Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

19

Halo ada yang belom folow aku? Follow atuh da bageur hehe

.

.

Happy Reading

.

.

"Eomma!" teriakan antusias itu terdengar nyaring seiring pelukan si buntalan lemak di perut Ara, "aku senang Eomma datang kemari untuk menemaniku, memangnya Eomma sudah tidak sibuk ya?"

"Annyeong rubah kecil," sahut Ara tersenyum, "sebenarnya masih sibuk sih, tetapi Eomma sudah rindu sekali denganmu."

"Aku juga rindu, Eomma!"

Ara merasa cukup ajaib dengan sikapnya pada buntalan lemak satu ini, karena setelah Bora sakit tempo hari, rasanya Ara tidak mempunyai alasan untuk bersikap kasar lagi, sepertinya ia benar-benar sudah mulai tulus menyayangi anak ini.

"Terima kasih, aku senang sekali." Kini tatapannya beralih pada sang ayah, "Appa, terima kasih karena sudah membawa Eomma," ucapnya seraya memeluk Yoongi tak kalah antusiasnya, "aku bahagia sekali karena bisa jalan-jalan dengan Eomma dan Appa. Salah satu keinginanku akhirnya terkabul, yeay!"

Bora melompat-lompat dengan tangan masing-masing menuntun Ara dan Yoongi. Kedua orang dewasa itu saling tatap, tak dapat dipungkiri jika hati keduanya menghangat ketika mendengar keinginan sederhana Bora tersebut. Ah, mereka tidak tau saja, di belakang, Go imo tengah mengesat air matanya saking terharu dengan pemandangan di depannya.

"Hm ... ngomong-ngomong ...." Bora melepas tautan tangannya lantas memundurkan tubuh guna

menilik penampilan Ara dari atas ke bawah, "Eomma tampil sangat cantik tanpa seragam sekolah, iya kan Appa? Oh, tunggu! Baju Eomma dan Appa juga sangat serasi! Apa kalian memang akan berkencan?" tanya Bora dengan mata berbinar.

Mendengar ucapan Bora, Yoongi menatap penampilannya dan Ara bergantian. Ia mengumpat dalam hati, kenapa dia bisa tidak memperhatikannya tadi?

Ara pun otomatis ikut melirik Yoongi, ia mengerutkan dahi karena merasa penampilannya dan Yoongi biasa saja, tapi ia malah penasaran dengan reaksi duda tua itu, pasti dia hanya mencebik atau menjingkatkan pundaknya tak acuh. Namun, alih-alih seperti yang Ara bayangkan, wajah duda itu malah memerah dengan mata yang tampak menghindari menatap Ara.

"Eyy, wajah Appa sampai memerah begitu," goda Bora menunjuk wajah sang ayah dengan senyuman jahil, "Eomma, coba lihat! Wajah Appa memerah karena malu."

"Hei, Bora-ya, kenapa malah menggoda Appa? Appa hanya kepanasan tau," timpal Yoongi setelah berdeham kikuk.

Ara hanya menimpali dengan senyuman tipis. Ia merasa aneh dengan perasaan asing yang sejak tadi mengganggunya, terlebih sejak tadi ia terus saja memperhatikan penampilan Yoongi yang jauh lebih casual—celana jeans dipadukan dengan t-shirt putih disertai topi yang dikenakan terbalik—tak akan ada yang menyangka jika pria itu sudah mempunyai anak. Ara mengedip pelan, mencebikkan bibir karena merasa otaknya bermasalah, sebelumnya tak ada yang terlihat tampan selain Jimin, lalu kenapa hari ini Yoongi masuk hitungan?

Anak kecil itu menelengkan kepalanya dan terkekeh usil. "Kepanasan di tempat ini? Di dekat arena ice skating?" Tunjuk Bora polos, "kukira Appa sedang malu karena ketahuan akan berkencan dengan Eomma!"

Dengkusan geli terdengar dari mulut Ara, dan sebelum terjadi debat tak berfaedah, atau sebelum perasaan anehnya semakin menjadi, ia segera mengajak Bora masuk ke arena ice skating. "Kau bisa bermain?"

"Mn, Eomma mau menemaniku?"

Ara menggeleng, ini bahkan pertama kalinya ia memasuki arena ice skating setelah bertahun-tahun hanya melewatkannya jika berkunjung ke mal tersebut. Jika boleh jujur, itu karena harga masuknya sangat mahal. "Eomma tidak tau cara mainnya, main sendiri saja ya?"

"Yah, tidak seru kalau sendirian." Gadis itu menunduk tampak kecewa, tetapi kemudian mendongak dan tersenyum ceria lagi, "aku lupa, aku sudah janji pada Eomma untuk jadi anak baik. Eomma duduk di sini dan lihat aku bermain ya?"

Gadis kecil itu segera melenggang ke tempat penyewaan sepatu luncur, memakainya dan segera memasuki arena bermain. Berkali-kali Bora melambaikan tangan pada Ara, lantas meluncur dengan beberapa kali melakukan manuver yang menurut Ara itu cukup berbahaya.

"I-itu Bora tidak apa-apa ya seperti itu? Apa kau tidak menemaninya?" tanya Ara khawatir pada Yoongi yang baru saja duduk di sebelahnya dengan membawa dua cokelat panas.

"Biarkan saja, Bora itu sudah cukup mahir, sudah setahun ini dia sering bermain, lagi pula ada pelatih yang memperhatikan," ucap Yoongi sembari menyodorkan satu cup cokelat panas itu pada Ara yang berucap terima kasih.

"Tapi ... benar tidak apa-apa ya?" tanya Ara lagi setelah melihat Bora terjatuh. Ia bahkan sampai meringis, takut terjadi apa-apa dengan si rubah kecil.

Tanpa sadar Yoongi tersenyum, jika biasanya ia akan kesal setengah mati dengan kecerewetan gadis sampah itu, kali ini ia merasa senang karena ada yang telihat tulus mengkhawatirkan anaknya.

"Aw! Astaga! Aduh sepertinya itu sakit. Yoongi-ssi, pokoknya kau harus ke sana! Aku khawatir Bora terluka." Ara mencengkeram keras lengan Yoongi, menatap pria itu dengan tatapan memohon. Bagaimana tidak, Ara melihat Bora terjatuh sangat keras setelah melambaikan tangan padanya.

Keduanya saling tatap cukup lama sebelum Yoongi mengembuskan napasnya, mengalah. "Mn, baiklah, ayo ke sana!" Menyimpan cup cokelatnya yang masih sisa setengah. Pria itu menarik tangan Ara yang saat ini mengernyit tak setuju.

"Hei! Tapi aku tidak bisa bermain!"

"Selalu ada kata pertama untuk semuanya bukan, dan hari ini adalah hari pertamamu bermain ice skating."

Ara berusaha melepaskan cekalan tangan Yoongi pada lengannya. Ia merengek, berusaha agar tidak usah ikut. "Aku tidak mau, aku takut terjatuh. Lagipula aku tidak memakai celana pendek, bagaimana kalau nanti aku jatuh lalu umm ... ka-kalau eung, AH POKOKNYA AKU TIDAK MAU!"

Yoongi mengedip menatap Ara yang berteriak padanya. Ia merasa aneh, kenapa gadis ini tiba-tiba saja membentaknya.

"Bilang saja kalau kau bodoh."

"Apa?" beo Ara melebarkan matanya.

"Bora bahkan masih terjatuh setelah satu tahun belajar, dan kau menolak bermain karena takut jatuh? Apa kau sedang ingin mengatakan betapa bodohnya dirimu ketika belajar sesuatu?"

Ara membuka mulut lalu menutupnya lagi. Ia bingung harus mengatakan yang sebenarnya, bahwa jika nanti ia jatuh, celana dalamnya akan terlihat karena tidak memakai celana pelapis, tapi kenapa justru ia dikatai bodoh? Bajingan satu ini benar-benar pandai membuatnya emosi!

Melihat Ara yang diam saja, Yoongi kembali menarik tangan gadis itu dan langsung memasangkan sepatu berpisau itu di kaki Ara. Hal tersebut bahkan menjadi tontonan menyakitkan bagi mata-mata jomlo yang melihatnya.

Ara sendiri hanya bisa menghela napas kesal, mendengkus berkali-kali karena merasa dipermainkan oleh Yoongi. Ia ingin bertengkar saja rasanya, tapi ingat jika Bora tengah bahagia karena kehadirannya dan sang ayah.

Astaga romantis sekali sih, mana tampan lagi.

Aku iri Ya Tuhan!

Ara melirik sengit ke arah pengunjung lain yang secara terang-terangan tengah memuji dirinya dan Yoongi. Dalam hati ia mengumpat keras, tak tahu saja mereka jika ia rasanya mau mati karena takut mempermalukan diri sendiri.

Bora terlihat senang karena akhirnya kedua orang dewasa favoritnya itu akan bermain bersama, sementara Ara kembali mengumpat dalam hati karena sejak dia melangkah pada lintasan es itu, kakinya bahkan sudah meluncur bebas tanpa kehendak, beruntung peyangga besi di pinggir lintasan menolongnya saat itu.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Yoongi seolah tak melihat ia tengah kesusahan.

"Matamu sudah buta atau bagaimana?"

"Mau aku bantu?"

"Tidak butuh!"

Yoongi merasa tersinggung dengan jawaban tak bersahabat Ara. Ia tulus ingin membantu, tapi gadis itu malah kembali pada sifat aslinya yang menjengkelkan. Mencoba masa bodoh, ia akhirnya lebih memilih untuk meluncur ke tempat Bora berada.

"Appa, kenapa kemari?" tanya Bora ketika ia mendekat.

"Tentu saja menemanimu bermain."

"Eomma lebih membutuhkan Appa di sana!" seru Bora dengan gemas.

Yoongi menoleh ke belakang, memang benar bahwa Ara tengah kesusahan dan terus memegang besi di pinggir arena dengan sangat kuat. Ia merasa kasihan, tapi saat ingat betapa angkuhnya Ara tadi, akhirnya ia memilih tak peduli.

"Dia tidak membutuhkan Appa. Sekarang ayo bermain."

"Tidak! Aku mau ke eomma saja. Aku takut eomma jatuh."

Sementara Ara yang tak bisa bergerak, hanya bisa memanjatkan doa, ingin berbalik dan tak mau bermain permainan gila ini karena rasanya ia benar-benar ingin menangis. Namun, saat ia mencoba berjalan ke pinggir, ia justru meluncur bebas karena seseorang menabrak tubuhnya.

"KYA!"

Demi apa pun, saat itu Ara bahkan memejamkan matanya dengan erat, pasrah dengan apa yang akan terjadi. Belum lagi ia merasa bagian bawah dress-nya tersingkap, tapi ia tak bisa menggerakkan tangan untuk sekadar membetulkannya. Namun, alih-alih merasakan kerasnya lantai ice skating, ia justru mendengar seseorang mengerang di bawahnya.

"Akh!"

Ara membuka mata, terkejut karena ia menindih tubuh seorang pria asing. "Ma-maaf, Tuan. Saya tidak sengaja."

"Bisakah kau bangun lebih dulu?"

"Ya," jawab Ara segera berusaha bangun, tapi ia malah terpeleset dan kembali menimpa tubuh pria asing itu dengan lebih keras.

"Eomma! Rokmu tersingkap!" teriak Bora yang langsung membuat Ara panik luar biasa.

Karena tak bisa bangun, Ara segera berguling ke samping dan mengaduh saat badannya menghantam lantai ice skating. Ia lupa mengontrol tenaga karena lebih peduli pada pakaian dalamnya yang pasti terlihat.

"Wow! Peach berenda."

Ara sontak menoleh dengan wajah memerah, malu luar biasa pada ucapan pria asing yang kini sudah duduk dan terkekeh menatapnya, benar-benar kombinasi yang pas untuk membuatnya ingin menghilang saja dari dunia ini.

"Eomma tidak apa-apa?" tanya Bora yang sudah berada di samping Ara. Ia berusaha membantu gadis itu berdiri, tapi tenaganya tak sekuat itu. "Appa bantu aku?"

Yoongi langsung menarik lengan Ara, kali ini ia berusaha lembut karena merasa bersalah. Bagaimanapun, ia yang sudah meng-konfrontasi gadis ini agar ikut masuk ke arena padahal Ara sudah menolak dengan tegas. Pria dua puluh enam tahun itu bahkan memastikan dress bagian bawah Ara sudah rapi kembali, baru kemudian ia menanyakan keadaan gadis itu.

"Kau tidak apa-apa?"

Ara hanya diam dan terus menunduk, ia sungguh sangat malu menjadi pusat perhatian karena terlihat bodoh dan memalukan di saat bersamaan.

"Annyeong Yoongi hyung!" sapa pria asing dengan senyum manisnya itu.

Yoongi dan Bora menoleh, terkejut bertemu pria itu.

"Yuta Ahjussi!" pekik Bora dengan semangat.

"Annyeong Bora-ya, sedang berlatih ya?"

"Mn! Ahjussi datang bersama siapa?"

"Menemani Jessica imo-mu belanja, tapi karena bosan aku tinggal bermain di sini. Eh, baru juga akan bermain, aku ditimpa gadis cantik peach berenda, hehe."

Bora tentu tak mengerti dengan peach berenda, tapi Yoongi yang tadi tak sengaja melihat tentu saja mengerti dengan benar. Ia tadi sudah akan menolong, tapi justru kaget sendiri saat celana dalam Ara terpampang di depan mata.

Ara meremat lengan Yoongi yang memeganginya, ia mendongak dan menatap ayah Bora itu dengan begitu sengit. Sedangkan Yoongi sendiri kaget karena tiba-tiba Ara melihatnya seolah akan memakan dirinya hidup-hidup.

"Kenapa menatapku begitu?"

"Bawa aku kembali, atau kupatahkan lehermu sekarang juga, Pak Tua sialan!" desis Ara sengit. Ia bahkan terus mengumpat Yoongi tanpa suara agar Bora tidak mendengarnya.

Tanpa menunggu, Yoongi segera menarik Ara kembali. Lebih dari kasihan, entah kenapa ia justru merasa takut dengan ancaman gadis delapan belas tahun itu. Ah gila, ia merasa tak memiliki harga diri rasanya.

Ara sudah kembali berpijak di pinggir arena, ia segera melepas sepatu dengan alas pisau itu dengan kasar, melemparnya ke arah kaki Yoongi lalu melenggang pergi untuk mengambil alas kakinya tadi.

Yoongi benar-benar seperti pria bodoh ketika menatap sepatu milik Ara yang dilempar ke depan kakinya. Ia mengedip pelan mencoba mencerna situasi. "Apa dia marah?" monolognya.

"Hyung, dia siapa?" tanya Yuta yang ternyata ikut menepi bersama Bora. Namun, pertanyaan sederhana itu justru membuat Yoongi kaget dan menendang sepatu di dekatnya itu.

"Bisa tidak sih jangan mengagetkanku!"

"Mengagetkan apa? Aku bertanya biasa saja tuh." Yuta mencoba membela diri, sementara Bora melepaskan sepatunya untuk melihat keadaan Ara.

Gadis kecil itu menjawab pertanyaan Yuta. "Ahjussi, dia itu calon Eomma-ku?"

"Apa?" Benarkah?!"

Yoongi menghela napas dan ikut melepaskan sepatu ice skating-nya. Ia tak mau menjawab pertanyaan Yuta itu.

"Hyung, itu benar?" tanya Yuta yang juga ikut melepaskan sepatu.

"Kau bilang baru bermain, kenapa ikut melepaskan sepatu?" tanya Yoongi mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Hehe, aku mau mengejar peach berenda."

Yoongi melongo di tempat, bahkan tidak sadar jika Yuta sudah lebih dulu mengejar Ara yang sudah memakai sepatunya kembali, hendak pergi.

"Hai, peach berenda!" sapa Yuta yang kini sudah ada di sebelah Ara yang langsung menoleh sengit padanya. "Mau ke mana?"

"Bukan urusanmu!"

"Wah, galak! Boleh aku tahu siapa namamu?"

"Tidak!"

"Lalu aku harus terus memanggilmu peach berenda?"

Sungguh wajah Ara sudah sangat memerah. Panggilan pria asing itu terdengar mesum sekali di telinganya, ia semakin mau mengubur diri rasanya.

"Bisa tidak berhenti memanggilku begitu?" desisnya kesal.

"Lalu beritahu namamu, agar aku bisa memanggilmu dengan benar."

Ara yang tak punya pilihan akhirnya memberitahu namanya. "Lim Ara."

"Namaku Kim Yuta. Senang berkenalan denganmu, peach berenda."

"AKU BILANG BERHENTI MEMANGGILKU BEGITU PRIA MESUM!"

Yuta sudah akan kembali menggoda, tapi ia lebih dulu kaget ketika keras lehernya ditarik ke belakang. "Yak, Hyung! Lepaskan!"

"Berhenti menggoda calon istriku, Kim!"

Yuta melongo. "Hah? Calon istri? Lalu Noona-ku bagaimana?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro