiran cowok ganteng di sampingnya.

Enam anggota The Crocodile Club sudah duduk di sisi lain seraya menunggu pesanannya datang, sedangkan Lana nampak masih berdiri dengan menatap tajam punggung cewek berambut panjang yang tak peka untuk sekedar bergeser, karena memang jarak duduk kedua gadis itu tampak sangat berjarak.

"Ekhemm!"

Bahkan dehaman yang Bintang layangkan tidak digubris sama sekali. Gadis itu malah terdiam menatap kearah lantai. Berbanding terbalik dengan teman di hadapannya yang malah tertawa sehingga matanya terlihat menghilang. Jika begini apa boleh buat.

"Hahaha, aku udah bilang ceweknya degem* itu ya jalan di sampingnya itu ahahah" ucapan gadis berambut pendek itu tampak masih tak di gubris cewek di sampingnya, bahkan cewek berambut panjang itu tampak semakin mencebikan pipinya.

Degem = Adek Gemes*

Anggota crocodile saling tatap, Yuana pun berdiri dengan langkah tegas berjalan ke depan kedua gadis tersebut, Lana terdiam di sebelah Yuana, menantikan tindakan yang Yuana lakukan. Angin berhembus kencang membuat rambut Yuana berantakan, tanganya dengan sengaja merapihkan jambulnya yang bernatakan itu, berusaha terlihat sekeren mungkin, "ekhem ..." dehaman keluar dari mulutnya, mata sipit dengan lensa hitam pekat milik cewek berambut pendek melihatnya tampak kebingungan.

"Boleh di geser nggak duduknya!" Perintah Yuana sok akrab, "Cowok ganteng ini mau duduk!" Lanjutnya seraya menarik jemari Lana, lalu, dengan sigap mengangkat tangan mereka berdua dengan bergenggaman.

Detik berikutnya, mata gadis tersebut menatap Lana dan Yuana bergantian, titik fokusnya terhenti tepat pada gandengan mereka. Ada rasa aneh menyusup ke perasaannya. Alisnya tampak berkerut bingung.

Yuana yang melihat gelagat aneh gadis tersebut mencari tahu arah titik fokus tersebut, sontak saja tangan Lana refleks di lepaskan.

"Mbak sosisnya selesai!" teriakan Mami Umami  membuat gadis tersebut bangun dari posisi duduknya, seraya mengambil sosisnya. Langkahnya sedikit terburu-buru. Membuat semua anggota Crocodile Club bingung.

Baru beberapa langkah gadis itu keluar, kaki gadis tersebut terhenti 'Loh? Nisa kemana?' tanyanya dalam hati seraya berbalik menuju Mami Umami. Yuana dan Lana menatap kembalinya gadis tersebut dengan alis yang menyatu. Dengan langkah cepat gadis tersebut menarik temannya yang berambut panjang untuk keluar dari sana.

•••

"GUE PAKE HEADSHEET JADI GA DENGER!" Teriak Nisa menjawab pertanyaan Dewi yang sejak tadi menarik-narik tangan Nisa menjauhi Mami Umami.

"NISA! BISA GAK TUH DI LEPAS DULU?! JANGAN TERIAK-TERIAK" Balasnya berteriak dengan tujuan agar Nisa mendengarnya.

Nisa pun melepas headsheet pink polkadotnya, "Hehehe, ya sorry, gue tadi bete parah, jadi volumenya gue kerasin," terangnya singkat.

"Loh? Jadi lo nggak tau. Cowok homo tadi ?" Heboh Dewi seraya mengepalkan tangannya menggebu-gebu. Nafasnya tampak memburu disertai kerutan tipis di dahinya menambah aura suram pada tubuhnya.

"Cowok? Siapa?" tanya Nisa seraya berjalan menjauhi warung Mami Umami berniatan menyusul Mutia di penjual Pentol. Sosis di tangan Anisa tampak menyusut bersama kepulan uap yang terjebak di dalam pelastik bening wadah sosisnya.

Dewi menoleh matanya terbelalak kaget, rasanya ia ingin sekali berteriak kepada sahabat di hadapannya ini, menyuruhnya menghilangkan kebiasaan lemotnya, "Aish! Terus lo tadi kemana aja?" jawab Dewi heboh yang di tanyai malah menggeleng polos. "Duh, lo tadi ga lihat tuh cowok sama cowok gandengan tangan?" jelas Dewi seraya mendelik. Matanya yang sipit tampak lebih lebar menambah kesan menakutkan pada ucapannya tadi.

"Berarti tanda-tanda Kiamat ini, Dee! Ahhh Lo kok jadi nakutin Gue sih?" sahut Anisa dengan heboh sendiri. Dewi tampak bernafas pasrah menatap Anisa dengan pandangan datar.

Ah, jangan lupakan otak lemot Anisa. Bahkan Dewi hanya bisa mendengus kesal lalu berjalan menuju Mutia secepat mungkin "MUTIAAAA!! TOLONGIN GUE!" Jeritnya dengan berlari.

"Eh, loh kok gitu sih? Itu gimana nanti kalau kiamat, Dee? Kok gue di tinggal? Dewi!"

"Bodoh!"

•••

"Masa kita di sangka homo, Lan?" Tebak Yuana seraya meremas selembar kertas coret-coretan yang sedari tadi ia isi dengan sumpah serapah tak bermutunya, bahkan nama hewan kebun binatang yang tak berdosa pun ia jadikan daftar absen yang lengkap. "Siapa tadi namanya, Lan?" tanyanya kepada Lana yang sedang termenung di mejanya.

Mata Lana terpejam sejenak,"Em ... setahu gue sih dia nggak pake badge," jawabnya final setelah berfikir keras.

"Awas aja, kalau ketemu lagi!" janji Yuana dengan tatapan lurus.

"Lo suka dia?" tanya Lana dengan tatapan polos yang bisa bikin putri duyung langsung mangap-mangap.

"Ck, lo tuh lemot amat sih! Males gue cerita sama lo, mending sama Ozy, ya gak, Zy?" tanya Yuana seraya menyenggol Ozy yang kini mendengarkan lagu lewat headsheet seraya menatap kosong guru yang sedang menulis rumus matematika di papan tulis.

"Hm?" jawabnya cuek yang membuat Yuana mendesah pasrah, mungkin saat ini nasibnya memang kurang baik, karena dirinya diapit oleh dua teman yang berbeda kepribadian, sifat, dan pikiran namun keduanya sama-sama menjengkelkan.

"Haduh, si kutub sama si oon bersatu, bawa aku ke meikartaaaa ...." desah Yuana pasrah.

Bersambung ....

Gimanaaa??? Masih mau baca lanjutannya??? 😍

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro