Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

I'am Cry, Jungkook (Chapter 4)

"Bisakah waktu berhenti? Bisakah aku menulikan pendengaran dan membutakan penglihatanku? bisakah? Aku ingin hal itu terjadi sekarang... saat aku tahu kalau dia tak mengenalku, dia bilang dia tidak tahu siapa aku, dia bilang dia tidak ingat aku... hiksss... rasanya sangat sakit, lebih sakit dari pada penyakitku kambuh... rasanya sakit saat orang kau sayangi melupakanmu atau tidak mengingatmu sama sekali, sakit... sangat sakit. Bahkan saat aku memukul dadaku sekeras apapun rasa sesak dan sakit tetap tidak hilang... Kookie, kenapa kau melupakan hyungmu... Kookie ini sakit sungguh sakit dik... sakit hikss..."

-Kim Taehyung-

................

(Author ***POV)

(Flashback"""ON)

"Kookie...kookie..."

Terdengar gumaman dari seorang namja remaja tampan yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit dengan kepala yang diperban. Meski suaranya lirih dan sedikit serak, namun dapat di dengar oleh seorang remaja tampan dengan rambut hitamnya. Yang baru saja bangun dari tidurnya saat mendengar suara berat itu.

"Ehh....kau sudah sadar rupanya..." Seokjin mengulas senyumnya saat melihat namja yang ditungguinya kini telah siuman.

Perlahan kelopak mata itu membuka, samar-samar ia melihat seseorang di depannya.

"Kookie, kau kah itu?" tanya Taehyung yang mengira kalau seseorang di yang duduk disampingnya adalah adiknya, karena penglihatannya yang masih kabur.

"Ah...bukan aku Seokjin, apakah ada yang sakit? Atau aku panggil dokter?" Seokjin terus meluncurkan berbagai pertanyaan bertubi-tubi ke arah Taehyung.

Taehyung menggeleng pelan, dengan ekspresi datar dan tatapan bingungnya karena ia kini berada di tempat aneh.

"Dimana aku?" tanya Taehyung ke arah Seokjin.

"Kau ada dirumah sakit, waktu itu aku menemukanmu pingsan di pinggir sungai makanya aku membawamu ke sini..." jelas Seokjin tak lupa mengulas senyumnya.

Taehyung hanya mengangguk lemah, badannya merasa lemas ditambah kepalanya terasa pening. Taehyung mencoba untuk bangun.

"Akh..." Taehyung merintih dan memegang kepalanya yang sakit saat coba bangun.

"Kau jangan bangun dulu, nanti kepalamu akan semakin sakit... Ah, apa kau perlu sesuatu? Aku akan ambilkan untukmu..." tawar Seokjin tak lupa dengan senyum ramahnya.

Taehyung menggeleng pelan, terlihat dari wajah pucatnya. Tak lama bibir pucatnya membuka suara.

"Kau tahu dimana adikku?" tanya Taehyung yang kini merasa khawatir dengan adik kandungnya.

"Adik??" Seokjin justru merasa bingung.

"Aku harus bertemu kookie..." tanpa aba-aba Taehyung nekat bangun dan turun dari ranjang rumah sakit. Melihat hal itu Seokjin merasa khawatir apalagi namja asing yang baru saja ia tolong belum pulih sepenuhnya.

"Hei kau mau kemana?"

Seokjin mengikuti Taehyung yang berjalan dengan tertatih-tatih. Dengan lemah Taehyung berjalan sambil membawa kantung infusnya. Tak ia pedulikan lantai rumah sakit yang terasa dingin di telapak kakinya. Sekarang yang ia fokuskan adalah mencari sang adik.

Seokjin dengan setia berada di belakang Taehyung yang berjalan pelan, Seokjin merasa khawatir dengan namja asing di depannya.

"Kookie... Kookie kamu dimana, hyung mencarimu, kookie?"

Taehyung terus memanggil sang adik kesayangan berharap ia menemukannya tapi sepertinya tidak... Karena Jungkook tidak diketahui keberadaannya.

Taehyung terus berjalan melewati lorong rumah sakit yang cukup luas. Tak henti-hentinya Taehyung memanggil nama adiknya. Terlihat jelas raut khawatir di wajah tampannya. Sementara Seokjin sibuk dengan pemikirannya mengenai siapa dia? Orang yang sedari tadi dicari oleh orang yang ia ikuti saat ini.

'Siapa Kookie? Apakah dia adiknya namja asing itu? Kalau benar dimana ia sekarang?'

Karena sibuk dengan pemikirannya Seokjin akhirnya malah melamun, namun...

Brukkk...

Lamunannya buyar saat melihat namja yang sedari tadi ia ikuti ambruk terduduk di atas lantai. Dengan segera Seokjin berlari menghampiri Taehyung yang menahan tubuh lemahnya di dinding sambil tetap memegang kantung infus di tangannya.


"Kau tak apa?" tanya Seokjin.

Taehyung menganggukan kepalanya.

Dengan segera namja tampan tersebut membantu Taehyung, hingga akhirnya Seokjin merangkul tubuh Taehyung yang masih lemah. Dengan hati-hati Seokjin membawa Taehyung kembali ke dalam ruang perawatan. Hingga akhirnya keduanya kini sudah berada di dalam ruang perawatan. Taehyung terduduk di atas ranjangnya menundukan kepalanya ia sedang memikirkan bagaimana keadaan sang adik, ia sungguh sangat khawatir, dengan keadaan Jungkook. namja tampan yang sedari duduk di sampingnya bingung harus apa yang ia lakukan dan lagipula orang tuanya juga belum pulang.

"Ehm... bolehkah aku tahu siapa namamu?" Seokjin mulai berbicara, memperkenalkan dirinya.

Taehyung melirikan matanya saat melihat tangan Seokjin yang sudah teracung kepadanya, Taehyung mengulas senyum tipisnya dan membalas tangan Seokjin.

"Kim Taehyung..."

Seokjin menganggukan kepalanya dan mengulas senyumnya. Suasana canggung kembali, namun Seokjin tetap mencairkan suasana.

"Oh ya berapa umurmu?"

"13 Tahun..." ucap Taehyung kembali.

"Waaahhh... berarti kau lebih muda dari aku, kalau begitu kau panggil aku Seokjin hyung. Kau paham..."

"Seokjin hyung?" tanya Taehyung bingung.

"Iya, panggil aku hyung, karena..." tiba-tiba Seokjin menghentikan ucapannya, dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Aku mau kau menjadi adikku.."

"Apa???!!" Taehyung terkejut, dengan apa yang dikatakan namja di depannya.

"Hehehe, maukah kau menjadi dongsaengku. Ah, maksudnya menjadi bagian dari keluargaku, menjadi anak dari ayah dan ibuku..." tawar Seokjin lirih, jujur sebenarnya ia takut jika namja di depannya menolaknya.

Taehyung menundukan kepalanya, sejenak ia memikirkan sesuatu...

"Tapi, bagaimana dengan adikku?" tanya Taehyung.

Seokjin mengangkat sebelah alisnya, ia sudah menduga kalau namja di depannya mempunyai seorang adik.

"Memangnya dimana adikmu, dan apa yang terjadi?" tanya Seokjin kembali, bahkan ia memegang pundak kanan Taehyung.

Taehyung menatap sendu ke arah namja di depannya, dan membuka suaranya memulai percakapannya. Menceritakan semua kejadian yang terjadi padanya dan adiknya dari awal hingg akhir. Seokjin mendengarkan cerita namja tampan di depannya dari awal hingga akhir, bahkan dengan seksama ia mendengarkannya. Hingga....

Ia melihat Taehyung menitikan air matanya saat ia hampir selesai menceritakan bagian akhirnya. Tubuh Taehyung bergetar saat ia menceritakan bagian dimana ia terpaksa mendorong sang adik.

"Hiksss... ak...aku tidak tahu sekarang bagaimana keadaannya, hikksss.... aku tidak tahu..."

Entah kenapa Seokjin juga ikue menangis ketika mendengar setiap cerita Taehyung, dengan segera namja tampan itu mengusap kelopaknya. Dan memegang kedua bahu Taehyung yang bergetar, tubuh Taehyung yang menahan isak, kepala yang menunduk menyembunyikan air matanya. Seokjin semakin menangis hingga akhirnya...

Greppp...

"Tenanglah Taehyung dia pasti baik-baik saja aku yakin, adikmu pasti baik-baik saja...." Seokjin menepuk punggung Taehyung memberi semangat kepada Taehyung.

"Hikksss.... Koo...kookie hiksss..." Taehyung menangis tenggelam dalam pelukan Seokjin, pikirannya sedang kacau hatinya gelisah, ia tidak tahu harus apa. yang ia butuhkan saat ini adalah mengetahui keberadaan dan keadaan adiknya. hanya Jungkook yang ia punya saat ini ia sudah cukup kehilangan sang ibu di tangan ayahnya dia sudah cukup....

Seokjin justru mengeratkan pelukannya, kepada Taehyung yang kini ia anggap sebagai adiknya mulai hari itu juga. Seokjin tahu bagaimana posisi Taehyung karena ia pernah mengalaminya saat kehilangan adiknya, Jimin. Ia tahu rasanya sakit, kehilangan adik yang selalu menemani kita dan selalu bersama kita.

"Tenanglah Hyung ada disini, Tae..."

Taehyung akhirnya mengeratkan pelukannya di pinggang namja yang lebih tinggi di depannya, ia ingin melampiaskan rasa sedihnya. Ia ingin, tak terasa kaos coklat yang digunakan Seokjin basah oleh air mata Taehyung, air mata penuh kesedihan.

"Hyung janji akan membantumu mencari adikmu..."

Taehyung menangis, namun ia dapat mendengar dengan jelas apa yang dikatakan namja yang memeluknya kini. Hatinya merasa damai dan tenang saat mendengar kata-kata yang bagaikan sebuah mantra penenang itu. dalam benaknya ia senang bertemu dengan namja yang ia peluk saat ini, ia senang masih ada orang yang memoedulikan dirinya dan adiknya yang entah kemana. Taehyung bersyukur sangat bersyukur, dengan derai air mata Taehyung mengucapkan terima kasih meski suaranya lirih Seokjin masih dapat mendengarnya.

"Terima kasih... hiksss... terima kasih..."

Seokjin mengulas senyum tipisnya dan menganggukan kepalanya, dengan derai air mata yang masih keluar dari kelopaknya. Menepuk punggung dongsaeng barunya, ia sangat menyayangi Taehyung sejak saat ia membawa ke rumah sakit. Ia senang mendapatkan adik baru, meski Taehyung bukan adik kandungnya tapi Seokjin terlalu menyayanginya dan berjanji akan menjaga Taehyung layaknya adiknya. sudah cukup Jimin pergi meninggalkannya, dan mulai hari ini hingga esok bahkan selamanya Seokjin akan melindungi dan menjaga Taehyung, bukan hanya itu dia akan membantu namja tampan yang ada di pelukannya mencari adiknya yang hilang. Ia berjanji.....

Itulah waktu dimana dua namja muda yang saling bertemu karena sebuah takdir, Tuhan begitu menyayangi kedua namja itu, di saat Seokjin kehilangan sang adik justru Taehyung datang dan menghilangkan rasa duka yang dirasakan Seokjin. Begitu juga dengan Taehyung yang bersedih karena kehilangan sang adik, justru ia mendapatkan keluarga baru seorang ayah, ibu dan hyung yang baik padanya. Dan juga ia merasa senang keluarga barunya rela membantunya dengan ikhlas mencari keberadaan sang adik meski keberadaannya belum di ketahui.

.....................

2017

"Taehyung, hyung melarangmu berangkat...!!"

Sebuah perkataan tegas dan jelas terlontar di mulut seorang namja tampan dengan rambut hitamnya, menatap namja tampan berambut coklat yang sibuk memasukan buku ke dalam tasnya.

"Hyung memangnya kenapa? Aku kan ada ulangan..." ucap Taehyung dengan wajah imut dan juga puppy eyesnya, ya dia memakai jurus rahasianya agar hyung di depannya mengijinkannya masuk ke kampus.

"Kalau tidak boleh ya, tidak boleh!! Kau kan sedang sakit, kalau soal ulangan kau kan bisa menyusul..."

"Aishhh.... hyung aku tidak mau tugasku semakin menumpuk, lagi pula aku tidak mau pelajaranku tertinggal.."

"Kalau tidak boleh tetap tidak boleh anak nakal!!" Seokjin mulai geram dengan sikap adiknya yang keras kepala.

"Hyung... kumohon, ijinkan aku masuk, kumohon, kumohon, kumohon, kumohon, kumohon..."

"tidak... tidak... tidak... tidak... tidak... dan tidak.."
"Aishhh hyung kumohon, boleh ya, ya, ya...." Taehyung mengedipkan matanya membuat wajah manis di wajah tampannya sambil merangkul tangan sang kakak.

Sementara Seokjin menatap datar ke arah taehyung, memberikan tatapan tajam dan bermakna. Tatapannya seakan mengatakan, 'Kim Taehyung jangan keras kepala...'

Seketika Taehyung mempoutkan bibirnya menunjukan ekspresi kesalnya dan menoleh ke arah lain.

"Hyung jahat, kenapa tidak mengijinkan aku masuk ke kampus?"

Seokjin menutup matanya sebentar, menghembuskan nafasnya pasrah. Sepertinya dia lelah memberikan alasan berkali-kali pada Taehyung.

"Tae-"

"Aku janji kakak, aku akan minum obat, aku tidak akan banyak bergerak aku... aku..." ucap Taehyung dengan wajah imutnya.

"Cukup!!!" Seokjin mengangkat tangannya meminta Taehyung berhenti dengan kecerewetannya.

"Aku tidak mau berhenti bicara sebelum Seokjin hyung mengijinkanku masuk ke kampus, bla..bla...bla..." Taehyung mulai banyak bicara bahkan volume suaranya ia perbesar.

Seokjin menutupi telinganya saat suara indah Taehyung menggema di dalam kamar adiknya.

"Aku akan terus bicara bahkan aku akan memaksa hyung untuk mengijinkanku, aku tak akan pernah berhenti bicara, tak peduli kalau Seokjin hyung mengancamku mengurangi uang saku, atau apapun terserah... aku akan tetap banyak bicara sampai hyung mengijinkanku dan-"

"Oke... oke Tae, cukup... aishhh tuh mulut atau apa sih? kok cerewet banget??" cibir Seokjin.

Taehyung tersenyum imut, dan merangkul lengan kakaknya dengan manja.

"Makasih hyung, hyung adalah hyung terbaikkkkk di duniaaaa...."

"Hahaha memang dan kau adalah adikku yang paling cerewet..." ucap Seokjin dengan senyumnya.

Kini keduanya segera keluar dari kamar dan menuruni tangga dengan tangan saling berangkulan, yang kini disambut oleh ayah dan ibu mereka di bawah untuk sarapan tentunya.

................

...............

Di Universitas....

"Jadi dia anak baru itu?! wow tak kusangka dia anak dari seorang pengusaha itu!!"

"hahaha kau benar, tapi aku tidak yakin jika dia adalah pewaris dari Jeon corp, yang kudengar presdir jeon hanya mempunyai satu anak laki-laki dan satu anak perempuan."

Kini terdapat tiga namja tampan namun mempunyai sifat buruk yang tengah menggosip di dalam kelas, ya... mereka sedang membicarakan seorang namja yang sedari tadi sudah duduk di bangku di ujung dekat dengan jendela. Dia adalah mahasiswa baru yang dalam dua hari ini masuk ke kelas, bersama angkatannya. Dia adalah Jeon Jungkook.

Sudah cukup lama Jungkook menahan semua suara yang masuk ke dalam telinganya, bahkan ia tahu kalau kini mereka meliriknya. Menahan semua omongan pedas dari mulut mereka, menganggap semua seolah tidak terjadi apa-apa.Baru saja, ia memasuki kelas di universitasnya yang baru dan menjadi murid disana ia hanya mendapat beberapa teman baru dan beberapa musuh di kelas.

"Wah, apa jangan-jangan dia anak dari seorang P-E-L-A-C-U-R??!"

"Benarkah? wow tak kusangka anak hina bersekolah di kampus ini..."

Keempat namja itu asik berbicara dan tertawa tidak memepedulikan seseorang yang telah menahan emosinya.

"Hei Jungkook, jangan dengarkan mereka..." Kyungsoo berusaha menahan sahabatnya sedari tadi.

Do Kyungsoo adalah sahabat Jungkook ketika duduk di SMA bahkan ketika wisuda mereka berdua sudah memutuskan untuk memasuki universitas dan jurusan yang sama. Hingga sekarang akhirnya meraka berada disini.

Dengan asiknya Kris, Lay, dan Luhan membahas obrolan mereka.

"Hahaha pantas saja, wajahnya tidak mirip dengan Sehun, anak pertama pengusaha Jeon corp."

"Kau benar sekali... memang benar dia pasti anak selingkuhan. Aigoo, ayahnya memang brengsek! aku kasihan dengan ibu dan kedua anaknya jika dia mempunyai anak dari-"

BUGHHHH....

"KRISSS!!"

"DASAR BRENGSEK! BERANINYA KAU MEMUKULIKU...!!!" umpat Kris yang kini memegang sudut bibirnya yang terluka karena baru saja ia mendapat tonjokan dari namja tampan dengan gigi kelincinya, Jeon Jungkook.

"..." Bukannya menjawab, Jungkook menonjok muka namja tampan itu tanpa ampun. Yang justru menimbulkan kepanikan dari dalam kelas, Kyungsoo bahkan berusaha memisahakan dan menghentikan Jungkook yang terus memukuli namja di bawahnya.

"KAU YANG BRENGSEK, KAU!!! JANGAN PERNAH MENGHINA AYAHKU, KALAU KAU BERANI KAU AKAN AKU BUNUH!!!"

BUGHHHH....

Satu bogeman mengenai pipi Jungkook membuat namja tampan itu jatuh terpental kebelakan meninggalkan luka lebam di pipinya. Sehingga membuat namja tampan itu mengernyit kesakitan. Namun satu pukulan tak cukup membuat ia menyerah justru Jungkook menyerang balik Kris, begitu juga dengan Kris. kekrisuhan tak terelakan suasana semakin menegang, teriakan para mahasiswi terdengar.Bangku-bangku berderit dan jatuh berantakan, kertas dan tas berhambuiran dan tergeletak di lantai. Beberapa murid berusaha menghentikan perkelahian itu, keduanya sama-sama enggan mengalah. Hingga....

BRAKKKKK....

"HENTIKAN KALIAN SEMUA!!!"

Suara bariton menggema ke dalam ruang kelas, membuat semua siswa menoleh ke arah suara. Ternyata disana telah berdiri seorang dosen dengan kacamatanya, dosen yang hendak mengisi mata pelajaran itu.

"KALIAN BERDUA IKUT BAPAK, SEKARANG!!!"

Jungkook dan Kris melepaskan genggaman dari kerah lawan mereka masing-masing, saling menatap tajam. Hingga akhirnya keduanya mengikuti langkah dosen itu.

.....................

"Ah, sialan gara-gara namja bermulut lebar itu, aku jadi dihukum..." terlihat namja tampan, manis dengan gigi kelincinya sedang merutuki kesialan yang menghampirinya, yaitu membersihkan lantai kampus. Sebenarnya ini termasuk salah Jungkook, karena ia terlalu terbawa emosi. Tidak dapat menahan omongan pedas dari teman sekelasnya, ya... Jungkook adalah seorang namja yang baik namun juga dingin, dan pendiam. Namun, meskipun begitu ia akan hangat di depan, ayah, ibu dan dua saudaranya, juga beberapa teman akrabnya. Jungkook tidak dapat menahan emosinya ketika ada yang menghina ayahnya dan juga keluarganya yang lain. Ia tidak akan menerimanya.

Dengan telaten Jungkook membersihkan lantai kampus itu, dia sadar kalau dia yang salah karena memulai semuanya. Maka ia akan menjalani hukumannya, Jungkook begitu sibuk dengan pekerjaannya hingga...

"Kau..."

Sebuah suara mengalihkan kegiatannya kini Jungkook menatap seorang namja di depannya, namja yang tengah menatap kaget ke arahnya.

Brukkk...

Buku yang sedari tadi ia pegang terlepas begitu saja di kedua tangannya, Taehyung mengedipkan kelopaknya beberapa kali, mengatakan bahwa ini mimpi atau bukan. Dalam benaknya, ia berkata 'apakah itu benar kau? Apakah aku tidak bermimpi?' sementara Jungkook menatap heran ke arah namja yang sedari tadi melihatnya.

"Siapa kau!" Jungkook berucap dingin.

Namun bukannya jawaban yang ia dapatkan justru...

Greeppp...

"Kookie, ini kau? Apa ini sungguhan....? Kookie hyung sangat merindukanmu hikksss..."

Air mata kebahagiaan lolos dari pelupuknya memeluk erat namja tampan berwajah manis yang kini memberontak dalam pelukannya.

"HEI SIAPA KAU, KENAPA KAU MEMELUKKU LEPASKAN AKU!!!" Jungkook memberontak, berusaha melepaskan pelukan Taehyung dari tubuhnya.

"Kookie hiksss... akhirnya aku bertemu denganmu hikkkssss..."

"YAKKK LEPASKAN!!!"

BRUKKKK...

Dengan sekali dorongan Jungkook mendorong tubuh Taehyung hingga jatuh ke atas lantai membuat namja tampan dengan rambut coklat itu mengernyit kesakitan. Ia tak akan menyangka kalau adiknya akan mendorongnya.

"Kau siapa? Kenapa kau sembarangan memelukku? Bahkan aku tidak mengenalmu!!" ucap Jungkook yang kini terlihat sedikit kesal.

Taehyung menatap tak percaya kepada namja di depannya.

"Apa kau tidak mengenalku? Kau tidak mengingatku? Aku Taehyung, aku hyungmu.." jelas Taehyung yang kini memegang kedua pundak Jungkook.

"Lepaskan...!!" Jungkook menghempaskan kedua tangan Taehyung dari pundaknya.

"Hyungku? Apa kau bercanda? Kau bukan hyungku, bahkan aku tidak pernah mengenalmu... kau jangan bercanda...!!!" Jungkook mulai geram dengan namja tampan di depannya.

Taehyung membulatkan matanya, ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Hatinya sakit saat tahu kalau adik kesayangannya tidak mengenalnya.

"Kookie, aku tidak bercanda... aku-"

"BERHENTI MEMANGGILKU DENGAN PANGGILAN MENJIJIKAN ITU!!"
Deg...

Sakit, hati Taehyung sakit saat mendengar Jungkook adiknya mengatakan itu. padahal dulu Jungkook paling senang dipanggil dengan sebutan 'Kookie'.

Jungkook mendengus kesal hingga ia membawa ember dan alat pelnya, hendak pergi meninggalkan Taehyung. Namun... langkahnya terhenti saat lengan kanannya di tahan oleh seseorang, ketika Jungkook menoleh ia melihat Taehyung yang menghalanginya.

"Bisakah kau lepaskan tanganku, hah?!" Jungkook sedkit meninggikan suaranya, hingga membuat Taehyung melepaskan pergelangan tangan Jungkook.

Jungkook menatap kesal ke arah namja yang lebih tua darinya, ia heran kenapa hari ini ia begitu sial di hari keduanya masuk sekolah. Padahal dia ingin belajar dengan tenang, dan menjadi sarjana terbaik untuk melanjutkan perusahaan ayahnya dan tidak mengecewakan ayahnya.

"Aku berusaha sopan denganmu, aku tahu kalau kau kakak kelasku disini, karena jas yang kau pakai. Aku tidak mau mendapatkan masalah disini, aku sudah cukup banyak masalah hari ini..."

"Kookie..."

"Dan cukup, jangan memanggilku dengan sebutan itu, namaku Jeon Jungkook. dan aku bukan adikmu, tapi... maaf mungkin kau salah orang, dan aku harus pergi untuk menyelesaikan hukumanku. Jadi sekarang tolong jangan ganggu aku, aku akan melupakan sikapmu tadi seakan-akan tidak terjadi apa-apa..." Jungkook membungkuk hormat kepada namja di depannya, biar bagaimanapun Taehyung adalah seniornya, dan akan menghormati senior di sekolahnya.

Dengan segera Jungkook melangkahkan kakinya membawa ember, dan alat pel di tangannya. Ia bertekad untuk menyelesaikan semua hukumannya dan kembali belajar. Taehyung hanya menatap tidak percaya punggung namja yang kini menghilang di depannya. Hingga tanpa ia sadari...

Tes...

Tes...

Tes...

Air mata itu kembali tumpah dari kelopaknya, ia tidak percaya dengan apa yang di dengar dan ia lihat. ia tidak percaya, jika adiknya Kim Jungkook tidak mengenalnya...

Brukk...

"Kookie...."

Tes...

Tes...

Tes..

Air mata itu kembali deras, dan semakin deras. Taehyung kini duduk bersimpuh di lorong kampus menitikan air matanya hingga jatuh di lantai, menepuk dadanya yang sakit.... sangat sakit, dan itu akan sulit dihilangkan. Ngilu, perih dan sakit menjadi satu, hatinya seperti tertumbuk beribu batu besar yang akan terus menghantamnya hingga hancur.

"Hiksss... Kookie, hikksss... kenapa kau melupakan hyungmu?"

Taehyung menangis menepuk dadanya, hingga terdengar suara tepukan dadanya. Tangisnya berubah menjadi sesenggukan tubuhnya bergetar karena isakannya. Ia tidak mempercayai semuanya, ia begitu yakin kalau tadi adalah adiknya, tapi...

.....>....

"hei siapa kau, kenapa kau memelukku lepaskan aku!!!"

...>....

"Kau siapa? Kenapa kau sembarangan memelukku? Bahkan aku tidak mengenalmu!!"

....>.....

"Hyungku? Apa kau bercanda? Kau bukan hyungku, bahkan aku tidak pernah mengenalmu... kau jangan bercanda...!!!"

.....>......

"BERHENTI MEMANGGILKU DENGAN PANGGILAN MENJIJIKAN ITU!!"

....>......

"Dan cukup, jangan memanggilku dengan sebutan itu, namaku Jeon Jungkook. dan aku bukan adikmu, tapi... maaf mungkin kau salah orang, dan aku harus pergi untuk menyelesaikan hukumanku. Jadi sekarang tolong jangan ganggu aku, aku akan melupakan sikapmu tadi seakan-akan tidak terjadi apa-apa..."

.....>......

Perkataan tersebut terus berputar dalam pikiran Taehyung membuat dada Taehyung semakin sesak dan sakit, sakit, dan sakit.....

"Hikss... Kookie... Hikss...."

Taehyung menagis sesenggukan memanggil nama kecil adiknya, air mata terus jatuh bahkan sakit di hatinya belum kunjung hilang. Hingga tiba-tiba ada seseorang yang memegang kedua pundaknya, dan...

"Taehyung kau kenapa? Ada apa denganmu? Apakah ada yang sakit, hem?"

Terlihat raut Seokjin yang begitu khawatir dengan adiknya Taehyung yang kini duduk bersimpuh dengan buku yang berserakan dan jangan lupa air matanya.

Greppp...

Taehyung menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan Seokjin, menangis sesenggukan. Melampiaskan rasa sedih dan tangisnya dalam pelukan sang kakak, bibirnya tak henti-hentinya menyebut nama kecil adiknya. melihat hal itu Seokjin bingung ia heran apa yang terjadi dengan adiknya itu, yang ia bisa lakuakan hanya membiarkan Taehyung menangis dalam pelukannya.

"Taehyung, apa yang terjadi dik...?"

"Hiksss.. hiksss..." hanya tangis yang ia dengar, Seokjin mengeratkan peluakannya. Membiarkan sang adik membasahi jas coklat yang ia pakai. Dan tak lupa mengusap punggung sang adik penuh sayang.

Taehyung terus menangis menumpahkan air matanya, menangisi keadaan yang terjadi. Ia tak menyangka dengan adiknya sekarang, ia tidak akan pernah menyangka...

Hingga akhirnya Seokjin ikut menangis dan semakin memepeerat peluakannya di tubh sang adik berharap ia mampu mengurangi kesedihan sang adik, berharap Taehyung tenang...

"Kim Taehyung apa yang terjadi denganmu??"

................


TBC....

Hai semua author kembali dengan chap ini, maaf kalau updete lama. Oh ya btw semoga nih chap feelnya dapat ya..

Disini author udah usaha yang terbaik buat bikin chap ini. dan author gak mau bikin kalian kecewa.

Maaf kalau typo yang masih bertebaran.... ceritanya tambah gaje atau apa...

Jangan lupa vommentnya ya, karena semangat saya adalah kalian... ^^

Semoga puasa kita lancar ya... ^^

Sekian dari saya, bye... sampai jumpa ^_^

Salam cinta dan sayang untuk kalian semua....

#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro