Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

63

Kalian Ada suggest cast Bora gak? Buat keperluan video nih hehe

===

Happy Reading

===

Pernah suatu hari, Ara mengetikkan kata cinta pada sebuah kolom pencarian dan hasilnya menjelaskan bahwa cinta adalah sebuah emosi dari afeksi yang kuat dan ketertarikan pribadi. Cinta juga dapat diartikan sebagai suatu perasaan dalam diri seseorang akibat faktor pembentuknya. Dalam konteks filosofi, cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang.

Ara pusing, dia tidak tau apa yang sebenarnya terjadi di antara dirinya dengan Yoongi pada saat itu, dia belum bisa memetakan hati terlebih bayangan Jimin terus saja memenuhi otaknya.

Ah, Jimin, mungkinkah rasa cintanya pada sang kakak kini terbagi juga untuk Yoongi? Ara bingung dan segera menghentikan ciuman itu sebelum menjadi semakin liar.

"Ahjussi! Aku ... lelah, aku mau tidur." Secepat kilat, Ara beralih pada sofa empuk, menaikkan selimutnya sampai batas leher dan tidur memunggungi Yoongi. Ah, sialan! Bahkan degup jantungnya benar-benar terdengar keras saat ini dan apakah Ara benar-benar tertidur? Tentu saja tidak terlebih saat mengetahui debaran saat membayangkan Jimin tidak lagi sama. Apakah itu pertanda bahwa cintanya pada sang kakak sudah berakhir?

Dan apakah keduanya tertidur lelap malam itu? Jawabannya tentu saja tidak, mereka terlalu larut dengan pikiran masing-masing. Ara dengan kebingungannya dan Yoongi dengan keputusannya. Benar-benar ingin memulai semuanya dengan Ara.

***

Dua hari lagi, acara kelulusan di SMA Donggu akan dilaksanakan dan Yoongi sudah bersiap memberikan kejutan untuk Ara, walau gadis itu masih saja bersikap canggung, Yoongi tak peduli, dia harus berusaha menaklukkan hatinya.

"Apakah Anda tidak membutuhkan saya untuk mempersiapkan segala sesuatunya, Tuan?" tanya Pak Kwon, sepertinya pria paruh baya itu khawatir karena tidak biasanya Yoongi terjun langsung dalam mempersiapkan sebuah acara, walau hanya sebuah makan malam keluarga.

Pria itu menggeleng, sebuah senyuman terbit pada bilahnya. "Aku akan mengurusnya sendiri."

Lim Ara aku akan membuktikan bahwa aku bersungguh-sungguh mencintaimu.

***

Aula di SMA Donggu tampak berbeda, seluruh ruangan dihias begitu mewah dengan pusat terbaiknya berada di atas podium. Hampir seluruh staf dan organisasi sekolah dikerahkan dalam persiapan acara kelulusan angkatan ke-23 ini. Semua ini terjadi tidak lain dikarenakan instruksi langsung dari si pemilik sekolah, dia ingin acara tersebut terlaksana dengan sangat meriah dan menjadi salah satu kenangan manis bagi sang istri.

Yoongi tersenyum cukup puas tatkala kepala sekolah mengirimkan foto suasana aula yang sudah dihias padanya dan dia pun sangat puas dengan pantulan dirinya di depan cermin yang selalu bisa diandalkan. Tampan dan berkelas, dia pastikan Ara akan terkesan dengan penampilannya kali ini.

Bila saat acara pembagian beasiswa itu Yoongi mengenakan mansuit berwarna krem dan hanya menghasilkan delikan dan pertanyaan mau tebar pesona dari Ara, sekarang dia cukup mengenakan mansuit berwarna navy yang senada dengan dress yang akan dikenakan gadis itu, tak lupa juga dia akan banyak tersenyum karena dia yakin, istrinya itu sering kali terdiam beberapa detik untuk mengagumi senyum atraktif di wajahnya.

Pokoknya, hari ini kau akan terpesona padaku Lim Ara.

Namun, sepertinya tidak harus menunggu lama. Ara melirik Yoongi sekilas saat dirinya melenggang ke dalam walk in closet. Gadis itu sudah tampil dengan sangat cantik, didandani Mee yang sengaja dipanggil untuk acara tersebut dan meriasnya di ruangan kerja Yoongi.

"Kau sudah siap?" tanyanya, kali ini tidak ada delikan maut ataupun perkataan sewot dari bilah Ara, dan jika Yoongi tadi berkata ingin membuat sang istri terpesona akan penampilannya. Hal tersebut ternyata salah karena kali ini justru dialah yang terpaku dengan mulut terbuka diiringi tegukan saliva lamat. Di matanya, Ara berkali-kali lebih cantik dari biasanya.

"Ahjussi! Apa kau sudah siap untuk tebar pesona lagi kali ini, eoh?" tanya Ara mengulang dengan tambahan kalimat, kembali melirik pria itu sekilas dan kembali sibuk pada lemari di depannya. Mencari yang entah apa, dia pun tak tau. Hanya saja Ara harus menyibukkan diri agar degup jantungnya lagi-lagi tidak menggila di hadapan pria itu.

Yoongi tidak langsung menimpali, dia bahkan memundurkan diri satu langkah untuk menatap penampilan bagian belakang Ara di depannya. Astaga, dilihat dari belakang saja Ara sudah secantik itu, kenapa dia baru menyadarinya kali ini?

"Kau mencari apa?" Akhirnya Yoongi membuka suara, lebih tepatnya agar menyamarkan keterpesonaannya akan gadis itu.

"Hah?"

"Kau mencari apa?"

"Sesuatu, tetapi sepertinya tidak ada," jawab Ara mengedik cepat. Kali ini gadis itu menutup pintu lemari, berniat untuk keluar dari situasi ini. Aduh, kenapa urusannya jadi repot begini? Bahkan luasan walk in closet saja ikut bingung menggambarkan suasana mereka.

Astaga! Aku mohon bisa tidak, tidak memperlihatkan senyum sialanmu itu? Meresahkan saja.

Namun, seperti halnya seseorang yang selalu pintar melihat celah terbuka. Yoongi tentu saja tidak akan melepaskan Ara begitu saja. Tangannya dengan sigap menggamit lengan Ara membuat gadis itu refleks berbalik menghadapnya, mengerjap cepat.

"Tadi kan kau bertanya, sudah siap tebar pesona belum? Kalau aku menjawab aku siap menebarkan pesonaku padamu bagaimana? Terpesona tidak?"

Oh, astaga, kenapa jadi begini? Mata Ara bahkan tak bisa teralih pada obsidian pekat yang kini menatapnya begitu dalam itu, dan jangan lupa juga pada penghidunya yang dimanjakan oleh musk beraroma woody yang kini sudah menjadi favoritnya. Yoongi dan segala tentangnya saat ini jelas membuat sirkuit otak Ara seketika macet.

Namun, seolah tidak ingin jatuh begitu saja pada pesona si pria, Ara masih sempat mengutarakan sebuah pertanyaan. "Bagaimana dengan dirimu sendiri Tuan Min Yoongi? Kulihat kau tidak mengedip dari tadi, jangan-jangan kau yang terpesona dengan diriku?"

Bola mata Yoongi membulat sebelum berakhir dalam lengkungan tampan dengan kepala terdorong ke belakang dalam tawa. Dia tak menyangka bahwa gadis berisik yang menggemaskan itu mempunyai padanan pertanyaan untuk membalikkan keadaan.

"Iya-iya aku terpesona, kau cantik sekali." Bukan Yoongi namanya kalau tidak menyukai permainan kata yang dengan mudahnya dapat dia utarakan untuk membalikkan keadaan. Satu tangannya bahkan tanpa peringatan menyelipkan anak rambut ke belakang telinga Ara, diikuti senyuman manis sialannya itu lagi. Tungkai Ara rasanya sudah tidak mampu lagi menopang berat tubuhnya karena serangan ke-uwu-an ini dan dia tidak dapat menimpali apa-apa selain mengerjap bodoh. "Jadi, apa yang akan kau lakukan untuk diriku yang sudah terpesona padamu ini, hm?"

Demi Tuhan, bahkan embusan napas segar Yoongi kini terasa menyapa penghidu Ara. Pria itu menarik lembut tubuh sang gadis, menghilangkan jarak di antara mereka. "Setidaknya kau harus bertanggung jawab atas apa yang telah kau perbuat padaku," ucapnya sebelum kembali tersenyum tipis dan mendaratkan bibirnya, memberikan lumatan lembut nan hangat pada Ara yang saat itu berpikir keras akan apa yang dirasakan hatinya pada pria ini.

Ya Tuhan, pria ini membuatku nyaman, pelukannya, sentuhannya, benar-benar membuatku ingin selalu bersamanya. Mungkinkah ini yang dinamakan cinta? Apakah aku sudah jatuh cinta padanya?

=======

Dalam menikmati sebuah pameran karya seni, terkadang kita harus memundurkan diri satu langkah untuk menilai bagus tidaknya sebuah karya seni tersebut. Begitu juga dengan Yoongi, dia rela membiarkan Ara bergabung untuk bercengkerama dengan teman-temannya karena sejak pembukaan acara, dia tidak sedikitpun melepaskan Ara, tujuannya tentu saja untuk menemani dirinya di atas podium sebagai istri dari pemilik sekolah.

Yoongi memperhatikan bagaimana gadis itu terlawa lepas, tampak berceloteh riang entah sedang menceritakan apa pada teman-temannya yang tergabung dalam kelompok kecil yang terdiri dari sepuluh orang.

Dalam rangkuman penglihatannya, Ara begitu cantik, benar-benar cantik. Astaga, kemana saja Yoongi selama ini? Kenapa hanya Bora saja yang melihatnya sebagai sosok sempurna?

Tak hanya itu, Ara juga memberikan Yoongi kejutan karena berhasil menjadikan dirinya masuk ke dalam jajaran lulusan terbaik di angkatan ke-23 SMA Donggu. Ia menduduki peringkat dua tertinggi dalam nilai ujian dan itu tentu saja menjadi kebanggaan tersendiri bagi Yoongi.

"Pesta yang meriah," ucap seorang pria tua gemuk berwajah ramah dengan tawa menggelegar, mengangkat gelasnya tinggi di hadapan Yoongi. Dia adalah pemilik sekolah terdahulu-Park Hyunbin-yang masih saja berterima kasih pada Yoongi karena telah menyelamatkan sekolahnya dari kebangkrutan. Dia sangat menyayangi SMA Donggu karena merupakan tempat pertama kalinya bertemu dengan mendiang sang istri. Ah, pria dengan cinta semacam itu memang sulit ditemui akhir-akhir ini.

"Pesta kelulusan yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Benar-benar luar biasa, tentu saja semuanya demi Nyonya Min, kau sangat mencintai istrimu ya?" tanya pria tua itu lebih jauh.

Yoongi tersenyum. "Aku ingin istriku bahagia dan terkesan dengan masa terakhirnya di sekolah."

Pak Park bertepuk tangan. "Aku sangat menyukai semangat dan cinta semacam itu, tetaplah mencintainya. Perjalanan istrimu masih panjang, dia masih sangat muda, jadilah suami yang selalu penuh dukungan karena saat istrimu bahagia dalam pernikahan kalian. Saat itulah perbaikan hidupmu menjadi pribadi yang hebat dimulai."

Yoongi mengangguk lantas kembali memfokuskan atensinya pada Ara yang kali ini tengah tertawa bersama Hyunjin. Tampaknya mereka sudah memisahkan diri dari kelompok.

Ya Tuhan, Hyunjin lagi. Kenapa Yoongi sangat terganggu mengenai apa pun yang berkaitan dengan pemuda itu? Kenapa dia merasa terancam ketika melihat interaksi mereka. Pria itu sampai meremas kaki gelas yang sedang dipegangnya dan memilih berlalu sebelum lepas kendali dan menghancurkan hari bahagia sang istri.

"Jadi? Kau akan berakhir menjadi Nyonya Min dan beranak pinak, eoh?" tanya Hyunjin, menyunggingkan senyum jahilnya yang segera dihadiahi sodokan maut sikut Ara.

"Memangnya tidak boleh?" sahut Ara mendelik. Pandangannya menyapu ruangan mencari keberadaan Yoongi yang tidak ia temukan di mana pun.

"Siapa juga yang melarang, aku hanya menyayangkan kau tidak melanjutkan kuliah dengan otak seencer itu, tapi jika suamimu memang seorang Min Yoongi kau hanya butuh sering-sering membuka pahamu lebar dan melahirkan keturunannya yang banyak." Astaga, Ara sampai nanap, kenapa sih Hyunjin harus seberisik itu? Ara jadi menyodokkan sikutnya semakin keras sekarang dan sukses membuat pemuda tengil itu mengaduh.

"Mulutmu Oh Hyunjin." Desis Ara, dia yakin mukanya pasti sudah semerah tomat sekarang, "jadi kau akan mengikuti suneung?"

"Tentu saja, aku sepertinya terinspirasi olehmu agar cepat-cepat membayar hutang. aku akan mengikuti suneung dan saat ini aku sudah memiliki beberapa pekerjaan paruh waktu, salah satunya menjadi model?"

"Hah? Model apa? Siapa yang ingin mempekerjakan pemuda dengan wajah tengil sepertimu ini, eoh?"

"Ey, aku ini tampan tau. Ada satu brand lokal yang mengejar-ngejarku agar menjadi modelnya dan aku sudah menjalani pemotretan kemarin." Pemuda itu menggulir layar ponselnya dan memperlihatkan foto-fotonya pada Ara.

Sebagai seorang teman, Ara cukup senang melihat dan mendengar berita tersebut. Setidaknya, Hyunjin barang kali bisa berguna dan mampu berpijak pada kakinya sendiri dan hidup layak.

"Ah baiklah, aku hanya takut saja kau berakhir menjadi peliharaan tante-tante."

"Eyy."

Ara kemudian mengedarkan pandangannya lagi di ruangan tersebut, mencari Yoongi tetapi masih tidak berhasil menemukannya.

"Ngomong-ngomong, kau lihat suamiku tidak?"

"Tadi aku lihat dia ke luar."

"Ho, baiklah." Ara segera menempelkan ponselnya di telinga, mencoba menghubungi sang suami.

Tak perlu menunggu lama, pria itu sudah menjawabnya, "Ya."

"Ahjussi, kau di mana?"

"Di parkiran."

"Hah? Kau sudah mau pulang?"

"Tidak, aku hanya ingin menunggu di sini saja. Nikmatilah pestanya."

Ara menggeleng. "Aku pulang juga, tunggu sebentar."

Ara segera pergi setelah berpamitan dengan teman-temannya, Ara sudah berada di dalam mobil bersama Yoongi.

"Hai, pestanya seru sekali. Pasti itu semua berkat kau ya? Terima kasih, benar-benar terima kasih."

Yoongi melirik Ara. "Terima kasih juga karena kau susah berprestasi dan tak memalukan suami tampanmu ini."

Ara memutar bola matanya malas. "Harus ya pakai embel-embel suami tampan."

Pria itu terkekeh sebelum menyalakan mobilnya.

"Ahjussi, hari masih sore, cuacanya juga cerah. Ayo kita jalan ke taman sungai Cheonggye akan kutraktir kau es krim."

"Oke, Queen."

Ara seketika terdiam mendengar panggilan yang membuat anomali jantungnya kembali terdengar. Oh, astaga apakah benar seperti ucapan Hyunjin tadi? Dia akan berakhir menjadi Nyonya Min dan sering-sering membuka pahanya lebar untuk melahirkan keturunan pria tersebut. Kenapa terdengar binal sekali, Ara sampai menangkup kedua pipi saking malunya.

Dasar Hyunjin sialan!

Es krim sudah berada dalam genggaman keduanya dan Yoongi tanpa malu menggamit jemari Ara, membuat mereka menjadi pusat perhatian dengan visual yang memang di atas rata-rata. Hari yang benar-benar indah dan Ara sangat bersyukur atas hari ini.

"Jadi kau benar-benar tidak akan ikut suneung? Kalau menurutku akan sangat disayangkan jika kau melewatkannya, Queen." Yoongi membuka percakapan saat mereka memutuskan untuk duduk di bangku taman.

Astaga, Queen lagi. Ara benar-benar tidak dapat memetakan hatinya. "Um ... selain masih bingung dengan cita-citaku yang sampai saat ini hanya menjadi seorang ibu rumah tangga, aku juga tidak mau mengambil risiko stress jika aku kuliah dalam keadaan hamil nanti."

Nah, kan semuanya bertambah runyam saja jadinya. Bukankah dengan berkata demikian, itu berarti Ara sudah siap dengan segala aspek ke-istri-an? Yoongi bahkan mengerjap mendengar penuturan tersebut.

"Kenapa ... pemikirannya sampai sejauh itu?"

Ara mengedip pelan, rasanya ingin menghilang saja karena terjebak ucapan sendiri. "Ya itu kan kalau. Sudahlah! Lupakan aku pernah berkata seperti itu." Ara mengedik gak acuh lantas kembali memakan es krimnya, padahal dalam hati dia merutuk keras kenapa dia bisa sampai sebodoh itu.

Yoongi tertawa geli. Gemas bukan main dengan sikap sang istri yang demikian itu. "Jadi kau ingin aku hamili ya?" godanya, tampak belum rela kehilangan ekspresi lucu Ara.

"Yak! Ahjussi!"

Ara belum yakin akan perasaannya pada Yoongi, tetapi dia juga sudah berusaha membuka hati mengingat cintanya pada Jimin juga merupakan sesuatu yang mustahil. Ara hanya mencoba mengikuti alur yang diberikan Tuhan karena ternyata dia memang senyanan itu bersama pria tampan berlesung pipi di sebelahnya itu.

***

"Astaga Ahjussi! Kau benar-benar mengajak kami makan malam di sini?" pekik Ara dengan mata membola dan mulut terbuka karena takjub. Tak heran karena Yoongi membawa mereka ke sebuah restoran bernama La Yeon yang terletak di lantai 23 dalam hotel bernama Shilla. Menurut sepengetahuan Ara, restoran tersebut masuk ke dalam jajaran restoran mewah di Seoul.

Bora yang melihat bagaimana hebohnya sang ibu hanya terkikik geli.

Ara mencoba tidak bertindak terlalu norak karena begitu sampai di sana, pemandangan kota yang menakjubkan bersama dengan Taman Namsam yang indah benar-benar membuatnya ingin berteriak kegirangan saja. Beruntung, semuanya terselamatkan oleh kedatangan Jimin dan Minkyung yang ternyata juga diundang oleh sang suami. Pakaian mereka juga begitu formal.

Bukan tanpa sebab jika pria itu mengajak keluarga Ara turut serta, melainkan untuk meminta izin untuk memperlakukan Ara selayaknya seorang istri mengingat Jimin dan Minkyung sebelumnya sangat keberatan jika gadis itu hamil di usia muda.

Yoongi sudah membayangkan, pasti akan canggung sekali membahas itu semua, tetapi dia sangat bersungguh-sungguh akan hal itu, lagi pula Bora benar-benar sudah mendambakan adik.

Yoongi baru saja akan mengurataran hal tersebut, ketika Jimin menginterupsi. "Sebentar, aku akan menjemput seseorang dulu."

Ara tampak bertanya-tanya siapa yang akan bergabung dengan mereka. Sampai presensi seorang wanita muda mengait atensi mereka semua.

"Maaf terlambat, selamat atas kelulusanmu Lim Ara."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro