Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

52


Akhir pekan tiba, padahal Yoongi sudah berjanji akan mengajak Bora dan Ara berjalan-jalan setelah tertunda selama beberapa bulan karena kesibukannya. Untung baru janji dalam hati, tak terbayangkan jika pria itu sudah mengutarakannya pada sang anak, pasti Bora akan merajuk dan berakhir ngambek.

Sebenarnya, memang tidak baik terlalu banyak menghabiskan waktu di kantor untuk bekerja, tetapi Yoongi terkadang begitu keras kepala dengan pemikirannya dan sebuah rencana pencapaian yang ingin diraihnya baru-baru ini begitu menyita waktu.

Berkutat dengan tumpukkan berkas di atas meja, di hari minggu yang cerah ini , Yoongi bermaksud akan pulang lebih awal dan mengajak keluarga kecilnya untuk makan makan malam di luar nanti.

Sementara, di luasan apartemen bergaya modern minimalis itu, Ara tidak memiliki agenda ke mana pun, cukup di sayangkan siih karena matahari bersinar begitu terang hari ini. Tak memilik pilihan lain, dia memutuskan untuk bersantai saja sambil menikmati subak hwachae--es semangka--bersama Bora, tak lupa dengan menonton saluran netflix kesukaannya.

"Eomma, kita benar-benar tidak ke mana-mana ya hari ini? Appa kenapa kerja terus sih? Kalau aku telepon sekarang, dia mau pulang tidak ya?"

Nah kan, si gadis kecil sudah merajuk seperti ini. Tampaknya dia bosan karena dari tadi hanya rebahan di atas sofa dengan kepala berada di pangkuan sang ibu.

Ara mengusap lembut kepala Bora dan mengulas senyum sebelum menjawab, "Memangnya Bora bosan ya?"

Gadis kecil itu mengangguk, dan memosisikan diri untuk duduk. "Bagaimana kalau kita ke rumah oehalmeoni, aku lebih suka di sana dari pada ke rumah halmeoni karena ada Jimin samchon yang baik sekali, dia bahkan memperkenalkan aku sekop yang keren."

Astaga Ara sampai mengerjap kala mendengar penuturan polos Bora. "Sekop?"

"Itu lho yang digunakan untuk meneropong benda luar angkasa."

"Oh, itu teleskop, Sayang."

"Ya pokoknya itulah." Bora tersenyum lugu, "Eomma, Jimin samchon itu tampan ya? Dan baik sekali, aku jadi ingin bertemu lagi dengannya."

"Eh?"

Bora ini memang kadang-kadang celotehannya ajaib, dan perihal sudah dapat menilai seseorang tampan selain ayahnya jelas membuat bibir Ara berkedut.

"Boleh pinjam ponselnya tidak Eomma? Aku ingin menelepon Appa."

Ragu-ragu Ara memberikan ponselnya pada Bora, walau takut jika gadis kecil itu mengganggu sang ayah yang sedang bekerja. "Tapi kalau tidak diangkat oleh appa, maklumi saja ya. Dia kan sedang sangat sibuk."

Bora mengangguk patuh, tetapi ternyata tak perlu waktu lama agar panggilan telepon itu tersambung. Bora sudah mengatakan halo dengan nada yang cukup ketus.

"Appa ini Bora, aku bosan, Appa mau pulang tidak sih? Kenapa Appa kerja terus, kalau tidak akan pulang, aku dan Eomma akan pergi ke rumah oehalmeoni, mau ajak Jimin samchon saja untuk jalan-jalan."

Ara bahkan tidak tau apa yang dijawab Yoongi, tetapi bila dilihat dari ekspresi gadis kecil itu tampaknya membawa nama Jimin dalam percakapan tersebut membuat si pria mengalah dengan kesibukannya.

"Oke, sampai bertemu di sana. Eh mau bicara dengan Eomma? Oke aku akan berikan ini padanya." Bora terlihat menyodorkan ponsel tersebut ke arah Ara yang segera disambut uluran tangannya.

"Ya hallo?"

"Ra-ya, kau bawa Bora ke mal saat makan siang nanti ya, aku akan menyusul kalian ke sana," ucap Yoongi mengintruksikan.

"Oke," jawab Ara tanpa sedikitpun pertanyaan.

"Jadi tidak perlu ke rumah ibu dulu, pokoknya kalau mau ke sana harus denganku."

"Ya, ok."

Ara mungkin tidak tau bahwa Yoongi sangat menghindari berkunjung ke rumah mertuanya karena perubahan sikap Ara bila berada di sana. Tanpa Ara sadari Yoongi memperhatikannya dengan saksama dan dia cukup peduli untuk membuat mood gadis itu tetap baik. Bagaimanapun, pria itu merasa punya tanggung jawab lebih atas perasaan terlarang dua kakak beradik itu, dan dia tidak mau cinta Ara pada sang kakak semakin tumbuh.

Suasana dalam mal cukup ramai, sepertinya mereka sepemikiran dengan Ara karena hari ini memang terlalu cerah dan sangat sayang jika dihabiskan di dalam rumah saja.

Presensi Yoongi belum terlihat, padahal sepuluh menit lalu mengabarkan jika ia sudah sampai di basemen. Tak punya pilihan, Ara dan Bora menunggu di restoran tempat mereka berjanji untuk makan siang.

Tak berapa lama Bora berseru, "Appa!" Gadis kecil itu melambaikan tangan ke arah pintu masuk restoran, antusias seperti biasa, tetapi kali ini senyum cerahnya mendadak pudar saat menyadari seseorang bersamanya.

Ara yang merasa aneh dengan sikap Bora ikut mengalihkan pandangannya dan segera mendapati presensi lain yang menemani Yoongi. Tentu saja, jawaban dari sikap muram Bora adalah Jessica, wanita cantik itu ikut melambai membentangkan senyum cerahnya pada Bora.

"Kok ada Jessica imo sih," gerutu Bora mencebik sambil menatap kedua pribadi yang mendekat itu.

"Sayang, mungkin appa bertemu dengan Jessica aunty dan mengajaknya makan bersama. Jangan judes ya, bersikap baik padanya, ok?" pinta Ara yang dengan takut-takut diangguki oleh Bora.

"Dia Jessica imo bukan Jessica aunty," gerutunya yang segera dijawab oleh sentuhan lembut di pucuk kepala oleh sang ibu. Setahu Ara yang melatarbelakangi Bora tidak begitu menyukai Jessica adalah kesamaan nama wanita itu dengan teman sekelas Bora yang sering mengatainya tidak punya ibu. Namun, seiring waktu Bora sering bercerita bahwa temannya yang bernama Jessica itu sudah bersikap baik karena kini ia sudah memiliki ibu.

Ara tidak tau lagi alasannya sekarang, tetapi konon katanya insting seorang anak sangat tajam terlebih dalam menilai sikap seseorang yang tulus atau tidak padanya.

"Sudah lama?" tanya Yoongi, tersenyum sambil memosisikan diri sebelah Bora yang walau sudah diperingatkan untuk bersikap baik tetap saja sedikit menatap galak sang ayah.

"Belum lama kok," jawab Ara lantas menatap Jessica dan tersenyum ramah, "hai Eonnie apa kabar?"

"Hai aku baik, Ara-ssi, maaf bukan bermaksud mengganggu acara keluarga kalian, tetapi Yoongi memaksaku untuk ikut padahal kami benar-benar sedang sibuk sekali menggarap projek."

"Ah, tidak apa-apa, tidak perlu sungkan. Aku dan Bora malah ingin meminta maaf karena telah mengganggu waktu kalian," ucap Ara, entah kenapa ada perasaan tercubit kala dia mengucapkan hal itu terlebih dia baru mengetahui bahwa Yoongi menghabiskan waktunya di kantor bersama Jessica.

"Maaf ya Appa sangat sibuk akhir-akhir ini. Appa janji deh nanti kita jalan-jalan kalau waktunya sudah senggang." Kali ini Yoongi menatap sang anak gadis yang sejak tadi tidak bersuara.

"Memangnya kapan waktu Appa kosong?" sahut Bora masih saja mencebik kesal. Kalau tau akan begini lebih baik dia tidak perlu menelepon sang ayah dan menghabiskan waktu di rumah saja dengan sang ibu.

"Sayang ...." panggil Ara lembut tetapi cukup untuk membuat Bora menunduk dan beberapa saat kemudian dapat bersikap lebih ramah.

Makan siang berjalan dengan lancar walau diwarnai dengan acara Jessica yang meletakkan laukya di piring Yoongi dan berharap pria itu selalu diberikan kesehatan. Menurut Ara, sikap seperti itu tidak perlu ditunjukkan di hadapannya, toh mereka memilik banyak waktu bersama di kantor yang konon sedang menggarap projek besar itu.

Selepas makan siang, Bora mengajak sang ayah untuk menghabiskan waktu di wahana permainan anak, sementara Jessica tampak keberatan dan memilih mengajak Ara untuk ke kafe yang masih satu area dengan tempat bermain. Merasa akan sangat canggung kalau menghabiskan waktu bersama Jessica. Ara, memilih menemani Bora bermain.

Bora sebenarnya kesal karena sang ayah harus membagi perhatiannya pada Jessica. Kenapa sih wanita itu tidak pulang sendiri saja dan malah mengganggu acara keluarga mereka dah hal tersebut dia utarakan secara jujur pada sang ibu.

"Eomma, kenapa sih Jessica imo tidak pulang saja. Kan dia sudah ikut makan siang, kenapa malah mengganggu acara kita? Coba lihat saja bagaimana dia tersenyum pada appa, aku tidak suka."

Ara menolehkan kepala, mengikuti arah pandang Bora dan melihat bagaimana interaksi Yoongi dan Jessica yang memang terlihat nyaman satu sama lain.

"Eomma apa merasa baik-baik saja melihat appa sedekat itu dengan Jessica imo?" tanya Bora mengernyitkan dahinya kesal. Entah gadis kecil itu memang mempunyai keahlian untuk menjadi kompor atau bagaimana, karena hati Ara, tanpa ia sadari saat ini memang terasa panas.

"Bora, bagaimana kalau kita pulang saja."

"Ide bagus dan kita tidak perlu meminta izin pada appa, suruh siapa dia mengabaikan kita."

Ara mengangguk setuju.

"Dan di rumah kita diamkan saja dia."

Ara kembali mengangguk setuju. Entah kerjasama seperti apa yang tengah dibangun dua perempuan itu, yang pasti mereka berdua merasa kesal pada Yoongi dan akan memberi pria itu pelajaran.

========

Ahjussi, maaf kami pulang duluan. Begitulah kira-kira isi dari pesan yang dikirimkan Ara sepuluh menit lalu pada benda pipih yang sejak tadi Yoongi simpan di saku mantelnya.

Yoongi tidak percaya jika Bora dan Ara memutuskan untuk pulang ke rumah tanpa sepengetahuannya. Dia bahkan nyaris melaporkan pada petugas keamanan mal untuk mencari mereka berdua, jika saja dia tidak melihat isi pesan yang dikirimkan Ara.

Padahal, sejak memilih duduk di kafe yang masih satu kawasan dengan arena bermain, dia selalu menolehkan kepala secara berkala untuk mengecek keadaan dua gadis itu.

Kau memang bodoh Yoongi! rutuknya dalam hati. Dia tak menduga jika keputusannya mengajak Jessica untuk makan siang bersama berakhir tidak baik seperti itu. Ponsel Ara pun bahkan tidak aktif, apa mungkin mereka marah?

Yoongi tidak dapat menutup mata, jika wajah ceria sang anak mendadak ditekuk saat melihatnya datang bersama Jessica. Namun, bukan tanpa alasan kenapa dirinya berakhir mengajak wanita itu, Yoongi hanya tak tega membiarkan Jessica makan siang seorang diri.

"Yoon, aku jadi tak enak hati. Mereka bahkan pulang tanpa menemuimu dulu. Ini pasti gara-gara aku ikut ya?" Jessica menatap Yoongi dengan pandangan muram jelas merasa tidak nyaman dengan keadaan yang tidak mengenakkan itu.

Yoongi menggeleng dia bahkan tak habis pikir, bagaimana Ara bisa sangat kekanakan seperti itu.

"Mungkinkah Ara yang mengajak Bora melakukan hal seperti ini? Menurutku ini sangat kekanak-kanakkan." Jessica malah menyuarakan hal yang baru saja Yoongi pikirkan.

Mungkinkah Ara seperti itu? Rasanya tidak mungkin terlebih aku sangat tau bagaimana cara gadis itu mengatasi masalahnya di beberapa kesempatan.

Yoongi menggeleng. "Sepertinya tidak, walau Ara masih sekolah tapi pikirannya tidak selabil ini. Mungkin Bora yang mengajaknya pergi, buktinya dia masih sempat mengirimiku pesan."

"Benarkah anak umur delapan tahun bisa mempunyai pikiran seperti ini kalau tidak ada andil dari orang dewasa di dekatnya? Kalau Ara memang dewasa seharusnya dia dapat membujuk Bora agar bersikap baik bukannya mendukung. Lagi pula kau sudah menyempatkan diri datang kemari di sela-sela waktu sibukmu, kenapa Ara tidak menghargainya?" Jessica kembali mengutarakan pendapat, sedikit mengernyit dengan penekanan dari setiap kalimatnya, jelas tidak setuju dengan pemikiran Yoongi yang masih saja melihat Ara sebagai sosok gadis baik.

Pria itu lantas memilih mengedik, dia berpikir mendebatkan siapa yang berbuat seperti itu tidak akan menemui titik temu, terkecuali dirinya menanyakan langsung pada Ara.

"Sudahlah lebih baik kita kembali ke kantor," ajak Yoongi setelah sebelumnya mengirimkan pesan pada Ara.

Ra-ya, tolong sampaikan maafku pada Bora. Aku tau dia pasti marah karena aku mengajak Jessica juga, dan aku mencoba mengerti kenapa kau memilih mengikuti kehendak Bora untuk pergi tanpa pamit seperti ini, walau menurutku sikap ini kurang bijaksana. Sampai bertemu di rumah, aku akan pulang sebelum makan malam.

Ara mengetik kata ya sebagai jawaban, sangat singkat dan mengandung makna bahwa gadis itu malas berdebat. Jika Yoongi jeli, seharusnya dia tau kalau Ara pun ikut kesal dengan sikapnya.

Entah kenapa, gadis itu rasanya ingin menangis saja setelah membaca pesan tersebut. Apakah Yoongi tidak mempunyai niat untuk menyusul mereka? Kenapa dia begitu terlambat menyadari bahwa dirinya dan Bora sudah tidak ada di sana. Benarkah dia dan Jessica memang tidak mempunyai hubungan apa-apa?

Ara menempatkan dirinya di bagian belakang bus dengan Bora di sebelahnya. Anak gadis itu bahkan sangat bersemangat karena jarang sekali menggunakan bus sebagai alat transportasi. Kepalanya sibuk menoleh ke arah luar menunjuk jajaran penjajak food street yang tergelar sepanjang jalan.

"Eomma, aku boleh ke sana tidak? Aku ingin itu, sepertinya enak." Ara menunjuk penjual tteokbokki yang mereka lewati sebelum bus yang mereka tumpangi berhenti di halte tak jauh dari sana.

Merasa tidak apa-apa jika menuruti keinginan sang anak, Ara memilih mengabulkan permintaan Bora dan turun di sana. Sekadar informasi, gadis itu bahkan sudah tak merasa keberatan jika Bora memanggilnya eomma di tempat umum, tak peduli walau sering kali dia mendapati tatapan penuh tanya dari orang-orang yang mendengarnya.

Setelah puas memakan tteokbokki, Bora melanjutkan menunjuk hweori gamja--kentang tornado--lalu selanjutnya menunjuk jipangi ice cream--es krim khas korea yang roti cone-nya terbuang dari jagung yang dibentuk huruf V, J atau U.

Ara sebenarnya takut juga bila perut Bora bermasalah, secara anak itu jarang sekali mengkonsumsi food street, tetapi jika melihat betapa antusiasnya dia, rasanya Ara tak kuasa juga untuk menolak.

Mereka kini duduk di taman pinggiran cheonggyecheon stream, menikmati bagaimana lampu-lampu di sekitar sungai itu mulai dinyalakan. Sebagai anak yang memang kurang piknik dan selalu menghabiskan waktunya untuk belajar di dalam rumah, Bora tampak seperti kuda yang terlepas dari kandangnya. Banyak sekali yang dia tanyakan dari hal-hal kecil seperti kenapa teokbokki yang dimakannya enak sekali hingga ke bagaimana proses revitalisasi Sungai Cheonggye hingga menjadi jernih dan indah. Astaga, Ara sudah seperti tour guide dadakan saja.

"Bora, ayo pulang, ponselku sejak tadi mati. Kalau appa-mu mencari bagaimana?" ajak Ara cukup khawatir Yoongi mencarinya karena setelah membalas pesan, ponsel Ara memang kehabisan daya.

Bora mencebik, terlihat masih kesal dengan sang ayah. "Biar sajalah, siapa suruh menyebalkan sekali hari ini. Aku kan tidak menyukai Jessica imo kenapa sih selalu mengajaknya. Bahkan kalau ke rumah halmeoni, selalu saja ada dia di sana, bersikap manis dan ingin menjadi eomma-ku. Aku benci dia."

Ara menghela napas panjang, tak mampu menimpali lebih jauh kekesalan yang diutarakan Bora, lantas memeriksa penanda waktu di pergelangan tangannya dan menyadari bahwa hari sudah menunjukkan pukul tujuh, mereka benar-benar sudah kehabisan waktu.

Sungguh, menghabiskan waktu seharian di sana ternyata lebih mengasyikan dari pada bermain di mal dengan segala kemewahannya. Ara sangat memanjakan Bora hari ini, bahkan di pangkuan anak itu sudah bertengger boneka beruang besar yang sangat lembut sebagai kompensasi agar gadis itu mau pulang. "Pokoknya sampai di rumah aku tetap tidak mau bicara dengan appa," ucap Bora terlihat masih kesal.

Benar saja, sesampainya di rumah. Yoongi sudah tiba lebih dulu. Dia sedang berada di ruang makan, menyantap makanan yang disajikan Go imo di sana.

"Ka-kami pulang, Ahjussi kau sudah datang dari tadi?" tanya Ara menatap Yoongi takut-takut. Gadis itu bahkan dapat merangkum sebuah pemahaman bahwa pria di hadapannya tengah marah, terlebih saat menatap sang anak yang hanya berlalu tanpa sedikit pun menyapanya.

"Min Bora!" panggil Yoongi tegas, jelas tak menghiraukan sapaan Ara.

Langkah si gadis kecil yang sudah setengah jalan menuju kamarnya terhenti.

"Min Bora kemari!" ulang Yoongi masih dengan intonasi jelas dan tegas.

Ara bahkan tak tau jika Bora mempunyai keberanian seperti itu karena bukannya takut dia malah menatap Yoongi dengan tatapan nyalang. Astaga, Ara saja kalau Jimin sudah memanggil nama lengkapnya tak pernah mampu menatap seperti itu saking takutnya. Namun, kenapa Bora bisa seberani itu? Apakah hal itu dapat dikatakan sebagai sikap kurang ajar?

"Sopankah bersikap seperti itu pada Appa? Sudah pulang larut, tidak memberi salam bahkan menyapa, ditambah siang tadi pulang tanpa pamit. Apakah kau tau, kalau sudah bersikap tidak baik hari ini? Appa bahkan sudah menyempatkan waktu untukmu di sela kesibukkan, dan sikap seperti apa yang Appa terima kali ini?"

Berbanding terbalik dengan Ara yang pasti akan menangis saat Jimin memarahinya, Bora justru mendongak tanpa air mata sedikit pun. "Appa, aku hanya mau dirimu sendiri yang datang, tidak berdua dengan Jessica imo. Bahkan Appa membiarkanku dan Eomma bermain, sementara Appa sibuk dengannya. Apakah dia lebih penting dariku dan Eomma? Appa jahat!" Suara Bora meninggi di akhir dia bahkan masih memeluk boneka beruang yang dibelikan Ara saat memutuskan berbalik dan membanting pintu kamarnya.

"Min Bora kembali ke sini!" Yoongi sudah berdiri hendak menyusul Bora saat Ara menghalanginya.

"Ahjussi! Tolong biarkan Bora sendiri dulu, dia hanya sedang kecewa, tolong beri dia waktu."

Rahang Yoongi tampak mengeras, sungguh baru kali ini Bora menunjukkan sikap tidak sopan seperti ini.

"Apa ini karena ulahmu? Lim Ara?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro