Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Hug Me (chapter 22)

Attention, please...

Baca sambil denger lagu sad kesukaan kalian ya, intinya sesuain ajjah ama jalan ceritanya. Bayangkan nih ff kaya drama korea. Wkwkwk... soalnya author bikin nih ff kaya drakor. Maklumlah otak isinya imajinasi bikin drakor tapi abal-abal... oke sekian ocehan tak bermutu saya.

Selamat membaca ya....

Harap sedia tisu, dan mental juga siapkan jiwa dan raga kalian... untuk jaga-jaga...

" Jungkook, peluklah aku. Apakah kau mau memelukku, disaat aku membutuhkanmu, kekuatan darimu dan juga waktu dimana sisa hidupku, sekaligus waktu yang kumiliki. Yang hampir habis, ini dik.... peluklah aku, biarkan aku merasakan. Hangatnya, pelukanmu adikku. Karena aku ingin, ingin sekali merasakan pelukanmu dan juga jika Tuhan mengijinkan, setidaknya.... aku bisa menutup mata ini. dalam kedamaian dan pelukanmu, my dongsaeng..."

-Kim Taehyung-

..............................................

(Author **** POV)

Suara jarum jam yang terdengar beraturan dan juga detakan jam yang cukup menggema membuat sebuah kamar dengan tampilan minimalis dan sederhananya, terdengar di gendang telinga. Menimbulkan alunan musik yang bagaikan pengantar tidur bagi dua namja yang kini sedang mengistirahatkan tubuh mereka.

Begitu nyenyak dan tenang, itulah yang dirasakan oleh kakak beradik ini. dimana posisi mereka saling memeluk, seakan memberikan kehangatan satu sama lain di balik selimut yang menutupi pinggang dan juga angin berhembus membuat tirai jendela sedikit terbuka. Dan tanpa aba-aba semilir angin memasuki celah jendela tersebut, dan terasa dingin di kulit mereka yang tengah terlelap.

"Nghhh....."

Taehyung bergerak, dalam tidurnya mencari posisi senyaman mungkin dan menyembunyikan wajahnya di balik pelukan sang kakak, Kim Seokjin. Yang kini tidur dengan lelapnya mengarungi mimpi sama sepertinya.

Taehyung mengulas senyum diantara tidurnya, ya... senyum tipis dan juga raut kebahagiaan yang muncul di wajah tampannya. Membuat ia terlihat manis di saat dia memejamkan matanya. dan Taehyung tak menyadarinya sama sekali begitupun dengan Seokjin. Hingga.... tak lama, Taehyung bergumam, memanggil nama seseorang dalam tidurnya. Membuat namja yang sedari tadi memberikan pelukan hangatnya pada namja yang ia dekap. Terbangun.... dan menggerakan kelopaknya.

"Kookie, hyung senang.... bertemu nghhh..." gumam Taehyung dalam tidurnya dan tanpa sadar memeluk tubuh Seokjin yang kini terbangun dari mimpinya.

Dengan jelas manik mata Seokjin menatap lembut namja yang kini terlelap dalam pelukannya, dan mengulas senyum tipis namun terdapat raut sendu diwajahnya. Entahlah Seokjin hanya merasa tidak enak dan mempunyai perasaan buruk, tapi ia tidak tahu apa itu....

Hingga, dengan segera Seokjin menggelengkan kepalanya menepis pikiran buruknya. Mencoba untuk berpikir 'bahwa semua baik-baik saja...'

"Hikksss... Kookie, tolong peluk aku.... hikksss..."

Seokjin mengusap air mata itu dengan lembut, sangat lembut seakan wajah adiknya yang tampan akan pudar dengan usapan kasarnya. Membuat air mata yang jatuh itu terseka akan tangan halusnya.

"Hikksss... Kookie, Kookie.... hikkksss..."

Kembali isakan itu terdengar, begitu juga dengan air mata yang kembali keluar dari pelupuknya. Membuat Taehyung menangis dalam pelukan sang kakak dan tidurnya.

'Taehyung, apa kau bermimpi tentang adikmu, lalu kenapa kau menangis, apakah mimpi buruk yang datang menghampirimu?'

Seokjin bermonolog dalam hatinya, manik matanya masih setia menatap wajah sembab sang adik, ya wajah yang mulai sembab dan pucat karena hawa dingin yang menerpa. Membuat Seokjin merubah posisinya sedikit, melingkarkan lengannya, mendorong Taehyung masuk ke dalam pelukan hangatnya. Memberikan kehangatan dan kasih sayang dalam tidur sang adik.

"Hikkss.... Kookie, hyung rindu padamu cepatlah kembali hikksss..."

Tes...

Tes....

"Akh..."

Seokjin menyeka air matanya, menatap langit kamar sebentar, memejamkan matanya dan menelan ludahnya pelan. Entahlah hatinya tiba-tiba saja sakit saat mendengar gumaman adiknya yang terdengar pilu dan menyakitkan. Bukan hanya itu saja, Seokjin juga menitikan air matanya tanpa menyadarinya.

"Hikksss.... Kookie... hikksss.... jangan pergi lama-lama..." isak itu kembali, membuat Taehyung kembali bergumam dalam tangisnya. Terlihat setetes air mata itu merosot hingga menuju sudut bibir. Dan tubuh namja dengan senyum kotaknya itu bergetar karena isakannya.

Dengan posesif Seokjin memeluk adiknya, ia hanya ingin Taehyung berhenti menangis, berhenti dalam isak pilunya, dan hanya nyenyak juga kedamaian yang di dapatkan adiknya. bukan mimpi buruk dan rindu yang mengganggu adiknya. Jujur Seokjin tidak suka dengan keadaan adiknya saat ini, dengan jelas kedua netranya melihat. Bagaimana seorang Kim Taehyung adiknya menangis. karena rasa rindu yang dirasakan terhadap namja yang dipanggil 'Kookie' itu.

"Hikksss.... Kookie... Kookie..."

"Shtttt.... Taehyung, jangan menangis..." ucap namja tampan itu dengan lembut. Mengulas senyum tipis namun juga dirasakan air mata yang jatuh di pelupuk matanya. merasakan sesak yang amat dalam.

Dan ini yang tidak disukai oleh Seokjin, hal yang tidak disukainya yang kedua. Setelah yang pertama 'saat melihat Taehyung mengerang dan juga berteriak kesakitan' dan sekarang ini lebih tidak disukai oleh Seokjin yaitu. 'Melihat adiknya menangis, menitikan air matanya...'

"Taehyung, tenanglah dik.... jangan menangis, Kookiemu baik saja..." kembali ia eratkan pelukan pada namja tampan yang tengah menangis dalam tidurnya. Dilihatnya Taehyung yang menggigit bibir bawahnya.

"Hikkss.... hikksss... aku rindu padamu dik..." isak Taehyung yang entah sadar atau tidak dalam tidurnya membuat Seokjin sang kakak khawatir. Sangat khawatir....

..............................

Seoul, 2017

(Flashback *** ON)

"HYUNG LEPASKAN TANGANKU, JANGAN MENGHALANGIKU SEHUN HYUNG!!"

"Jungkook, dengarkan hyung. Kau tidak boleh keluar sekarang, karena-"

"BERISIK!!!"

BRUKKKK...

"Akh..." Sehun meringis menggigit bibir bawahnya secara refleks saat sang adik Jungkook mendorongnya, hingga perutnya membentur ujung meja. Dan untungnya bentuknya tidak lancip membuat Sehun merasakan nyeri dan perih tanpa luka ataupun goresan.

Sehun membuka mulutnya, melepas rasa sakit yang melanda perutnya. Memegang dan menekan guna mengurangi rasa sakit itu.

Sementara Jungkook, ia terperanjat menyadari apa yang ia lakukan beberapa detik yang lalu.

"JEON JUNGKOOK!!"

PLAKKK...

"A...ayah..." Sehun mengeluarkan suaranya dengan nada terbata-bata diantara ringisannya menahan sakit. Saat dengan jelas sang ayah menampar adiknya, dan itu membuat Sehun cukup terkejut.

Jungkook, dia hanya diam memegang pipinya yang ia yakini memerah. Karena mendapatkan hadiah tak terduga dari ayahnya, ayah angkatnya. Dan itulah yang Jungkook ingat saat ini...

"Suamiku apa yang kau lakukan?" seorang wanita cantik berujar panik, menutup mulut dengan kedua tangannya, setelah melihat kejadian yang tak terduga. Lantaran suaminya menampar Jungkook anaknya.

"Apa yang kau lakukan dengan hyumngmu Jungkook! apa kau sadar, kau melukai hyungmu!!! Apa yang kau pikirkan, hah? Kenapa kau seemosi ini?"

Dan Jungkook dia hanya bungkam. Hanya diam dan juga menatap lantai. Tidak berani menjawab atau pun menyangkal bentakan sang ayah, namja yang sangat ia hormati dan ia sayangi. Meskipun ia bukanlah anak kandungnya, dan Jungkook mengingatnya. Bahkan sangat mengingatnya. Memori tentang masa lalunya, yang dimana dirinya adalah seorang Kim Jungkook dan bukan Jeon Jungkook.

"Ayah, ku...kumohon jangan memarahi Jungkook shhh...." Sehun berujar sangat sulit lantaran ringisan perih yang ia keluarkan membuat wanita cantik yang sempat shyok itu menghampiri putra pertamanya.

"Aigoo, Sehun... kau tak apa?" dengan perhatian dan juga raut khawatir ibu sekaligus nyonya di rumah itu kini memegang lengan putranya, dan membuka kaus hitam yang digunakan anak kedunya. Memeriksa bagian perut, akh... bukan pinggan lebih tepatnya.

"Omo, Sehun kau terluka? pinggangmu lebam nak..."

Tuan Jeon langsung mengalihkan pandangannya, menatap pinggang sang anak pertama. Hingga... tatapan geram muncul di wajah senjanya, saat ia melihat lebam yang mulai membiru juga raut sang anak yang menahan sakit.

"JUNGKOOK, LIHAT APA YANG KAU LAKUKAN, HYUNGMU TERLUKA. DAN KAU!? KENAPA KAU TEGA MENDORONGNYA HAH?! APA YANG KAU PIKIRKAN..."

Jungkook hanya diam, enggan menjawab dan enggan mendongakan kepalanya. Jujur ia sedikit takut dengan sikap ayahnya yang sudah melepaskan emosinya seperti sekarang ini.

"Dasar kau anak tak tahu diri, seharusnya jaga sikapmu... kau bukanlah putra kandungku tapi-"

"Ayah..."

Sehun berujar tegas, mencoba mengehntikan ucapan sang ayah. Setelah mendengar ucapan tegas putra pertamanya pria dengan sikap wibawa juga terhormat itu bungkam. Menyadari kesalah di balik kata-katanya.

Semua hening, semua diam....

Dan mereka masih setia dengan posisinya. Mencoba mencerna apa yang terjadi.

Hingga, namja dengan wajah manis juga gigi kelincinya itu membuka suaranya, memecahkan keheningan yang sempat terjadi....

"Aku pergi, dan terima kasih untuk kesudian kalian mengurusku..."

Tap... tap... tap...

Langkah kaki yang cepat dan mantap, ia langkahkan dengan ransel yang ia gendong saat ini. membawa semuar barang yang ie perlukan. Keputusannya sudah bulat meninggalkan rumah ini dan juga keluarga ini merupakan keputusannya.

"Jungkook...Akhh..." Sehun dengan susah payahnya melangkahkan kakinya, memegang pinggangnya. Yang terluka karena kejadian tadi...

"Sehun...." sang ibu berujar khawatir tak tega melihat wajah kesakitan sang anak.

Hingga...

BLAM....

Suara pintu tertutup dengan keras, membuat Sehun melangkahkan kakinya dengan cepat. Dan baru saja ia memegang kenop pintu, yang ia dengar adalah deru mesin mobil. Membuat Sehun segera melangkahkan kakinya berharap...

Ia tak terlamabat menahan sang adik, untuk tetap disini... tinggal disini.

"Jungkook, tolong berhenti.... dengarkan hyungmu, akhh... shhttt sakit sekali..."

Dengan sempoyongan, Sehun berjalan menuju mobilnya. Dan membuka pintu mobil itu segera menyusul sang adik.

Berkali-kali Sehun menelpon adiknya, berharap sang pemilik ponsel sudi mengangkat panggilannya namun, nihil....

"Jungkook, tolong jangan keras kepala. Kau tidak tahu apa yang kau hadapi, hyung tidak mau kau bahaya dik..." dengan gurat dan raut wajah yang penuh kepanikan Sehun menginjakan gasnya menambah kecepatannya. Berharap ia tidak terlambat, diliriknya dan dipegang erat ponsel hitamnya, serelah ia mengetahu sebuah pesan masuk dalam ponselnya.

"Aku tak akan membiarkanmu, menyakiti adikku, Kim sialan!!!" Sehun berumpat, dalam benaknya ia bersumpah akan membawa ke neraka pria itu jika berani dan menyentuh adiknya, karena Sehun akan menjadi malaikat pelindung adiknya Jeon Jungkook.

...........................

"Tae... Tae hyung..." Jungkook mengulas senyumnya, menjatuhkan air matanya. saat di seberang sana, Jungkook dapat melihat jelas bagaimana sang kakak yang kini duduk di sana. Di kursi rodanya, dengan senyum menikmati suasana sekitar.

Jungkook semakin erat memegang tasnya, melangkahkan kakinya. Mengusap air matanya, akhirnya ia dapat... bertemu dengan kakak kandungnya, kakak yang selama ini ia rindukan di balik ketidak sedarannya.

"Aku pulang, hyung.... aku pulang...."

Jungkook melangkahkan kakinya, memperhatikan sekitar. Saat manik matanya melihat lampu berwarna merah, kaki itu melangkah.... tatapannya ke depan, melihat hyungnya yang kini sedang duduk menikmati harinya. Dengan sweater hangat yang melekat di tubuh hyungnya.

Dan tak jauh disana.... tanpa Jungkook sadari.

Blamm....

"JUNGKOOK!!!"

DOR....

BRUKKKK.....

Ckiitttt.....

TIN...TIN....

BRAKKKK.....

"SEHYUN HYUNG!!!"

"Kyaaa....."

Taehyung membulatkan matanya, menatap kejadian yang tak terduga. Saat dengan jelas, manik matanya melihat adiknya, jatuh karena seseorang mendorongnya. Dan terlihat namja yang baru saja terpental tubuhnya setelah mendapat tabrakan dari mobil pengendara lain dan juga suara tembakan yang menjadi awal pembuka kejadian.

"Kookie...!!!" Taehyung berteriak, memanggil nama adiknya Jungkook. dan Jungkook menolehkan kepalanya, saat menik matanya melihat sang kakak mengacungkan tangannya, menunjuk sesuatu. Dan Jungkook mengikuti arah dimana, Taehyung kakaknya mengacungkan jemarinya.

"Dia...."

"Hyung..." Jungkook menitikan air matanya, saat dengan jelas ia melihat kakaknya yang terkapar meski masih dapat bergerak. Bahkan dilihatnya sebuah pistol yang kini diacungkan sang kakak dengan sisa tenaga yang ia miliki, dengan luka yang cukup parah.

Ya... cukup parah dengan dada yang terkena peluru, dan juga luka benturan dengan darah yang keluar dari sudut bibirnya. Luka tembakan dan juga tabrakan yang Sehun tahu adalah rencana pris itu...

DOR...

"Kyaa..."

Hitungan detik, dan tanpa aba-aba... Sehun melepaskan tembakannya mengenai pria yang kini jatuh terkapar dengan luka yang ada dikakinya. Luka tembakan yang ia berikan, hingga...

"Akhirnya, aku... " Sehun kesulitan berbicara, dan bernafas saat ini. tak lama...

Suara sirine polisi terdengar, membuat namja tampan yang baru saja melepaskan pistolnya, menatap ke atas langit dengan senyum yang ia ulas, dirasakan tubuhnya, kepalanya yang berdenyut sakit... juga mata yang memburam. Akhirnya polisi datang, dan rencana yang sudah ia siapkan berhasil meski terjadi perubahan rencana, tapi.... setidaknya adiknya aman bukan.

"HIKKSS... SEHUN HYUNG, BANGUN!!! SEHUN HYUNG HIKSSSS..." Jungkook menitikan air matanya. dilihatnya dengan jelas, wajah yang memucat sang kakak. Dan tangan yang bergetar, mencoba menyentuh wajah sang adik.

"Syu...syukurlah, ka...ka...kau aman adikku..." helaan nafas Sehun makin berat, tubuhnya makin sakit dan juga mulai memburam.

"Hyung tenanglah, aku akan memanggil bantuan!!" Jungkook mengambil ponselnya, dengan tangan bergerat juga air mata Jungkook memanggil bantuan, tatapannya tak lepas dari kelopal mata kakaknya yang mencoba terpejam. Dan wajah menahan sakit. beberapa orang yang melihat kejadian tadi mendekati mereka, mencoba membantu sehun dengan pertolongan pertama.

Dan Taehyung ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya, tak ia sangka kejadian itu begitu cepat di depan matanya.

Hingga...

"Taehyung ada apa?" Seokjin berdiri disampingnya.

"Seokjin hyung, Jungkook ia..."

Dan saat itulah Seokjin mengedarkan pandangannya, menatap dimana seorang namja tampan dengan rambut hitam kecoklatannya kini menangis, menahan darah yang terus keluar dari tubuh seseorang, dengan mobil yang sudah ringsek. Dan beberapa polisi yang menangkap seseorang dengan berontakannya.

Dan semua itu terjadi secara tak terduga, dan sangat cepat....

"Hiksss... Sehun hyung, jangan tinggalkan aku..." Jungkook menangis tangannya tak lelah bergerak, menggelengkan kepalanya menolak kebenaran yang ada di depan matanya.

Dan Taehyung....

Menjatuhkan air matanya saat melihat Jungkook yang menangis karena namja disana... yang Taehyung yakini dekat dengan adiknya.

(Flashback *** OFF)

.............................

Seoul, 2017

"Hikksss... hyung kenapa sakit sekali..."

Tangan itu menggenggam erat, tangan dari seorang namja tampan yang kini duduk disebelahnya, terlihat gurat kekhawatiran dalam dirinya.

"Hikkss.... hyung, hiikksss.... tolonga aku, sa...sakit..."

"Dokter, bisakah kau memberikan obat atau apa!!? adikku kesakitan..." Seokjin berujar panik, bahkan berani meninggikan suaranya kepada dokter tampan yang ada di depannya, siapa lagi kalau bukan Yoongi. Yang sibuk menyuntikan sesuatu pada infus yang digunakan Taehyung.

"Seokjin tenanglah, aku sudah memberikannya obat pereda rasa sakit. Sebentar lagi akan bekerja..." ucap Yoongi dengan tenang, meski terdapat raut penuh kecemasan apalagi melihat pasiennya Taehyung yang sedang menahan sakit dengan menggigit bibirnya juga mencengkram pergelangan tangan Seokjin.

Dan Seokjin, dia menerima rasa sakit dari cengkraman adiknya. hingga dirasakan kuku Taehyung yang menggores kulit pergelangannya, tapi Seokjin yakin rasa sakit yang ia rasakan tak sebanding dengan apa yang dirasakan Taehyung.

"Hikkss... hyung, sa...sakit.... hikksss... rasanya kepalaku ter...terbakar..."

Begitu kuat cengkraman Taehyung pada kakaknya, dan sakit yang diterima Seokjin juga semakin terasa. Tapi ia menyembunyikan rasa sakit itu dibalik wajah kecemasan dan juga ekspresi khawatirnya.

Dan Yoongi, dia sibuk memeriksa monitor detak jantung dan menghitung waktu di jam tangannya.

"Sebentar lagi, Taehyung... rasa sakitnya akan hilang..." ucap Yoongi penuh keyakinan, dengan tangan yang terangkat. Menunjukan bahwa dia sudah menyimpulkan waktu obat itu bekerja.

"Hikksss... hiksss..." Taehyung terisak, namun dirasakan pergelangan Seokjin yang mulai merasa longgar. Saat ternyata tangan sang adik tidak lagi mencengkramnya kuat, terlihat detak jantung yang normal. wajah pucat yang meringis kesakitan itu mulai pudar yang ada wajah yang menyiratkan ketenangan.

"Dok, apakah dia..."

"Ya, hyung... efek obat itu telah bekerja sesuai perkiraanku. Kita tunggu saja, dengan obat itu Taehyung dapat beristirahat..." Yoongi mengulas senyum tipisnya.

Ya... benar saja, makin lama cengkraman pada tangan Seokjin mulai terlepas, nafas Taehyung mulai beraturan, bahkan rasa sakit yang ia rasakan dikepalanya mulai hilang. Tak lama disekanya air mata yang ada pada kelopak namja tampan yang kini merasa baik itu, obat yang diberikan dokter tampan dengan mata sipitnya itu ternyata ampuh meredakan rasa sakit yang dirasakan Taehyung.

Dan Seokjin dapat bernafas lega, melihat adiknya tenang dan tidur membuat hatinya sedikit lega....

"Taehyung, bertahanlah..." monolog Seokjin pada adiknya.

Sementara itu di luar kedua orang tua Seokjin dan juga Taehyung, hanya mampu berdoa memohon pada Tuhan. Agar si bungsu yang ceria, sembuh atau paling tidak masih berada di sisi mereka.

Ada banyak yang menyayangi Taehyung, hingga sepertinya waktu belum bisa membawanya. Tapi entahlah terkadang takdir adalah misteri....

Dan semoga semua baik-baik saja seperti apa yang diinginkan oleh mereka....

...........................................

1 minggu kemudian, Jepang 2017

"Hyung..."

Jungkook menjatuhkan kepalanya, di atas bahu sang kakak. Seorang namja tampan dengan pakaian berwarna hitam juga sebuah syal yang melekat di lehernya. Melindungi lehernya dari dinginnya musim dingin yang kini tiba di negeri yang terkenal dengan sebutan negeri sakura itu.

Dan sang pemilik bahu mengulas senyum tipisnya, membiarkan sang adik mencari kenyamanan di bahunya. Membiarkan Jungkook adik kesayangannya, dan selamanya akan begitu. Karena ia ingin melihat wajah tersenyum sang adik meski, itu tidak mungkin....

"Jungkook, ada apa dik? Apa kau ingin sesuatu..."

Jungkook menjatuhkan lengannya di pinggang kakaknya, memeluk kakaknya erat. Seakan kakaknya Sehun akan pergi, lagi...

"Hyung, jangan tinggalkan aku..."

Jungkook membuka suaranya, melihat kedepan, dimana salju turun dan juga menambah keindahan di halaman rumah sakit itu.

Hingga....

Kedua bola matanya membulat saat merasakan bahu yang ia gunakan sandaran bergetar, dan dirasakan tubuh sang pemilik bahu yang mengigil menahan dingin yang sudah terasa di kulit.

"Hyung, ayo masuk... kau pasti kedinginan..."

Sehun mengulas senyumnya, tatapannya masih kedepan, ia tidak mau masuk. Ia ingin disini duduk, besama adik kesayangannya yang duduk di sampingnya. Dan menatap, entah apa yang ada di depannya, karena hanya gelap yang mampu ia lihat sekarang ini....

"Sehun hyung, aku tidak mau hyung sakit..."

Dirasakannya tubuh Sehun yang menghangat saat kedua lengan itu memeluk tubuhnya erat dan dirasakannya kepala yang terasa menyandar di bahunya, dan tak terasa berat baginya karena Sehun menyukainya, sangat menyukai sikap manja sang adik. Meski....

Ia hanya bisa merasakan bagaimana manjanya sang adik kala bersama dengan dirinya, dan tak mampu melihat wajah adiknya yang manis saat sedang bermanja dan kesal dengan kejahilannya.

Dan Sehun, membalas pelukan sang adik. Meski dengan tangan yang meraba, mencoba mencari dimana lengan sang adik yang memeluknya, Jungkook yang paham dengan keinginan kakaknya Sehun langsung mengubah posisinya menuntun tangan sang kakak untuk membalas pelukannya. Hingga kini Sehun dapat memeluk Jungkook dari arah samping, meski kedua bola matanya hanya mampu melihat yang namanya gelap. Dan Sehun, hanya bisa menerima takdir dengan pasrah, saat tahu jika dirinya buta. Ya... buta, dan ini yang ia dapatkan demi keselamatan adiknya, Jeon Jungkook.

Tes...

Tes...

Jungkook meneteskan air matanya, kelopak matanya terpejam, merasakan bagaimana hangatnya pelukan kakaknya, Jeon Sehun. Entahlah hanya saja Jungkook merasa nyaman dan juga bahagia, dalam hati namja tampan dengan wajah manisnya itu. ia bersyukur karena Tuhan masih berbaik hati mau memberi kesempatan baginya, setidaknya kakaknya Sehun masih berada di sampingnya. Ya, berada di sampingnya....

"Hyung maafkan aku...." Jungkook bergumam lirih, namun masih bisa di dengar oleh telinga namja tampan itu, menitikan air matanya. menyandarkan kepalanya di bahu sang kakak....

Entahlah, Jungkook juga tidak menyangka. Awalnya penantiannya dalam menunggu sang kakak untuk sadar tak sia-sia, entah itu pagi, siang dan malam. Jungkook selalu menantikan sadarnya sang kakak. Menunggunya, dan selalu disampingnya. Tanpa mempedulikan tubuhnya yang lelah dan juga kurang sehat.

Diingat dengan jelas, bagaimana kelopak kakaknya terbuka dan memanggil namanya untuk pertama kali membuat Jungkook kegirangan dan mengucapkan syukur pada sang pencipta. Tapi....

Seakan disambar petir, saat senyum itu berubah menjadi tangis. Dimana manis menjadi pahit, Jungkook bungkam dan juga terkejut. Saat dimana kakaknya tersadar, ia senang.... kakaknya Sehun masih mau berada disampingnya. Hanya saja, takdir tidak seperti yang diinginkannya.

Angin berhembus menerpa rambut hitam kecoklatanya, merasakan angin yang bukan berasal dari tanah kelahirannya. Setetes demi setetes air mata itu keluar, dan Sehun dapat merasakan sesuatu yang basah dari balik kemejanya.

"Jungkook jangan menangis... ini bukan salahmu, sudah takdir hyung Jungkook... jangan salahkan dirimu..." Sehun mengulas senyumnya, di balik mata yang tak dapat melihat yang kini berkaca-kaca. Menggenggam erat tongkat yang ia genggam ditangannya.

Ya, Jeon Sehun menerima semuanya, saat takdir mengatakan bahwa ia tak dapat melihat dan buta karena saraf penglihatannya yang mengalami benturan. Dan Sehun tak mau Jungkook adiknya menangis. sudah cukup baginya untuk mendengar sang adik dalam isaknya, terakhir yang ia lihat saat dimana kejadian. Ia mengalami penembakan dengan luka di keningnya, karena benturan saat menyelamatkan sang adik dari percobaan pembunuhan.

Terasa pusing memang, dan penglihatan mulai buram. Namun, masih samar-samar Jungkook mampu melihat bagaimana air mata sang adik jatuh ketika, Jungkook mengantarkannya di rumah sakit. Hingga.... ia sendiripun tak tahu bagaimana cerita selanjutnya.

Yang ia tahu, saat kesadarannya muncul. Sehun membuka matanya, dan pertama kali ia dengar adalah teriakan sang adik yang bercampur rasa senang. Memanggil namanya, dan juga ucapan terima kasih padanya karena masih mau bertahan.

Tapi....

Ia sangat ingat, bagaimana dirasa air mata itu jatuh. Saat Sehun menyadari dengan sendirinya. Jika gelap yang ia terima.....

Gelap, meski kelopaknya membuka....

Dan gelap meski ia yakin kalau ruangan terang.....

Dan gelap, meski ia.....

"Hikksss.... Sehun hyung..."

Sehun mengulas senyumnya, tangannya kini dengan perlahan terangkat. Mengikuti naluri hatinya. berusaha untuk mencoba menyentuh puncak kepala sang adik. Mengulas senyum di balik air matanya.

"Hei, kenapa kau sedih. Besok kan kita pulang..."

Jungkook hanya diam, namun kepalanya masih bersandar pada bahu sang kakak. Menahan isak, dan juga tangisnya meski gagal.

"Jangan menangis dik, jika matamu sembab... kau terlihat jelek. Bagaimana kau bisa bertemu dengan hyung kandungmu. Dia pasti khawatir Jungkook...."

Jungkook menitikan air matanya, menggigit bibir bawahnya sendiri, memcoba menahan isakan yang mencoba untuk terus lolos.

"Hyung mu, bangga mempunyai adik sepertimu.... dan terima kasih kau juga mau menjadi adikku, Jungkook...."

"Hiikkksss.... Sehun hyung...."

Sehun memejamkan matanya, dirasakan pipinya basah karena linangan air matanya sendiri.

"Kim Taehyung, dia orang yang baik. Hyung tahu semua tentangnya, karena hyung juga mencari keberadaannya. Dan maafkan hyung yang terlalu egois padamu.... kau boleh membenci hyungmu yang buta ini Jungkook. dan kembalilah pada hyung kandungmu.... dia pasti senang dengan kepulanganmu besok..." Sehun berucap dengan linangan air matanya.

"Sehun hyung, kau...."

"Tidak apa.... aku baik saja, jangan memikirkan hyung mu ini...."

"Hikksss.... hikksss...." isakan akhirnya lolos, menjadi nada pilu yang mengalun, dan siapapun yang mendengarnya pasti akan merasakan sakit dan kesedihan.

"Kembalilah padanya, dan jangan kembali pada hyungmu ini.... aku melepasmu Jungkook. karena bahagiamu adalah...."

"Hikksss....hikksss...." Jungkook menangis, jujur dalam hatinya ia ingin menolak keputusan kakaknya Sehun.

"Kau bisa terlepas dariku, dan berkumpul bersamanya. Hyung kandungmu, Kim Taehyung...."

Jungkook menangis, dan air mata itu semakin deras. Dipeluknya erat tubuh sang kakak. Dan kini kepalanya tak bersandar pada bahu sang kakak. Yang justru, ia peluk pinggang namja di sampingnya. Jungkook tak mampu berkata, hanya air mata yang mampu membalasnya. Ada perasaan sesak dan sakit....

"Kim Jungkook, hyung menyayangimu..." Sehun membuka suaranya. Memejamkan matanya, merasakan pelukan hangat sang adik.... yang mungkin akan menjadi pelukan terakhir bagi dirinya. Karena Jeon Sehun.

Sudah mengambil keputusan, dan sudah sejak dulu ia lakukan. Ia mengalahkan rasa ego dan juga mencoba mengalah. Mencoba memberikan kebahagiaan sang adik juga terhadap dirinya. Dirinya, yang tak lain adalah orang yang seharusnya mendapatkan hak sebagai seorang kakak.

Dan untuk pertama juga terkahir kalinya, Sehun memanggil marga sang adik, dengan marga yang merupakan marga Jungkook sejak dilahirkan.

............................................

Seoul, at 09.00 p.m.

"Hyung...." Suara serak nan lirih terdengar di indra pendengaran Seokjin. Membuat namja tampan yang sedari tadi terlelap terbangun karena suara lirih nan lemah adiknya.

"Taehyung, apa kau butuh sesuatu hem?" Seokjin mendekati adiknya, ditatapnya wajah pucat pasi adiknya. bahkan kelopaknya terlihat sayu, dan Taehyung dia menatap wajah kelelahan kakaknya.

Di balik selang masker yang sengaja di pasang di wajahnya membuat suara Taehyung kurang jelas, hingga...

"Hyung, tolong lepaskan maskernya... aku tidak suka..."

"Tapi Tae, ini demi..."

"Hyung kumohon..." pinta Taehyung dengan wajah penuh permohonan ke arah kakaknya Seokjin.

Dan Seokjin tidak akan tega melihat wajah sendu sang adik, maka dengan segera tangan kanannya begerak dengan perlahan Seokjin melepaskan masker yang melekat di wajah sang adik.

"terima kasih hyung..." Taehyung mengulas senyumnya, meski dirinya sakit.

Seokjin mengulas senyum tipisnya ditatapnya wajah sang adik yang kian pucat.

"Tae apa kau masih sakit? Apakah kau butuh sesuatu?" Seokjin kembali melayangkan pertanyaanya dengan nada lembut dan penuh perhatian.

Taehyung menggelengkan kepalanya mengulas senyumnya.

"Hyung, bisakah malam ini kau tidur disampingku... aku ingin tidur dalam pelukanmu hyung..." suara lirih Taehyung kembali terdengar. Membuat Seokjin mengulas senyumnya.

"Tentu saja dik, apapun hyung lakukan..."

Taehyung mengulas senyumnya kembali, digesernya tubuhnya perlahan memberi tempat untuk berbaring kakaknya. dan dengan senang hati Seokjin berdiri membaringakn tubuhnya di atas ranjang rumah sakit, dan tidur di samping adiknya.

Dirasakan pinggangnya yang hangat karena pelukan namja tampan dengan senyum kotaknya, namja yang terkenal akan tingkah konyol dan cerewetnya.

Taehyung mengulas senyumnya, memeluk kakaknya hangat. Dirasakan dalam dirinya hangat dan juga kasih sayang yang terasa dari hyungnya untuk dirinya.

"Seokjin hyung..."

"Iya, Tae...."

Taehyung menatap sendu wajah sang kakak. Memeluk kakaknya makin erat.

"Apakah aku dulu orang jahat, sebelum aku terlahir di dunia?"

Seokjin mengkerutkan keningnya, bingung dengan apa yang dikatakan oleh adiknya.

"Kenapa kau berbicara begitu Tae? Apa maksutmu?" jujur Seokjin benar-benar bingung.

Taehyung mengulas senyumnya, menenggalamkan wajahnya dalam pelukan sang kakak.

"Hyung, apa kau tahu. dulu aku pernah membaca buku tentang renkarnasi. Aku dengar sejarah dari cina mengatakan bahwa orang sebelum dilahirkan pernah mengalami hidup di masa lampau, melupakan masa lampau dan terlahir di dunia yang baru, dengan nama baru dan juga kehidupan baru. Berbeda dari kehidupan di masa lalu..."

Seokjin terdiam, kedua telinganya masih setia mendengar penjelasan adiknya.

"Aku berpikir apakah aku dulu orang jahat, di masa lalu. Jujur aku merasa dulu aku orang jahat, meski aku menepis berkali-kali aku merasa aku pernah melakukan kejahatan... dan aku rasa rasa sakit dan segala penderitaan yang aku terima semua ini karena karma di masa lampau..." Taehyung tersenyum miris.

"Taehyung..." entahlah Seokjin juga tak bisa melanjutkan kata-katanya.

"Hahaha hyung sepertinya aku bodoh ya, kenapa aku percaya dengan dongeng... maafkan aku yang berkata tak wajar, hyung pasti bingung. Sepertinya aku kekanakan ya...?"

"aku suka dengan tingkah kekanakanmu Tae..." Seokjin berujar mengulas senyumnya.

"Terima kasih hyung, kau hyung yang terbaik..." Taehyung makin menenggelamkan dirinya dalam pelukan sang kakak. Dan lagi....

Hangat yang ia terima. Dan Seokjin makin memeluk adiknya dengan erat, hanya ini yang bisa di berikan pada Taehyung adiknya.

"Hyung..."

"Hem, ada apa Tae..."

"Apakah Jungkook akan memelukku seperti hyung memelukku?"

Seokjin mengulas senyumnya, mendengar apa yang dikatakan kakaknya.

"Tentu saja, bukankah kemarin dia juga memelukmu Tae. Saat kau bertemu dengannya..."

"Ehem..." Taehyung menganggukan kepalanya, memejamkan matanya saat nyaman hinggap dalam dirinya.

Seokjin mengusap lembut punggung sang adik, demi apa? Seokjin tak menyangka jika tubuh adiknya makin kurus, bahkan sekarang Taehyung pun sulit makan. Membuat Seokjin berdenyut nyeri dan sakit yang ia rasakan di dadanya.

"Percayalah Tae, adikmu akan pulang..."

"Tapi ini sudah satu minggu sejak kepergiannya. Dan aku merindukan Kookie ku hyung..." Taehyung mempoutkan bibirnya, membuat wajah cemberut yang terlihat gemas di wajahnya.

Dan Seokjin merasa gemas kala melihatnya....

"Aigoo... kenapa kau bisa semanis ini Tae? Tenanglah dia akan kembali.... Hyung yakin..."

"Jangan terlalu pede hyung, bagaimana kalau tebakan hyung salah?"

"Tidak hyung yakin, kau tahu... perasaanku mengatakan adikmu akan kembali dan kau bisa menghabiskan waktu bersamanya..."

Taehyung mengulas senyumnya, hatinya merasa senang mendengar penuturan sang kakak. Dan hatinya merasa yakin setelah mendengar penuturan kakaknya.

"Hyung begitu yakin, makanya aku suka sikap hyung... beruntungnya aku menjadi adikmu..." Taehyung terkekeh, kini ia menatap kakaknya. dan Seokjin juga ikut terkekeh.

"Aku juga beruntung punya adik, cerewet, manja dan pecicilan sepertimu...."

"Hahaha... aishhh hyung, jangan begitu..." Taehyung tertawa. Entahlah ia tidak merasa tubuhnya sakit saat bercanda dengan hyungnya.

"Aku serius mengatakannya, kau tahu... kau sering buat keributan tingkah usilmu sudah terkenal Tae, apa kau tak ingat. Saat SMA kau menaruh balsem di kursi guru, dan ujung-ujungnya kau dihukum dan hyung harus meminta maaf pada gurumu. Hyung bahkan rela membayar denda, karena kejahilanmu. Dan jika ayah ibu tahu kau berbuat usil waktu itu, hyung yakin uang jajanmu akan dipotong Tae..."

"Hahaha... hyung ingat rupanya. Jangan salahkan aku hyung, dulu aku main sebuah permainan. Dan aku di beri tantangan, jika tidak kuterima tantangan itu aku akan mendapatkan hukuman dari mereka..."

"Tapi kau tetap saja menerima hukuman bukan? Meski bukan dari temanmu?"

"Hahaha iya hyung..."

Seokjin menggelengkan kepalanya, ia juga bingung kenapa adiknya bisa senekad itu dulu.

Jam berdetak dan malam semakin larut, angin malam berhembus namun tak bisa mengalahkan kehangatan yang saling tersalurkan antara kakak beradik tersebut.

"Hyung..."

"Iya..."

"Tae... Tae ngantuk..."

"Tidurlah, hyung akan memelukmu..." kekeh Seokjin.

Taehyung mengulas senyumnya, memejamkan matanya. ia benar-benar mengantuk sekarang, apalagi lemas dan lemah ia rasakan ditubuhnya.

Taehyung terlelap, bahkan ia mengarungi jauh ke dalam mimpi. Sementara Seokjin tak kunjung memejamkan matanya, justru ia memeluk erat tubuh adiknya.

"Taehyung bukalah matamu besok, saat pagi datang... jangan kau tutup kelopakmu selamanya...." Seokjin menatap wajah sang adik dengan tatapan sendunya.

"Aku takut kau pergi jauh Tae... kuharap kau hanya tidur dan bangun di pagi harinya..." ujar Seokjin bersmaan memejamkan matanya memutuskan untuk tidur. Menyusul sang adik mengarungi mimpi.

..................

..................

(Jungkook *** POV)

"Kookie..."

"Tae.. Tae... Hyung.."

Kulihat dia tersenyum ke arahku, dan melambaikan tanganku. Aku melihatnya memakai baju putih di tengah padang ilalang yang luas dan indah tempat ia berdiri, dan aku berada di sebuah pohon sakura yang kini berada di belakangnya.

"TAE... TAE... HYUNG..." aku berteriak, memanggil namanya, karena jarak yang cukup jauh menurutku.

"Selamat tinggal Kookie.." dia mengulas senyumnya, melambaikan tangannya dengan mantap.

Tunggu, apa? apa aku tidak salah dengar... kuharap aku tuli. Apa yang aku dengar adalah benar. Kenapa dia mengucapkan selamat tinggal? Memangnya dia akan pergi kemana?

"Kookie, jaga baik-baik dirimu ya... jadilah anak yang baik. Hyung pergi dulu ne..." lagi-lagi dia mengulas senyumnya, senyum dengan wajah berserinya.

"Hyung, apa yang kau katakan..." aku melangkahkan kakiku, mencoba mendekatinya.

"Kookie, hyung akan pergi jauh. Hyung akan pergi menyusul ibu... kau baik-baik saja ya..."

Tuhan, apa maksutnya? Apa yang ia katakan adalah sungguhan.

"Tae... Tae hyung..."

Tak lama ia membalikan badanya, dan melangkahkan kakinya. Menjauh dariku....

Sesak dan aneh, itu yang aku rasakan, rasanya hatiku tak rela.

"HYUNG, TUNGGU AKU IKUT!!' kulangkahkan kakiku, berlari mengejarnya. Namun aneh, kenapa rasanya tak sampai, kenapa sangat jauh padahal cukup cepat aku berlari...

Dia terus berjalan, dan berjalan....

Begitupun aku terus mengejarnya...

Kueteteskan air mataku, aku bingung kenapa aku menangis? hati ini semakin sesak, rasa tidak rela dalam diriku makin kuat. Terus kulangkahkan kakiku, kedua bola mataku melihat ia berjalan menyusuri ilalang, bukankah seharusnya aku sampai tapi kenapa tidak?

"HYUNG!!!"

"Kookie, selamat tinggal..."

Aku terdiam, membeku saat wajah yang tersenyum tadi menghilang di depanku. Bersamaan dengan bunga sakura dan ilalang yang bergerak.....

Cahaya itu datang, dan dia menghilang....

Aku hanya bisa menangis....

Aku harap ini mimpi, tapi....

Kenapa terasa begitu nyata...

"Hikkss.... Tae... Tae hyung..."

Menangis dan menangis, hingga...

Brukk...

Kujatuhkan lututku saat kurasakan tubuhku melemas, dan kuremas dadaku yang sesak dan sakit.

"Bahkan kita baru saja bertemu hyung, dan kenapa kau pergi lagi..."

Entahlah, tiba-tiba saja, bibir ini berucap. Rasanya aku kehilangan.... kehilangan separuh jiwaku....

Apakah ini nyata? Kuharap tidak....

Lalu, apa yang harus aku lakukan?

"Hikksss.... hyung, Tae.... Tae... hyung..."

Kuteteskan air mataku, menatap langit dan tersenyum getir....

Aku tidak rela ditinggalkannya, ingin kukejar tapi tak mampu. Apa yang harus kulakukan, apakah dengan menangis bisa mengembalikannya. Kuharap ini mimpi buruk dan aku segera bangun. Ya... bangun dari mimpi buruk ini. karena kuyakin hyung tak akan meninggalkanku, ya... pasti. Bukankah dia sudah berjanji padaku... bahkan aku masih ingat janjinya saat aku masih bocah dengan dia memelukku, dan menggendongku.

Janji, kalau aku akan selalu bersamanya sebagai adiknya, dan dia akan selalu disisiku menyayangiku sebagai seorang kakak.

Dan sampai sekarang aku meyakini janji itu...

Janji yang sempat terlupakan, namun kuingat kembali....

"Hiikksss.... jangan tinggalkan aku... Tae... Tae.... hyung..."

...........................

TBC....

Hay, semua akhirnya nih chap nongol juga. Author senang, ternyata masih ada yang antusias menunggu kelanjutan ff yang jauh, jauh... dan sangat jauh dari sempurna. Disini author terima kasih buat kesetiaan kalian yang selalu mendukung ff ini hingga chap ini. dan disini author mau bilang, kalau sebentar lagi nih ff akan selesai.

Tinggal beberapa chap lagi ya, sampai ada kata END. Dan author gak mau nih chap panjang-panjang, nanti kalian bosen lagi. Kan gak lucu udah kaya sinetron ajjah yang episodenya sampai ribuan. Kadang saya suka jenuh kalau nonton sinetron yang panjangnya luar biasa. Wkwkwk maaf author celoteh sampai tumpah kemana-mana.

Oh, ya... nih chap udah panjang ya... kenapa harus panjang. Karena author usahain kalau chap 25 harus tuntas. Hehehe...

Oh ya, adakah yang masih mau menantikan kelanjutan sad story ini? ayo siapa yang mau angkat kaki, eh salah angkat tangan kalian wkwkwk....

Oke, harap dimaklum typo bertebaran. Dan juga maaf kalau ceritanya gaje dan gak berkualitas, author masih banyak latihan dan belajar...

Mohon bintang cantik dan komennya, karena dua hal itulah semangat untuk saya.

Salam cinta untuk kalian...

Gomawo, and Saranghae....

#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro