64
Halo ... kalo pada kangen, hayu atuh vote dan jangan lupa komen ya hehe
.
.
.
Apakah musim dingin datang lebih cepat? Kenapa otot-otot tubuh Yoongi menjadi kaku seiring rasa dingin yang mulai merambati? Pria itu tergemap dengan kerongkongan yang mendadak kering, menatap lamat wanita muda yang datang bersama Jimin tersebut.
"Maaf mendadak, tetapi aku rasa ini saat yang tepat, aku ingin memperkenalkan calon istriku, Lee Yuna," ucap Jimin ceria, "ini ibu," imbuh Jimin menunjuk Minkyung yang tersenyum ramah, "ini Ara dan suaminya Min Yoongi, dan gadis kecil cantik itu Min Bora anak mereka."
Ara tersenyum, menatap Yuna yang menyapanya seraya memberikan buket bunga besar.
"Uh, terima kasih Eonnie," ucap Ara, sepertinya sekarang dia baik-baik saja tatkala bertemu langsung dengan wanita yang akan merebut Jimin dari sisinya.
Astaga cantik sekali, siapa itu tadi namanya? Lee Yuna? Kenapa terdengar familier? Wajahnya juga ....
Ara mengernyit beralih menatap Yoongi setelah menyimpan buket bunga itu di kursi sebelahnya yang kosong.
Namun setelahnya, seolah sel-sel dalam otaknya mulai bereaksi pada segala info yang tadi dia dengar, seketika gadis itu menatap Yuna dan Yoongi bergantian dengan hati mencelus.
"Lee Yuna?" gumamnya lirih, "Ahjussi ...." Bola mata Ara membulat nanap, tenggorokannya tercekat seolah batu besar tengah menghalangi upayanya untuk bernapas. Ara sesak terlebih tatkala melihat Yoongi dan Yuna memaku satu sama lain dan dia tidak dapat mengartikannya karena perasaan dia sendiri pun campur aduk.
Jimin berdeham mencoba mengait atensi semua orang, merasa sedikit aneh dengan sambutan dari keluarganya yang terkesan dingin, terlebih dari Ara dan Yoongi.
"Ah, selamat datang Eonnie, silakan duduk. Bora sayang, ayo beri salam pada Aunty Yuna." Ara yang lebih dulu sadar dan bereaksi.
"Annyeonghaseyo, Aunty cantik aku Min Bora, senang bertemu denganmu," sapa gadis kecil itu ceria yang langsung disapa balik oleh Yuna dengan sama cerianya.
Sementara Yoongi hanya mengangguk dan mengulas senyum teramat tipis. Demi apa pun, Ara ingin pulang dan menangis saja kali ini. Namun, lagi-lagi dia harus bersikap dewasa dalam menghadapi keadaan plot twist luar biasa seperti ini.
Di sisa makan malam itu, Aralah yang banyak tertawa dan berceloteh riang seolah tidak terganggu dengan kenyataan yang baru saja menimpanya bak sambaran petir. Gadis itu bertanya pada Yuna bagaimana dia bertemu Jimin dan membeberkan bahwa dirinya sempat mengagumi sang kakak hingga ingin menikahinya.
Yuna tertawa, semua orang di meja makan itu tertawa, kecuali Yoongi yang rahangnya seolah terkunci. Hatinya terlampau kacau hingga izin pada Minkyung dan Jimin perihal menghadirkan adik untuk Bora itu akhirnya tak tersampaikan.
"Um ... Oppa, aku ingin berbicara denganmu sebentar, penting," ucap Ara yang baru saja berpapasan dengan Jimin di jalan menuju toilet.
"Sekarang?" tanya Jimin, sedikit heran.
"Hu um." Gadis itu segera menarik lengan sang kakak dan menuntunnya ke arah balkon.
Jika dalam keadaan normal, Ara pasti berseru heboh atas pemandangan spektakuler yang disajikan restoran mewah tersebut, tetapi karena ada keadaan yang lebih mendesak, gadis itu lebih memilih menghadapi sang kakak dan menarik napasnya panjang.
"Oppa, aku ingin menceritakan sesuatu, tapi janji kau harus tenang dalam menghadapi hal ini, seperti aku, ok."
"Ada apa? Apa yang terjadi?" Awalnya Jimin sedikit takut jika adiknya itu akan mulai merajuk dan membahas perihal mengganggu makan malam keluarga atas kedatangan Yuna di sana. Namun saat menilik ekspresi Ara yang sangat serius, Jimin berpendapat ada hal mendesak lain di sana.
"Kau tau Lee Yuna itu siapa?"
"Hah? Yuna? Kekasihku, kan?"
Ara menggeleng cepat. "Dia ... mantan istri Yoongi Oppa dan ibu dari Bora."
"Hah?!"
Ara segera menangkap kedua lengan sang kakak agar tenang. "Tenang ok? Oppa, aku sangat tau tentang kisah mereka dari suamiku dan lebih baik kita memberi mereka waktu berdua untuk berbicara. Aku mohon Oppa."
"Apa maksudmu Ra-ya? Kau tidak apa-apa?"
Gadis itu menggeleng seraya tersenyum tipis. "Tidak, ayo kita kembali ke dalam, bawa eomma dan Bora pulang, kau yang antarkan aku pulang oke?"
Jimin mengangguk, terus terang apa yang baru saja didengarnya itu benar-benar membuatnya syok karena selama ini Yuna tidak pernah membicarakan apa pun kecuali tentang rumah tangganya yang gagal. Wanita itu tidak pernah memberitahukan nama suaminya terlebih menceritakan tentang seorang anak.
"Ra-ya, tapi ...."
"Aku mohon Oppa. Aku akan menceritakan semuanya nanti, yang pasti kita harus memberikan mereka kesempatan untuk berbicara berdua."
Jimin tampak menimang sebelum akhirnya mengangguk dan mereka segera melenggang kembali dalam restoran.
Ara menduga, Bora-lah yang tengah menjadi pusat perhatian di sana. Gadis kecil itu dengan riang menceritakan tentang anak kucing yang dia rawat bersama teman-teman di sekolah.
Mau tak mau mata Ara mengembun. Mereka sebuah keluarga.
Sungguh dia ingin sekali memberitahukan pada Bora bahwa yang berada di hadapannya itu adalah ibu kandung yang selama ini ingin dia temui. Astaga kenapa Ara ingin menangis sekarang? Kenapa dia takut jika gadis kecil itu pergi dari sisinya?
Tatapan Yoongi teralih dari Bora, menatap Ara yang akhirnya kembali bergabung. Yoongi tau, bahwa sejak tadi gadis itu enggan menatap matanya.
"Ahjussi, kurasa aku akan pulang duluan," ucap Ara setengah berbisik di telinganya.
"Maksudmu? Tentu saja tidak," sahut Yoongi dengan mata membola. Mereka bahkan mundur sedikit untuk berbisik membahas hal ini agar tidak terdengar yang lain.
"Ahjussi, aku tau siapa dia dan terlalu banyak hal yang harus kalian bahas bersama."
"Tapi Ra-ya."
Ra-ya katanya, bahkan panggilan Queen yang baru aku dengar hari ini saja kini sudah kembali berubah. Ya Tuhan kenapa hal kecil seperti ini saja membuatku sesak?
Gadis itu mendaratkan satu tangannya di pipi Yoongi, tersenyum tulus. "Aku tidak apa-apa, lebih baik kalian bicara satu sama lain. Aku dan Bora biar diantar oppa saja."
"Tapi ...."
"Yuna Eonnie, aku pulang dulu. Aku tau apa yang terjadi, lebih baik kalian bicara. Um ... terima kasih bunga indahnya."
"Ara-ssi, aku tidak—" potong Yuna.
Ara menggamit tangan Bora yang kebingungan, diikuti Minkyung yang sama bingungnya.
"Eomma, kok appa tidak pulang bersama kita. Kenapa ditinggalkan bersama aunty cantik itu?" tanya Bora, kepalanya menoleh ke arah Yoongi dan Yuna yang masih memaku bingung.
"Um, appa dan aunty itu teman lama, jadi mereka akan berbicara dulu," jelas Ara, tak lupa menatap Minkyung, "Oppa nanti jelaskan padamu Eomma."
Seakan otot lehernya kaku, Ara tak sedikit pun menoleh pada Yoongi, dan segera pergi menjauhi mereka yang ternyata membuatnya berkali-kali lipat merasa sakit.
Di dalam mobil yang dikendarai Jimin, Ara terlalu banyak berbicara, terlebih menanggapi cerita Bora dengan sangat antusias. Jimin sangat tau bahwa gadis itu tengah mencoba mendistraksi kekhawatirannya dengan banyak bicara seperti itu, pada hari-hari di masa lalu biasanya Jimin akan memeluk Ara dan membiarkan gadis itu menangis, tetapi kali ini keadaanlah yang membuat dia semakin bingung. Apa yang Ara utarakan jelas membuat hatinya perih juga. Yuna yang dia temui di Amerika, wanita yang bisa membuatnya lupa akan perasaan cinta tipis-tipisnya pada Ara, kenapa harus berakhir seperti ini?
Di sisi lain, Minkyung pun tak kalah dibuat bingung, hingga berbagai macam spekulasi liar tumbuh di otaknya. Astaga, dia tak dapat bertanya lebih jauh karena ada Bora di sana.
Sementara di sana, di restoran mewah tersebut. Yoongi dan Yuna saling berpelukan erat. Terlalu banyak emosi yang terlibat di sana hingga keduanya tidak tau harus memulai dari mana.
.
.
.
Yang dulu berspekulasi Pacarnya Jimin adalah Yuna kalian BENAAARRR.
Ada yang mau berspekulasi lagi ini hati mas Duda mau kemana?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro