Tears are Falling (Chapter 13)
Hai diharapkan membaca sambil dengar lagu ini ya, lagu Tears are falling ost 49 days, karena author dapat inspirasi chap ini dari lagu ini. gak baca juga gak papa author gak maksa. biar ngefeel ajjah gomawo ^^
https://youtu.be/PvWAM4DOzpc
"Jungkook, adikku... ini aku hyungmu, Taehyung. Hyung yang menyayangimu dan akan selamanya menyayangimu. Jungkook, berjanjilah kau akan bahagia dik, ulaslah senyummu... dan juga tertawalah lepas, jangan kau bersedih, saat kau tidak akan bertemu denganku suatu hari nanti... ah, maksudnya saat kau mengingat nama hyungmu yang sekarat ini. kuharap kau selalu menyimpan kenangan masa kecil kita, kenangan saat kita masih bocah. Jungkook disini hyung menatap langit mengulas senyum hyung dan menutup kelopak hyung, dalam hatiku aku berdoa pada Tuhan agar kau di beri umur panjang dan juga kebahagiaan..... Hyung berharap kau menjadi namja kuat, saat kau menyadari jika hyungmu yang sekarat ini meninggalkan dunia ini, tapi... tenanglah kau akan berada di dekat orang yang jauh lebih menyayangimu dan akan selalu menyayangimu. Seperti hyung menyayangimu... Jungkook biarkan hyung memelukmu dan juga tolong ingatlah hyungmu yang sekarat ini dik, bisakah kau melakukannya? Setidaknya saat waktu yang kupunya tak bersisa, aku bisa pergi dengan tenang dan mengulas senyum ini, senyum kebahagiaan saat kau memanggilku hyung... dan aku memanggil nama kecilmu..."
-Kim Taehyung-
.........................
(Author **** POV)
University....
Semua mata tertuju pada dua orang namja yang berjalan menuju lorong kampus di pagi hari saat jam menunjukan pukul 07.00 pagi, waktu yang bisa dikatakan tepat untuk memulai pelajaran setengah jam lagi. Semua tatapan dari mahasiswa atau pun mahasiswi di sekitar kampus itu menatap heran bahkan ada yang saling berbisik saat dua namja berbeda usia itu melewati lorong kampus tanpa mempedulikan tatapan orang-orang sekitar.
Diantara mereka ada yang menatap aneh, bahkan ada yang mengejek hal aneh yang ada di depan mereka, tapi... ada juga yang menatap kasihan pada seorang namja tampan dengan rambut coklat caramelnya, namja tampan dengan wajah dan bibir pucatnya.... yang kini digendong oleh namja tampan yang umurnya jauh lebih tua darinya.
Taehyung menatap sekitar dengan kelopak yang masih lemah, dagunya bertopang pada bahu sang kakak yang dengan suka rela menggendongnya dari gerbang sekolah melewati lorong kampus menuju ke kelas. Wajah pucatnya sangat terlihat jelas di wajah tampannya. Tubuhnya yang sudah memakai pakaian dengan jas almamater coklat kebanggaan tempat ia menimba ilmu dengan sang kakak. Kini terbungkus jaket tebal berwarna biru cerah, bahkan ada syal berwarna putih yang melingkar di lehernya, dan jangan lupa topi musim dingin yang ia pakai.
Semua menatap aneh ke arah namja dengan panggilan 'Tae' itu, bagaimana tidak? Mereka berpikir kenapa di musim panas begini seorang namja dengan nama Kim Taehyung memakai pakaian musim dinginnya. Dan itu membuat semua murid disana menjadi terheran dan merasa, entahlah....
"Hyung..." ucap Taehyung lirih saat tidak sengaja kelopak matanya yang lemah melihat beberapa siswa menatap aneh ke arah dirinya dan juga kakaknya, Seokjin.
"Biarkan saja Tae, jangan kau pedulikan mereka..." Seokjin menjawab ucapan adik kesayangannya tak lupa mengulas senyum hangatnya melirik ke arah sang adik yang bertopang dagu di bahu kanannya.
"Maaf..." ucap Taehyung lirih, ia kini menyandarkan kepalanya ke bahu sang kakak, saat pusing kembali mendera kepalanya.
Seokjin tidak peduli dengan tatapan juga beban yang ada dipunggungnya, baginya permintaan Taehyung dan juga kebahagiaan Taehyung adalah segalanya baginya. Meski... pada awalnya Seokjin menolak permintaan Taehyung untuk berangkat ke kampus hari ini, karena kondisi adiknya yang kian memburuk dan membuat Seokjin khawatir. Apalagi Yoongi yang berstatus sebagai dokter melarang Taehyung untuk mengikuti belajar.
Tapi...
Taehyung memang keras kepala, ia tidak mempedulikan saran dari kakaknya dan juga dokter tampan itu, Taehyung tetap memaksa Seokjin untuk mengijinkannya masuk ke kampus meski Taehyung tahu tubuhnya sangat lemah, dan pemyakit kankernya semakin menggerogoti dirinya. Dan Seokjin... ia tidak bisa menolak keingin adik yang ia sayangi, hingga akhirnya....
Kini Seokjin menggendong adiknya yang tengah sakit berangkat ke kampus dan akan selalu membawa Taehyung kemanapun yang adiknya inginkan. Sebenarnya ada alasan kenapa Taehyung begitu ingin masuk ke kampus, masuk ke sekolah kebanggaanya... hanya karena satu, ia ingin melihat Jungkook adiknya. karena disinilah ia bisa bertemu dengan adiknya, adik yang rindukan dan selalu ia nantikan keberadaannya. Betapa senang hati seorang Kim Taehyung saat ia dapat melihat adiknya di tempat ia menimba ilmu saat ini.
Pertemuan yang tak sengaja, meski akhirnya sakit yang ia dapatkan. Sakit yang menancap tepat di ulu hatinya karena adik yang ia sayangi mengatakan tak mengenal dan mengingat dirinya. Hingga akhirnya membuat Taehyung menangis dan jatuh dalam pelukan kakaknya dan kebahagiaan yang sempat hadir hilang begitu saja bagaikan angin....
"Hyung, maafkan aku..."ucap Taehyung lirih, dengan suara beratnya bahkan kepalanya ia sandarakan pada bahu kanan sang kakak, menahan pusing di kepalanya.
Seokjin menitikan setetes air matanya, saat ia mendengar suara lemah adiknya. hatinya begitu sakit saat adik yang ia sayangi, yang ia kenal dulu sebelum jatuh sakit sebagai namja periang dan paling cerewet. Hingga terkadang membuat ia kesal dengan tingkah adiknya yang bisa dikatakan pecicilan. Tapi....
Semua berubah, 180 derajat. Tidak ada sosok Taehyung yang pecicilan, tidak ada Taehyung yang cerewwt dan juga pengganggu, yang ada hanya Taehyung yang sakit, lemah dan yang terakhir Taehyung yang sekarat....
'"Tidak apa Tae, kau tenanglah hyung akan mengantarmu ke kelas atau kita ke UKS saja?" tanya Seokjin tak lupa mengulas senyum di wajah tampannya, dengan posisi masih setia menggendong tubuh lemah sang adik di punggungnya.
Semakin banyak tatapan heran dan juga iba ke arah dua namja itu, tapi namja tampan dengan panggilan 'Jin' itu tak mempedulikannya sedikitpun, dia terus berjalan membawa Taehyung yang ia gendong di punggungnya.
Taehyung mengeratkan gendongannya ke punggung sang kakak, dan menyandarkan kepalanya mencari kenyaman di pundak sang kakak, dan bagi Seokjin itu tak masalah. Tubuh Taehyung makin hangat, ia menatap lemah ke sekitar. Entahlah... ia ingin menangis, saat semua menatap ke arahnya. Ia tidak suka jika mendapatkan tatapan kasihan dari orang lain, meski kenyataannya... seperti itu.
Apalagi ia tidak suka merepotkan kakaknya, Seokjin. Ia tahu pasti kakaknya merasa berat membawa tubuh sekaratnya menuju ke kampus, ia menangis saat tahu kalau ia begitu merepotkan orang lain. Dalam hatinya ia bertanya 'apakah aku terlahir hanya untuk membuat orang lain menderita karenaku? Apakah aku terlahir hanya untuk membuat duka dan kesedihan? Meskipun aku tidak ingin hal itu terjadi?' itulah yang dipikirkannya.
Pikiran mengenai, betapa buruknya dia... betapa kejamnya dia membuat kakaknya kesusahan. Meski ia tahu bukan dirinya yang membuat susah, tapi.... penyakitnyalah yang membuat ia seperti sekarang.
Semua murid menatap ke arah mereka, dan Seokjin terus berjalan. Ia tak peduli dengan apa yang mereka pikirkan, hingga ia membuka suaranya, karena hatinya merasakan kegelisahan yang dirasakan Taehyung adiknya, yang kini berada di gendongannya..
"Taehyung, kau tidak merepotkan... percayalah hyung senang melakukannya. Bahkan hyung rela menggendongmu... selamanya. Asal kau selalu disamping hyung..."
Tes...
Tes...
Air mata itu jatuh dan Seokjin tahu, dari mana air mata itu berasal, air mata dari sang adik. Kim Taehyung, air mata itu jatuh membasahi almamater coklat yang dikenakan Seokjin. Seokjin mengulas senyumnya, dan melirik ke arah adiknya.
"Apakah tubuhmu hangat?"
Taehyung menganguk, dan masih menyandarkan kepalanya ke bahu Seokjin.
"Baguslah, hyung akan memastikan tubuhmu hangat Tae... dokter Yoongi bilang kau harus hangat, jangan biarkan dingin mengenaimu..."
Taehyung megulas senyum tipisnya dan memaksakan kepalanya yang masih bersandar pada bahu sang kakak untuk mengangguk, meski air mata itu jatuh. Dalam hati Taehyung menjerit, ia berharap semoga ia cepat sembuh... semoga tubuhnya membaik dan semoga, ia tidak merepotkan kakaknya. Apalagi....
Taehyung sangat takut jika sang nenek tahu keadaannya sekarang, keadaan dia yang seperti sekarang ini. ia takut jika ia dipisahkan oleh Seokjin kakaknya, ia takut jika Seokjin mendapatkan perlakuan kasar sang nenek. Pernah sekali Taehyung bertanya kenapa sang nenek begitu membenci kakaknya Seokjin. Bahkan membenci cucunya sendiri anak dari anak neneknya. Bahkan ia yang tidak mempunyai ikatan darah dari ayah dan ibu Seokjin justru mendapatkan kasih sayang dan juga perhatian sang nenek.
Berbeda dengan kakaknya, justru Seokjinlah yang mendapatkan kebencian itu... dan itu membuat Taehyung seperti benalu di antara mereka, apakah itu benar? Bahwa Taehyung membuat kakaknya makin menderita? Entahlah... siapapun tidak ada yang tahu, bahkan Taehyung juga tidak tahu.
Seokjin terus melangkahkan kakinya, dan menaiki tangga menuju atap sekolah. Hingga tanpa sengaja seseorang sedari tadi mengikuti mereka dari belakang, dari jarak yang cukup jauh... dan mereka tak menyadarinya.
Ketika namja yang sedang menggendong itu melangkahkan kakinya ke anak tangga. Seseorang itu juga mengikutinya, dan kedua tatapannya tertuju kepada seseorang yang kini sedang digendong di punggung namja yang lebih tua itu. hingga... sebuah suara lirih terdengar dari bibirnya, bibir seorang namja dengan wajah manisnya.
"dia..."
Dan tatapan itu melekat saat melihat namja dengan wajah pucat dan lemahnya, dan yang menatapnya merasakan sesak dan sakit yang datang tiba-tiba....
......................
Kediaman Jeon...
Brukkkk.....
Seorang namja tampan dengan wajah tegasnya menjatuhkan dirinya di atas ranjang empuk dan menghela nafasnya berat. Bahkan ia memijat kepalanya yang terasa berdenyut karena pusing yang tiba-tiba saja datang. Kedua bola matanya kini menatap ke atas langit-langit kamarnya, hingga kini bibirnya mengeluarkan suara. Nama seseorang yang ia ucapkan, nama seseorang yang membuat ia bimbang akhir-akhir ini. dan dia adalah orang yang begitu ia sayangi layaknya adik sendiri.
"Jungkook, hyung...."
Sehun menghela nafasnya tak berani menlanjutkan kata-katanya menatap langit kamarnya. Dan juga memejamkan matanya, mencoba melupakan kejadian kemarin yang baru saja terjadi, dan kejadian itu membuat ia menjadi kakak yang buruk... karena ia harus berbohong, berbohong pada adiknya sendiri... dan ia tak menyukainya, meski ia terpaksa dan itu karena ia tidak mau berpisah dengan adiknya. karena ia sudah terlanjur menyayanginya....
Dan sayang itu membuat seorang Jeon Sehun menjadi buruk dan sedikit jahat kedengarannya....
(Flashback **** ON)
07.00 malam...
"Sehun hyung..."
"Jungkook, kau sudah sadar rupanya..."
Sehun terbangun dari tidurnya setelah ia mendengar suara dan jemari adiknya yang bergerak.
"Dimana ini?" tanya Jungkook yang kini mengedarkan pandangannya yang menurutnya sangat asing.
Sehun mengulas senyumnya, dan mengusap puncak kepala rambut hitam sang adik.
"Kau di rumah sakit..."
Jungkook terdiam, ia melihat sekeliling sekali lagi memastikan apa yang dikatakan kakaknya benar atau tidak. Dan apa yang dikatakan kakaknya memang benar.
"Nah, apa ada yang masih sakit? Apa aku memanggil dokter untuk memeriksamu?" tawar Sehun yang kini melangkahkan kakinya, memanggil dokter untuk memeriksa keadaan adiknya. namun, baru saja namja tampan itu melangkah lengan kanannya sudah di tahan oleh seseorang. Sehun membalikan badannya dan melihat lengannya yang sudah ditahan oleh tangan kanan adiknya.
"Hyung...."
Sehun menatap wajah adiknya, dan ia duduk di samping ranjang sang adik mengulas lembut surai hitam milik adiknya.
"Ada apa, hem? Kau butuh sesuatu?" Sehun berujar lembut mengulas senyum hangatnya ke arah sang adik, dan hanya sang adiklah yang tahu.
"Hyung..." Jungkook mengucapkan sebuah kata. Memanggil kakaknya...
"Ya.. Jungkook, hyung disini..." Sehun berujar kembali, jujur ia merasa sedih mendengar suara cerewet adiknya.
"Tae.. Tae hyung..."
Deg...
Sehun membulatkan matanya, saat Jungkook adiknya memanngil nama seseorang dengan embel-embel hyung di belakangnya, membuat Sehun entahlah... sedikit sakit di hatinya.
Sehun mengulas senyum terpaksanya mengusap rambut sang adik penuh sayang. Hingga kini Jungkook mengeluarkan suaranya...
"Sehun hyung, siapa itu Tae Tae?" Jungkook akhirnya membuka suaranya membuat Sehun bungkam. Entahlah ia pernah mendengar 'Tae' dan ia tahu siapa itu... karena sebelum tragedi kecelakaan itu Jungkook sempat mencari kakaknya, dan dialah yang mendapat panggilan Tae Tae itu.
"Dia..." Sehun menggantungkan kalimatnya.
"Apakah dia dekat denganku hyung?" tanya Jungkook, menatap wajah tegas kakaknya.
Sehun terdiam, ia bingung dengan jawabannya, meski ia tidak tahu seberapa dekat Jungkook dengan adiknya. tapi, Sehun yakin ketika Jungkook begitu kekeh mencari kakaknya di masa lalu, ia tahu kalau hubungan mereka amat dekat.
"Dia bukan siapa-siapa, dia adalah teman..."
Ohh... Sehun mulai berbohong pada sang adik, ia berbohong mengenai kebenaran yang masih sedikit yang ia ketahui, fakta bahwa Jungkook masih mempunyai seorang kakak kandung, dan ia tahu ketika Jungkook masih berusia bocah dan ia belum mempunyai rasa sayang dan peduli pada adiknya.
Saat Jungkook selalu memanggil Tae... Tae ketika ia masih bocah.
"Tapi, kenapa aku..."
"Shtttt.... sudahlah sekarang kau tidur ya. Kau harus banyak istirahat, supaya kau bisa cepat sembuh ya..." Sehun berujar lembut. Mengusap kening sang adik penuh sayang, ia tidak mau melihat adiknya tak berdaya seperti ini.
Jungkook menganggukan kepalanya, menyetujui apa yang dikatakan kakaknya. Karena sejujurnya ia merasakan pusing di kepalanya.
Hingga... akhirnya Jungkook menutupkan kelopak matanya, mengistirahatkan tubuhnya setelah ia sadar hanya beberapa menit. Dan Sehun? Mengulas senyumnya... senyum sendunya.
Ia merasa menjadi kakak yang jahat dan brengsek... karena ia menutupi sedikit kebenaran. Dan ia berbohong... meski waktu itu ia juga berbohong... tapi jika ia berkata yang sebenarnya ia takut... sangat takut kehilangan adiknya.
Ia takut seseorang itu datang dan mengambil Jungkook darinya. Seseorang yang merupakan kakak kandungnya, Sehun takut. Dan ia akan melakukan segala cara untuk menutupi kebohongan itu, meski ia tahu bahwa adiknya amnesia. Tapi... Sehun berharap Jungkook akan selalu lupa dengan masa lalunya, lupa dengan seseorang yang Sehun pun juga tidak tahu. karena ia begitu menyayangi adiknya...
Katakanlah jika Sehun egois, katakanlah ia adalah namja yang jahat, kakak yang buruk pada adik angkat yang ia sayangi. Tapi bukankah terkadang sayang membuat sesuatu yang jahat ada bukan? Hanya untuk menuruti ego.. meski kita tahu bahwa itu salah dan itu tidak benar...
Tapi....
Sehun menutup matanya, menghela nafasnya. Wajah sedihnya tercetak jelas si wajah tampan dan tegasnya. Ia membenarkan selimut yang dipakai adiknya, dan setetes air mata itu jatuh dari kelopaknya...
"Maafkan aku dik... maaf hyung berbohong padamu... maaf... maaf..."
Permintaan maaf darinya membuat siapapun dapat merasakan penyesalan yang amat mendalam bagi yang mendengarnya, dan Sehun menyesal telah berbohong pada adik yang begitu mempercayainya. Tapi... ia tidak mau kebenaran tahu, ia tidak suka... karena kebenaran membuat ia jauh dari adiknya, jauh dari Jungkook...
Apakah Sehun egois? Apakah ia salah? Tapi... rasa sayangnya membuat ia seperti itu... dan itu adalah sebuah kesalahan baginya...
(Flashback ****OFF)
Sehun memejamkan matanya, mencoba menenangkan hati dan pikirannya. Otak cerdasnya tiba-tiba saja menjadi buntu memikirkan adiiknya. Ia merasa adiknya akan jauh darinya, tapi apakah benar? Entahlah Sehun juga tidak tahu... tapi Sehun begitu takut, ia takut seseorang dari masa lalu Jungkook akan membawanya pergi... ia takut.
Dan kini Sehun mencari kebenaran itu siapa itu Tae, apakah dia masih hidup atau tidak. Jika iya, Sehun akan mecegahnya... karena ia tidak mau kehilangan Jungkook adiiknya. Egois memang... tapi mau bagaimana lagi....
......................................
University...
Taehyung menyenderkan kepalanya, ke pundak sang kakak. Menikmati pagi yang cerah, keduanya sedang membolos enggan mengikuti pelajaran dan memilih duduk di atas bangku yang sudah disiapkan oleh pihak kampus.
"Hyung, aku adik yang jahat... karena aku hyung membolos dan itu tidak benar..." ucap Taehyung lemah menatap pemandangan di depannya.
Seokjin mengulas senyumnya dan menatap pemandangan di depannya.
"Hyung kan pintar, lagi pula hyung bisa belajar di rumah..."
"Sombong..." celetuk Taehyung.
Seokjin mengulas senyumnya, dan memegang pundak sang adik yang bersandar pada pundaknya.
"Hyung.." ucap Taehyung.
"Ya..."
"Kemarin aku bertemu gadis cantik..."
Seokjin menoleh ke arah Taehyung, hingga senyum tipis mengembang di wajah tampannya.
"Lalu?" jawab Seokjin.
Taehyung mengulas senyumnya, dan menatap ke depan.
"Kuharap hyung mempunyai istri secantik dia..." jawab Taehyung dengan mantap.
"Kupikir kau jatuh cinta pada gadis itu... tapi, kau malah menyuruh hyung mencari istri, kau ini Tae..."
Taehyung mengulas senyumnya, ia senang dapat bercanda dengan sang kakak meski ia sedang sakit.
"Aku tidak punya waktu untuk 'cinta' hyung, lagi pula... waktu ku sebentar lagi kan?"
Seokjin bungkam seketika, ini dia yang ia takutkan. Kata-kata yang menurut laknat baginya dan ia tidak menyukainya. Ia terus membantah kalau hidup adiknya akan sebentar, ia yakin kalau Taehyung akan mempunyai umur panjang.
"Jangan berkata begitu, hyung tidak suka mendengarnya Tae..."
"Maaf..."
Suasana kembali hening, dan kini seseorang yang memperhatikan mereka sedari tadi hanya terdiam berdiri menyandarkan tubuhnya ke dinding menatap mereka yang sedang duduk dari kejauhan. meski ia tidak tahu apa yang dikatakan dua namja yang begitu dekat itu....
"Hyung, aku ingin melihat suatu hari kau menikah dengan gadis cantik..." ucap Taehyung yang kini membenarkan sandarannya di pundak sang kakak, dan membenarkan jaketnya. Ia harus menuruti apa yang dikatakan kakaknya untuk menjaga tubuhnya tetap hangat, mengikuti saran dari dokter itu. meski menurut Taehyung itu sia-sia, tapi sebagai adik yang baik dia harus menuruti kata kakaknya.
"Kau akan melihatnya Tae... suatu hari nanti.." ucap Seokjin dengan bibir bergetar, entahlah hatinya sakit mendengar setiap perkataan Taehyung. Yang seakan-akan ingin pergi jauh darinya....
"Ehem... dan sebelum itu, aku akan memilihkan gadis yang baik, gadis yang pantas kau nikahi hyung... aku tidak mau kau mempunyai istri yang buruk, hyung kan orang baik..."
Seokjin mengulas senyumnya, ia senang dengan perhatian sang adik.
"Kau ini, hyung kan belum punya pacar... kau masih memikirkan hal begitu..."
Taehyung terkekeh, ia sadar betul karena rencanya begitu cepat ia pikirkan. Tapi apakah semua rencananya akan tercapai jika kematian semakin dekat dengannya.
"Kan aku hanya ingin yang terbaik buat hyung..."
"Iya, makasih Tae... kau adalah adik yang terbaik buat hyung..." Seokjin megulas senyumnya, mengeratkan pundak Taehyung untuk semakin dekat dengan kakaknya.
Taehyung menganggukan kepalanya, enatahlah kepalanya terasa pening. Apakah ini karena ia tidak menuruti kata kakak dan dokter Yoongi, sepertinya iya, salahkan Taehyung yang keras kepala.
"Hyung... Tae ingin bersandar di paha hyung..."
"Oh..."
Seokjin segera membantu adiknya, memegang pundak adinya, membersihkan celananya yang kotor. Dan...
Taehyung kini menaruh kepalanya di paha sang kakak, dirasakannya usapan lembut sang kakak di kepalanya saat topi musim dingin itu tidak ia kenakan. Taehyung mengulas senyum tipisnya, ia tersenyum karena masih dapat merasakan kasih sayang kakaknya.
Dalam benaknya ia ingin menjadi seperti Seokjin kakaknya, yang mampu memberikan kasih sayang pada adiknya Jungkook. tapi... sepertinya dewi fortuna belum memihak padanya mengingat bahwa Jungkook masih belum mengenalnya, ia berpikir apakah Jungkook hilang ingatan? Tapi ia menepis semua itu, ia yakin Jungkook masih mengingatnya dan menyayanginya, menggapa dirinya adalah hyungnya. Meski kemungkinan hal itu kecil....
Seokjin mengulas senyumnya, menatap wajah Taehyung yang menghadap kesamping melihat pemandangan di depannya. Seokjin merasa sedih melihat wajah pucat adiknya. ia berharap sang adik segera sembuh dan keajaiban datang pada adiknya.
"Hyung..."
"Iya Tae..."
"Aku ingin seperti Seokjin hyung, menjadi hyung yang terbaik untuk adikku...."
Seokjin mengulas senyumnya, ia senang Taehyung ingin menjadi sepertinya, kakak yang baik menurutnya.
"Kau akan bertemu dengannya Tae, hyung akan membantumu..."
Taehyung mengulas senyumnya, dan berkata...
"Terima kasih hyung, hyung adalah kakak yang terbaik..."
Taehyung memejamkan matanya, sejujurnya ia ingin mengatakan rahasia kecil yang ia simpan selama ini, rahasia mengenai pertemuannya dengan Jungkook meski itu pahit, tapi... kelopak matanya ingin sekali menutu. Kelopaknya terasa berat.
Tak jauh disana....
Sepasang mata dari namja dengan wajah manisnya menatap ke arah dua orang itu, termasuk ke arah namja yang sedang membaringkan tubuhnya. Jungkook hanya mampu menatap punggung keduanya. Entahlah hatinya ingin sekali mencari tahu siapa itu Taehyung, namja yang kemarin menolongnya dan juga memberikan salam pertemanan yang belum ia jawab. Juga namja yang membuat ia mengingat wajah seseorang yang beberapa hari muncul dalam mimpi anehnya...
Jungkook begitu penasaran, siapakah Tae... Tae itu dan bocah kecil yang selalu membawa bonekanya, meski ia tidak begitu jelas melihat wajah kedua bocah itu. tapi Jungkook seperti melihat sosok Tae... Tae dalam mimpinya yang kini berada di depannya, lebih tepatnya sosok senior yang ia anggap gila...
"Siapa kau sebenarnya?" gumam Jungkook, menatap punggung keduanya, menyembunyikan dirinya. Dan tetap dalam posisinya.
.............
Kelopak Taehyung makin berat, ia merasakan nyaman di kepalanya karena belaian lembut sang kakak. Dan seokjin terus menyalurkan rasa nyaman itu...
Hingga....
Air mata itu jatuh...
Jatuh tepat di celana hitam Seokjin...
Saat namja bernama Kim Taehyung...
Menutupkan matanya....
Dengan kelopaknya...
Kedua kelopak yang berat....
Hingga....
Seokjin menangis....
.................................................
TBC
Hai semua.... author kembali dengan chap ini, semoga kalian gak bosan dengan kedatangan author...
Disini author udah usaha yang terbaik buat bikin chap ini. dan author gak mau bikin kalian kecewa. Maaf kalau updete lama, karena author dah mulai sibuk hehehe...
Jangan lupa vommentnya ya, agar author tetap semangat...
Maaf kalau typo masih bertebaran, cerita tambah gaje atau apalah. Karena author hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan....
Semoga hasilnya memuaskan ya^^
Sekian dari saya, bye semua... sampai jumpa di next chap...
Salam cinta dan sayang untuk kalian semua....
#el
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro