Heaven (2) [END]
"Kenapa setiap kata perpisahan selalu menyakitkan? Kenapa ada kata perpisahan di saat ada kata pertemuan. Aku tak dapat menangis saat kau pergi, tapi air mata ini jatuh... aku tak mau sakit, tapi hati ini sakit dengan sendirinya, disaat aku tidak mau menyerah tapi putus asa datang, dan disaat aku mencoba aku selalu gagal. Sekarang.... apa yang harus kulakukan? Bisakah aku terbiasa? Kau tahu hyung, aku berpikir mungkin menjadi orang yang lupa akan segalanya lebih baik. Dari pada... sekarang. Mengingatmu dan melihatmu pergi membawa kesedihan bagiku...."
-Jungkook-
...............................................................
(Author **** POV)
"Hikkss... hikksss... jangan membenciku Tae Tae Hyung..." isak Jungkook, menatap punggung sang kakak yang terdiam di depannya dengan jarak cukup jauh.
Taehyung mendengarnya, dengan sangat jelas... dan ia tidak tuli. Mendengar ucapan sang adik, seperti ia pernah merasakan sesuatu...
Seperti 'De Ja Vu' dalam hidupnya.... hanya saja Taehyung tak tahu kapan ia mendengarnya....
"Hikkksss.... hikkssss...."
Lagi...
Jungkook menangis, ia berharap sang kakak menoleh ke arahnya, dan mengijinkan dirinya ikut dengan sang kakak, berharap sang kakak mengizinkannya.
Dan Taehyung...
Terdiam...
Bimbang dengan jawaban apa yang di berikan...
Dalam benaknya ia berkata 'Tuhan apa yang harus kulakukan, haruskah aku...'
Taehyung bimbang, bingung... dan hanya petunjuk yang ia butuhkan. Bahkan air mata masih setia jatuh dari pelupuknya, tangannya mengepal hingga bergetar menahan sesuatu yang bergejolak dalam dirinya.
"Kookie..."
Masih sama....
Tak ada yang berubah meski menit per menit telah berjalan. Guguran bunga sakura berjatuhan... hambusan angin menerpa seakan suasana menjadi kesan indah dan bahagia, Tapi...
Apakah pantas disebut kebahagiaan?
Jika salah satu ada yang menjatuhkan air matanya, terppuruk...
Itulah kata yang mungkin pantas untuknya, namja dengan gigi kelincinya. Seorang dongsaeng yang menginginkan seseorang di sisinya. Seseorang yang mempunyai ikatan, marga juga seseorang yang menyayanginya. Meski ia pernah melupakannya. Dan kini....
Saat dirinya berusaha menyusul seseorang itu... apa yang ia dapatkan? Justru pahit dan penolakan yang ia terima. Jujur, Jungkook lebih memilih pergelangannya terluka. Dari pada...
Ia menerima sakit karena penolakan sang kakak....
"Hikksss... hikkksss.... kenapa?"
Dug...
Dug...
Dug...
Bisakah kalian mendengarnya? Bisakah kalian merasakannya? Bagaimana rasa sakitnya... saat Jungkook memukul dadanya yang sesak. Dengan derai air mata yang terus jatuh... bersamaan dengan langkah kaki seseorang. Seseorang yang mulai menjauh... dengan wajah sendu dan menahan air mata. Dengan rasa tega yang ia keluarkan....
Kim Taehyung, mencoba pergi... membiarkan namja yang berstatus sebagai adiknya menangis. sendiri... berharap jika keputusannya adalah benar. Membiarkan sang adik berpikir jernih dan tak memungkiri takdir... berharap adiknya mampu bersabar.
Katakanlah Taehyung kejam, katakanlah ia jahat....
Tapi apa yang bisa ia lakukan?
Apa ia sanggup membiarkan sang adik memilih keputusan yang salah menurutnya? Apakah Taehyung pernah mengajari adiknya? mengajari yang namanya sebuah keputusasaan dan justru mati adalah jalan yang terbaik....
Tidak, Taehyung tak pernah mengajarkan hal itu pada siapapun. Bahkan pada adiknya sekalipun. Karena apa? Taehyung percaya, bahwa kematian adalah takdir Tuhan. Dan Taehyung percaya bahkan telah mengalaminya...
Kematian....
"Aku kecewa..."
tap...
tap...
terus berjalan, tak menghiraukan suara serak di belakangnya. Tak menghiraukan mata sembab karena air mata dari seseorang di belakangnya.
"Hikkkkssss.... kenapa?"
Lagi...
Taehyung memilih diam, menahan buliran air mata yang terus keluar. tak menoleh dan tak berhenti memisahkan jarak antara dirinya dengan sang adik.
Jungkook menundukan kepalanya, dengan lutut yang bertekuk dan tangan meremas rerumputan hijau di bawahnya. Rumput yang basah akan air matanya.
"Lebih baik aku lupa untuk selamanya..."
Tap...
Seakan mesin yang bergerak otomastis, Taehyung menghentikan langkahnya. Mendengar apa yang dikatakannya, seseorang yang ingin ia tinggalkan. Meski untuk kebaikan....
Jungkook mengulas senyum mirisnya, menatap punggung kakaknya, sang kakak yang mulai jauh darinya...
Melihat punggung itu terdiam dan berhenti....
Hingga...
"Apakah aku harus menangis dulu, baru kau berhenti... hyung..."
Lagi... Jungkook mengeluarkan argumennya. Inilah saatnya, inilah waktunya... menghilangkan yang namanya sesak dan sakit.
Tak lama...
Tubuh yang sempat terpuruk itu bergerak.... dengan tangan yang bertopang pada tanah di bawahnya dan bergerak ke atas. Mencoba berdiri adalah pilihannya.
"Kau jahat hyung..."
Tes...
Air mata itu jatuh, tapi bukan dari kelopak namja bergigi kelinci itu. melainkan, namja dengan senyum kotaknya.
Sakit yang ia rasakan....
Dan rasanya sama saat ia masih hidup....
Tap...
Tap...
Tap...
Jungkook berjalan melangkahkan kakinya, perlahan mendekati punggung yang terdiam di tempatnya. Seakan pemilik punggung itu menunggunya, untuk mendekatinya. meski Jungkook tahu jika hal itu tak akan mungkin.
Tap...
Tap...
Tap...
Perlahan tapi pasti Jungkook terus melangkahkan kakinya ke depan. Mendekat ke arahnya, menatap sang pemilik punggung dengan tatapan yang sulit di artikan. Dengan kelopak sembab dan tanpa air mata, karena Jungkook telah menghapus air mata itu. sembari menahan emosi dan kekesalannya.
"Kenapa setiap kata perpisahan selalu menyakitkan? Kenapa ada kata perpisahan di saat ada kata pertemuan. Aku tak dapat menangis saat kau pergi, tapi air mata ini jatuh... aku tak mau sakit, tapi hati ini sakit dengan sendirinya, disaat aku tidak mau menyerah tapi putus asa datang, dan disaat aku mencoba aku selalu gagal. Sekarang.... apa yang harus kulakukan? Bisakah aku terbiasa? Kau tahu hyung, aku berpikir mungkin menjadi orang yang lupa akan segalanya lebih baik. Dari pada... sekarang. Mengingatmu dan melihatmu pergi membawa kesedihan bagiku...."
Tes...
Air mata jatuh, dan diam yang ia lakukan....
Tap...
Kini Jungkook menghentikan langkah kakinya, menatap punggung itu menelan luda agar suaranya tak serak. Serak karena tangisnya....
"Mungkin menjadi amnesia selamanya adalah yang terbaik... jika aku boleh jujur. Kau menyakitiku hyung.... kau..."
Jungkook mengehentikan ucapannya, mengepalkan tangannya. Mencoba kuat untuk mengatakan potongan ucapan selanjutnya...
Dan Jungkook akan melakukannya, meski ia tahu ini akan menyakiti kakaknya....
"Mengecewakanku..."
Tes...
Lagi, air mata jatuh.... secara tiba-tiba sakit dan sesak menghampirinya...
Jungkook mengulas senyumnya, mengadahkan kepalanya. Menatap pohon sakura yang berguguran di atasnya. Mengulas senyum sendunya.
"Aku bagaikan musim yang cacat...."
Deg...
Taehyung menyentuh dadanya, sesak dan sakit... makin terasa....
Mengapa adiknya mengatakan hal itu, tak tahukah jika Taehyun tak suka mendengarnya... tak suka jika Jungkook. ah... kalian pasti tahu bagaiaman perasaannya saat ini. sebagai seorang kakak.
Jungkook memejamkan matanya, merasakan suasana tempat aneh penuh misteri menurutnya, tempat dimana ia menginjakan kakinya pertama kali disini...
"Gomawo hyung...."
Tes...
Air mata itu jatuh, dari pelupuk Taehyung ketikan mendengar ucapan sendu dari Jungkook adiknya. meski hanya ucapan terima kasih.
"aku menerimanya, keputusanmu... karena kau adalah hyungku... maafkanlah aku. Aku dongsaeng yang buruk... memilih mati hanya untuk menemuimu, hahaha... aku bodoh kan hyung?" Jungkook tertawa, tertawa di antara kesedihannya.
Bahkan ia merasa bodoh saat ini.
Jungkook menghela nafasnya....
Memejamkan matanya sebenatar, sebelum ia memutuskan untuk membalikan badannya, dan berjalan melawan arah. Memisahkan jaraknya dengan sang kakak. Lagi....
Dan berhenti....
"Aku ingin waktu berulang, mengulang waktu... meresetnya..."
Jungkook kembali berucap.... bahkan kakinya melangkah pelan. Meninggalkan namja yang masih terdiam dengan air mata yang jatuh setiap kali sang adik mengatakannya.
"Menunggu kematian adalah waktu yang sulit, hingga aku memilih jalan yang cepat...."
Jungkook berjalan, sangat pelan dan bibir yang terus bergerak. Bahkan rambutnya bergerak ke samping seiring angin yang berhembus.
"Dan aku sadar, jalan ini cukup bodoh bagiku.... sangat menyakitkan hyung..."
Tes...
Tes...
Tes...
Tes...
Air mata jatuh dengan deras, sangat deras... bahkan Taehyung ingin sekali membalikan badannya. Dan memeluk sang adik, tapi...
Tubuhnya enggan berbalik.... tak mampu menggerakan kakinya hanya sekedar berlari dan memeluk sang adik.
"Gwenchana hyung, suatu hari nanti takdir akan mengantarkanku padamu lagi... jangan khawatir. Aku akan membuatmu bangga, dan aku..."
Jungkook mengulas senyumnya, dengan kelopak sembab yang mulai menjatuhkan air matanya.
"Akan mengulang waktu dengan caraku sendiri. dan kau akan melihat, jika waktu akan berubah... dengan caraku sendiri..."
Tap...
Tap....
Jungkook melangkahkan kakinya, ke depan. Membiarkan pipinya basah akan air mata dan jatuh begitu saja. Berjalan ke depan menuruti kata hatinya....
"Kim Jungkook tak akan mengecewakanmu... tak akan pernah. Karena aku adalah dongsaengmu...."
Tes...
Tes...
Air mata terus jatuh....
Dan Taehyung ingin menghentikannya sekarang juga....
"Adik dari namja hebat, Kim Taehyung..."
Suara serak bercampur isakan tertahan terdengar, membuat Taehyung....
Tes....
Menjatuhkan air matanya...
Oke, kini keduanya semakin jauh. Dengan Taehyung yang masih terdiam, dan Jungkook yang bergerak menuju ke depan... menjauh dari sang kakak dan menatap sendu ke depannya. menatap cahaya yang entahlah... karena kata hatinyalah yang menginginkannya.
"Gomawo..."
Cukup....
Taptaptaptaptap....
Taehyung tak mampu menahannya, tak mampu menahannya lagi....
Jungkook terus berjalan dan tak mendengar langkah kaki yang berlari cepat. Ke arahnya dan....
Greeepppp...
"Hikkksss.... Kookie, hikkkssss...."
Taehyung menangis, memeluk tubuh sang adik dari belakang.... membuat air mata Jungkook lolos begitu saja.
Apa artinya, kakaknya menerimanya? Tak membiarkannya pergi?
Entahlah.....
...............................................................
Seoul Hospital....
"KIM JUNGKOOK DENGARKAN AKU, BUKA MATAMU... AYO BANGUNLAH... SADARLAH KIM JUNGKOOK!!!"
Taptaptaptaptap....
Langlah kaki terdengar, tubuh yang basah dengan wajah kepanikan. Tak menghiarukan beban berat di punggungnya. Tak mempedulikan tatapan heran dari orang-orang yang memperhatikannya di setiap lorong rumah sakit.
"SUSTER!! KALIAN DIMANA... CEPAT KESINI, SUSTER!!!"
Dokter tampan tersebut berteriak, ada nada emosi di ucapannya. Membuat siapapun yang mendengarnya bergidik ngeri.
"KIM JUNGKOOK, DENGARKAN AKU BUKA MATAMU... KIM JUNGKOOK!!!"
Taptaptaptaptap....
Yoongi, mengguncang-guncangkan tubuh namja yang tak sadarkan diri dalam gendongannya, kakinya terus melangkah menggendong Jungkook yang tak sadarkan diri. Berteriak frustasi, seperti orang gila...
Katakanlah Yoongi gila...
Tentu saja, melihat Jungkook seperti ini membuat Yoongi gila...
Dan baru pertama kali dalam hidupnya ia takut setengah mati. Bahkan melebihi rasa takutnya saat menolong Taehyung waktu itu.
"suster, aishhh... ada apa dengan kalian... dasar bodoh!!! bisakah kalian becus dalam bekerja!!"
"Dok.. Dokter, ma..maafkan kami, ka-"
"Cepat! Sediakan peralatan, jika kalian lalai melakukan pekerjaan kalian, aku tak akan memaafkan kalian!!"
Oke, Yoongi mulai kalap.. bahkan beberapa suster yang melihatnya takut dan segera melakukan pekerjaan mereka. Menyiapkan segala peralatan yang akan digunakan sang pasien.
Baru pertama kali ini mereka melihat dokter yang terkenal akan senyuman manis ini, emosi...
Dan seorang Kim Jungkook, yang mampu membuat Yoongi seperti ini.
"JUNGKOOK, DENGARKAN AKU... BERTAHANLAH... KIM JUNGKOOK!!!"
Genggaman tangan itu semakin erat, genggaman yang diberikan pada namja dengan wajah pucat dan bibir membiru, yang tak sadarkan diri. Rambut basah dan juga kulit dingin karena air sungai.
"Jungkook...."
Mata itu terpejam, tubuhnya bergetar karena hawa dingin. Tapi...
Yoongi tak peduli... yang ia khawatirkan adalah pasiennya, yang ia tolong.. dari sebuah tragedi. Tragedi yang dibuat olehnya sendiri, namja yang masih terpejam dengan denyut nadi dan detak jantung yang ia tahu semakin lemah. Dan rasa khawatir itu makin terasa...
Membuat genggaman tangan itu makin erat, dan jangan lupa....
"Hikksss.... Jungkook..."
Isakan yang keluar dari bibir namja yang terkenal akan kelopak sipitnya.
"Hikksss... Kim Taehyung, apa yang harus kulakukan..."
Yoongi, dirinya tengah dirundungi kebingungan... rasa khawatir yang makin besar.
Genggaman tersebut makin erat, menundukan wajahnya menatap wajah tak sadarkan diri tersebut... wajah Kim Jungkook yang mengingatkan akan dirinya, tentang Kim Taehyung.
"Hikss.... Tuhan, jangan ambil Jungkook... ijinkan aku merawatnya... biarkan aku menyandang status sebagai hyungnya... Kumohon Tuhan, berikan kesempatan padaku... karena aku menemukan kebahagiaanku. Seorang adik..."
Tes.....
Dan air mata bersamaan doa ketulusan jatuh, tepat di pipi namja tersebut. namja dengan wajah manisnya juga gigi kelincinya... air mata yang tersirat akan ketulusan, doa darinya... seseorang yang menyayanginya.
Doa tulus darinya, Yoongi....
"Hikksss... hikksss... kumohon bertahanlah, Jungkook... bertahanlah..."
Bisikan lirih itu keluar, berbisik tepat di telinga Jungkook.
Bisikan dengan isak tangis....
Menyedihkan memang....
Dan hanya takdir yang bisa menjawab, apakah semua akan berakhir bahagia... atau...
Kesedihan....
"Jungkook, kumohon bangunlah... bukalah matamu. Bertahanlah untuk semuanya, hyungmu Sehun dan juga orang-orang yang menyayangimu..."
Itulah kalimat yang diucapkan Yoongi berharap jika namja yang terbaring lemah itu mendengarnya, dan sadar dari masa-masa yang menakutkan bagi Yoongi...
Yoongi memejamkan matanya, melafalkan doa dalam benaknya. Berharap....
"Hyung..."
Yoongi membuka suaranya, saat mendengar suara serak itu. membuka kelopak matanya dan saat itu... yang ia lihat adalah kelopak yang membuka setengah dengan tubuh yang masih lemah dan suara lirihnya.
Jungkook sangat lemah, sangat.... seperti kehilangan daya dan harapan...
Bahkan air mata jatuh dari kelopaknya.
"Jungkook?" Senyum lega tercurah di wajah Yoongi, mengusap kepala namja yang ia tolong dan....
"Aku ingin berbicara..." suara lirih itu terlontar. Dan entah kenapa Yoongi takut, mendengarnya sangat takut....
"Apa itu..."
Yoongi menatap khawatir pada namja di depannya, dan juga tatapan yang....
"Ijinkan aku, untuk pergi...."
Seketika, kedua bola mata Yoongi membulat. Apa yang dikatakan namja di depannya itu? apa maksudnya....
Saat Yoongi ingin melontarkan ucapannya. Tiba-tiba saja... ia merasakan genggaman tangannya merasa lemas, dan kulit yang ia genggam dingin....
Dan benar saja....
Kelopak itu kembali tertutup, membuat Yoongi....
"JUNGKOOK, BANGUN!! GWENCHANA, HEI JUNGKOOK?"
Tubuh itu ia guncangkan kembali, dengan nada kepanikan dan juga air mata yang lolos begitu saja....
Membuat Yoongi merasakan ketakutan setengah mati untuk ketiga kalinya...
"Hikksss... andweeee.... hikkssss.... Jungkook..."
Seketika, Jungkook merasa tubuhnya hangat. Karena pelukan dokter tampan yang telah menolongnya. Meski ia tidak akan merasakan pelukan itu, meski ia tahu bahwa yang ia tahu adalah gelap untuk sekarang ini.
Tapi....
Setidaknya, ada hal yang bisa ia lakukan... bukan? Sebuah keputusan... keputusan yang sudah ia tulis pada secarik kertas...
Kertas yang sudah ia gantungkan di sebuah pohon....
Berharap, jika hal itu akan berguna...
Dan kini Yoongi menangis... memeluk tubuh dingin dan basah itu. ya, dokter itu sedang menangis...
Dan namja yang berhasil membuat ia menangis, dan merasakan takut seperti yang ia alami pertama kalinya, saat ia menolong Taehyung.
Dan berterima kasihlah pada Jungkook yang telah membuat Yoongi merasakan yang namanya tangis....
...............................................................
3 tahun kemudian.....
"Dokter..."
Merasa seseorang memanggilnya, Yoongi mengalihkan pandangannya. Menatap asal dan pemilik suara yang telah mengalihkan perhatiannya dari dokumen di tangannya. Saat manik mata sipitnya melihatnya, dokter tampan tersebut mengulas senyum gulanya. Memberikan kesan ramah dan hangat seperti yang biasa ia lakukan.
"Sehun...."
Yoongi mengulas senyumnya, menatap ke arah namja yang berdiri di ambang pintu. seorang namja dengan setelan jas yang digunakannya membuat kesan rapi dan juga....
Tampan.
"Duduklah...."
Yoongi berdiri, melangkahkan kakinya... mempersilahkan namja lebih tua satu tahun darinya itu untuk duduk. Senyum hangat ia tunjukan pada namja yang pernah menjadi pasiennya sekaligus kakak dari namja yang ia kenal.
Mendapatkan keramah tamahan dari dokter tampan di depannya. Sehun mengulas senyumnya, membuat kedua bola matanya melengkung. Bahkan wajahnya yang terkesan dingin amat berbeda saat ia mengulas lengkungan senyuman di bibirnya.
Dengan segera, Sehun melangkahkan kakinya. Berjalan menuju sofa kerja dokter tampan yang sudah mengabdi selama lima tahun lamanya.
"Sudah lama sekali, kita tidak bertemu... terakhir aku bertemu denganmu tiga tahun yang lalu..."
Yoongi memulai pembicaraannya, menatap namja yang kini sukses dengan kariernya.
"Kau benar dok... terakhir aku disini... saat melakukan operasi itu..."
Sehun tersenyum, ya... tersenyum. Tapi senyum getir yang ia tunjukan, mengingat kejadian tiga tahun yang lalu membuat Sehun merasakan yang namanya kesedihan.
Kesedihan?
Bagaimana mungkin? Bukankah dia harusnya senang.... karena akhirnya kedua netranya dapat melihat lagi. Melihat indahnya dunia juga warna dunia. Tapi mengapa justru dia sedih?
Yoongi yang melihat senyum namja yang duduk di depannya itu. hanya bisa tersenyum tipis, menatap bagaimana lengkungan bibir itu terangkat, dengan tatapan sendu juga raut kesedihan. Tanpa berbicara pun Yoongi tahu, sangat tahu...
Alasan kenapa Jeon Sehun bersedih....
Satu pikiran Yoongi terlintas, pastinya ada satu kata yang cocok dengan apa yang dirasakan Sehun saat ini...
Yaitu,
Duka....
Sehun tersenyum getir, entahlah... sejak kapan senyum hangat yang ia gunakan untuk menyembunyikan sesuatu dalam dirinya gagal begitu saja. Apalagi otaknya bekerja secara otomatis. Mengingat tiga tahun yang lalu, tiga tahun dimana saat dia mengalami kebutaan dan akhirnya mendapatkan kesempatan untuk kembali melihat dunia dengan manik netranya yang baru.
Apa kalian tahu, bagaimana saat Sehun tahu jika dia akan melihat karena ada seorang pendonor yang cocok dengan dua bola matanya.
Betapa bahagianya Jeon Sehun saat itu, hingga air mata kebahagiaan jatuh dari bola matanya yang tak mampu melihat. Dan bagaimana bahagiannya hati kecilnya, bahkan dengan suka cita namja tampan itu menerimanya. Menerima pemberian dan mengucapkan beribu terima kasih pada pendonor misterius itu.
Dalam benaknya Sehun yakin jika ucapan beribu terima kasihnya tak akan mampu menggantikan apa yang di berikan orang itu. Sehun yakin....
Apalagi waktu itu Sehun tersenyum, dengan senyum bahagiannya. Karena ia dapat melihat.... orang-orang yang ia sayangi. ayahnya, ibunya, adik perempuannya, dan adik kesayangannya Jungkook.
Hingga Sehun tak sabar menunggu waktu bahkan detik saat dimana jadwal pencakokan mata itu akan dilakukan.
Di saat waktunya tiba, Sehun dia.....
Dapat melihat, dengan manik mata... dua bola mata yang akan menjadi jendelanya selama hidupnya.
Namun, saat semua berubah... saat manik netranya dapat melihat dan saat ia mendapatkan senyum bahagianya. Justru tangis yang ia dapat... duka yang ia terima dan juga kesedihan yang ia jumpa...
Saat kebenaran terkuak, dimana sebuah rahasia terbongkar. Saat itu pula Sehun... merasa menjadi namja yang paling jahat... manusia yang bodoh. Dalam otaknya ia akan menolak, bahkan ia memilih buta seumur hidupnya. Jika ia tahu siapa sang pendonor sebenarnya....
Bisakah takdir tak mempermainkan Sehun saat itu? kenapa takdir begitu tega... mendatangkan kebahagiann dan kesedihan secara bersama... dalam hari yang sama, dan waktu yang sama...
Apa yang bisa dilakukan Sehun saat itu?
Entahlah... yang ia bisa lakukan saat itu adalah...
Terpuruk, hancur dan tangis....
Bahkan rasa itu masih terasa meski waktu terus berjalan, terus berlanjut... hingga kini tiga tahun sudah. Sehun masih menginjakan kakinya di dunia ini... begitu juga dengan bola mata yang sudah menjadi miliknya.
Bola mata yang dimiliki oleh seseorang, dan seseorang itu adalah orang yang Sehun kenal. Baik luar dan dalam... bahkan ada nama keluarga di antara mereka. Ikatan seorang kakak dengan adiknya.
Apakah Sehun boleh menangis? karena saat ini... memori tentang si pemilik bola mata sesungguhnya berputar dalam otaknya.. membuat Sehun ingin menangis saja....
Cukup lama mereka terdiam, duduk dan menatap teh hangat yang entah sejak kapan Yoongi siapkan. Di tambah suasana rumah sakit yang mulai sepi, karena malam yang tiba... ya, Sehun datang di saat malam tiba dan waktu menunjukan pukul 07.00 malam dimana dokter tampan yang ia kenal itu pastinya sedang beristirahat atau paling tidak membaca dokumen pasiennya.
Canggung...
Itulah kesan yang cocok untuk saat ini...
"Sehun...."
Sehun menoleh, menangkap atensi dokter di depannya. dengan tangannya yang menaut satu sama lain.
"Ne..."
Satu jawaban singkat lolos dari bibirnya, menunggu ucapan selanjutnya dari dokter tersebut.
"Bagaiamana kalau kita pergi ke pemakaman..."
Yoongi membuka usulnya, menatap hangat namja di depannya. dalam benaknya ia berharap semoga namja yang lebih tua darinya itu. menyetujui pendapatnya...
Cukup lama Sehun terdiam...
Tanpa tahu jika Yoongi menunggu jawabannya dengan perasaan was-was. Ya, Yoongi takut membuat namja di depannya itu berduka lagi. Apalagi yang ia tahu, jika Sehun...
"Ne, aku juga ingin bertemu dengan adikku, dok..."
Senyum terulas, senyum sendu yang berubah menjadi senyum hangat ditambah wajah kesedihan yang tak nampak di wajah Sehun.
Tunggu...
Apa Sehun tak merasa duka itu, apakah Sehun sudah mengikhlaskan semuanya? Dan apa Sehun sudah menerimanya... itulah yang Yoongi pikir selang beberapa detik yang lalu.
Awalnya Yoongi ragu... ia merasa takut jika apa yang ia pilih salah. Namun... apa yang dipikirkannya adalah di luar ekspetasinya. Apalagi Yoongi tahu jika senyum yang terpancar di wajah Sehun bukan senyum sendu dan kesedihan seperti biasanya tapi... yang ada adalah senyum yang penuh ketegaran.
Tanpa sadar, Yoongi mengulas senyumnya. Ia bersyukur dan berpikir bahwa Tuhan memberikan yang terbaik untuk namja di depannya.
Meski ia tahu, bahwa kenyataan itu sulit ia terima....
Dan sekarang, hanya hening yang terasa diantara mereka. Suara detak jam yang mendominasi ruangan tersebut... suara detik dan waktu yang terus berjalan.....
"Apa kau merindukannya?" Yoongi berucap pada namja yang tak jauh umur dengannya di depannya.
Saat ucapan itu terdengar, Sehun tersenyum... mengulas senyum tipisnya. Menjawab tanpa ragu dan penuh keyakinan. Bahkan dengan mata yang berkaca-kaca.
"Tentu saja, aku merindukannya..."
.................................................................................................
Tap...
Tap....
Tap...
Seorang namja berjalan, berjalan dengan langkah santainya. Menatap ke depan dengan jaket hitamnya. Berjalan diantara daun-daun yang berguguran. Namja dengan wajah tampannya....
Mengulas senyum tipisnya, dan menghentikan langkahnya.
Tap...
Langkah terakhir yang ia lakukan. Berdiri, diantara orang-orang yang berjalan. Tak menghiraukan dirinya dan tak mempedulikan keberadaannya disini... diantara mereka. Atau mereka berpura-pura tak peduli?
Entahlah...
Yang jelas, dia tersenyum... mengadahkan kepalanya. Menatap semburat cahaya matahari di pagi hari.
Merasakan hangatnya cahaya itu... cahaya di balik awan kecil di pagi hari. Menutup matanya dan berkata....
"Bogoshipo..."
Membiarkan orang-orang melewatinya begitu saja... itu lebih baik baginya....
.................................................
Kicauan burung terdengar, waktu terus berjalan. Makin banyak orang yang beraktivitas saat matahari mulai meninggi. Merasakan hangat yang semakin terasa di kulit. Kesibukan mulai melanda, dan kota mulai padat.
Sama halnya dengan seorang....
Seorang gadis cantik, yang mengikat rambutnya seperti ekor kuda. Memakai baju putih berbahan satin dengan rok berwarna merah muda yang sangat cocok dan pantas ia gunakan. Dengan tas yang ia selempangkan, sesekali wajah cantiknya menyapa. Dan mengulas senyumnya.
Tap...
Tap...
Itulah yang ia lakukan, berjalan... dan berjalan. Menuju satu tujuan, tempat dimana akan menjadi tujuannya di pagi hari ini.
Hanya beberapa menit ia hampir sampai ditujuan, dan kini ia berdiri. Berdiri di depan bangunan yang sudah biasa baginya, tempat yang ia datangi selama seminggu sekali. karena....
Dia sudah memiliki janji, janji yang ia sanggupi tiga tahun lamanya. Dan kini...
Adalah akhirnya, tempat dimana. Sang tersangka... ah, bukan ayah dari sahabatnya akan bebas. Tentu saja...
Bukankah kesalahan akan ada hukuman? Dan hukuman akan ada akhirnya? Katakanlah begitu.
Hingga, gadis cantik itu mengulas senyumnya. Menatap ke depan dengan mantap dan penuh keyakinan....
Namun, dibalik senyumnya. Justru air matalah yang ia sembunyikan. Ya... air mata hingga kedua netra berkacanya akan nampak jika dilihat dari dekat.
"Jungkook, ayahmu akan bebas... dan kau..."
Sohyun mengeratkan tangannya, memegang ransel yang ia pegang. Menahan tubuhnya yang bergetar, bukan karena hawa dingin. Namun, rasa sesak dan entahlah.... Sohyun sendiri tak mampu menjelaskannya. Tiba-tiba saja sesak itu datang dengan sendirinya....
"Tidak ada disini..."
Satu kata akhir lolos dari bibirnya. Apakah Sohyun merindukannya? Tidak ada yang tahu....
Bayangkan saja...
Tiga tahun lamanya, setelah kepergiannya... pasti sakit, pasti sesak.... apalagi pertemuan terakhirnya dengan sahabat yang diam-diam menyimpan perasaannya padanya itu, telah pergi....
Bayang-bayang akan masa lalu, kebersamaan dengan namja yang notabene adalah orang terdekatnya. Bahkan saat mereka masih kanak-kanak. Melintas dalam otaknya. Mengingat hal itu, jujur....
Membuat Sohyun ingin menangis saja....
Menangis....
"Gwenchana, aku menepati janjiku.... untuk menjaga ayahmu...."
Tes...
Setetes air mata jatuh.... lolos tanpa bisa ia tahan. Mengucapkan sebuah kata, dengan kepala yang mengadah ke atas, dan menatap langit.
Tentu saja.....
Kepergiannya, membuat semua terasa berat. Bahkan waktu...
Dan Sohyun, merasakannya....
"Mian, aku tak bisa membalasnya waktu itu...."
Setelahnya, Sohyun merasa jahat... saat ia mengingat penolakannya terhadap pernyataan cinta tulus dari sahabatnya.
Karena apa? perasaan Sohyun dengan sahabat tampannya itu hanyalah....
Sebatas kakak dan adik....
Tidak lebih.....
........................................................
Tak terasa... matahari sudah hampir meninggi. Jam tangan yang bertengger di pergelangan putihnya menampakan angka....
Pukul 10.00 pagi....
Menyesap sebuah kopi yang ia beli dari pedagang kaki lima... mengisi pagi hari yang cerah dengan sesuatu yang hangat. Menyenangkan bukan? Dan betapa beruntungnya kopi itu...
Karena namja tampan dengan wajah tegasnya memilihnya... menjadi pilihan memulai aktivitasnya di pagi hari. Hari dimana semua orang melakukan aktivitas liburannya.
Sudah lima belas menit, namja itu menunggu... namja dengan jaket hitam juga rambut hitam yang tertata rapi. Namja yang pandai menyembunyikan senyum hangatnya di balik wajah dinginnya. Namja yang mampu menyembunyikan rasa hangatnya dengan sikap dinginnya. Dan semua terlihat perfect saat ia melakukannya.
Menunggu seseorang dengan secangkir kopi hangat tidak buruk juga, itulah menurutnya....
Tak lama....
"Sehun?"
Sehun menoleh, melihatnya. Sosok yang ditunggunya. Seorang dokter yang sama umurnya dengan dirinya....
Dan juga tanpa jas putihnya. mengulas senyum gula ke arahnya...
Ya, mereka akan melakukan tujaun awal mereka....
..............................................
Sehun membuka kelopaknya, melepas tautan tangannya. Menatap ke depan. Sebuah batu nisan yang tertancap rapi.... dengan tulisan hangul. Menulis nama seseorang, seseorang yang Sehun kenal dan sayangi. adik juga saudara yang dekat dengannya. Bahkan sejak dulu....
Sehun meletakan bunga yang ia bawa, setelah itu Yoongi juga ikut meletakannya.
Sendu dan sedih, itulah yang terasa.... bau harum bunga pemakaman tercium di indra penciuman mereka. Dan hembusan angin yang menemani mereka.....
Hingga...
"Gomawo, saeng... aku akan menjaga hadiahmu.... karena kau adalah adik kesayanganku. Aku..."
Sehun memejamkan matanya, menjatuhkan air matanya....
Dengan tangan yang meremas dadanya, saat ngilu datang padanya.....
"Akan menjaga bola mata ini untukmu...."
Bersamaan dengan itu tepukan hangat di bahunya terasa, tanpa menoleh pun Sehun tahu siapa itu...
"Gwenchana, dia sudah bahagia....."
"Kau benar dok... kau benar..."
"Dan kau harus berbahagia, buat kepergiannya tercurahkan kebahagiaan...."
"Ne, tentu saja... tak akan aku biarkan ia bersedih... karena aku adalah hyung dari adik yang hebat sepertinya..."
Sehun mengulas senyumnya, menatap sendu nisan dengan tulisan nama sang adik. Melangkahkan kakinya pelan dan....
Cup...
Mengecup pelan dan sayang batu nisan itu, seakan-akan Sehun mencium sayang kening adiknya.
"Gomawo Saeng, boghosipo...."
Senyum yang ia ulas, menandakan bahwa ia akan menepati janjinya. Selama hidupnya, untuk berhenti menangisi kepergiannya dan akan tersenyum... karena sang adik tidak akan menyukainya....
..............................................
"SEHUN HYUNG???!!!!"
"Jungkook???"
Apakah ini mimpi? Apakah ini nyata... dia... benar-benar di depannya?
Taptaptaptaptap....
"Hiikkssss... Sehun hyung???? Hikkkssss..."
"Jungkook hikkssss.... hikkksss..."
Entah sejak kapan keduanya saling berpelukan. Menangis menumpahkan yang namanya air mata. Membuat lima orang di belakang mereka mengulas senyum mereka. Melihat bagaimana seorang kakak dan adik melepas rindu mereka, keluarga yang tak terikat darah, namun menyayangi sebagai saudara kandung kini telah bertemu.
Perpisahan selama tiga tahun terbayarkan....
Dengan Sehun yang dapat melihat, dan Jungkook yang meraih cita-citanya. Meraih impiannya, sebagai seseorang yang lebih baik seperti yang diinginkan sang kakak terhadapnya.
"Hikksss... Jungkook, hyung merindukanmu..."
"Hikkksss... ne, aku juga hyung...."
Keduanya berpelukan, dengan tinggi badan yang terpaut jauh berbeda.... melepas rindu dan juga mengungkapkan rasa kelegaan dalam diri mereka dengan pelukan.
"Hyung...."
Dilepasnya pelukan sang kakak, dan kini Jungkook menatap manik mata itu. menatap bagaimana hitamnya bola mata itu, binar dan juga cerah.... mengingat akan sang pemilik bola mata seseorang.
"Hyung...."
"Gwenchana.... Jungkook..."
Seakan tahu apa yang akan dikatakan sang adik, Sehun memotong ucapan Jungkook, mengulas senyumnya dan mengusap sayang kepala sang adik....
"Biarkan Tuhan menjaga adik kita...."
Jungkook mengulas senyumnya, menatap wajah sang kakak yang sekarang lebih dewasa menurutnya.
Meyakini, bahwa....
Adik perempuannya pasti bahagia...
Disana, apalagi... ia akan mendapatkan surga karena memberikan sesuatu yang berharga untuk kakaknya, Sehun.
"Tae... Tae... hyung jaga adik kami..."
Senyum itu terulas, dan memeluk tubuh sang kakak. Merasakan bagaimana rasa sayang dan hangatnya pelukan sang kakak. Pelukan yang sama seperti kakak kandungnya, Kim Taehyung.
....................................................
"Hyung..."
"Ne..."
"Kulihat semua telah berubah..."
Senyum tipis itu terulas, manakala namja yang lebih muda dalam rangkulannya mengembangkan senyumnya. Menatap ke depan... di hamparan lapangan luas. Bersamaan dengan hembusan angin yang menerpa mereka. Dan namja yang lebih tua itu mengusap sayang namja yang lebih muda itu, dan menikmati bagaimana nyamannya hembusan angin yang menerpa mereka.
Ya, mereka...
Yang tak terlihat dan tak nampak...
Berdiri diantara tiga orang di depannya. tiga orang yang mengeluarkan senyum dan air mata bahagia mereka..... siapa lagi kalau bukan Yoongi, Sohyun dan tuan Kim. Yang tak lain adalah ayah kandung Jungkook dan Taehyung....
Melihat bagaimana Jungkook yang telah pulang, bertemu dengan sang kakak dengan perubahan yang luar biasa. Seperti yang ia janjikan....
Ada rasa bangga dalam hati Taehyung, melihat adiknya... yang semakin tampan dan dewasa....
"Kau semakin dewasa, Jungkook... hyung senang melihatnya..."
Taehyung mengulas senyumnya, menatap bangga sang adik. Melihat Jungkook yang sekarang membuat Taehyung...
Menjadi kakak yang paling bangga sedunia....
Begitu juga dengan Seokjin yang kini merangkul pundak Taehyung sang adik....
"Hyung, ayo kita pulang... kau juga Tae..."
"Ne, Jimin.... kajja Tae..."
Seokjin menarik pundak sang adik yang masih setia dalam rangkulannya, mengajak sang adik untuk kembali karena Jimin datang menjemput mereka. Menjemput mereka dari kunjungan mereka ke dunia...
Melihat bagaimana keadaan orang-orang yang mereka sayangi dan mereka kenal....
Membuat mereka lega, karena...
Semuanya telah baik, sangat baik....
Akhirnya mereka dapat tersenyum, bahagia....
..............................................................
"Jungkook, kau tidak ikut kami?"
"Ani hyung, nanti Jungkook menyusul..."
"Baiklah... tapi cepatlah pulang... karena salju akan turun..."
"Ne, Sehun hyung jangan khawatir..."
Sehun menganggukan kepalanya, ia yakin dengan apa yang dikatakan sang adik.
"Jungkook...."
"Ne..."
"Lakukan apa yang hyung katakan tadi..."
"Tentu..."
"Taehyung pasti bahagia..."
Jungkook mengulas senyumnya, mendengarkan penuturan sang kakak... menganggukan kepalanya. Dan ia percaya apa yang dikatakan sang kakak adalah benar.
Sehun masuk ke dalam mobilnya, merasa yakin jika Jungkook baik-baik saja....
Karena Sehun tahu, jika Jungkook menunggu... sesuatu yang akan membuat Jungkook bahagia meski kecil....
Suara deru mesin terdengar, diakhiri mobil yang bergerak menjauh.... meninggalkan namja dengan gigi kelincinya... disini... di taman ini... taman dimana adalah segala kenangan masa kecil Jungkook ada. Bersama kakaknya, siapa lagi kalau bukan Kim Taehyung.
"Hyung..."
Jungkook mengulas senyumnya, menatap ke atas langit....
Merasakan dinginnya udara meski begitu Jungkook menyukainya, karena sebentar lagi apa yang ia tunggu akan datang.
Kepalanya mendongak ke atas langit, dengan tangan kanan yang memegang lipatan kertas berbentuk pesawat....
Rambut coklatnya, menghiasi wajah tampannya bergerak ke belakang. Sungguh... suasana mendukung Jungkook saat ini. dan apa yang ia lakukan saat ini adalah...
Shuttttt....
Dengan cepat pesawat kertas itu bergerak, pesawat yang berisikan coretan tulisan... tulisan yang Jungkook harapkan. Berharap pesawat kertasnya mampu terbang menuju ke seseorang. Seseorang yang ia sayangi dan menyayanginya. Yang telah membuat Jungkook lebih baik seperti sekarang.
Jungkook yang kuat dan tangguh...
Menghadapi yang namanya takdir dan waktu....
Setelah dirasa cukup, kelopak itu membuka. Mengulas senyum bahagianya, melihat harapannya terbang jauh.... dan Jungkook berterima kasih pada sang angin.
Tak lama...
Tamu yang diharapkan Jungkook datang, seakan Tuhan mengabulkan cepat harapannya.... harapan yang ia tunggu dalam hatinya.
Butir demi butir titik putih jatuh.... dengan hawa dingin yang terasa, tapi tak apa... karena Jungkook telah siap. Bukankah dialah yang menunggu tamu itu datang?
"Salju..."
Jungkook mengulas senyumnya, menadahkan tangannya... mengagumi butiran yang jatuh di telapaknya.
"Cantik..."
Satu kata lolos dari bibirnya, membuat seulas senyum dan...
Tes...
Air mata jatuh...
Air mata kerinduan, ya... rindu. Rindu pada sang kakak Kim Taehyung....
Dibentangkannya kedua tangannya, mengulas senyum dengan kepala menatap ke atas langit, membiarkan butiran kecil, putih nan cantik bernama salju turun... ya, turun... karena apa...
Kehadiran salju adalah kehadiran sang kakak bagi Jungkook...
"Tae Tae hyung, bogoshipo...."
Tes...
Masih sama, Jungkook merentangkan tangannya. Biarlah salju turun, biarlah salju menemaninya... dan biarlah salju menutupi tubuhnya.
Begitu juga dengan takdir dan waktu....
Biarlah takdi menentukan, biarlah takdir berjalan... begitu juga dengan waktu... biarlah waktu berjalan, dan biarlah umur bertambah seiring jalannya waktu. Karena takdir yang telah menentukan.
Takdir ada karena waktu dan waktu ada karena takdir....
Bukankah mereka saling berkaitan? Tentu saja...
Jungkook menyakinininya, Jungkook memahaminya dan Jungkook mengerti akan semua itu. karena apa? seorang namja dan kakak yang hebat menurutnya telah mengajarkan padanya. Mengajarkan apa itu takdir dan waktu.
Salah satu kata yang Jungkook ingat dari ucapan sang kakak adalah...
'Biarlah takdir berjalan karena waktu, biarkan waktu terjadi karena takdir... dan manusia hanya menjalankannya. Karena bahagia pasti akan datang... seiring waktu dan takdir yang berjalan...'
Sungguh hebat apa yang dikatakan sang kakak, saat itu... sungguh tangguh perjuangan Taehyung kakaknya menjalani kerasnya hidup, dan takdir. Dan sungguh kuatnya Taehyung berjalan di antara waktu yang terus menyudutkannya. Hingga akhir.....
Tes...
Jungkook meneteskan air matanya, dengan sikap masih sama. Rindu yang tak terbendung memang sulit di lepaskan jika tanpa langsung bertemu dengannya. Tapi... setidaknya inilah yang bisa Jungkook lakukan.
Membiarkan salju turun mengenai tubuhnya, membiarkan musim favorit sang kakak menerpa tubuhnya....
Karena menurut Jungkook Taehyung seperti salju...
Terlihat dingin di luar, namun menyenangkan di dalamnya.. itulah menurutnya...
Salju...
Tentu saja....
"Hyung, Jungkook bahagia...."
Satu kata lolos dari bibirnya, mengulas senyumnya...
"Dan aku akan menunggu waktu..."
Kelopak itu membuka, masih sama menatap langit....
"Waktu dimana kita bertemu...."
Tes...
Lagi air mata jatuh....
Jatuh dari kelopak Kim Jungkook atau Jeon Jungkook....
"Dan aku akan menunggu, kapan waktu terakhirku tiba..."
Tes..
Tes...
air mata jatuh, dan biarlah salju menemaninya. Meski tak mampu menutupi air mata itu seperti yang dilakukan hujan.
"When my last time, hyung...."
Satu ucapan terakhir, dari bibirnya. Berkata... dan menunggu, atau mungkin berharap....
Berharap waktu segera mengabulkan keinginannya, mengabulkan harapannya... harapan untuk bertemu dan menemuinya lagi....
Kim Taehyung...
Yang telah bahagia, di tempat yang indah dan penuh bahagia...
Surga....
Ya, tentu saja....
Dan Jungkook akan menantikannya...
Waktu dimana itu akan tiba....
Waktu....
....................
End
Yeeeeee... akhirnya dah selesai...
Hai semua.... author kembali dengan chap ini, semoga kalian gak bosan dengan kedatangan author...
Disini author udah usaha yang terbaik buat bikin chap ini. dan author gak mau bikin kalian kecewa. Author juga sangat berterima kasih pada pembaca setia ff ini, yang sudah memberi kritik, saran dan dukungannya. Karena tanpa kalian nih ff gak ada apa-apanya...
Terima kasih para reader's tercinta :') udah memberi dukungan dan semangatnya hingga akhirnya nih ff END
Gimana menurut kalian ceritanya endingnay aneh atau apa? maaf kalau gak maksimal hasilnya.... maaf kalau mengecewakan...
Mian gak jadi kasih sountrack kuota sangat tipis muehehe... jadi denger ost sendiri" ajjah ya yang menurut kalian ngefeel....
Maaf kalau typo masih bertebaran, cerita tambah gaje atau apalah. Karena author hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan....
Sekian dari saya, bye... sampai jumpa dengan saya di ff lainnya....
Salam cinta dan sayang untuk kalian semua....
#el
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro