54
Ada yang belum follow aku ga?
.
.
.
Ara tidak tau akan ada acara apa di sekolahnya, tetapi selepas makan siang tadi terlihat beberapa siswa yang tergabung dalam organisasi sangat sibuk di aula yang baru saja di renovasi atas prakarsa si pemilik sekolah yang baru. Menurut Ara, sepak terjang sang suami pura-puranya dalam memajukan SMA Donggu layak diacungi jempol dan Ara sih setuju-setuju saja, toh itu untuk kemajuan sekolah. Dia bersyukur karena berkat pria tersebut, gadis itu jadi mempunyai beberapa privilesse di sana.
Ngomong-ngomong, mengenai kunjungan Yoongi tempo hari, di mana dengan santainya pria tersebut menuntun tangan Ara saat melewati koridor sekolah jelas menjadi buah bibir di kalangan para siswa, tetapi tentu saja, kali ini tanpa mengikutsertakan hujatan yang mendiskreditkan sang gadis. Yoongi sangat mengecam tindakan perundungan terutama pada Lim Ara. Hal itu menurut sang gadis cukup menyenangkan walau dia kesal juga karena Yoongi terus saja bersikap seenaknya.
Barang kali hal itu akan terjadi lagi hari ini. Mata Ara memicing saat mendapati banyak siswa bergerombol dengan bisik-bisik nama Yoongi terdengar di sana.
Pemilik sekolah katanya mau datang kemari
Wah! Min Yoongi?
Pemandangan indah.
Kenapa dia bisa setampan itu ya, seperti patung Dewa Yunani saja.
Kira-kira begitulah yang didengar Ara dan hal tersebut semakin diperjelas ketika Park ssaem memanggil gadis itu ke ruang guru.
"Mungkin kau sudah tau alasan kenapa kau dipanggil kemari, jadi tunggu saja."
Ara tidak pernah suka menjadi satu-satunya orang yang tidak mengerti di sini. Gadis itu menatap Park ssaem bingung lantas berkata, "Aku tidak tau akan ada apa, tapi tadi di luar aku mendengar jika pemilik sekolah akan datang kemari. Apa itu benar Seonsangnim?"
Park ssaem mengerutkan dahi sejenak. "Kau tidak tau? Memangnya suamimu tidak bilang apa-apa?" bisiknya.
Ara menggeleng dan Park ssaem tersenyum tipis. "Rupanya pemilik sekolah senang memberi kejutan padamu ya, sama halnya pada sekolah ini. Tau tidak, kami baru dikabari jika beliau akan datang kemari dua jam lalu padahal sejak dari awal pekan, gyojang selalu menanyakan padanya." Jawaban yang terlontar dari bilah Paek ssaem terdengar sedikit sarkas, tetapi ya bagaimana lagi, Yoongi memang terkadang suka seenaknya seperti ini terutama jika hal itu tidak terlalu bersangkut paut dengan bisnis yang sedang digelutinya.
Ara semakin bingung saja, memangnya akan ada acara apa sih? Melihat Ara yang masih mengerutkan dahi, Park ssaem kembali berujar, "Beliau akan membagikan beasiswa hari ini."
Mulut Ara membentuk huruf o sementara kepalanya mengangguk-angguk mengerti. Ya, dia pernah mendengar hal itu saat di ruangan kepala sekolah tempo hari, dan mengingat suaminya itu memang sedang sibuk-sibuknya, Ara cukup memaklumi jika dia sedikit kesulitan mencari jadwal yang tepat.
"Tuan Min sudah datang." Terdengar salah satu staf guru memberitahukan orang-orang dalam ruang tersebut dan kepala sekolah langsung bersiap di depan pintu untuk menyambutnya.
Ara mau tak mau ikut penasaran juga dan menjinjitkan kaki guna melihat kedatangan Yoongi karena riuh para siswa terdengar semakin menjadi saja.
Astaga! Memangnya sekolah kedatangan SUGA BTS apa? Dasar tukang tebar pesona, batin Ara seraya menggeleng samar. Dirinya bahkan tak dapat melihat sosok sang suami karena tengah dikerubungi oleh para siswa yang mengelu-elukannya.
"Selamat datang Tuan Min," sambut Kim gyojang dalam tawa antusias. Sementara Ara memicing sengit tatkala akhirnya dapat melihat penampilan Yoongi kali ini. Menurut Ara, dia memang seberlebihan itu.
Rambut klimis yang ditata rapi agar keningnya terlihat, tatapan dengan obsidian pekat yang sorotnya tegas namun terlihat menggoda secara bersamaan, ditambah tubuh atletis yang dibalut mansuit berwarna hitam yang entah kenapa berhasil menguarkan aura mafia bengisnya. Uh, benar-benar membuat Ara semakin mengerutkan dahinya sebal.
Kenapa harus berpenampilan seperti itu sih untuk berkunjung ke sekolahku saja? Itu setelan jas juga, baru dibeli ya? Ini juga, kenapa harum sekali? Apa dia berenang dengan parfum sebelum datang kemari?
Pria itu tampak mempelihatkan senyum manisnya sebelum digiring kepala sekolah dan staf ke arah aula.
Ara menempatkan diri di baris akhir karena pihak sekolah yang sejak tadi mengintruksikan dirinya untuk berada dekat Yoongi tampaknya lupa memperhatikan gadis itu. Ah, lagi pula Ara juga tidak ingin menjadi pusat perhatian karena walau gosip tentangnya sudah santer terdengar. Cerita mengenai dirinya sudah menikah dengan Yoongi tidak ada yang tau kecuali pihak sekolah dan Hyunjin.
Mencoba mengesampingkan tatapan jahil Hyunjin yang sejak tadi memperhatikannya, Ara mencoba fokus pada apa yang akan Yoongi kemukakan. Akankah pria itu mengabulkan permintaannya?
Semua murid sudah berkumpul di dalam aula tersebut dan kepala sekolah sudah memberikan sambutannya lantas mempersilakan Yoongi ke atas podium yang segera disambut riuh tepuk tangan dari semua siswa.
Yoongi tampak membungkuk sebentar, sebelum mengambil alih podium. Ara bahkan dapat merasakan bagaimana aura yang memancar dari gesture sang pria saat memulai pidatonya. Tatapannya tajam menatap satu per satu siswa yang ada di sana, seolah tidak membiarkan siapa pun untuk berpaling dari apa yang sedang ia kemukakan. Sungguh, aura pemimpin sangat melekat dalam diri Yoongi dan untuk pertama kalinya, Ara melihat sudut lain dari suaminya itu selain seorang arogan, menyebalkan dan ayah yang baik. Ah, jangan lupakan sebagai sosok dengan dekapan terbaik juga. Bahkan, entah kenapa diam-diam kroma merah mulai merambati kedua pipinya.
Kenapa rasanya aneh sekali? Kok panas ya?
"Lim Ara ...."
Gadis itu tidak menyadari saat namanya dipanggil oleh Yoongi yang dengan hebat dapat menemukannya di antara kerumunan para siswa, hingga sodokan lengan Hyunjin menyadarkan Ara bahwa semua mata sedang tertuju padanya.
"Eh! Apa? Kenapa?" ucap Ara mengerjap bodoh. Wajahnya sudah semerah tomat sekarang karena tiba-tiba saja menjadi pusat perhatian.
"Lim Ara bisakah kau maju ke depan bersamaku?" ucap Yoongi.
"Eh!" Lagi-lagi Ara harus mengerjap bodoh, jika saja Hyunjin tidak mendorongnya agar berjalan ke arah podium. Mau tidak mau kini gadis itu harus berjalan dengan wajah menunduk. Saking terpesonanya oleh aura Yoongi saat berbicara tadi, dia sampai tidak tau apa yang tengah pria itu kemukakan.
Dalam perjalannnya, Ara kebingungan sendiri atas apa yang sedang terjadi di sana dan berharap agar Yoongi tidak bertindak seenaknya dengan memanggilnya ke podium.
Yoongi mengulurkan tangan sesaat Ara tiba di sana. Awalnya, gadis itu mengira Yoongi hanya membantunya, ternyata dia sama sekali tidak melepaskan tautan tangan mereka.
"Barang kali, ada di antara kalian yang sering membicarakan tentang Lim Ara atau bahkan menaikkan rumor tentang dia yang sangat merugikannya. Jika kalian pernah atau bahkan masih melakukan hal tersebut sampai saat ini. Maka aku meminta kalian untuk menghentikannya karena beasiswa yang akan aku berikan pada kalian adalah hasil dari pemikiran teman kalian ini." Terdengar dengung riuh dengan tatapan heran dari para siswa. Mereka tidak tau kenapa Lim Ara yang lebih dikenal penyendiri itu memiliki kedekatan dengan seorang pengusaha kelas kakap seperti Min Yoongi.
"Nona Lim Ara silakan untuk menyampaikan satu dua patah kata," ucap Min ssaem yang saat itu didapuk menjadi pembaca acara saat itu, menyodorkan sebuah microphone yang segera Ara terima dengan canggung.
"Umm ... semoga beasiswa yang diterima teman-teman benar-benar bermanfaat. Terima kasih. SMA Donggu Fighting!"
Para siswa bertepuk tangan dan bersorak mengikuti ucapan Ara. Aula seketika riuh dan acara tersebut lebih meriah lagi karena Yoongi ternyata membebaskan iuran sekolah selama satu tahun untuk semua murid dan memberikan beasiswa tambahan bagi siswa berprestasi.
Seperti gong yang dipukul sangat keras sebagai gaung dari acara puncak. Di akhir acara, Yoongi mengumumkan bahwa Lim Ara adalah istrinya.
Ara nanap, tak mampu berkata-kata, rasanya ingin menghilang saja. Terlebih ada banyak emosi yang dia terima saat ini.
Min Yoongi kenapa kau harus mengumumkannya di aula seperti ini? Apa maksudmu?
Setelah meminta izin untuk meninggalkan acara terlebih dahulu pada kepala sekolah. Dengan tangan yang masih bertaut, Yoongi mengajak Ara pulang. Ah, tepatnya bukan pulang, tetapi menjemput Bora untuk kemudian bertolak ke Pulau Jeju.
===========
Apa enaknya menjadi pusat perhatian? Terlebih kalau kau tidak bisa mengukur seperti apa tatapan-tatapan mereka padamu. Apakah senang, benci, atau iri?
Ara benci berada di posisi ini karena dia yakin dengan sangat mereka barang kali sedang mengetikkan namanya pada kolom pencarian bagaimana cara menjadi Lim Ara. Hell, siapa yang tidak iri, mempunyai suami kaya raya, tampan dengan tubuh atletis seperti Min Yoongi? Dia bahkan bak pangeran menawan dengan penampilan seperti itu di atas podium tadi.
Ara menghenyakkan tubuhnya pada jok mobil dalam dengkusan kasar sesaat setelah Yoongi membukakan pintu mobil untuknya. Otak sang gadis tidak dapat memahami apa yang baru saja dilakukan si pria. Apa maksudnya mengumumkan pernikahan mereka? Apakah Yoongi menginginkan Ara malu saat lima tahun kontrak mereka berakhir dan dia menjadi seorang janda? Astaga, dilihat dari posisi mana pun, pengakuan tersebut jelas merugikannya.
"Ada apa dengan wajah cemberutmu itu?" tanya Yoongi santai, memasangkan seatbelt pada tubuhnya sebelum menyalakan mobil.
"Ahjussi, kenapa kau selalu berbuat seenaknya begini sih? Apa maksudmu dengan mengatakan pada semua orang di aula bahwa kita sudah menikah? Kau ingin membuatku malu ya? Pernikahan kita hanya sebatas kontrak, dan setelah semuanya selesai, aku akan berakhir menjadi seorang gadis yang dibuang oleh CEO Min San Group, apa kau ingin aku terlihat menyedihkan seperti itu, eoh?" Wajah Ara benar-benar merah sekarang, merah karena marah dengan napas menderu. Tatapannya sengit masih menunggu tanggapan Yoongi yang kali ini masih memasang wajah tenang.
"Sudah marahnya?" tanya Yoongi, tersenyum tipis.
Ara kembali menghenyakkan tubuhnya kasar pada punggung kursi, tatapannya dia alihkan ke depan dengan mulut mengerucut.
"Lim Ara coba dengarkan dulu, aku tidak bermaksud seperti itu. Coba kau pikir, bagaimana jadinya kalau aku tidak memberitahukan semuanya pada mereka. Apa kau mau mereka berprasangka buruk terus tentangmu? Bukankah aku baru saja menghapus semua pandangan buruk mereka terhadapmu?"
"Dan apakah aku yang memintamu untuk melakukan hal itu? Semua rumor yang beredar tentangku juga berawal darimu kalau kau lup–."
"Dan aku saat ini sedang mencoba memperbaikinya," potong Yoongi masih dengan ketenangannya. Ara bahkan sedikit heran atas sikap pria yang biasanya tak mau kalah itu.
"Memperbaiki dengan cara menimbulkan asumsi baru karena aku menikahi duda kaya raya sepertimu, eoh? Kau egois! Kau seharusnya bertanya padaku dulu sebelum bertindak."
"Aku suamimu Lim Ara, sudah tugasku untuk melindungimu. Aku ingin membuatmu nyaman di sekolah tanpa seorangpun yang mengganggumu belajar."
"Aku mohon jangan memberi alasan dan mengatakan bahwa kau adalah suamiku. Pernikahan kita saja hanya sebatas kontrak, kau bukan suami sesungguhnya Ahjussi. Kita sedang berpura-pura kau harus tau itu."
Yoongi menarik dan mengembuskan napas panjang, ingin memberikan pengertian pada gadis itu tanpa sedikitpun membuat Ara semakin kesal. "Ya, aku tau bahwa pernikahan ini hanya kontrak. Aku ingat dengan baik, kau tak perlu risau. Namun, pernikahan ini bukan tentang kau saja, Lim Ara. Ada namaku di sini, dan aku tak mau publik berasumsi buruk bahwa aku seorang sugar daddy yang menyukai gadis-gadis muda yang masih bersekolah. Kuharap kau mengerti."
Mau tidak mau Ara harus mengesat air matanya. Penjelasan pria itu cukup dapat diterima walau tetap saja, otak muda dan labilnya tetap menganggap Yoongi itu menyebalkan karena selalu bertindak seenaknya.
Namun menurut Yoongi, dia juga sudah melakukan hal yang benar dengan mengumumkan pada semua orang kalau gadis itu telah menjadi miliknya. Setidaknya, hal itu akan membuat sang gadis nyaman dalam belajar tanpa sedikitpun terganggu oleh rumor negatif ataupun romansa picisan.
Lim Ara sudah mempunyai seorang suami dan itu benar adanya.
Namun, benarkah alasannya demikian? Sejak awal, Yoongi tidak ada niatan sedikitpun untuk memanggil Ara ke atas podium apalagi mengumumkan pernikahan mereka, tetapi saat netranya berhasil menemukan gadis itu berdiri di bagian belakang barisan dengan satu orang pemuda yang selama ini membuat hatinya panas dingin, membuat bibir dan otaknya otomatis bersinergi hingga menghasilkan sebuah kalimat yang bahkan dirinya pun berpikir telah melakukan kesalahan, terlebih tatkala melihat sang gadis berjalan dengan wajah kebingungan.
Namun, nasi sudah menjadi bubur bukan? Dan Yoongi berjanji dalam hati akan membuat bubur tersebut menjadi makanan terlezat. Dia akan membuat Ara nyaman dengan caranya.
Merasa Ara harus ditenangkan, Yoongi memilih menepikan roda empatnya dan menatap Ara lamat, sedikit tidak enak hati sebenarnya karena telah membuat gadis itu menangis.
"Maaf ok?" ucapnya lembut, "aku benar-benar ingin membuat kejutan dengan tidak mengatakan padamu sebelumnya. Lagi pula aku sudah mengabulkan permintaanmu untuk memberikan beasiswa pada temanmu itu kan?"
Ara tidak tau mana yang paling membuatnya kesal. Permintaan maaf yang terdengar tidak tulus atau ucapan telah mengabulkan permintaaan Ara yang terkesan meminta timbal balik.
"Kau memberikan beasiswa pada semua murid," ucap Ara tampak tidak terkesan sedikitpun atas apa yang Yoongi lakukan.
Yoongi mendengkuskna tawa. "Coba kau pikir, bagaimana jadinya jika aku memberikan temanmu itu, siapa namanya? Jin jin itu. Dia bahkan tidak berprestasi sama sekali dalam mata pelajaran mana pun kecuali berprestasi dalam hal membolos di kelas Sastra Korea, apa aku harus memberikannya reward atas hal tersebut? Memangnya dia Patrick the Star yang diberikan piala karena tidak melakukan apa-apa?"
Ara hanya memicing melirik Yoongi sementara pria itu membolakan matanya. "Aku tidak suka menonton Spongebob Squarepants, aku hanya menemani Bora tempo hari saat menontonnya," terang Yoongi, entahlah dia merasa perlu menjelaskan hal itu pada Ara.
"Memangnya aku peduli?" timpal Ara lirih dan mengedikkan bahunya sedikit, "tetapi tetap saja kau berlebihan Ahjussi, di sekolahku tidak semuanya miskin kok."
"Apa kau tidak mencoba memikirkannya lebih dalam? Bagaimana jadinya jika aku mengikutsertakan nama Hyunjin di daftar penerima beasiswa dalam bidang prestasi dengan fakta dia tidak berprestasi sama sekali. Lalu, jika aku memasukkan namanya ke dalam daftar siswa kurang mampu. Bukankah kau berkata dia tidak berasal dari keluarga miskin? Aku bahkan sudah memeriksa latar belakangnya untuk acara penerimaan beasiswa ini. Tolong mengerti posisiku Lim Ara." Yoongi menjeda ucapannya untuk menilik bagaimana raut Ara yang terlihat mulai berpikir.
"Aku bahkan menghabiskan banyak malam untuk memikirkan hal ini, hanya untuk mengabulkan permintaanmu ini. Bisakah kau menghargai usahaku sedikit saja, bukannya malah marah-marah seperti ini." Tentu saja Yoongi sedikit mendramatisir tentang menghabiskan banyak malam itu, dia bahkan hanya mengintruksikan Pak Kwon untuk mensortir nama-nama siswa berprestasi dan kurang mampu agar tepat sasaran, dan mengenai membebaskan biaya sekolah, itu memang langkah yang ditempuhnya untuk mengabulkan permintaan Ara walau hatinya berteriak tidak suka membantu pemuda bernama Oh Hyunjin tersebut.
Ara memaku, menatap sang suami dengan mengerjapkan mata beberapa kali. Nah kan sepertinya Yoongi sudah berhasil melemparkan bola panasnya kembali.
Gadis itu berdeham kikuk, tatapan nyalangnya berubah teduh bersama tarikan bibir atas, tersenyum canggung. "Umm Ahjussi ... maaf ... dan terima kasih."
Yoongi sampai tak kuasa untuk tidak tersenyum menatap wajah polos Ara. Tanpa sadar tangannya membelai pipi gadis itu, mencubitnya gemas sebelum mengusak pucuk kepalanya. "Aku hanya butuh kau yang selalu bahagia berada di sampingku. Jangan menangis lagi oke?"
Ara menaikkan kedua sudut bibirnya, sedikit terbawa perasaan atas apa yang baru saja dikemukakan Yoongi.
Aku hanya butuh kau yang selalu bahagia berada di sampingku, kata-katanya kenapa terdengar begitu menenangkan.
Di sisa perjalanan menuju sekolah Bora, mereka habiskan dalam diam, keduanya terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing yang begitu acak.
Dan perjalanan ke Pulau Jeju pun terasa begitu menyenangkan terlebih saat keduanya melihat Bora yang tidak henti-hentinya berceloteh riang.
=========
Kalian udah ikutan lomba apa? Aku introvert diam di rumah aja ... ngetik ....
btw mungkin besok2 updatenya ga tiap hari ya, kalian pasti bosen bacanya soalnya. Maybe Rabu dan Sabtu jam 8 malam ya
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro