Heaven (1) (chapter 30)
terinspirasi dari lagu [MV] BTS(방탄소년단) _ EPILOGUE - Young Forever, so... kubagi mv diatas sambil denger juga gak papa kok, baca sambil denger lagu sad kesukaan kalian noprob buat saya... happy reading ne ^^
"Menghabiskan waktu... apa yang kau lakukan selama di dunia? Bersama siapa kalian menghabiskan waktu kalian. Disetiap hembusan nafas... detak jantung yang masih berdetak dan juga... saat kalian masih melihat indahnya dunia. Disaat waktu terakhir akan dekat apakah harapan kalian? Apakah... aku boleh mengetahuinya? Jika boleh tolong katakan. Maka... aku akan mengatakannya. Kau tahu apa yang kumau? Kau mau tahu? tenanglah... aku akan memberitahukannya... dan kalian akan mengerti. Ya... mengerti.... maka tunggulah, dan baca kisah ini hingga akhir. Maka kalian akan paham... akan tahu apa arti waktu sesungguhnya. Karena... aku sudah mengetahuinya... tentu saja..."
-Kim Taehyung-
................................................
(Author **** POV)
Tes...
Suara embun jatuh, tepat di telapak seorang namja. Namja yang tak dapat melihat... namja yang buta. Dan namja yang berdiri... disini. di depan sebuah rumah menunggu datangnya seseorang. Dengan tongkat yang ia pegang erat... bahkan ia tidak tahu apakah sekarang siang atau pun sore. Yang ia tahu... adalah waktu yang terus berjalan. Ya... berjalan karena sudah takdirnya bukan?
Hembusan angin menerpa wajah tampannya, wajah tersirat akan ketegasannya. Dan dia... masih setia dengan posisinya berdiri. Tentu... karena ia tidak ingin pindah ataupun mengubah posisinya. Karena ia... masih menunggu. Menunggu seseorang, seseorang yang memberikan kesempatan baginya menjadi seorang kakak dan ia tahu bagaimana rasanya.
Namja dengan marga Jeon di depannya, memejamkan matanya. mengingat bagaimana seorang namja yang telah mengubah dirinya. Dirinya yang sempat egois menjadi namja yang menerima dan tak mementingkan keinginannya. Dan dia berhasil membuat Jeon Sehun menjadi lebih baik, meski pada akhirnya takdir pahit menyelimutinya.
Namun...
Ia tak menyerah, malah... menerima semuanya. Karena apa kalian tahu?
Sehun telah mendapatkan seorang guru....
Ya, guru... guru yang begitu, entahlah... Sehun pun tak mampu menjelaskannya dengan kata-kata karena banyak sekali makna yang sulit terucap dalam dirinya. Dan saat kelopak itu terpejam menikmati desiran angin... Sehun dia. Mengingat sebuah kata-kata... yang mampu membuka hati dan egonya. Menjadi seorang namja yang lebih baik dengan status sebagai seorang kakak. Dan menjadi lebih baik lagi bagi Jungkook.
Hingga...
Tes...
Air mata itu jatuh... ya, jatuh... kehilangan seorang guru yang terbaik memang sulit meski pertemuan mereka singkat dan tidak dalam waktu yang lama. Dan guru yang menjadi panutan Sehun, mengajarkan bagaimana seorang kakak sebenarnya, siapa lagi kalau bukan dia. Namja yang kuat... tak menyerah dengan namanya waktu meski dia tahu waktunya sangat singkat. Namun... di saat waktu terakhir hampir dekat, Kim Taehyung... dia, telah melakukan sedikit perubahan.
Seakan Tuhan... memberikan kesempatan sebagai penebusan kesalahannya sebelum ia dilahirkan... mungkin bukan? Karena bisa saja...
Ada kesalahan besar dalam hidup Kim Taehyung di masa lalu, masa sebelum ia dilahirkan.... percaya atau tidak kehidupan pada masa lampau itu ada. Dan kita bisa mempelakarinya....
Takdir adalah misteri jika kalian tahu....
.................
(Flashback **** ON)
"Kim Taehyung?"
Namja dengan wajah tegasnya itu, berdiri mematung... melihat namja yang duduk di atas kursi roda. Dengan seorang namja yang memegang pendorong kursi roda di belakangnya dan menatapnya. Dan Sehun tahu siapa dia... mengingat bagaimana ia telah mencari berbagai informasi hingga... akhirnya mereka bertemu...
"Kau kah yang bernama Jeon Sehun?"
Bibir pucat itu bergerak... menimbulkan suara serak meski lirih.
Hal pertama yang Sehun lihat mengenai keadaannya adalah, kasihan. Dalam benaknya namja tampan tersebut bertanya, benarkah ini dia? Namja yang berstatus sebagai kakak kandung dari adiknya Jeon Jungkook.
"Kau pasti terkejut benar bukan?"
Skakmat...
Sehun tertohok, ia tak menyangka... namja di depannya bisa mengerti pertanyaan yang memenuhi isi otaknya. Dan kini yang ia lihat adalah senyum tipis namun tersirat ketulusan darinya, namja dengan nama Kim Taehyung.
Dan Taehyung... melihat sosok kakak yang baik dan sempurna bagi adiknya Jungkook. ya, dia tahu... karena takdir sepertinya melakukan tugasnya dengan baik juga seizin Tuhan. Mempertemukan dirinya dengan namja yang telah menjaga sang adik. Menggantikan posisinya, sebagai seorang kakak....
Sehun hanya menatap dengan wajah datarnya menyembunyikan rasa gugupnya, dan Taehyung tak masalah. Ia cukup tahu bagaimana reaksi orang yang mengenalnya dan tidak ketika melihatnya. Menjadi orang sekarat memang sulit namun Taehyung... berusaha kuat.... mengulas senyumnya.
"Seokjin hyung..."
Taehyung menolehkan kepalanya menatap ke arah sana, namja yang setia bersamanya dan mendorong kursi rodanya, saat namja yang lebih muda itu mengulas senyumnya. Seokjin dia....
Menganggukan kepalanya, mengerti dengan apa yang akan dilakukan sang adik.
"Apa kau ingin berjalan-jalan sambil ngobrol, Jeon Sehun?" dan lagi senyum itu muncul, seakan bibir dan wajah pucat itu tak berarti. Bahkan Sehun dapat melihat dari balik topi yang digunakan Taehyung ada beberapa rambut yang rontok. Rambut coklatnya, dan Sehun memperkirakan mungkin efek dari obat yang dikonsumsi oleh Taehyung.
"Tentu..." Sehun menganggukan kepalanya.
Dan kini.....
"Tae, ayo naiklah...." Seokjin membungkukan badannya di depan sang adik, sementara Taehyung masih dalam keadaan shyoknya, jujur dia mengira sang kakak akan mendorong kursi rodanya. Namun, ternyata.... justru di luar dugaannya.
Dan Sehun? Jangan ditanya namja tampan dengan wajah tegasnya itu hanya mampu melihat bagaimana interaksi antara dua kakak beradik tersebut.
"Tapi hyung, aku..."
"Kajja... apa kau mau membuat seseorang menunggumu Tae?" Seokjin mengulas senyumnya, menatap dan memberi keyakinan pada sang adik. Tatapan seakan menyuruh Taehyung untuk menurutinya dan mengatakan tidak apa.
Entah kenapa melihat interaksi tersebut tanpa sadar Sehun tersenyum. Ya... dia tersenyum.... dan tidak ada yang menyadarinya.
Taehyung mengerucutkan bibirnya, sebenarnya ia tidak mau. Karena ia tidak mau merepotkan hyungnya, ini saja Taehyung merasa telah merepotkan sang kakak mengingat dirinya telah menemaninya seharian ini dan mendorong kursi rodanya. Bahkan Taehyung tak sedikitpun mengeluarkan tenaganya hanya untuk mendorong roda kursi roda tersebut untuk berjalan, dan semuanya telah dilakukan oleh sang kakak dengan baik dan telaten.
"Tae..." Seokjin kembali memanggil sang adik, dan memberi tatapan terkesan mendorong sang adik untuk bergerak ya.
Lalu...
Taehyung menganggukan kepalanya, berdiri dengan perlahan. Menuju ke punggung sang kakak, jujur kakinya terasa lemas dan mati rasa, entahlah kapan kakinya terasa kembali dapat digunakan. Sepertinya sudah cukup lama....
Dengan hati-hati Taehyung melingkarkan tangannya ke leher sang kakak dan menyandarkan kepalanya. Terlihat wajah pucatnya mengulas senyum bahagia saat kepalanya bersandar pada punggung sang kakak.
Inilah yang disukai Taehyung, dan inilah kasih sayang yang akan Taehyung ingat. Baginya Seokjin adalah kakak yang terbaik... ya, terbaik dan tidak ada yang dapat menggantikannya.
"Good boy..." canda Seokjin menolehkan kepalanya melihat sang adik yang telah menuruti apa yang ia katakan. Sementara Taehyung hanya terkekeh... mendengar candaan sang kakak.
'Mereka...' Sehun mengulas senyumnya, entahlah ada perasaan iri dalam hatinya. melihat interaksi mereka.... dua saudara yang tidak sekandung berbeda orang tua. Namun, rasa sayang mereka melebihi dan sama dengan rasa sayang kakak adik yang sekandung.
Jujur, Sehun merasa kedekatan dirinya dengan Jungkook sang adik kalah jika dibandingkan mereka. Mengingat begitu dekatnya Taehyung dengan sang kakak begitu sebaliknya.
..........................................
"Oh ya, bolehkah aku memanggilmu dengan sebutan hyung? Mengingat kau jauh lebih tua dariku..."
"Ne, kau boleh memanggilku dengan sebutan hyung..."
"Gomawo..."
Taehyung mengulas senyumnya, dan menyandarkan kepalanya pada punggung sang kakak. Membiarkan Seokjin kakaknya membawanya berjalan diikuti namja dengan jaket hitamnya. Berjalan dengan hembusan angin membuat Taehyung sedikit kedinginan. Meski tubuhnya terbalut jaket tebal dengan celana panjang.
Ya... penyakitnya membuat Taehyung kurus dan kehilangan daya tahannya, sehingga dengan susah payah Taehyung harus menjaga kondisi badannya agar tidak parah. Meski.... tumor ganas yang ia derita semakin menekan hidupnya. Membawa ia menuju ke kematian.....
Sehun dia... terus berjalan, ingin sekali bibirnya bersuara namun otaknya tak mau memberikan perintah hanya sekedar untuk menggerakan sang bibir.
Hening menyelimuti dan hanya derap langkah Seokjin yang menggendong Taehyung dan Sehun yang berjalan di sampingnya.
"Apakah Jungkook, baik hyung?"
Mendengar suara Taehyung, Sehun menoleh menatap namja tampan yang semakin pucat tersebut. dan menganggukan kepalanya, bibirnya ingin mengulas senyum namun, sayang dia terlalu kaku... dan Sehun mengakuinya.
"Syukurlah... uhukkk... uhukkkk..."
"Tae, gwenchana?" Seokjin menghentikan langkahnya, menoleh ke belakang menanyakan keadaan sang adik. Mendengar suara batuk sang adik membuat Seokjin panik dan menghentikan acara berjalannya.
"Ne, gwenchana Jin hyung... tenanglah aku hanya batuk..."
"Bagaimana kalau kita kembali..."
"Aniii... aku masih mau berjalan-jalan, hyung tenanglah... adikmu yang tampan ini baik..."
"Kau yakin?"
"Yap, sangat sangat sangat yakin..."
Terlihat senyum kotak namja yang ia gendong, seakan namja tersebut tak sakit dan sehat.
Seokjin menganggukan kepalanya, oke... dia mencoba mempercayai sang adik meski dirinya tak yakin jika Taehyung baik saja. Mengingat dia juga merasakan hawa dingin yang terasa.
Keduanya kembali berjalan, dan hening datang kembali....
Tap...
Tap...
Tap...
Hanya suara langkah kaki, dan tidak ada yang bersuara.
"Sehun hyung..."
Mendengar seseorang memanggilnya Sehun menoleh dan melihat Taehyung yang menatap dalam ke arahnya.
"Ne..." Sehun membalasnya dengan singkat.
"Gomawo..." ucap ketulusan dari bibir pucatnya dan senyum manis di bibirnya.
"Untuk?" Sehun mengangkat alisnya, dia bingung kenapa Taehyung mengucapkan terima kasih padanya sedangkan dirinya tidak melakukan apapun karena baru pertama kali mereka bertemu secara langsung.
Taehyung mengulas senyumnya, membenarkan letak kepalanya mencari kenyamanan pada punggung yang telah menggendongnya.
"Karena kau menjaga harapan dan keluargaku satu-satunya. Menjaga musim semi kesayanganku..."
Sehun terdiam, mencoba mencerna apa yang dikatakan namja tampan yang terkenal dengan senyum kotaknya tersebut. dan Seokjin terus berjalan tanpa memberi sepatah kata apapun, membiarkan Taehyung menyelesaikan apa yang menjadi keinginannya sejak beberapa hari ini.
"Jungkook..."
Mendengar nama itu, Sehun paham... ia mengerti. Jadi, yang dimaksud Taehyung adalah Jungkook adiknya.
Sehun mengulas senyumnya, senyum sangat tulus yang ia berikan.
"Ne, Taehyung... dia adalah adik kesayanganku dan aku akan selalu menyayanginya..."
Taehyung mengulas senyumnya mendengar apa yang dikatakan namja di sampingnya membuat dirinya lega. tentu saja... karena dirinya, tahu bahwa madih ada yang tulus menyayangi Jungkook selain dirinya.
Dan lagi kini mereka berjalan, melewati beberapa taman.
"Kau sudah tahu jika Jungkook..."
"Ne, aku tahu... karena aku menyadarinya..."
Sehun menundukan kepalanya, dia merasa bodoh kenapa dia malah membuat sedikit masalah, hingga membuat raut wajah sedih Taehyung.
"Jungkook.... dia melupakanku..." Taehyung tersenyum getir.
"Tae..."
"Sakit memang... tapi aku bisa apa? mengingat bagaimana keadaan Jungkook sekarang aku tidak mau memaksakan dirinya..." perlahan dan terkesan lirih itu yang Sehun dapatkan dari suara paraunya. Terdengar miris saat mendengarnya.
Seokjin dirinya semakin erat memegang pinggang sang adik dari belakang seakan memberikan kekuatan bagi Taehyung adiknya, membuat Taehyung mengeratkan kedua tangannya. Melingkarkannya di leher sang kakak dan tersenyum miris.
Itulah yang dilihat Jeon Sehun saat ini....
"Aku jahat..."
Taehyung menatapnya, begitu juga dengan Seokjin yang kini menghentikan langkahnya.
Dan keduanya melihat wajah Sehun yang sendu... ya, terlihat sangat jelas di mata mereka.
Sehun menoleh menatap ke arah mereka dan mengulas senyumnya, senyum getir lebih tepatnya.....
Hari ini, adalah hari dimana pengakuannya datang...
Melepas ego dan juga....
Status bagi adiknya, Jeon Jungkook yang akan menjadi Kim Jungkook....
Melepaskannya demi kebahagiaan orang lain, adalah hal sulit tapi... memang harus dilakukan bukan? Sekarang itulah yang dilakukan Jeon Sehun saat ini.
"Kim Taehyung, kuserahkan Jungkook padamu, sepenuhnya..."
(Flashback **** OFF)
.........................................................
"Tidurlah dengan tenang Kim Taehyung..."
Senyum itu terulas, nampak di wajah tampannya. Dan....
Hanya gelap yang ia lihat, karena Jeon Sehun....
Adalah namja buta, sekaligus kakak bagi adiknya, Kim Jungkook atau Jeon Jungkook.
Betapa beruntung bukan? Masih ada yang menyayangi Jungkook, meski Taehyung tak lagi disini. di dunia.... karena waktu membawanya pergi. Ke tempat jauh lebih indah dan menyenangkan, tempat di mana penderitaan pergi dan hanya kesenangan yang ia dapat, dan tempat bagi orang-orang yang baik menurut Tuhan, tempat itu bernama.....
Surga.
................................................................
(Jungkook **** POV)
Terang... itulah yang kulihat pertama kali....
Angin?
Itulah yang kurasakan....
"Nghhh..."
Kuterbangun dari sini, suatu tempat aneh... dan aku bangun, di rerumputan hijau yang bersemi dengan... sebuah pohon sakura yang mekar di bawahnya. Perlahan aku membangunkan tubuhku. Kutatap sekitar...
'Cantik...' itulah kata hatiku yang muncul. Memang benar tempat ini cantik dan lagi, menakjubkan. Sungguh menakjubkan, bisa kalian bayangkan? Hamparan rumput nan hijau dan luas, dengan beberapa bunga musim semi yang tumbuh di sekitarnya. Kupu-kupu yang cantik dengan berbagai warna bak pelangi, mentari hangat yang menerpa kulit bersamaan dengan bunga sakura yang berguguran di sekitarnya. Seakan menyambut kedatanganku di sini...
Tempat dimana menyimpan beribu keindahan dan keelokan yang pantas di pandang mata setiap manusia. Hanya, saja... tempat tersebut tidak ada di dunia... dan berterima kasihlah pada sang Maha Pencipta yang telah membuatnya sedemikian rupa tanpa cacat dan rusak.
Dan itulah....
Yang kulihat saat ini.
Kagum? Tentu saja... bagaimana tidak? Seumur hidupku baru sekarang aku melihat tempat seindah ini, dalam benakku aku bertanya 'apakah ini mimpi?' sepertinya bukan, jika iya... tolong jangan bangunkan aku. Karena aku masih ingin melihatnya.
Aku terperangah, menakjubkan tempat ini. dan jika aku diijinkan memilih... aku akan memiklih tempat ini, tempat penuh kedamaian dan juga ketenangan, itulah yang kurasakan.
"Apakah aku di surga?"
Entahlah... aku merasa, kalau aku... di surga. Ku mencoa terbangun, menepuk tanganku karena debu dan membersihkan pakaianku, juga membenarkan rambutku.
Saat aku berdiri, hal pertama yang kulihat adalah.....
"Ini?"
Kuambil sehelai bulu putih nan cantik, sebuah bulu sayap seekor burung dan kuyakin burung ini cantik. Melihat betapa halus dan putihnya bulu yang kupegang. Melihatnya dengan seksama... mengingatkanku akan suatu hal...
Entahlah...
Hanya saja, aku pernah memilikinya, tapi kapan?
Padahal baru sekarang aku menemukannya. Tapi....
Sepertinya aku pernah memberikan bulu ini pada seseorang, apakah aku salah... apakah kata hatiku mengada-ada. Tapi... firasat tak pernah salah dan hati tak pernah berbohong.
Ah, entahlah... terlalu banyak yang tidak aku ketahui...
Atau memang begitu....
Kugelengkan kepalaku, mencoba menghilangkan pertanyaan bodoh dalam otakku dan membiarkan perasaanku mengalir begitu saja. Yang terpenting sekarang...
Aku mempercayai apa yang kulihat...
"Tae... Tae hyung..."
Benar, aku harus mencarinya. Bukankah ini tujuanku? Datang kesini dan bertemu dengannya. Menemuinya meski dengan cara yang salah... tapi, katakanlah jika aku bodoh...
Ya.... Kim Jungkook yang bodoh...
Tapi, terkadang rasa sayang membuat seseorang bodoh kan?
......................................
(Taehyung **** POV)
Disini aku... berdiri, memejamkan mataku... menatap langit merasakan hembusan angin dan hangatnya cahaya. Menikmati tempat indah nan menyenangkan yang kini menjadi tempat tinggalku, rumah keduaku untuk selamanya. Bersama...
Dua namja yang kini menjadi saudaraku....
Saudara tak sedarah, namun kami saling menyayangi satu sama lain.
Dan sayang tersebut membuat kami bersatu... sebagai seorang hyung and dongsaeng.
Ya, tentu saja....
"Daebak..."
Aku terpukau memang... dan aku menyukainya.
Katakanlah kalau ini Surga...
Benar sekali....
Tak lama kupejamkan kelopak mataku, menikmati di-
"HYUNG???!"
Kubuka kelopakku cepat, saat kudengar suaranya. Suara ini....
Suara namja yang kukenal, kusayangi dan... namja yang membuatku bertahan. Hingga sekarang....
"Kookie.."
Dan seketika rasanya seperti mimpi...
Benarkah itu? padahal aku tahu... kalau aku sudah MATI.
.......................
(Author **** POV)
"Tae Tae hyung..."
Dan kini manik mata Jungkook melihat sosoknya... yang ia tangisi dan ia rindukan. Namja yang ia sayangi sampai kapanpun...
Greeeppp....
"Hikksss... hyung... Kookie rindu Tae Tae hyung..."
Menjatuhkan pelukan pada sang kakak adalah pilihan utama yang dilakukan Jungkook, menangis dan melepas rindu. Sedangkan yang di peluk mengulas senyum dan mengusap punggung juga kepala sang adik.
"Ne, hyung juga Kookie..."
Akhirnya Jungkook dapat mendengar suaranya, namja yang dirindukan... dan sayangi. Kim Taehyung....
"Izinkan Kookie tinggal disini hyung selamanya..."
Dan itulah yang diinginkan Jungkook, menatap wajah sang kakak. Dan Taehyung diam tanpa ekspresi....
Menatap manik memohon sang adik.... membuat Taehyung mencoba berpikir, memilih yang terbaik, baginya juga bagi adiknya....
"Kookie aku...."
Dalam pikirannya, apa yang terjadi dengan adiknya Jungkook. kenapa sang adik bisa disini? bukankah dia....
"Kookie, ke... kenapa kau bisa ada disini hem?"
Taehyung menatap wajah sang adik, manik mata dengan air mata yang jatuh dari pelupuknya. Oh... tidak jangan air mata ini lagi, sudah cukup bagi Taehyung melihat air mata itu sudah cukup baginya....
Jungkook dia... terdiam, entahlah dirinya bingung menjawab apa. apakah ia harus menceritakan yang sesungguhnya bahwa dia....
"Jungkook!!"
Namja tampan dengan wajah manis itu tersentak, saat dirasa dua pundaknya di pegang erat, membuat Jungkook secara refleks melihat manik mata sang kakak. Dan yang ia lihat adalah...
Tatapan penuh tanya dari Taehyung kakaknya.
Sontak saja, ada perasaan takut saat melihat manik mata tersebut. Apalagi ia melihat manik mata sang kakak yang tersirat, entahlah Jungkook tak mampu menjabarkan olehnya.
"JUNGKOOK!!"
Jungkook tercekat, ia tak menyangka... jika kakaknya meninggikan suaranya. Apalagi tatapan itu... dan juga Taehyung tak menyebut namanya seperti biasanya. Menyebutnya tanpa embel-embel 'Kookie'. Seperti yang biasa Taehyung lakukan.
Ditatapnya manik mata sang kakak, terlihat jelas di manik matanya. ada perasaan khawatir dan juga tatapan penasaran dari sang kakak padanya.
Bisakah Jungkook menjawab?
Mampukah ia berkata sesungguhnya...
Mengenai hal gila pada dirinya...
Entahlah....
Hanya saja....
Jungkook takut...
Takut untuk mengatakan sesungguhnya, jika....
Taehyung tahu. dia takut....
Sangat takut...
Dengan kata 'benci' dari sang kakak....
Kim Taehyung.....
Taehyung masih menatap penuh tanya ke arah sang adik, kedua tangannya masih memegang erat pudak Jungkook. ia ingin tahu... ingin tahu jawaban dari bibir adiknya. dalam otaknya ia berpikir apakah Tuhan membawa Jungkook kesini, secepat ini....
Namun, hatinya tak yakin....
Mengingat di setiap doanya ia berharap kalau sang adik bahagia, dengan kehidupan baru tanpa dirinya. Menjalani kehidupan yang normal sebagai namja yang baik dan memiliki masa depan. Itulah yang diinginkan Kim Taehyung dalam setiap doanya tapi....
Kenapa sang adik bisa berada disini?
Jujur... Taehyung hanya takut, jika Jungkook sang adik melakukan hal bodoh yang membuat sang adik menginjakan kakinya disini. di tempat ini, kecuali....
Jika...
Dia sudah tak bernafas dengan detak jantung yang berhenti, benar-benar berhenti berdetak....
"Kookie.. kau..."
Taehyung menangis, entahlah... hanya saja apa yang ia takutkan tidak terjadi. Semoga yang ia pikirkan salah... ia tidak mau, ya... tidak mau. Katakanlah jika Taehyung jahat... dia kejam. Meninggalkan sang adik sendiri di dunia... ya, meskipun itu yang dirasakan Jungkook karena kesedihannya. Tanpa tahu jika di luar sana masih ada orang yang menyayanginya. Mengucap janji dan mengulas senyum ikhlas untuk menjaganya, merawatnya tanpa imbalan. Dan hanya perasaan kasih sayang seorang kakak pada adiknya lah yang membuat semua indah...
Bukankah persaudaraan memang kuat?
Tes...
Tes....
Air mata itu jatuh, dan...
Ada rasa lega saat kedua tangan sang kakak lepas dari pundaknya, namun kini rasa lega itu tersirat wajah sendu sang adik Kim Jungkook yang melihat wajah sang kakak...
Menyiratkan kesedihan dan air mata...
Dalam hatinya, Jungkook berkata. 'ada apa dengan hyungnya, bukankah tadi ia tersenyum melihatku tapi... kenapa sekarang berubah, apakah ia tidak menyayangiku lagi?'
Hingga....
Manik mata namja dengan gigi kelincinya tersebut menatap namja dengan senyum kotaknya, dengan buliran air mata.... saat dengan jelas Taehyung mengucapkan, satu kata... bagaikan mantra menyakitkan bagi Jungkook.
Tes...
Seketika air mata itu jatuh.... saat mendengar satu kata itu...
"Jungkook... hyung membencimu..."
Dan sakit yang dirasakannya...
"Hyung..."
Remuk... itulah yang dirasakan Kim Jungkook... dengan apa yang dikatakan sang kakak... Kim Taehyung.
Dengan tatapan tak percaya, saat melihat kakaknya Kim Taehyung membalikan badannya berjalan pergi menjauhinya, itulah yang Jungkook lihat tapi... tanpa sepengetahuannya Kim Taehyung menjatuhkan air mata. Dengan bibir bawah yang ia gigit.
Sesak... dan sakit bukan hanya Jungkook yang merasakannya. Tapi juga namja yang berdiri di belakangnya. Namja dengan rambut hitamnya, namja yang rela membuat nyawanya sendiri melayang, dan namja yang pergi menemui kakaknya disini...
Tempat yang penuh keindahan....
"Hikksss... Tae... Tae Hyung..." Jungkook menangis, bergumam lirih menjatuhkan air matanya dan.....
Tes...
"Maaf Kookie..." Taehyung menjatuhkan air matanya, berjalan... tanpa menoleh... ia tak sanggup. Melihat air mata sang adik, ia tak sanggup melihat wajah sendu sang adik. Dan ia tak sanggup saat mengatakan ia kata 'benci' pada sang adik...
Ia terpaksa... benar-benar terpaksa. Jika kalian tahu Kim Taehyung tidaklah kejam, hanya saja...
Ia terpaksa jahat, hatinya memaksa demikian. Karena ia tahu ini untuk kebaikan sang adik, ya... adik kesayangannya dan selamanya akan begitu. Kata-kata benci yang selalu ia ucap tak sepenuhnya benar. Hanya saja.....
"Hikksss.... hikkkss... Tae Tae Hyung..."
Tap...
Tap...
Taehyung melangkah, kakinya terus melangkah ke depan... mempercepat setiap langkah kakinya... tak menghiraukan panggilan sang adik.
"Hikksss... Tae... Tae Hyung, tunggu..."
Jungkook melangkahkan kakinya, dengan derai air mata yang jatuh dari kelopaknya, bersamaan dengan air mata yang ia seka kasar dengan lengannya.
"Hikksss... Tae... Tae... hyung, Kookie ingin ikut..."
Taehyung menggelengkan kepalanya, dalam hatinya ia menolak, dalam batinnya ia berkata tidak... dalam benaknya, ia berkata 'ini bukan saatnya..'
Dengan segera Taehyung melangkahkan kakinya, mempercepat tempo jalannya dan berusaha menghindar dari langkah sang adik.
"Hikksss... Tae... Tae Hyu-"
Brukkkk.....
"Akh... hikkss... hikksss... sakit..."
"Kookie..."
Seketika itu pula Taehyung menghentikan langkahnya, mendengar rintihan sang adik membuat Taehyung memilih... apakah ia harus menoleh melihat keadaan Jungkook.
Atau...
Pergi menjauh dari adiknya, berharap sang adik tidak ikut dengannya sementara ini. sampai waktu dimana tiba sang adik datang kepadanya, saat Tuhan menentukan akhir bagi adiknya... dan membuat Jungkook menunggu dengan sabar. Kembali dan menjalani kehidupan dengan normal?
Entahlah...
"Hikksss... Tae Tae... hyung... hikksss... Kookie ingin.. hikksss... ikut..."
Oh, isakan itu... membuat Taehyung merasa sakit, hingga refleks tangannya memegang dadanya. Dan sesak yang ia rasakan...
"Akh... hikkss... hyung, sakit..."
Kembali rengekan itu terdengar saat Jungkook berusaha berdiri, tapi tetap saja kakinya tak mampu sakit yang menderanya terasa. Sakit yang ia rasakan berkali lipat. Sakit di raga... juga sakit di hatinya...
Dan Jungkook merasakannya saat ini.
Apakah air matanya tak akan pernah habis?
Apakah Jungkook tak pantas bahagia...
Padahal kebahagiaannya hanya satu, dan jawabannya adalah satu...
Sang kakak, Kim Taehyung....
Dan hanya sang kakak yang ia butuhkan....
"Hikkss... hikksss... jangan membenciku Tae Tae Hyung..." isak Jungkook, menatap punggung sang kakak yang terdiam di depannya dengan jarak cukup jauh.
Taehyung mendengarnya, dengan sangat jelas... dan ia tidak tuli. Mendengar ucapan sang adik, seperti ia pernah merasakan sesuatu...
Seperti 'De Ja Vu' dalam hidupnya.... hanya saja Taehyung tak tahu kapan ia mendengarnya....
"Hikkksss.... hikkssss...."
Lagi...
Jungkook menangis, ia berharap sang kakak menoleh ke arahnya, dan mengijinkan dirinya ikut dengan sang kakak, berharap sang kakak mengizinkannya.
Dan Taehyung...
Terdiam...
Bimbang dengan jawaban apa yang di berikan...
Dalam benaknya ia berkata 'Tuhan apa yang harus kulakukan, haruskah aku...'
Taehyung bimbang, bingung... dan hanya petunjuk yang ia butuhkan. Bahkan air mata masih setia jatuh dari pelupuknya, tangannya mengepal hingga bergetar menahan sesuatu yang bergejolak dalam dirinya.
"Kookie..."
.....................................................
......................................................
Seoul Hospital....
"KIM JUNGKOOK DENGARKAN AKU, BUKA MATAMU... AYO BANGUNLAH... SADARLAH KIM JUNGKOOK!!!"
Taptaptaptaptap....
Langlah kaki terdengar, tubuh yang basah dengan wajah kepanikan. Tak menghiarukan beban berat di punggungnya. Tak mempedulikan tatapan heran dari orang-orang yang memperhatikannya di setiap lorong rumah sakit.
"SUSTER!! KALIAN DIMANA... CEPAT KESINI, SUSTER!!!"
Dokter tampan tersebut berteriak, ada nada emosi di ucapannya. Membuat siapapun yang mendengarnya bergidik ngeri.
"KIM JUNGKOOK, DENGARKAN AKU BUKA MATAMU... KIM JUNGKOOK!!!"
Taptaptaptaptap....
Yoongi, mengguncang-guncangkan tubuh namja yang tak sadarkan diri dalam gendongannya, kakinya terus melangkah menggendong Jungkook yang tak sadarkan diri. Berteriak frustasi, seperti orang gila...
Katakanlah Yoongi gila...
Tentu saja, melihat Jungkook seperti ini membuat Yoongi gila...
Dan baru pertama kali dalam hidupnya ia takut setengah mati. Bahkan melebihi rasa takutnya saat menolong Taehyung waktu itu.
"suster, aishhh... ada apa dengan kalian... dasar bodoh!!! bisakah kalian becus dalam bekerja!!"
"Dok.. Dokter, ma..maafkan kami, ka-"
"Cepat! Sediakan peralatan, jika kalian lalai melakukan pekerjaan kalian, aku tak akan memaafkan kalian!!"
Oke, Yoongi mulai kalap.. bahkan beberapa suster yang melihatnya takut dan segera melakukan pekerjaan mereka. Menyiapkan segala peralatan yang akan digunakan sang pasien.
Baru pertama kali ini mereka melihat dokter yang terkenal akan senyuman manis ini, emosi...
Dan seorang Kim Jungkook, yang mampu membuat Yoongi seperti ini.
"JUNGKOOK, DENGARKAN AKU... BERTAHANLAH... KIM JUNGKOOK!!!"
Genggaman tangan itu semakin erat, genggaman yang diberikan pada namja dengan wajah pucat dan bibir membiru, yang tak sadarkan diri. Rambut basah dan juga kulit dingin karena air sungai.
"Jungkook...."
Mata itu terpejam, tubuhnya bergetar karena hawa dingin. Tapi...
Yoongi tak peduli... yang ia khawatirkan adalah pasiennya, yang ia tolong.. dari sebuah tragedi. Tragedi yang dibuat olehnya sendiri, namja yang masih terpejam dengan denyut nadi dan detak jantung yang ia tahu semakin lemah. Dan rasa khawatir itu makin terasa...
Membuat genggaman tangan itu makin erat, dan jangan lupa....
"Hikksss.... Jungkook..."
Isakan yang keluar dari bibir namja yang terkenal akan kelopak sipitnya.
"Hikksss... Kim Taehyung, apa yang harus kulakukan..."
Yoongi, dirinya tengah dirundungi kebingungan... rasa khawatir yang makin besar.
Genggaman tersebut makin erat, menundukan wajahnya menatap wajah tak sadarkan diri tersebut... wajah Kim Jungkook yang mengingatkan akan dirinya, tentang Kim Taehyung.
"Hikss.... Tuhan, jangan ambil Jungkook... ijinkan aku merawatnya... biarkan aku menyandang status sebagai hyungnya... Kumohon Tuhan, berikan kesempatan padaku... karena aku menemukan kebahagiaanku. Seorang adik..."
Tes.....
Dan air mata bersamaan doa ketulusan jatuh, tepat di pipi namja tersebut. namja dengan wajah manisnya juga gigi kelincinya... air mata yang tersirat akan ketulusan, doa darinya... seseorang yang menyayanginya.
Doa tulus darinya, Yoongi....
"Hikksss... hikksss... kumohon bertahanlah, Jungkook... bertahanlah..."
Bisikan lirih itu keluar, berbisik tepat di telinga Jungkook.
Bisikan dengan isak tangis....
Menyedihkan memang....
Dan hanya takdir yang bisa menjawab, apakah semua akan berakhir bahagia... atau...
Kesedihan....
..........................................
Tbc...
Hai semua, balik lagi dengan nih ff hehehe... nih ff masih lanjut ya... sebenarnya di chap ini author maunya end tapi kok kayaknya panjang ya... dari pada capek bacanya makanya author bagi dua. jadinya nih ff akan berakhir di chap selanjutnya ya...
Oh ya, btw mau nanya nih nih chap masih nyambung gak sih? dan ngefeel gak... soalnya nih ff chap terpanjang yang pernah author buat. Makanya itu author takut gak ngefeel karena kepanjangan...
Oh ya jangan lupa vommentnya ya... harap bersabar nih satu chap lagi beneran... author gak bo'ong takut dosa hehehe...
Oke sekian dari saya, author dah siapin tisu tinggal tarik ajjah... dari tempatnya muehehehe....
Bye, Gomawo and Saranghae...
Sampai jumpa di last chap ne....
#el
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro